Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Air menjadi salah satu kebutuhan utama bagi manusia dan juga menjadi satu prasyarat untuk mengukur kualitas hidup manusia. Kualitas hidup yang dimaksud disini yaitu dalam konteks kesehatan. Pasalnya setiap hari kita tidak bisa lepas dengan penggunaan air bersih. Mulai dari kebutuhan minum, mandi, memasak, mencuci, dan lain sebagainya. Maka dari itu ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting guna memenuhi kualitas hidup yang sehat itu sendiri.

Kriteria dari air bersih ini meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam usaha menyediakan air bersih, salah satu BUMN di Indonesia yaitu PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) lah yang menanganinya. Air baku dari PDAM berasal dari sumber yang berada di mata air, sungai, danau ataupun gunung. Air baku ini tidak semerta-merta dapat langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam kehidupan sehari-hari. Namun air baku akan mengalami proses pengolahan terlebih dahulu untuk menjaga kualitas dari air tersebut. Lalu, bagaimana proses yang harus dilalui air yang diolah PDAM mulai dari sumber air hingga ke rumah kita?

Simak terlebih dahulu jenis-jenis pengolahan air secara umum berikut ini.

Secara umum pengolahan air bersih terdiri dari 3 cara, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Pengolahan secara fisika dilakukan dengan memanfaatkan sifat mekanis dari air, contohnya dengan melakukan pengendapan, filtrasi (penyaringan), adsorpsi (penyerapan) tanpa adanya penambahan bahan kimia. Sedangkan pengolahan secara kimia, dilakukan dengan menambahkan zat kimia seperti tawas dan klor. Zat ini yang biasa digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Serta pada proses pengolahan secara biologi, dilakukan pemanfaatan mikroorganisme tertentu sebagai media pengolah yang dapat membantu menjernihkan air.

Lantas, bagaimana proses pengolahan air bersih oleh PDAM?

Dalam penyediaan air bersih, PDAM di Indonesia umumnya menggunakan metode pengolahan secara fisika dan kimiawi. Metode ini sering disebut dengan istilah IPA (Instalasi Pengolahan Air). Pada dasarnya, terdapat 3 unit penting dalam sistem pengolahan air bersih di berbagai daerah di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Intake Building

Intake building merupakan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertama kalinya air dari sumber air masuk. Bangunan ini dilengkapi dengan screen bar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda asing yang ikut tergenang dalam air. Air yang berada di intake building ini selanjutnya akan masuk ke dalam bak besar yang nantinya akan di pompa ke bangunan selanjutnya.

2. Water Treatment Plant (WTP)

Air yang telah berada di bak besar dalam intake building kemudian di pompa ke WTP. WTP merupakan bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya terdapat 5 bagian yang terdapat dalam bangunan ini yang membuat air menjadi layak untuk digunakan. Bagian-bagian tersebut yaitu:

  • Pada proses koagulasi, dilakukan proses destabilisasi partikel koloid/kotoran yang terkandung dalam air. Proses ini dilakukan secara kimia dengan menambahkan zat tawas (aluminium sulfat) atau secara fisika dengan melakukan rapid mixing (pengadukan cepat), dan hidrolis (terjunan atau hydrolic jump).
  • Setelah air berada di unit koagulasi, selanjutnya air melalui proses pengadukan perlahan (slow mixing) agar tawas yang tercampur dalam air dapat mengikat partikel kotoran dan membantuk flok yang lebih besar agar nantinya kotoran lebih mudah mengendap.
  • Dalam unit ini, flok yang telah terbentuk (biasanya berbentuk lumpur) akan terpisah dengan air dan secara otomatis akan mengendap didasar bak.
  • Air yang telah terpisah dari lumpur, selanjutnya disaring agar benar-benar bersih. Proses ini dilakukan dengan bantuan gaya grafitasi.
  • Untuk menghindari adanya potensi kuman dan bakteri yang tekandung dalam air, maka dilakukan proses tambahan yaitu berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dll.

