Yang tidak termasuk ke dalam fungsi pengendalian sosial

Pengendalian sosial atau kontrol sosial merupakan suatu usaha untuk mencegah adanya penyimpangan sosial.

Dan juga untuk mengajak serta mengarahkan masyarakat untuk berperilaku sesuai norma dan nilai yang berlaku secara sosial.

Diharapkan dengan adanya pengendalian sosial maka dapat meluruskan perilaku anggota masyarakat yang menyimpang atau membangkang.

Dengan kata lain, pengendalian sosial mengandung gambaran dari langkah serta proses yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam masyarakat agar para anggotanya bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang dianut secara umum.

Istilah pengendalian sosial bersifat kolektif dan mengacu kepada suatu proses yang direncanakan atau tidak direncanakan untuk mengajak dan bahkan memaksa setiap anggota masyarakat agar beradaptasi dengan nilai – nilai yang dianut dalam kehidupan berkelompok sebagai bagian dari contoh kontak sosial primer.

Ciri Pengendalian Sosial

Agar dapat mengenali suatu upaya pengendalian sosial yang berlangsung di masyarakat, maka ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan yaitu:

  • Ada suatu metode atau cara khusus yang digunakan dalam menertibkan individu atau masyarakat pada interaksi antar individu dengan individu atau interaksi sosial antar individu dan kelompok.
  • Kontrol sosial yang dapat dilakukan oleh setiap individu terhadap yang lainnya atau dari kelompok kepada individu dan kelompok lain.
  • Fungsi pengendalian sosial dan contohnya dilakukan untuk mewujudkan keserasian dan stabilitas terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat.
  • Pengendalian atau kontrol sosial sebenarnya dilakukan oleh berbagai pihak yang seringkali tidak menyadarinya bahwa hal itu bersifat timbal balik.

Fungsi Pengendalian Sosial Dalam Masyarakat

Fungsi pengendalian sosial dan contohnya memiliki tujuan tertentu diantaranya yaitu:

1. Menjaga ketertiban

Selalu ada norma dan nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat yang menjadi batasan dalam berperilaku di dalam masyarakat.

Untuk pelanggaran nilai dan norma tersebut, juga akan diberikan sanksi atau konsekuensi sehingga membuat individu menjadi segan dan memilih mengikuti aturan yang berlaku.

Contoh sanksi berupa denda atau hukuman kurungan yang diberikan jika mengganggu ketertiban umum seperti membuat onar, mabuk di tempat umum, berdemo dengan anarkis, merusak fasilitas umum dan lain sebagainya untuk mencegah kontak sosial negatif.

2. Membudayakan rasa malu

Semua orang pada dasarnya memiliki rasa malu, maka fungsi pengendalian sosial dan contohnya akan berhubungan dengan harga diri seseorang.

Apabila melanggar tatanan sosial, maka hukuman  sosial yang diterima akan membuat seseorang merasa malu dan tidak ingin mengalaminya lagi sehingga tercipta semacam efek jera.

Cara ini memanfaatkan hubungan sosiologi dengan gejala sosial yang ada di masyarakat.

Contohnya, menyebarluaskan foto wajah para pelaku korupsi agar dikenali oleh masyarakat banyak dan mendatangkan rasa malu serta efek jera.

3. Memberikan imbalan

Imbalan dalam proses pengendalian sosial bisa diberikan kepada mereka yang mengikuti aturan dan juga kepada yang tidak mengikuti aturan.

Setiap orang yang mengikuti aturan dalam masyarakat akan mendapat imbalan secara langsung dan tidak langsung.

Contohnya, orang yang selalu mengikuti aturan dan tidak pernah berurusan dengan sanksi hukum akan mudah mendapatkan Surat Kelakuan Baik dari kepolisian.

Sedangkan orang yang memiliki catatan pelanggaran hukum besar akan sulit mendapatkan surat keterangan berkelakuan baik yang diperlukan untuk keperluan melamar pekerjaan.

4. Mengembangkan rasa takut

Sanksi yang tegas sebagai bagian dari fungsi pengendalian sosial dan contohnya.

