Bagaimana anak belajar tentang dunia

Bagaimana anak belajar tentang dunia

Bagaimana anak belajar tentang dunia
Lihat Foto

Shutterstock/SUKJAI PHOTO

Ilustrasi anak 4 tahun, tahapan tumbuh kembang anak 4 tahun, pola asuh anak 4 tahun

KOMPAS.com - Setiap anak mengalami perkembangan kognitif yang menentukan kecerdasannya di masa depan.

Seorang psikolog perkembangan, Jean Piaget, telah mencatat tahap perkembangan kognitif manusia yang dimulai sejak kanak-kanak.

Piaget adalah orang pertama yang mengidentifikasi bahwa cara berpikir anak-anak berbeda dengan cara berpikir orang dewasa.

Baca juga: Kenali Tahap Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun

Mengutip WebMD, tahap perkembangan kognitif tersebut terdiri dari 4, yaitu:

  1. Sensorimotor: saat anak baru lahir hingga usia batita (18-24 bulan).
  2. Praoperasional: saat anak usia batita (18-24 bulan) hingga 7 tahun.
  3. Operasional konkret: saat anak usia 7 tahun hingga 11 tahun.
  4. Operasional formal: anak usia 12 tahun hingga seterusnya

Namun, beberapa anak mungkin perkembangan kognitifnya tidak sesuai dengan tahapan di atas.

Beberapa anak lainnya bisa juga menunjukkan beberapa karakteristik lebih dari satu tahap pada waktu tertentu.

Meski begitu, Piaget mengamati bahwa:

  • Perkembangan kognitif selalu mengikuti urutan ini.
  • Tahapan perkembangan kognitif tidak dapat dilompati.
  • Setiap tahap perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan intelektual baru dan pemahaman yang lebih kompleks tentang dunia.

Baca juga: Dyspraxia (Gangguan Koordinasi Perkembangan)

Kecerdasan anak

Mengutip Verywell Mind, kecerdasan adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan.

Berdasarkan pengamatan Jean Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak tidak kalah cerdasnya dengan orang dewasa, mereka hanya berpikir secara berbeda.

Anak-anak yang lebih besar tidak hanya berpikir lebih cepat dari pada anak-anak yang lebih muda.

Sekelompok siswa menggambar secara alami perpaduan antara titik, garis, dan bidang, serta bermain secara berani dengan warna -- warna yang dikombinasi. Guru tak berkedip dengan kedahsyatan hasil olah pikir dan kreasi seni yang alami itu seraya bertanya kapan tepatnya anak -- anak kelas tiga SD itu menguasai ketrampilan melukis pemandangan alam pegunungan yang tak lagi klise atau membuat karakter kartun favorit mereka ke dalam buku gambarnya.

Unjuk kerja yang paling kentara adalah penampilan siswa meragakan gerak tari saat perpisahan sekolah. Guru ekstrakurikuler bahasa Inggris di sekolah dasar berusaha membuat anak -- anak bisa cas cis cus bahasa Inggris sesukses pelajaran menggambar dan menari, sebuah usaha yang perlu kerja keras dihadapkan dengan pro kontra beban siswa dan skala prioritas siswa sekolah dasar yang diporsikan untuk mampu membaca, menulis, dan berhitung, dan bahasa Inggris bisa menunggu.

Sejak kapan belajar yang menyenangkan dan alami menjadi sebuah beban bagi guru atau bagi siswanya. Pengetahuan dan ketrampilan tak mesti dibatasi sehingga tak tepat membatasi ikhtiar yang dibidikkan di ruang -- ruang kelas belajar,  sedangkan tak ada rumus yang dapat digunakan untuk memprediksi secara tepat hasil dari usaha pendidikan. Bisa jadi jauh di bawah harapan, atau justru membuat kita tertegun bangga dengan hasilnya.

Tugas pendidik hanyalah terus memperbaiki program mengajarnya dengan membukakan kesempatan seluas - luasnya untuk semua pengalaman belajar. 