3. Reservoir

Sebelum didistribusikan, air yang telah selesai diolah dimasukkan ke tempat penampungan sementara. Biasanya reservoir ini terletak di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi,

Selanjutnya untuk mendistribusikan air bersih tersebut, digunakan pipa-pipa dengan berbagai macam ukuran hingga air bersih dapat sampai di rumah maupun bangunan disekitar kita.

Demikian ulasan mengenai proses proses perjalanan air bersih PDAM hingga bisa kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika Anda mencari produsen yang memproduksi perlengkapan sambungan pipa air minum (Pipe Fittings), maka PT. Aneka Adhilogam Karya lah solusi tepat bagi Anda.

Karena produk-produk yang kami hasilkan sudah memperoleh sertifikat SNI untuk Sambungan Pipa Air Minum Bertekanan dan telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 (Qualty Management System). Jadi, jangan ragu memilih PT. Aneka Adhilogam Karya sebagai partner segala kebutuhan sambungan pipa air minum Anda.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Instalasi Pengolahan Air 1 PALYJA Pejompongan. Sumber Foto : Kompasiana

Air merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Tetapi ironisnya, manusia sering menyia-nyiakan dan tidak menghargai air sebagai bagian dari penopang keberlangsungan hidupnya. Lihat saja. Masih ada sungai-sungai disekitar kita dipenuhi sampah, limbah rumahtangga serta industri. Air tanah dieksploitasi habis-habisan tanpa memperimbangkan resiko yang akan muncul sesudahnya. Seolah tidak perlu lagi memikirkan masa depan.

Mengenang Hari Air Dunia (Selasa, 22/03/2016), seharusnya menjadi refleksi dan evaluasi bagi setiap orang. Ditengah-tengah krisis air bersih di berbagai belahan dunia, kita harus lebih prihatin dan mulai berpikir dan bertindak nyata. Bagaimana kita bisa berkontribusi untuk penyelamatan air bersih dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan di rumah dan kantor kita masing-masing.

Tetapi kita bersyukur, ternyata masih banyak orang, kelompok atau organisasi yang masih lantang menyuarakan tindakan penyelamatan air. Ingatlah, ini bukan hanya tugas mereka. Seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama.

Defisit Air Bersih 9.100 Liter/Detik

Dalam acara nangkring Kompasiana dan PALYJA, Senin (21/03/2016), Bapak Budi Susilo (Direktur Customer Service PALYJA) mengatakan bahwa air bersih di Jakarta semakin langka. Dari lebih kurang 13 sungai yang mengalir di Jakarta, hampir semua tidak ekonomis lagi untuk diolah menjadi air bersih. Hal ini disebabkan kebiasaan sebagian masyarakat membuang deterjen dan sampah ke sungai. Sehingga air sungai tersebut telah terkontaminasi deterjen dan amonia.

Sementara air tanah di beberapa wilayah Jakarta sudah tidak aman secara kualitas dan kuantitasnya. Hal ini berdasarkan penelitian BPLHD DKI Jakarta pada tahun 2008. Berdasarkan persentasi kelayakannya, bahwa daerah Jakarta Utara hanya layak dikonsumsi 12%, Jakarta Barat 7%, Jakarta Pusat 9%, Jakarta Selatan 35% dan Jakarta Tinur 30%. Hal ini disebabkan tingkat pencemaran air tanah oleh bakteri E-Coli serta Fecal Coliform yang disebabkan oleh rembesan septic tank dan meresapnya zat kimia, logam, zat pewarna, sabun dan berbagai zat berbahaya lainnya dari industri-industri rumahan.

Terbatasnya sumber air bersih dari air permukaan dan air tanah telah menjadi ancaman serius bagi penduduk Jakarta. Berdasarkan studi PAM Jaya, bahwa tingkat ketahanan air di Jakarta hanya sekitar 3% saja. Hal ini dilihat dari kebutuhan air bersih di Jakarta mencapai 26.100 liter/detik. Sementara kebutuhan air bersih yang dapat dipenuhi oleh kedua operator tersebut hanya 17.000 liter/detik. Itu artinya, Jakarta mengalami defisit air bersih 9.100 liter/detik. Bisa anda bayangkan dengan penduduk Jakarta saat ini sudah lebih dari 10 juta jiwa. Berapa air bersih yang dibutuhkan setiap harinya. Apalagi setiap orang ternyata membutuhkan air 100 liter/hari.

