Upaya bangsa indonesia tidak melibatkan diri dalam perang dingin diimplementasikan dengan cara

Jakarta -

Usai Perang Dunia II, perubahan dasar terjadi ketika dunia seolah-olah terbelah dalam dua blok kekuatan. Blok kekuatan itu yakni blok barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok timur di bawah kepemimpinan Uni Soviet.

Kedua blok ini mempunyai kepentingan yang berbeda. Maka terjadi perselisihan antara keduanya yang bahkan kerap berujung pada konflik militer. Perseteruan ini dikenal dengan nama Perang Dingin.

Dalam suasana Perang Dingin ini, kedua blok berusaha menanamkan pengaruhnya ke berbagai penjuru dunia. Khususnya ke negara-negara yang baru saja merdeka termasuk di dalamnya Republik Indonesia.

Agar memiliki prinsip dan pegangan yang kuat, maka pada 2 September 1949, Wakil Presiden RI kala itu, Mohammad Hatta mengeluarkan pernyataan tentang politik luar negeri RI, yakni politik luar negeri bebas aktif.

Konsep politik luar negeri bebas dan aktif memiliki pengertian bebas dalam arti bangsa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang bertentangan dengan kepribadian bangsa (Pancasila). Sedangkan aktif dalam menjalankan kebijaksanaan luar negeri tidak bersikap pasif atas kejadian internasional.

Sejalan dengan konsep politik luar negeri bebas aktif dan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat: " ....ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial...", maka bangsa Indonesia mengambil peran dalam perdamaian dunia:

Baca juga: Bamsoet: Indonesia Mampu Pegang Peran Penting Perdamaian Dunia

Peran Indonesia dalam perdamaian dunia dilakukan dalam beberapa cara:

Dalam buku Pengetahuan Sosial Sejarah oleh Drs. Tugiyono, disebutkan peran Indonesia dalam perdamaian dunia:

1. Mengirim kontingen Garuda Indonesia

Mengirim kontingen Garuda merupakan peran Indonesia dalam PBB untuk ikut serta menciptakan perdamaian dunia.
Kontingen Garuda ada yang dikirim ke Timur Tengah (Arah, Israel, Mesir), Kongo, Kamboja, Yugoslavia, dan beberapa negara lain yang sedang mengalami konflik.

2. Peran Indonesia dalam perdamaian dunia lainnya yakni bersama negara Mesir, India, Yugoslavia, dan Ghana, menjadi pelopor berdirinya Gerakan Non Blok (GNB)

Gerakan Non Blok berusaha meredakan ketegangan dunia dan menciptakan perdamaian dunia yang ketika itu (1960-an) terancam akibat terjadinya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.

3. Ikut secara aktif membantu menyelesaikan konflik di Kamboja dengan mensponsori penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting (JIM I) bulan Juli 1988

Kegiatan tersebut berhasil menemukan masalah yang penting dalam menyelesaikan konflik di Kamboja, yaitu penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja dan upaya mencegah kembalinya rezim Pol Pot yang banyak melakukan pembantaian rakyat Kamboja.

4. Hubungan Internasional

Dalam buku 'Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XI oleh Tim Ganesha Operation, disebutkan, peran Indonesia dalam perdamaian dunia yakni melalui hubungan internasional.

Bentuk peran Indonesia dalam hubungan internasional sebagai berikut:

a. Mengirimkan duta besar ke beberapa negara atau menerima duta besar negara lain yang menjalin kerja sama dengan Indonesia.

b. Mendukung gerakan zona bebas nuklir di kawasan negara-negara anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN).

c. Mendukung terselenggaranya ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan negara anggota ASEAN.

d. Peran Indonesia lainnya dalam perdamaian dunia dalam bentuk hubungan internasional yakni turut berpatisipasi dalam kegiatan pertukaran pelajar dan mahasiswa dari dan ke luar Indonesia.