Dan perlu diterapkan untuk mengembangkan adanya rasa takut pada pelanggaran norma sosial sehingga potensi perilaku menyimpang dalam masyarakat dapat berkurang.

Contohnya, ancaman hukuman penjara bagi mereka yang melakukan penyalahgunaan atau mengedarkan narkoba.

5. Menciptakan sistem hukum

Apapun bentuknya, pelanggaran atau penyimpangan sosial harus mendapatkan sanksi atau hukuman bagi para pelakunya agar menjaga bentuk – bentuk struktur sosial dan penerapannya materi ips.

Contohnya ancaman proses hukum hingga dipenjara bagi pelanggar peraturan lalu lintas dapat membuat para pengguna jalan menjadi lebih tertib dan sadar akan aturan  hukum yang berlaku di kegiatan berlalu lintas.

6. Mencegah penyimpangan sosial

Fungsi pengendalian sosial dan contohnya yang ditujukan untuk mencegah penyimpangan sosial adalah fungsi pengendalian sosial preventif.

Dengan kata lain, proses kontrol sosial telah dilakukan untuk mencegah sebelum terjadinya perbuatan yang menyimpang secara sosial dan melanggar norma – norma serta nilai di masyarakat.

Contohnya ketika dilakukan penyuluhan mengenai bahaya narkotika oleh kepolisian serta badan narkotika negara di kalangan remaja, dan juga contoh hubungan sosiologi dengan pendidikan melalui pendidikan moral di sekolah.

Fungsi Pengendalian Sosial Dalam Keluarga

Dalam lingkup yang lebih kecil, fungsi pengendalian sosial dan contohnya di lingkungan keluarga dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Pengendalian sosial melalui pendidikan

Melakukan pengendalian sosial dalam keluarga sesuai salah satu fungsi keluarga yaitu melalui pendidikan sebagai cara pengendalian sosial persuasif.

Pengendalian sosial yang hanya bisa dilakukan di dalam lingkup keluarga sendiri berfungsi untuk memberikan pendidikan nilai dan norma sosial kepada setiap anggota keluarga mengenai akibat dan resiko dari penyimpangan sosial.

Contohnya, ayah dan ibu yang mengajarkan ilmu agama kepada anak di rumah agar anak memahami batasan – batasan yang harus diikutinya dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Pengendalian sosial melalui pencegahan 

Melakukan pengendalian sosial secara preventif yaitu kontrol sosial yang dilakukan sebelum penyimpangan sosial itu terjadi.

Ini adalah upaya dari keluarga untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial yang dilakukan oleh salah satu anggotanya melalui contoh kontak sosial positif dan negatif.

Contoh interaksi sosial di lingkungan keluarga terlihat ketika ayah dan ibu melarang anak bergaul dengan teman yang senang membolos dan tidak pernah mematuhi aturan di sekolah karena khawatir anaknya akan terjerumus dalam pergaulan yang salah.

Fungsi pengendalian sosial dan contohnya secara umum dilakukan untuk mengembalikan kondisi atau situasi yang kondusif di kalangan masyarakat agar dapat kembali berjalan sesuai kaidah dan norma yang berlaku.

Apabila pengendalian sosial tidak dilakukan, maka bisa mengacaukan keseimbangan dalam kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat.

Akibatnya susunan masyarakat bisa terpecah dan terganggu keseimbangannya sehingga mempengaruhi kenyamanan dan ketentraman hidup di lingkungan tersebut.

Pengertian pengendalian sosial – Pengendalian sosial tidak hanya berfungsi untuk meminimalisasi konflik. Tetapi juga berfungsi sebagai kontrol sikap dan perilaku dalam bersosialisasi. Sudah rahasia umum jika Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang homogen. Banyak perbedaan yang dapat dijadikan pemicu munculnya sebuah konflik.

Maka dari itu butuh pengendalian sosial demi menjaga kerukunan antar sesama. Lantas, apa sih pengendalian sosial itu? Apa tujuan dan bentuk pengendalian sosial? Semuanya akan diulas tuntas di sini. 

Pengertian Pengendalian Sosial

pengertian pengendalian sosial menurut para ahli memiliki beberapa pandangan. Seperti apa sih pendapat mereka tentang pengendalian sosial? Berikut penjelasannya. 