Upaya PALYJA dalam Menanggulangi Masalah Air di Jakarta

Sejak tahun 1997, PAM Jaya telah melakukan kerjasama dengan dua operator pengolahan dan pelayanan air bersih untuk masyarakat Jakarta, yaitu PALYJA dan Aetra. Kedua operator tersebut memiliki wilayah pelayanan masing-masing. PALYJA berada di bagian barat Jakarta, sementara Aetra dibagian timur Jakarta. Sungai Ciliwung merupakan batas wilayah pelayanannya.

Menurut Ibu Meyritha (Corporate Communication and Social Responsibility Division Head) bahwa pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM Jaya kepada swasta dalam bentuk kerjasama saja. Segala aset utilitis akan dikembalikan kepada PAM Jaya pada saat kontrak berakhir. Dalam hal ini, kontrak kerjasama yang telah disepakati untuk masa waktu 25 tahun.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Presentasi Meyritha (Corporate Communication and Social Responsibility Division Head). Sumber Foto : Kompasiana

Sebagai pengelola air bersih di Jakarta, PALYJA memiliki ruang lingkup kerja mulai dari produksi, distribusi, customer services (metering-billing-collection), perawatan dan rehabilitasi serta investasi. Melalui investasi, PALYJA telah menginvestasikan dana sebesar 2.089 triliun. Fokus investasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, penjualan dan transfer teknokogi. Melalui investasi tersebut terlihat jelas pencapaian utama PALYJA di tahun 2015. Jikalau tahun 1998 telah memiliki 201.000 sambungan, 89.2 juta m3 volume air terjual, 59.4% Non Revenue Water, serta 32% telah dapat mengakses air bersih. Maka tahun 2015 telah memiliki 404.769 sambungan, 160.3 juta m3 volume air terjual, 39.3% Non Revenue Water, serta 73% telah dapat mengakses air bersih.

Sementara dari sisi pertumbuhan pelanggan PALYJA dari tahun 1998-2015, Ibu Mey juga memaparkan bahwa dari enam kelompok pelanggan yaitu kelompok usaha skala besar, kelompok rumah tangga mewah dan usaha menengah, kelompok rumah tangga menengah dan usaha kecil, kelompok rumah tangga sederhana, kelompok penghasilan rendah dan kekompok sosial, bahwa pelanggan kelompok masyarakat penggasil rendah memiliki peningkatan yang lebih tinggi yakni lebih 571%.

Itu adalah komitmen PALYJA kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan hingga saat ini, telah diupayakan 58 kios air dan master meter untuk melayani 70.000 warga. 245 public hydrants untuk melayani 73.500 warga. Bahkan telah mencapai 5000 koneksi GPOBA (Global Partnership on Output Based Aid).

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih, PALYJA tetap melakukan pengembangan operasi. Misalnya tahun 2015 telah mengoperasikan Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat (500 lps) dengan inovasi terbaru yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang merupakan teknologi pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara. Teknologi ini merupakan pemanfaatan bakteri alami dalam proses pengolagan air yang mampu menghilangkan 87% amonia. Disamping itu, telah diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.600 lps-8.800 lps).

Sementara tahun 2016 akan diupayakan peningkatan kapasitas produksi IPA Pejompongan (8.800 lps-9.200 lps) untuk mensuplai wilayah Jakarta Barat dan Utara. Peningkatan kualitas air bersih di jaringan (re-klorinasi di booster pump Grogol, Gajah Mada dan Tubagus Angke). Serta pengembangan operasi melalui instalation of motorized valves for controlling suplly.

Disamping itu, akan ada proyek pekerjaan tahun 2016 untuk penambahan jaringan pipa dan booster pump yang meliputi Proyek Fatmawati (kira-kira 1.2 km), Proyek Muara Baru (kira-kira 3.1 km) dan Proyek Kuningan (kira-kira 3.7 km). Serta di Instalasi Pengolagan Air (IPA) Cilandak akan ada pengerjaan teknologi biological pretreatmen yaitu MBBR untuk menghilangkan amonia hingga 70%. Juga optimasi reservoir yaitu dengan penambahan pipa koneksi.