Bukankah itulah yang mendasari setiap guru rajin melakukan penelitian tindakan kelas dan melayakkan tingkat pendidikan, kompetensi, dan profesionalismenya untuk dapat menghadirkan kesempatan belajar yang mendukung siswa belajar hingga mencapai hasil menghadirkan generasi penerus bangsa yang terdidik secara spiritual, moral, berwawasan dan memiliki bakat alami yang ditempa dan pada saatnya akan teraplikasikan. Menyiapkan peserta didik memiliki peran dan sumbangsih bagi kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara, itulah tugas sejati guru.

Pukul tujuh lewat lima belas menit, bel listrik sekolah serupa arahan penggembala ternak yang berseru ayo. Dengan satu komando anak --anak sekolah berbaju batik khas daerahnya memulai kegiatan literasi klasikal di halaman sekolah, membaca surat -- surat pendek Al Qur`an beserta terjemahannya. Secara alami anak -- anak mampu menghafalnya dengan satu usaha yang dibidikkan: keajegan dan keteraturan jadwal.

Jadwal adalah janji yang harus ditepati. Begitupun model literasi di ruang kelas yang produk awalnya siswa membaca lancar kemudian pemahaman bacaan dengan sedikit tantangan: membuat ringkasan alur cerita, mengemukakan saran/ solusi untuk permasalahan yang termuat dalam buku cerita, bermain peran setelah menulis drama yang diilhami dari cerita anak yang dibaca, dan yang paling penting dari semua kegiatan belajar itu : menjaganya tetap alami dan menyenangkan.

Model Penilaian vs Semangat Guru yang Terbarui

Praktisi pendidikan bekerja keras menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran demi input dan output terbaik dalam praktik mengajarnya. Kurikulum terus direvisi, penguatan pendidikan karakter didukung penuh, dan kegiatan literasi sekolah digalakkan. Pendidik sebagai sutradara di kelas -- kelas belajarnya disarankan dan diharuskan untuk selalu meningkatkan kompetensi mengajarnya.

Semua usaha dilakukan untuk memastikan bahwa anak -- anak dapat mencapai tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang terdidik seutuhnya. Itulah mengapa keberhasilan hasil pendidikan yang hanya dilihat dari tingkat keterserapan materi pembelajaran yang dituangkan dalam hasil ujian tertulis menjadi tidak relevan, meskipun tentu saja penting. Penguasaan pengetahuan adalah awal dari keberhasilan pendidikan namun hanya salah satunya.

Setiap ilmu harus diamalkan bukanlah hal yang terbantahkan. Seperti yang tersirat dalam tembang pocung : Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas. tegese kas nyantosani. Setya budya pangekese dur angkara. Ilmu terserap hanya dengan usaha. Dimulai dengan kesungguhan.Artinya bersungguh -- sungguh adalah menumbuhkan kemanfaatan. Dengan niat dan usaha  baik, pemusnah segala keburukan.


Bagaimana anak belajar tentang dunia

Lihat Pendidikan Selengkapnya


Page 2

Sekelompok siswa menggambar secara alami perpaduan antara titik, garis, dan bidang, serta bermain secara berani dengan warna -- warna yang dikombinasi. Guru tak berkedip dengan kedahsyatan hasil olah pikir dan kreasi seni yang alami itu seraya bertanya kapan tepatnya anak -- anak kelas tiga SD itu menguasai ketrampilan melukis pemandangan alam pegunungan yang tak lagi klise atau membuat karakter kartun favorit mereka ke dalam buku gambarnya.

Unjuk kerja yang paling kentara adalah penampilan siswa meragakan gerak tari saat perpisahan sekolah. Guru ekstrakurikuler bahasa Inggris di sekolah dasar berusaha membuat anak -- anak bisa cas cis cus bahasa Inggris sesukses pelajaran menggambar dan menari, sebuah usaha yang perlu kerja keras dihadapkan dengan pro kontra beban siswa dan skala prioritas siswa sekolah dasar yang diporsikan untuk mampu membaca, menulis, dan berhitung, dan bahasa Inggris bisa menunggu.