1. Soerjono Soekanto

Pengertian pengendalian sosial menurut Soerjono adalah terjadinya proses yang bertujuan mengajak, memaksa dan membimbing masyarakat untuk memenuhi aturan yang berlaku, baik yang dilakukan secara direncanakan ataupun tidak direncanakan. 

2. Joseph S. Roucek

Berbeda dengan pendapat Joseph yang mendefinisikan pengendalian sosial memiliki cakupan lebih luas dibandingkan dengan pendapat Soerjono. Dimana pengendalian sosial tidak hanya fokus pada segala prosesnya saja, tetapi banyak pandangan yang bersifat mendidik, mengajak hingga memaksa masyarakat untuk tunduk pada nilai sosial yang berlaku. 

3. Schaefer

Dari perspektif Schaefer, pengertian pengendalian sosial bisa terjadi pada siapa saja, tanpa terkecuali. Semua level masyarakat butuh pengendalian sosial. Termasuk di semua institusi sosial, keluarga. Jadi pengendalian sosial memiliki aspek dan cakupan yang lebih luas. 

4. Peter L. Berger

Lebih sederhana, Peter mengartikan pengendalian sosial sebagai upaya untuk menerbitkan anggota masyarakat yang berbuat menyimpang menjadi tidak menimpang. 

5. Karel J. Veeger

Pengertian pengendalian sosial dapat pula menyangkut tentang hubungan  atau sosialisasi dengan metode atau cara tertentu, yang bertujuan menyelaraskan kehendak kelompok masyarakat. Jika perilaku dan sikap masyarakat yang selaras dengan norma sosial maka akan menciptakan konsistensi sikap sesuai dengan harapan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka pengendalian sosial dapat disimpulkan sebagai proses sosial yang terbentuk karena spontanitas maupun direncanakan. Pengendalian sosial dapat pula disimpulkan sebagai sistem atau proses yang tidak hanya mendidik masyarakat, tetapi juga bersifat memaksa masyarakat agar berperilaku dan bersikap sesuai dengan norma sosial yang berlaku.

Tujuan Pengendalian Sosial

Banyaknya konflik yang muncul dalam interaksi sosial, semakin mendorong masyarakat perlu membuat aturan agar terkendali. Lantas, apa saja sih tujuan dari pengendalian sosial? Dari sekian banyak tujuan, berikut beberapa tujuannya. 

1. Menciptakan Ketertiban

Sudah pasti pengendalian sosial diciptakan untuk menciptakan ketertiban. Umumnya pengendalian sosial dibuat akibat terjadinya kesemrawutan dan pertentangan, sehingga menimbulkan keributan dan ketidaknyamanan dalam bersosial masyarakat. 

2. Meminimalisir Terjadinya Penyimpangan Nilai Dan Norma Sosial

Tujuan yang tidak kalah penting yang lain adalah, sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan nilai dan norma sosial. Kita tahu bahwasanya pertentangan dan konflik itu muncul karena tidak ada aturan yang jelas. Tidak ada aturan norma sehingga masyarakat bertindak seenaknya. 

Sebaliknya, jika ada nilai dan norma sosial yang diberlakukan. Maka masyarakat berpikir dua kali jika ingin melakukan sesuatu hal. Setidaknya dengan pengendalian sosial, mendorong masyarakat untuk memikirkan dampak yang akan diterima jika melanggar norma sosial yang ada. 

3. Melahirkan Budaya Malu

Sudah menjadi rahasia umum jika budaya malu era milenial sekarang sudah mulai luntur. Tidak seperti 30 tahun yang lalu, yang mana rasa malu dominan. Kesadaran akan budaya malu inilah yang justru sebagai pengendalian sosial tanpa paksaan. 

Justru semenjak teknologi, kecanggihan masuk budaya malu bagi kaum millennial banyak yang hilang. Mereka bahkan tidak tahu sikap sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua. Jari lebih latah melontarkan komentar kasar semau mereka. Hilangnya budaya malu seperti inilah yang sebenarnya sekarang menjadi tugas kita bersama dalam menempa, mendidik orang terdekat di lingkungan kita. 