Bersama Demi Air

Dalam kesempatan nangkring bersama PALYJA, saya mengamati langsung betapa kompleksnya ternyata untuk menjadi operator air bersih bagi Jakarta. Setidaknya ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Pertama, tambahan air baku dan peningkatan kualitas air baku yang ada saat ini. Kedua, pengembangan dan peningkatan distribusi jaringan. Ketiga, penanganan tindakan ilegal seperti pencurian air. Keempat, menciptakan sinergi dengan berbagai mitra (stakeholder).

Bicara tentang suplai air baku, IPA Pejompongan harus membeli air baku, bukan air baku bersih, tapi masih dalam bentuk air keruh. Jadi air baku yang keruh tersebut perlu mengalami proses pengolahan lagi.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Pak Khamid menjelaskan dan mendampingi para Kompasianer selama di mengunjungi IPA-1. Sumber Foto : Kompasiana

Pak Kamid, yang memandu 30 kompasianer, menjabarkan dengan rinci tentang sumber air baku hingga proses pengolahannya. Beliau menjelaskan kalau air baku tersebut berasal dari waduk Jatiluhur. Kemudian dialirkan melalui Tarum Barat hingga Cawang. Dari Cawang dipompakan dan dialirkan ke venturi yang ada di Pejompongan. Dari venturi dialirkan melalui accelator untuk melakukan proses koagulasi, flokukasi, dan sedimentasi. Setelah selesai diproses di accelator dilanjutkan dengan penyaringan (filter) hingga ke shipon. Air yang sudah selesai pengolahan tersebut kemudian ditampung di reservoir. Dan kemudian siap didistribusikan ke pelanggan rumahan dan industri melalui pipa oleh PALYJA. Proses tersebut ternyata butuh 4 jam, mulai dari venturi hingga proses distribusi.

Untuk membuktikan hasil pengolahan tersebut. Para akhirnya, Kompasianer mencoba meminum air hasil olahan tersebut. Wow…luar biasa segar, tidak kalah dengan air mineral kemasan yang selama ini saya konsumsi. Tidak perlu kuatir, walaupun belum dimasak, air PALYJA telah memenuhi standar air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengwasan kualitas air. “Tapi bagaimana kalau air PALYJA ini kalau sudah sampai di rumah, apakah perlu dimasak?” tanya seorang Kompasianer. Pak Kamid, menjawab “Perlu, karena dalam pipa selama diperjalanan menuju rumah, mungkin ada pipa yang korosi, atau pipa bocor, sehingga airnya kurang steril”

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Salah seorang Kompasianer mencoba meminum air hasil olahan IPA-1 Pejempongan. Sumber Foto : Dokumen Pribadi

Inilah salah satu tantangan terberat masalah air yang harus dipikirkan saat ini. Semoga masa pemerintahan Ahok, air permukaan yang ada diberbagai sungai bisa ditangani dan dimaksimalkan kembali. Daerah-daerah resapan air lebih terperhatikan serta penambahan area hutan kota ditingkatkan. Demikian juga masyarakat meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan dari setiap sungai yang ada disekitarnya. Jadi ini adalah tanggung jawab bersama, butuh kerjasama semua pihak, seperti slogan yang dikampanyekan oleh PALYJA, Bersama Demi Air. Semoga bisa.

Sumber : Materi presentasi PALYJA pada acara nangkring bersama Kompasiana

Artikel ini adalah opini dan pendapat dari penulis kompasiana dan dilombakan dalam kegiatan Kompasiana Nangkring Bersama PALYJA 21 Maret 2016″

Sumber : http://www.kompasiana.com/thurneysen/mengakhiri-dilema-sumber-air-bersih-di-jakarta-dengan-ajakan-bersama-demi-air_56f64bbb0523bd401482c5cc

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Bersama minum air dari Palyja. Air itu langsung dialirkan dari pipa ke dispenser. Air yang sama pula yang disalurkan kepada pelanggan, di berbagai wilayah di Jakarta. Untuk pelanggan di rumah, Meyritha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities Palyja, menganjurkan, agar memasak air dari Palyja terlebih dahulu, sebelum dikonsumsi. Foto: dokumentasi palyja

Di kantor Instalasi Pengolahan Air Palyja, di Pejompongan, tidak ada galon. Air dialirkan dari pipa ke dispenser, langsung diminum. Saya, 30 Kompasianer, para admin Kompasiana, dan para karyawan Palyja ya meminum air tersebut. Insya allah, hingga hari ini, kami baik-baik serta sehat-sehat saja.