Sejak kapan belajar yang menyenangkan dan alami menjadi sebuah beban bagi guru atau bagi siswanya. Pengetahuan dan ketrampilan tak mesti dibatasi sehingga tak tepat membatasi ikhtiar yang dibidikkan di ruang -- ruang kelas belajar,  sedangkan tak ada rumus yang dapat digunakan untuk memprediksi secara tepat hasil dari usaha pendidikan. Bisa jadi jauh di bawah harapan, atau justru membuat kita tertegun bangga dengan hasilnya.

Tugas pendidik hanyalah terus memperbaiki program mengajarnya dengan membukakan kesempatan seluas - luasnya untuk semua pengalaman belajar. 

Bukankah itulah yang mendasari setiap guru rajin melakukan penelitian tindakan kelas dan melayakkan tingkat pendidikan, kompetensi, dan profesionalismenya untuk dapat menghadirkan kesempatan belajar yang mendukung siswa belajar hingga mencapai hasil menghadirkan generasi penerus bangsa yang terdidik secara spiritual, moral, berwawasan dan memiliki bakat alami yang ditempa dan pada saatnya akan teraplikasikan. Menyiapkan peserta didik memiliki peran dan sumbangsih bagi kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara, itulah tugas sejati guru.

Pukul tujuh lewat lima belas menit, bel listrik sekolah serupa arahan penggembala ternak yang berseru ayo. Dengan satu komando anak --anak sekolah berbaju batik khas daerahnya memulai kegiatan literasi klasikal di halaman sekolah, membaca surat -- surat pendek Al Qur`an beserta terjemahannya. Secara alami anak -- anak mampu menghafalnya dengan satu usaha yang dibidikkan: keajegan dan keteraturan jadwal.

Jadwal adalah janji yang harus ditepati. Begitupun model literasi di ruang kelas yang produk awalnya siswa membaca lancar kemudian pemahaman bacaan dengan sedikit tantangan: membuat ringkasan alur cerita, mengemukakan saran/ solusi untuk permasalahan yang termuat dalam buku cerita, bermain peran setelah menulis drama yang diilhami dari cerita anak yang dibaca, dan yang paling penting dari semua kegiatan belajar itu : menjaganya tetap alami dan menyenangkan.

Model Penilaian vs Semangat Guru yang Terbarui

Praktisi pendidikan bekerja keras menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran demi input dan output terbaik dalam praktik mengajarnya. Kurikulum terus direvisi, penguatan pendidikan karakter didukung penuh, dan kegiatan literasi sekolah digalakkan. Pendidik sebagai sutradara di kelas -- kelas belajarnya disarankan dan diharuskan untuk selalu meningkatkan kompetensi mengajarnya.

Semua usaha dilakukan untuk memastikan bahwa anak -- anak dapat mencapai tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang terdidik seutuhnya. Itulah mengapa keberhasilan hasil pendidikan yang hanya dilihat dari tingkat keterserapan materi pembelajaran yang dituangkan dalam hasil ujian tertulis menjadi tidak relevan, meskipun tentu saja penting. Penguasaan pengetahuan adalah awal dari keberhasilan pendidikan namun hanya salah satunya.

Setiap ilmu harus diamalkan bukanlah hal yang terbantahkan. Seperti yang tersirat dalam tembang pocung : Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas. tegese kas nyantosani. Setya budya pangekese dur angkara. Ilmu terserap hanya dengan usaha. Dimulai dengan kesungguhan.Artinya bersungguh -- sungguh adalah menumbuhkan kemanfaatan. Dengan niat dan usaha  baik, pemusnah segala keburukan.


Bagaimana anak belajar tentang dunia

Lihat Pendidikan Selengkapnya


Page 3

Sekelompok siswa menggambar secara alami perpaduan antara titik, garis, dan bidang, serta bermain secara berani dengan warna -- warna yang dikombinasi. Guru tak berkedip dengan kedahsyatan hasil olah pikir dan kreasi seni yang alami itu seraya bertanya kapan tepatnya anak -- anak kelas tiga SD itu menguasai ketrampilan melukis pemandangan alam pegunungan yang tak lagi klise atau membuat karakter kartun favorit mereka ke dalam buku gambarnya.