4. Menegakkan Hukum

Tujuan pengendalian sosial yang tidak kalah penting adalah untuk menegakan hukum. Saat kita bermain media sosial, atau sedang menayangkan berita di televisi, banyak kasus yang menyiratkan bahwa hukum dapat di beli oleh mereka yang berduit. Untuk menghindari hal-hal seperti itu, dibutuhkan pengendalian sosial agar hukum dapat ditegakan. 

5. Menciptakan Kedamaian Dan Ketentraman Masyarakat

Tujuan dari kesuksesan sebuah bangsa diukur dari tingkat kedamaian dan ketentraman masyarakat nya. Masyarakat yang tentram sebagai indikator bahwa tidak ada kejahatan atau penyimpangan. Dimana kejahatan dan penyimpangan umumnya muncul diakibatkan ketidakadilan, angka kemiskinan dan faktor pendidikan yang masih rendah. 

Itulah beberapa tujuan pengendalian sosial. Dari beberapa poin di atas, manakah yang paling kamu rasakan pengaruhnya? 

Jenis-Jenis Pengendalian Sosial

Ternyata mengetahui pengertian pengendalian sosial dan mengetahui tujuannya saja tidak cukup. Kamu perlu tahu jenis-jenis pengendalian sosial, dimana jenis yang akan disebutkan di bawah sebenarnya sudah familiar kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Penasaran apa saja? Berikut pembahasannya. 

1. Hukuman

Jadi jenis pengendalian sosial berbentuk hukuman ini dapat digunakan untuk hal positif dan negative, tergantung dari konteks yang digunakan ingin menggunakan cara seperti apa. Misal untuk hal positif, jika berhasil menahan tidak melakukan tindakan melanggar hukum, maka akan mendapatkan hadiah. Bisa juga kasusnya di balik, ketika ketahuan melanggar hukum atau norma sosial, maka akan mendapatkan hukuman atau sanksi sosial. 

2. Pendidikan

Pengendalian sosial berbentuk pendidikan sebagai salah satu cara pengendalian sosial yang dilakukan secara sadar, dan dilakukan lewat jalur pendidikan. Setidaknya dengan belajar dan memperbanyak ilmu pengetahuan di dunia pendidikan, akan memberikan wawasan, sudut pandang dan penalaran yang lebih baik, terkait mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. 

3. Agama

Agama salah satu pengendalian sosial yang paling jitu. Orang yang memiliki pemahaman agama yang baik, mampu menekan dan meminimalisir pelanggaran norma dan aturan masyarakat. Alasannya sederhana, karena segala yang dilarang jika dilanggar akan mendapat dosa. Ajaran-ajaran agama seperti inilah sangat efektif sebagai pengendali sosial atas dasar rasa takut kepada Sang Pencipta. 

4. Ostrasisme

Jenis pengendalian sosial yang selanjutnya adalah ostrasisme, atau yang biasa kita dengar dengan pengucilan. Pengucilan ini akan diperoleh bagi mereka yang melanggar norma sosial ataupun aturan masyarakat. Bentuk pengucilan memang bentuknya beragam dan dipengaruhi oleh banyak hal. Intinya korban yang dikucilkan berarti sedang mendapat hukuman sanksi sosial.

5. Teguran

Jenis pengendalian sosial selain dikucilkan ada yang lebih frontal, yaitu teguran. Teguran umumnya dilontarkan pada mereka orang yang melanggar aturan yang sudah dilakukan berkali-kali, ataupun yang baru dilanggar sekali. Teguran itu sendiri pun bermacam-macam bentuknya. Ada teguran tertulis, teguran tidak tertulis, dan teguran langsung ataupun teguran tidak langsung. Tujuan diberinya teguran agar menjadi pribadi yang lebih baik. 

6. Cemoohan

Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kamu pernah mendapatkan cemoohan atau mungkin yang memberikan cemoohan pada orang lain karena sudah melanggar standar batas norma yang berlaku. Bentuk cemoohan tidak melulu dilakukan secara frontal di depan orangnya langsung loh. Tetapi juga berupa hinaan dan sindiran juga termasuk dalam cemoohan.