Kami berkunjung ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), di Jl. Penjernihan 1 No. 1, Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Senin (21/3/2016). Memasuki ruang Tirta Ananta, yang berada di lantai dua kantor IPA 1 Palyja itu, saya tidak melihat galon bertengger di atas dispenser. Sementara, sejumlah cangkir kopi dan gelas plastik, berjejer di dekatnya. Ada yang sudah digunakan, ada pula yang masih bersih. Dari mana sumber airnya? Ternyata, ada pipa air yang dihubungkan langsung dengan dispenser. Saya mendekat, mengambil gelas plastik, dan sengaja memencet tombol cold, untuk mendapatkan air dingin. Airnya bening dan rasanya fresh banget.

Dimasak Dahulu, Kemudian Diminum

Sebelum berdiskusi tentang air di ruang Tirta Ananta tersebut, kami mengelilingi area IPA 1 Palyja, untuk melihat step by step pengolahan air bersih di sana. Saat diskusi, ada yang bertanya, apakah air dari Palyja bisa langsung diminum? Meyritha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities Palyja, tersenyum simpul mendengar pertanyaan tersebut. Ia balik bertanya, ”Apakah tadi Anda minum dari sana?” sambil mengarahkan pandangan ke dispenser. Yang bertanya pun mengangguk, meng-iya-kan. ”Yang sudah Anda minum itu, air dari Palyja. Air itu langsung dialirkan dari pipa ke dispenser. Air yang sama pula yang kami salurkan kepada pelanggan, di berbagai wilayah di Jakarta,” ujar Meyritha Maryanie menjelaskan.

Kompasianer yang lain, bertanya, apakah pelanggan di rumah-rumah juga bisa langsung meminumnya? ”Kami menganjurkan untuk memasaknya terlebih dahulu,” jawab Meyritha Maryanie. Kenapa? Karena, air dari Palyja disalurkan ke rumah warga melalui jaringan pipa. Dan, pipa-pipa tersebut berada dalam tanah. Meski senantiasa dikontrol, ada kemungkinan sebagian pipa bocor, retak, atau sambungan pipa merembes. Misalnya, ketika terjadi kebocoran pipa di Jalan Balikpapan, Jakarta Pusat, pada Sabtu (16/1/2016) sekitar pukul 16.40 WIB. Sedikit-banyaknya, keadaan tersebut bisa memengaruhi kondisi air yang tiba di rumah pelanggan.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Kompasianer Tamita Wibisono mengambil air dari dispenser yang berada di lantai dasar kantor Palyja, Pejompongan. Menurut Tamita, air yang langsung dialirkan dari pipa ke dispenser tersebut, benar-benar segar, fresh. Kunjungan 30 Kompasianer ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), di Jl. Penjernihan 1 No. 1, Pejompongan, adalah kesempatan bagi netizen untuk memahami pemrosesan air bersih di Jakarta. Foto: dok. tamita wibisono dan isson khairul

”Maka, lebih baik air dari Palyja dimasak lebih dahulu, sebelum diminum,” imbuh Meyritha Maryanie kemudian. Irma Gusyani, Deputi Operasional Palyja, memberikan gambaran teknis tentang jaringan perpipaan kepada 30 Kompasianer yang mengikuti diskusi tersebut. Menurut Irma Gusyani, dari tahun 1998 hingga tahun 2015, Palyja telah merehabilitasi jaringan pipa air sepanjang 1.060 kilometer. Perehabilitasian pipa tersebut dilakukan, selain karena ada pipa yang sudah cukup berumur, juga untuk mengganti pipa yang cedera: bocor atau retak. Ini bagian dari perawatan rutin perpipaan yang terus-menerus dilakukan Palyja.