Baca juga: Pidato di KTT ASEAN, Jokowi Dorong Perdamaian Stabilitas Kawasan




(nwy/pal)

LIHAT SEMUA: Upaya Indonesia tidak melibatkan diri dalam Perang Dingin diimplementasikan dengan cara

Upaya bangsa indonesia tidak melibatkan diri dalam perang dingin diimplementasikan dengan cara

Upaya bangsa indonesia tidak melibatkan diri dalam perang dingin diimplementasikan dengan cara
Lihat Foto

Dok. Non-Aligned Movement

Para pimpinan negara penggagas Gerakan Non-Blok dalam Konferensi Belgrade (1961), dari kiri ke kanan: PM India Jawaharlal Nehru, PM sekaligus Preiden Ghana Kwame Nkrumah, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.

KOMPAS.com - Perang Dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) sangat mengkhawatirkan bagi negara-negara di dunia.

Perkembangan persenjataan serta nuklir dari Amerika Serikat dan Uni Soviet menyebabkan kecemasan dunia internasional akan meletusnya Perang Dunia III.

Untuk mengantisipasi adanya konflik yang lebih lanjut pada Perang Dingin, pihak internasional berupaya untuk meredakan Perang Dingin.

Berikut upaya-upaya untuk meredakan Perang Dingin :

  • Upaya oleh negara berkembang

Perebutan kekuasaan antara Blok Barat dan Blok Timur dalam Perang Dingin banyak berdampak pada kondisi pilitik dan keamanan di negara berkembang.

Baca juga: Perang Dingin: Faktor, Persaingan, dan Dampaknya

Untuk meredam gejolak politik dan keamanan dunia akibat Perang Dingin, negara berkembang membentuk Gerakan Non Blok.

Gerakan Non Blok adalah bentuk sikap netral negara berkembang dalam Perang Dingin yang menyatakan tidak memihak pada Blok Barat maupun Blok Timur.

Gerakan ini diikuti oleh lebih dari 120 negara di Asia dan Afrika. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pencetus dari Gerakan Non Blok serta memfasilitasi pertemuan antar negara berkembang pada Konferensi Asia Afrika 1955.

  • Upaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

PBB sebagai organisasi internasional yang menaungi kepentingan bangsa-bangsa di dunia turut berupaya dalam meredakan Perang Dingin.

Dilansir dari buku The Cold War : A New History (2005) karya John Lewis Gaddis, upaya PBB dalam meredakan Perang Dingin dapat terlihat ketika PBB mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 255 pada 1968.

Baca juga: Dampak Perang Dingin bagi Indonesia

Perang dingin yang terjadi antara blok barat dan blok timur tak dimungkiri telah menyeret hampir seluruh negara di dunia untuk turut serta dalam pergolakan. Indonesia sendiri sebagai negara berdaulat dipandang sebagai salah satu peta kekuatan yang strategis di mata dunia dan diharapkan menjadi bagian koalisi salah satu blok yang berseteru.

Namun demikian, Indonesia tidak memilih salah satu blok atau turut serta dalam perseteruan kedua blok tersebut, Indonesia memilih dan memposisikan diri sebagai penengah untuk menjaga perdamaian dunia. Ini  merupakan peran utama dalam keterlibatannya dalam perang dingin tersebut. Lalu peran apa saja yang dilakukan Indonesia dalam memainkan peranan tersebut? Yuk, simak terus pembahasannya!

Peran Indonesia Dalam Perang Dingin:

Perang dingin terjadi pasca perang dunia kedua, dimana dua negara besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet memiliki perbedaan paham atau ideologi dan adanya keinginan untuk berkuasa. Banyak dari negara-negara berkembang di Afrika, Asia, bahkan Amerika Latin yang menolak dorongan untuk memihak pada salah satu blok yang berseteru tersebut, begitupun Indonesia.

