Rumah selalu memiliki banyak makna bagi setiap orang. Show Ada yang menganggapnya sebagai sebuah tempat tinggal yang berisi kehangatan dan kasih sayang keluarga, tapi ada juga yang menganggap bahwa rumah hanyalah sebatas tempat kosong tanpa ada arti apa pun di dalamnya. Pada kenyataannya, manusia memiliki masalah yang berbeda satu sama lain, itulah alasan yang membuat rumah selalu memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Ada orang yang merasa bahwa rumahnya saat ini adalah tempat terbaik untuk melepas penat, tapi ada juga yang merasa harus segera mencari rumah baru demi mendapatkan kehangatan atau ketenangan yang sesungguhya. Entah apapun sebutan, makna, dan lokasinya, rumah tetap menjadi tempat tujuan paling nyaman untuk pulang. Isi dalam Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah pada dasarnya merupakan sebuah buku sekumpulan esai yang ditulis berdasarkan pengalaman hidup sang penulis, Kwon Rabin. Melalui buku ini, Kwon Rabin ingin menyediakan tempat yang aman dan nyaman untuk saling bercerita dan berbagi duka yang biasanya sering dialami manusia saat beranjak dewasa. Setelah membaca buku ini, penulis berharap kepada pembaca untuk bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik, terutama saat ia berada jauh dari rumahnya. Sebenarnya, apa makna rumah yang dimaksud oleh Rabin? Mari temukan jawabannya setelah membaca buku ini. Review Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di RumahBuku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah merupakan salah satu buku self improvement asal Korea Selatan yang berisi kurang dari 200 halaman. Buku ini sempat dibicarakan oleh V, salah satu anggota BTS dalam sebuah wawancara eksklusif di Grammy Museum pada tahun 2020 lalu. Ia menyatakan bahwa buku ini telah memberikan pengaruh yang menakjubkan dalam kehidupannya. Berkat rekomendasinya, buku ini langsung berhasil menempati urutan nomor satu di situs online Amazon Japan untuk beberapa waktu yang cukup lama. Faktanya, fase menuju kedewasaan adalah fase yang tidak selamanya menjanjikan kesenangan, sebab akan selalu ada kekhawatiran, kehampaan, dan perasaan ketakutan tentang banyak hal. Meskipun ditujukan pada orang-orang yang sedang menuju fase dewasa, buku ini rasanya akan tetap relate jika dibaca pada usia berapapun, karena kebahagiaan dan kesedihan bisa dirasakan oleh semua orang. Dari judulnya, pembaca mungkin akan bertanya-tanya, “Ini mau pulang kemana? Kan sudah di rumah?” Tapi semakin masuk ke dalam inti bukunya, pembaca akan menyadari bahwa tidak semua rumah bisa memberikan kedamaian, makanya banyak orang yang lebih memilih untuk pindah dan mencari rumah baru yang lebih nyaman. Buku ini akan turut serta menemani sampai kita berhasil menemukan tempat yang bisa disebut sebagai “rumah”, entah di mana pun letaknya. Meskipun termasuk buku terjemahan asing, buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah ini nyatanya tetap mudah untuk dicerna dan terasa ringan untuk dibaca saat kita sedang membutuhkan kata atau kalimat penyemangat. Setiap esai yang ada dalam buku ini juga tidak ditulis terlalu panjang dan bertele-tele, sehingga setiap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis bisa tetap mengenai sasaran tanpa harus ada paksaan. Sebagai penulis, Kwon Rabin berhasil menyajikan tulisan yang hangat dan mampu menginspirasi para pembaca untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupan, serta untuk tidak pernah melupakan arti kata ‘pulang’ dan ‘rumah’. Selain itu, Rabin juga berharap agar para pembaca bisa meningkatkan rasa empati dan menghargai setiap perbedaan yang berhubungan dengan makna dari kata rumah, karena setiap orang memiliki pemikiran, rasa ketakutan, dan kekhawatirannya masing-masing. Jika kamu tertarik untuk membaca buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah yang ditulis oleh Kwon Rabin, kamu bisa membelinya di Gramedia.com. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. promo diskon One of my favorite books I've ever read. Dari segala aspek—cover, isi, ilustrasi, bahkan prolog dan kata pengantarnya sangat menenangkan sekali kata-katanya. Buku esai yang membahas mengenai "rumah". dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ melalui kata pengantar di buku ini mengatakan yang intinya, "Kita pulang ke 'house', tapi sering merasa tidak berada di dalam 'home'". Which is deep words, for me. Maknanya dalam sekali. Kadang kita pulang ke rumah, tetapi kita gagal mendapatkan kenyamanan yang kita harapkan. One of my favorite books I've ever read. Dari segala aspek—cover, isi, ilustrasi, bahkan prolog dan kata pengantarnya sangat menenangkan sekali kata-katanya.Buku esai yang membahas mengenai "rumah". dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ melalui kata pengantar di buku ini mengatakan yang intinya, "Kita pulang ke 'house', tapi sering merasa tidak berada di dalam 'home'". Which is deep words, for me. Maknanya dalam sekali. Kadang kita pulang ke rumah, tetapi kita gagal mendapatkan kenyamanan yang kita harapkan. Buku ini bisa dijadikan media oleh kita untuk bisa menemukan rumah kita yang lain, kalau sesuatu yang kita anggap rumah, sudah tidak memberikan rasa nyaman, aman, dan ketenangan dalam kita.Melalui buku ini, saya bisa ikut merasakan apa yang penulis, Kwon Ra Bin jakka-nim, rasakan. Mungkin karena saya sedang di fase yang sama seperti yang digambarkan di buku ini, tapi terlepas dari itu, saya langsung bisa merasakan kesedihan, kehampaan, yang ingin coba dibagikan oleh penulis melalui esainya. Rasanya seperti mendengar cerita dari seorang teman yang mengalami hal serupa. Saya merasa seolah-olah apa yang saya rasakan dimengerti oleh penulis melalui esainya, pun sebaliknya, saya memahami apa yang dirasakan penulis. Bukankah ketika ada seseorang yang mendengarkan, memahami, dan ikut merasakan kesedihan kita saat kita sedang menghadapi masalah berat hingga merasakan kesedihan yang begitu mendalam, kita merasa nyaman? Nyaman karena setidaknya, masih ada orang yang mau mendengarkan kita, tenang rasanya ketika mengetahui bahwa ada orang yang mengalami hal serupa seperti kita hingga kita bisa saling berbagi kesedihan. Dari halaman awal, buku ini benar-benar langsung saya jadikan buku favorit karena nuansa healing-nya terasa sekali. ...more
Book details:
Blurb: “Saat seseorang merasa dirinya berbeda, bingung, dan ketakutan ketika dihadapkan pada situasi yang tidak biasa di lingkungan baru, secara naluriah ia akan mencari rumah yang paling nyaman dan paling cocok baginya. Ia seperti siput yang hidup dengan rumah dipunggungnya untuk mempertahankan diri.” Aku Ingin Pulang Mesti Sudah di Rumah merupakan sebuah esai pengembangan diri yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Kwon Rabin. Dalam buku ini, Kwon Rabin menyediakan rumah nyaman bagi pembaca untuk saling berbagi kesulitan yang dialami ketika beranjak dewasa. Pasti menyenangkan menjadi siput karena ia dekat dengan rumahnya. Catatan penerbit: buku ini mengangkat isu sensitive. Mohon kebijaksanaannya saat membaca. Esai yang ditulis oleh Kwon Robin, dan Ilustrasi oleh Sally Kim ini judul dalam bahasa Inggris-nya Yearning for Home While at Home, dan merupakan buku yang dibaca oleh salah satu anggota BTS. Saat mendapat info dari Penebit Haru melalui akun Instagramnya akan menerbitkan buku berjudul Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah, yang pertama kali saya lirik dan membuat saya penasaran adalah judulnya. Hanya saja pas open PO saya tidak ikutan, karena memang harga belum sesuai budget, alias lagi puasa jajan buku hahaha. Beruntung pas tanggal cantik 12.12 saya beli di Gramedia.com dan ternyata masih dapat yang edisi ttd penulis 😍 sama ada kartu gitu. Baca juga : 11 manfaat membaca buku dan istilah – istilah dalam dunia perbukuan Alhamdulillah, rezeki dapat ttd, postcard, padahal gak ikut Pre order 🤩Buku ini dibagi dalam 4 bab, yaitu:
Baca juga: review buku Merakit Kapal, Keajaiban Toko Kelontong Namiya, Berani Tidak disukai Yang menarik dari buku ini:
Beberapa kutipan favorit saya dalam buku ini:
Happy reading! 😊 Baca juga review buku-buku literatur Korea: |