Secara teknis, Nancy Elvina, Kepala Devisi Manajemen Aset dan Non Revenue Water (NRW) Palyja, menjelaskan, ada dua metode yang digunakan Palyja untuk mendeteksi gangguan perpipaan. Pertama, dengan menggunakan gas helium. “Dengan teknologi gas helium, kebocoran pada pipa yang tidak nampak, karena tertanam dalam tanah, dapat dideteksi,” ujar Nancy Elvina. Metode gas helium ini adalah ide karyawan Palyja, dari Kompetisi Palyja Innovation (PIN) yang diadakan setiap tahun. Kedua, dengan metode JD7. Teknologi JD7 ini mampu mendeteksi penyumbatan, sambungan lateral, dan sambungan illegal.

Pencuri Air, Mengeruhkan Air

Nancy Elvina, di ruang Tirta Ananta tersebut, menunjukkan kepada 30 Kompasianer, gambar pipa-pipa yang merupakan sambungan illegal. Sambungan illegal adalah sambungan pipa yang dengan sengaja dilakukan oleh para pencuri air Palyja. Sebagai contoh, pada tahun 2014, di Pejagalan, Jakarta Utara, Palyja bersama Polda Metro Jaya berhasil membongkar pencurian air berkedok Instalasi Pengolahan Air (IPA). Pencurian itu tidak tanggung-tanggung. Air yang dicuri mencapai 40 liter per detik atau setara pemakaian air untuk 36.000 orang. Itu baru di satu wilayah, belum lagi di wilayah yang lain.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Instalasi pemrosesan air dirawat secara teratur. Seperti yang dituturkan Irma Gusyani, Deputi Operasional Palyja, air yang dihasilkan oleh Palyja telah melalui proses desinfektasi dan pengujian berulang oleh tim laboratorium bersertifikasi. Secara kualitas air hasil olahan dan bulk water, Palyja mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 492 tahun 2010. Acuan Palyja lainnya, adalah Permenkes No. 416 tahun 1990, tentang kualitas air bersih di jaringan. Foto: print.kompas.com

Modus pencurian air cukup beragam. Ada yang membuat sambungan illegal dari pipa distribusi, tanpa melalui meteran air. Ada pula yang mencuri air dengan cara merusak meteran air. Dengan berbagai aksi pencurian tersebut, pasokan air bersih ke pelanggan terganggu secara kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Aksi pencurian itu juga menyebabkan air menjadi keruh, tekanan air rendah, hingga air yang tiba di pelanggan jadi kecil dan tidak kontinyu. Artinya, pelanggan Palyja yang tidak mendapatkan air secara normal, segeralah melapor. Bisa jadi, di seputaran wilayah tersebut, ada pipa yang cedera karena bocor atau retak. Atau, mungkin ada pihak-pihak yang dengan sengaja mencuri air Palyja.

Bagaimanapun juga, seperti yang dituturkan Irma Gusyani, Deputi Operasional Palyja, air yang dihasilkan oleh Palyja telah melalui proses desinfektasi dan pengujian berulang oleh tim laboratorium bersertifikasi. Secara kualitas air hasil olahan dan bulk water, Palyja mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 492 tahun 2010. Acuan Palyja lainnya, adalah Permenkes No. 416 tahun 1990, tentang kualitas air bersih di jaringan. Kedua Permenkes tersebut menjadi patokan serta ukuran yang menjadi pegangan Palyja, sebagai operator penyedia air bersih di Jakarta.

Dengan adanya laporan dari pelanggan air Palyja, ini tentu merupakan masukan yang berharga untuk meningkatkan pelayanan. Di era internet saat ini, mekanisme pelaporan bisa dilakukan dengan mengakses http://palyja.co.id. Di sana, ada fitur call center dan layanan short message service (SMS), yang memungkinkan pelanggan terhubung secara langsung dengan pihak berwenang di Palyja. Secara berkala, Palyja melakukan Survey Kepuasan Pelanggan, bekerjasama dengan Taylor Nelson Sofress (TNS) Indonesia sebagai konsultan pelaksana. Secara keseluruhan, persentase Kepuasan Pelanggan (Overall Satisfaction) Palyja, berada di posisi 70 persen pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 76 persen pada tahun 2013.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Palyja ada di 4 lokasi: IPA Pejompongan 1, IPA Pejompongan 2, IPA Taman Kota, dan IPA Cilandak. Berbagai inovasi dan investasi terus dilakukan Palyja untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Jakarta. Pada tahun 1998, volume air yang didistribusikan Palyja kepada konsumen, hanya 89,2 juta meter kubik. Pada tahun 2015, melonjak mencapai 160,3 juta meter kubik. Foto: isson khairul