7. Intimidasi

Intimidasi adalah pengendalian sosial yang digunakan untuk mengancam seseorang yang dianggap melanggar norma sosial atau hukum yang berlaku. Cara kerja intimidasi dilakukan dengan cara menekan, mengancam dan menakut-nakuti.

Itulah beberapa jenis pengendalian sosial yang sebenarnya sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kita sendiri pun pernah melakukannya atau pernah merasakannya. 

Cara Pengendalian Sosial

Barangkali ada yang bertanya, bagaimana cara melakukan pengendalian sosial, ada beberapa cara, yaitu dengan cara preventif, koersif, represif dan persuasif. Ulasan lengkapnya sebagai berikut. 

1. Pengendalian Sosial Preventif

Pengendalian sosial preventif adalah upaya pencegahan agar tidak terjadi penyimpangan terhadap norma sosial dan nilai masyarakat.

2. Pengendalian Sosial Koersif

pengendalian sosial koersif adalah cara mengendalikan perilaku dan sikap orang lain dengan cara paksaan dan kekerasan. Meskipun orang tersebut mendapatkan pengendalian dengan cara keras akibat menyimpang, cara ini memberikan dampak negatif lain. Misalnya memicu munculnya reaksi negatif bagi pelaku.

Pengendalian sosial koersif umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kompulsi dan pervasi. 

A. Kompulsi

Kompulsi adalah kondisi dimana dilakukan dengan cara paksaan. Umumnya dilakukan oleh orang yang berwenang kepada seseorang atau kelompok tertentu yang melanggar norma. Dimana orang tersebut mendapat paksaan untuk menuruti dan mengubah sikap. 

B. Pervasi

Semengatara yang dimaksud dengan pervasi adalah memperkenalkan norma atau aturan yang dilakukan secara berulang-ulang. pengulangan inilah yang yang sampai masuk ke alam sadar dan secara tidak langsung mampu mengubah sikap sesuai yang diinginkan.

C. Pengendalian Sosial Represif

Berbeda dengan pengendalian sosial represif, yang mengartikan bahwa pengendalian sosial sebagai kondisi terjadi penyimpangan sosial didalam masyarakat. Kemudian orang yang bersangkutan berurusan dengan hukum pengadilan, dan terbukti melakukan ingkar janji. Maka pelaku akan mendapatkan hukuman sekaligus membayar hutang dan denda.

D. Pengendalian Sosial Persuasif

pengendalian sosial juga dapat dilakukan dengan cara persuasif. Bisa dibilang cara ini lebih mudah mungkin bisa diterima oleh pelaku, jika disampaikan menggunakan bahasa yang tepat. Pengendalian sosial persuasif umumnya dilakukan dengan cara memberi nasihat, memberi himbauan dan bimbingan kepada pelaku. Untuk penyampaian nasihat pun beragam cara bisa dilakukan, mulai dilakukan secara lisan, simbolik hingga dilakukan dengan memasang spanduk, iklan layanan masyarakat atau menggunakan poster.

Lembaga Pengendalian Sosial

Jika dipikir-pikir lagi, memang harus ada lembaga yang bertugas mengurusi penyimpangan dan pelanggaran peraturan. Nah, Ada beberapa jenis lembaga pengendalian sosial formal dan informal. Lantas siapa sajakah mereka? 

1. Lembaga Pengendalian Sosial Formal

Secara formal, lembaga pengendalian sosial yang bertugas adalah lembaga kepolisian, lembaga pengadilan dan lembaga pendidikan. Dimana ketiga lembaga tersebut memiliki peran dan tugas yang tidak kalah penting. 

karena lembaga tersebut adalah lembaga formal, tentu saja pengendalian sosial yang dilakukan terkesan formal dan kaku. Justru kekakuan inilah yang memberikan dampak positif. karena masyarakat menjadi lebih segan, lebih takut dan tidak bisa bermain-main. 

2. Lembaga Pengendalian Sosial Informal

Jika tadi disebutkan lembaga pengendalian sosial formal, maka ada juga yang informal. Lembaga tersebut meliputi lembaga adat, lembaga keagamaan, tokoh masyarakat, organisasi sosial dan lembaga penyiaran dan pemberitaan (pers). 