Adapun keterlibatan Indonesia dalam perang dingin tersebut bisa dilihat dari 4 peran penting diantaranya; Konferensi Asia-Afrika, Gerakan Non-Blok, Pengiriman Pasukan Garuda, dan Deklarasi Juanda.

1. Konferensi Asia-Afrika (KAA)

Konferensi ini diawali dengan dilaksanakannya konferensi Colombo dan bertujuan untuk meredakan ketegangan dan perdamaian dunia pasca perang dingin. Indonesia mengupayakan adanya Konferensi seluruh Asia-Afrika di New Delhi yang persiapannya diadakan di Bogor pada 28-31 Desember.

Konferensi ini diadakan pada 18 -24 April 1995 di gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dan dihadiri oleh 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dari benua Asia dan Afrika yang baru saja merdeka. Konferensi tersebut kemudian menyepakati Dasasila Bandung yang menjadi dasar pembentukan gerakan Non-Blok.

2. Gerakan Non-Blok (GNB)

Gerakan Non-Blok adalah salah satu tindakan yang tidak memihak antara salah satu blok yang ada di dunia. Sebenarnya gerakan ini bertujuan untuk mengatasi ketegangan dunia dari peperangan dan Indonesia sebagai negara kesatuan mempunyai peran yang sangat penting dalam gerakan Non-Blok.

(Baca juga: Pengertian Perang Dingin dan Penyebabnya)

Adapun peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok antara lain; Presiden Soekarno berperan dalam pembentukan Gerakan Non-Blok, Indonesia diberikan wewenang dalam memimpin Gerakan Non-Blok dan berhasil menggelar KTT X-GNB yang diselenggarakan di Bandung, Indonesia juga berhasil meredam aksi ketegangan daerah bekas pecahnya negara Yugoslavia pada tahun 1991.

3. Pengiriman Pasukan Garuda

Misi Garuda tidak terlepas dari terbentuknya United Nations Peacekeeping Operations (Misi Pemeliharaan perdamaian PBB). Hal tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam melaksanakan Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB.

Pasukan ini terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di Negara lain. Terbentuknya pasukan ini karena munculnya konflik di Timur Tengah pada 16 Juli 1959. Dimana, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir dan menimbulkan perdebatan diantara negara-negara lainnya.

4. Deklarasi Juanda

Deklarasi Juanda menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Sebelum deklarasi Juanda wilayah Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda yaitu pulau-pulau di Nusantara dipisahkan oleh laut sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai yang mengindikasikan bahwa kapal asing boleh dengan bebas berlayar di laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Akhirnya, melalui Deklarasi ini dinyatakan bahwa laut teritorial Indonesia berjarak 12 mil laut diukur dari garis-garis dasar yang menghubungkan titik terluar dari pulau terluar. Deklarasi Djuanda kemudian dikukuhkan melalui Perpu No.4 tahun 1960 dan melahirkan konsep “Wawasan Nusantara” agar diakui oleh negara lain.

Dampak Perang Dingin Bagi Indonesia:

Meluasnya peperangan yang melibatkan blok Barat dan Blok Timur dan sekutu-sekutunya tentu memiliki dampak bagi dunia, termasuk Indonesia. Lalu, dampak apa saja yang dirasakan Indonesia atas terjadinya perang dingin?

  1. Penerapan Demokrasi Terpimpin pada tahun 1960, pada saat itu pemerintah mengarahkan pandangan politiknya ke negara yang berhaluan komunis.
  2. Pendirian Poros Jakarta Hanoi Pyongyang Phnom Penh, yang terbentuk akibat kedekatan Indonesia dengan negara Blok Timur.
  3. Kebijakan Ekonomi Indonesia cenderung terlihat mengarah pada kolonialisme dan imperialisme.
  4. Munculnya Reformasi, karena berakhirnya pemerintahan Orde Baru
  5. Terjadinya krisis moneter karena ketergantungan Indonesia terhadap modal asing sangat tinggi dan terlalu berganting kepada barang impor.