Full Time Control

Sebagai penyedia layanan air bersih, PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) memiliki komitmen yang tinggi untuk menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Salah satu wujud komitmen tersebut, bisa kita saksikan di Distribution Monitoring and Control Centre (DMCC) yang berada di lantai dasar IPA 1 Palyja, Pejompongan. Tim yang bertugas di DMCC ini memonitor pasokan air baku dan air bersih ke pelanggan secara full time, 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Untuk itu, tim kerja dibagi dalam 3 shift. Demikian pula halnya dengan perawatan seluruh tahapan pengolahan air. Akselerator, misalnya, dibersihkan tiap 2 bulan, reservoir dibersihkan per 1 tahun, dan filter dirawat tiap 72 jam. Di IPA 1 Palyja, Pejompongan, ada 48 filter.

Kontrol yang ketat dan cermat ini dilakukan, karena titik-titik penting dari operasional IPA 1 Palyja berada di beberapa tempat. Sumber air baku, misalnya, didatangkan dari Waduk Jatiluhur yang berada di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Lokasi waduk tersebut sekitar 100 kilometer dari Jakarta. Waduk itu memasok 19.000 liter air baku per detik ke IPA 1 Palyja. Sumber air baku lainnya adalah dari pusat pra-pengolahan air Kanal Banjir Barat, di tepian kanal di Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pusat pra-pengolahan air tersebut memasok air baku dengan kapasitas 550 liter per detik ke IPA 1 Palyja. Lokasinya berdekatan dengan IPA 1 Palyja, tapi berbeda area.

Kondisi air baku tersebut bisa berubah sewaktu-waktu. Baik karena musim hujan, maupun karena musim kemarau. Menurut Khamid, petugas yang memandu kami mengelilingi area IPA 1 Palyja untuk melihat step by step pengolahan air bersih di sana, pencermatan kondisi air dilakukan terus-menerus. Karena itu, Khamid beserta petugas lainnya, senantiasa mengitari bak-bak beton tempat pemrosesan air. Juga, menyusuri jaringan pipa pemrosesan air yang membujur serta berkelok-kelok. Semua dilakukan dengan berjalan kaki. Dengan luas area IPA 1 Palyja yang mencapai 5 hektar, maka dalam sehari Khamid bisa berjalan kaki ratusan, bahkan ribuan meter.

Tiap kali ada perubahan kondisi air, maka komposisi perangkat pengolahan air juga harus di-adjust alias disetel sesuai situasi dan kondisi air. Artinya, selain pengontrolan di Distribution Monitoring and Control Centre (DMCC) yang dilakukan secara komputerisasi, pencermatan secara manual di lapangan, juga tidak kalah pentingnya. Ini adalah bagian dari upaya PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta. Baik secara kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas. Saat ini, Palyja dan Aetra memasok 17.000 liter air bersih per detik, untuk warga Jakarta. Palyja dan Aetra adalah dua operator penyedia air bersih di Jakarta. Sementara, kebutuhan air warga Jakarta, 26.100 liter per detik. Artinya, ada 9.100 liter air per detik untuk warga Jakarta yang belum terpenuhi.

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ – )

Jakarta, 26 Maret 2016

Artikel ini adalah opini dan pendapat dari penulis kompasiana dan dilombakan dalam kegiatan Kompasiana Nangkring Bersama PALYJA 21 Maret 2016″

Sumber : http://www.kompasiana.com/issonkhairul/di-palyja-air-dialirkan-dari-pipa-ke-dispenser-langsung-diminum_56f62101e422bde8041f58a1

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Air Kotor ini di area Ventury. (Foto Ganendra)

Ketersediaan air di bumi jumlahnya sangat terbatas. Dari 100% air yang ada ternyata hanya 30 % yang merupakan air tawar. Dari 30% air tawar itu, ada 3 % air tawar berupa air permukaan. 3% air tawar di permukaan itu, sebesar 2% berada di sungai-sungai. Sementara air bersih di sungai kondisinya semakin menurun/ sedikit karena adanya polutan.