Unjuk kerja yang paling kentara adalah penampilan siswa meragakan gerak tari saat perpisahan sekolah. Guru ekstrakurikuler bahasa Inggris di sekolah dasar berusaha membuat anak -- anak bisa cas cis cus bahasa Inggris sesukses pelajaran menggambar dan menari, sebuah usaha yang perlu kerja keras dihadapkan dengan pro kontra beban siswa dan skala prioritas siswa sekolah dasar yang diporsikan untuk mampu membaca, menulis, dan berhitung, dan bahasa Inggris bisa menunggu.

Sejak kapan belajar yang menyenangkan dan alami menjadi sebuah beban bagi guru atau bagi siswanya. Pengetahuan dan ketrampilan tak mesti dibatasi sehingga tak tepat membatasi ikhtiar yang dibidikkan di ruang -- ruang kelas belajar,  sedangkan tak ada rumus yang dapat digunakan untuk memprediksi secara tepat hasil dari usaha pendidikan. Bisa jadi jauh di bawah harapan, atau justru membuat kita tertegun bangga dengan hasilnya.

Tugas pendidik hanyalah terus memperbaiki program mengajarnya dengan membukakan kesempatan seluas - luasnya untuk semua pengalaman belajar. 

Bukankah itulah yang mendasari setiap guru rajin melakukan penelitian tindakan kelas dan melayakkan tingkat pendidikan, kompetensi, dan profesionalismenya untuk dapat menghadirkan kesempatan belajar yang mendukung siswa belajar hingga mencapai hasil menghadirkan generasi penerus bangsa yang terdidik secara spiritual, moral, berwawasan dan memiliki bakat alami yang ditempa dan pada saatnya akan teraplikasikan. Menyiapkan peserta didik memiliki peran dan sumbangsih bagi kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara, itulah tugas sejati guru.

Pukul tujuh lewat lima belas menit, bel listrik sekolah serupa arahan penggembala ternak yang berseru ayo. Dengan satu komando anak --anak sekolah berbaju batik khas daerahnya memulai kegiatan literasi klasikal di halaman sekolah, membaca surat -- surat pendek Al Qur`an beserta terjemahannya. Secara alami anak -- anak mampu menghafalnya dengan satu usaha yang dibidikkan: keajegan dan keteraturan jadwal.

Jadwal adalah janji yang harus ditepati. Begitupun model literasi di ruang kelas yang produk awalnya siswa membaca lancar kemudian pemahaman bacaan dengan sedikit tantangan: membuat ringkasan alur cerita, mengemukakan saran/ solusi untuk permasalahan yang termuat dalam buku cerita, bermain peran setelah menulis drama yang diilhami dari cerita anak yang dibaca, dan yang paling penting dari semua kegiatan belajar itu : menjaganya tetap alami dan menyenangkan.

Model Penilaian vs Semangat Guru yang Terbarui

Praktisi pendidikan bekerja keras menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran demi input dan output terbaik dalam praktik mengajarnya. Kurikulum terus direvisi, penguatan pendidikan karakter didukung penuh, dan kegiatan literasi sekolah digalakkan. Pendidik sebagai sutradara di kelas -- kelas belajarnya disarankan dan diharuskan untuk selalu meningkatkan kompetensi mengajarnya.

Semua usaha dilakukan untuk memastikan bahwa anak -- anak dapat mencapai tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang terdidik seutuhnya. Itulah mengapa keberhasilan hasil pendidikan yang hanya dilihat dari tingkat keterserapan materi pembelajaran yang dituangkan dalam hasil ujian tertulis menjadi tidak relevan, meskipun tentu saja penting. Penguasaan pengetahuan adalah awal dari keberhasilan pendidikan namun hanya salah satunya.

Setiap ilmu harus diamalkan bukanlah hal yang terbantahkan. Seperti yang tersirat dalam tembang pocung : Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas. tegese kas nyantosani. Setya budya pangekese dur angkara. Ilmu terserap hanya dengan usaha. Dimulai dengan kesungguhan.Artinya bersungguh -- sungguh adalah menumbuhkan kemanfaatan. Dengan niat dan usaha  baik, pemusnah segala keburukan.


Bagaimana anak belajar tentang dunia

Lihat Pendidikan Selengkapnya