Di indonesia, pengendalian sosial informal justru lebih akrab kita rasakan dan kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di beberapa daerah pedesaan dan pelosok. Memang lembaga formal kurang ditakuti, justru lembaga adat dan lembaga keagamaan yang lebih ditakuti. Oleh karenanya, banyak pengendalian sosial yang menggunakan lembaga pengendalian sosial informal.

Faktor Timbulnya Penyimpangan Sosial

Ada banyak penyebab terjadi penyimpangan sosial. Kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi muncul karena ada sebab akibatnya. Ketika kita membicara sebab akibat pun ada banyak sekali menyebabkan. Diantaranya sebagai berikut. 

Rata-rata terjadinya penyimpangan sosial disebabkan karena adanya sikap mental yang tidak sehat. Ada banyak sekali bentuk sikap mental tidak sehat. Mulai dari tawuran, begal, mabuk-mabukan hingga melakukan tindakan pencurian. 

  1. Hubungan Kekeluargaan Tidak Harmonis

Faktor timbulnya penyimpangan sosial yang paling umum dan banyak kita temukan masalah hubungan kekeluargaan tidak harmonis. Misalnya, banyak anak-anak yang butuh perhatian orangtua, sementara orang tua terlalu sibuk. Atau kasus umum lain, misal orangtua terlalu menuntut anak untuk melakukan ini dan itu tetapi tidak diimbangi dengan kasih sayang. 

Kekecewaan juga menjadi faktor utama timbulnya penyimpangan sosial yang butuh dikendalikan. Memang tergantung rupa kekecewaan yang ditimbulkan disebabkan karena apa. kekecewaan yang dibiarkan tanpa ada perhatian, dapat menimbulkan kekeras, penyelewengan dan masalah negative lain loh. 

  1. Pengaruh Keputusan Perekonomian

Ternyata tidak hanya berbicara masalah psikologis. Masalah perekonomian yang sulit juga dapat memicu timbulnya penyelewengan yang juga segera dikendalikan. Misal, saat kita melihat berita. Rata-rata terjadinya pencurian atau perampokan disebabkan karena terpaksa dan diakibatkan masalah perekonomian. 

  1. Faktor Lingkungan Dan Media Massa

Media sosial juga menjadi faktor yang tidak kalah penting diperhatikan oleh pihak keluarga. Kita tahu bahwa media dan digitalisasi tidak melulu menawarkan hal baik, justru menawarkan hal yang sebaliknya. Yaitu menimbulkan terjadinya konflik dan pertentangan. 

  1. Pembelajaran Yang Menyimpang

Bahkan belajar pun dapat menimbulkan pemahaman yang menyimpang. Umumnya ini terjadi karena belajar ilmu secara mandiri, tidak ada guru yang mendampingi. Ada sebuah pesan bahwa jika belajar itu harus ada gurunya. Jika belajar sendiri, maka gurunya adalah setan. Manifestasi bentuk ilmu tersebut adalah kesesatan. Kita harus tahu bahwasanya ilmu dan kebodohan itu salah benarnya sangat tipis. 

  1. Faktor Ikatan Sosial Yang Berlainan

Faktor ikatan sosial yang berlainan pun dapat menjadi faktor timbulnya pertentangan. Tidak hanya itu saja, ketidakmampuan seseorang menyerap nilai norma-noma yang diberlakukan dalam kehidupan pun juga menjadi faktor penyimpangan yang tidak boleh diabaikan. 

  1. Kegagalan Dalam Proses Sosialisasi

Interaksi sosial dan bersosialisasi dengan orang lain tidak melulu berakhir baik. nyatanya, justru berawal dari interaksi dengan lingkungan justru menjadi korban bully. Jadi semacam mengalami kegagalan dalam proses sosialisasi dengan masyarakat, yang harus menempa mental justru mental yang diserang. 

Itulah beberapa faktor timbulnya penyelewengan. Dimana calon-calon penyelewengan inilah yang harus disikapi dengan cepat agar tidak menjadi toxic yang merugikan circle pergaulan dan tidak mempengaruhi lingkungan sekitar. Semoga sedikit ulasan tentang pengendalian sosial ini memberikan gambaran dan manfaat. (Irukawa Elisa)