BENTUKNYA kecil mungil. Warna hitam pekat, nampak berongga. Sepertinya berbahan plastik. Sifatnya elastis saat ditekan/ dipencet. Nampak seperti barang sepele namun ternyata tidak. “Meteor” begitu Ibu Meyritha Maryanie menyebut barang di telapak tangannya itu. Siapa sangka ‘meteor’ inilah yang ‘berjasa’ dan berperan vital dalam pengolahan air bersih yang digunakan operator PT PAM Lyonnaise Jaya. Kemampuannya disebut mampu menghilangkan kandungan amonia sebesar 87%. Sebuah sistem pengolahan air yang pertama di Asia Tenggara.

“Meteor ini ditempatkan di dalam bak pengolahan air, berperan sebagai tempat atau media bakteri hidup yang memakan amonia,” jelas Meyritha Maryanie, selaku Corporate Communication and Social Responsibility Division Head PT. PAM Lyonnaise Jaya, saat menjadi narasumber dalam acara Nangkring Kompasiana #BersamaDemiAir, Senin (21/3/2016) di kantor Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 Palyja, Pejompongan, Jakarta Pusat.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Meteor. (Foto Ganendra)

Penjelasan Meyritha itu adalah sebagian kecil dari materi yang disampaikan berkaitan dengan acara kunjungan ke IPA 1 Palyja. Tentu saja menggali informasi seputar penyediaan air bersih menjadi hal yang penting. Paling tidak buat saya pribadi sebagai warga Jakarta Barat. Salah satu wilayah yang mendapat layanan air bersih dari operator Palyja yang bekerjasama dengan PAM Jaya ini.

Melihat langsung proses pengolahan air, mendapat informasi tentang ‘dapurnya’ Palyja, kampanye tentang kesadaran air bersih #BersamaDemi Air, program-program yang telah dieksekusi maupun rencana serta kendala menjadi pengetahuan baru. Paling tidak, sedikit banyak jadi tahu mengapa seringkali di jalan Tubagus Angke sekitar lokasi kantor ada galian perbaikan saluran/ pipa air Palyja. Atau kenapa air kadang kala mati, tak mengalir, juga mengapa bau kaporit masih tercium dari kran dan sebagainya. Dan pastinya jadi tahu darimana sumber air yang kita minum berasal. Sudahkah diolah secara higienis? Seluk beluk yang perlu dan penting untuk kita ketahui, sebagai salah satu dari ribuan pelanggannya.

Data dan Fakta Air Baku untuk Ibukota

Sebelumnya layak diketahui bahwa tata kelola air di ibukota, melibatkan beragam institusi, baik Pusat maupun daerah. Jumlahnya ada 15 instansi, terdiri 12 dari pusat dan 3 instansi daerah. Diantaranya adalah Kementerian Pupera, Dirjen Cita Karya, Dirjen Sumber Daya Air, Direktur Penyediaan Air Minum, Direktur Irigasi, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Perum Jasa Tirta, Badan pendukung pengembangan sistem penyediaan air minum, Dinas Tata Air DKI Jakarta, BPLHD, PAM Jaya, serta operator yakni Palyja dan Aetra.

Sebagai informasi Palyja merupakan operator air bersih Jakarta dan SUEZ Environnement untuk wilayah Barat Jakarta. Sementara Aetra, Thames Water untuk wilayah Timur Jakarta dengan Sungai Ciliwung sebagai batas wilayah pelayanan. Kontrak kerjasama dengan PAM Jaya selama 25 tahun sejak 1 Februari 1998. Demikian juga Aetra.

Nah ada fakta menarik yang saya peroleh, bahwasannya ada 13 sungai yang melintasi wilayah Jakarta sudah tidak layak lagi diolah menjadi air bersih karena tercemar. Artinya sudah tak bisa menjadi air baku untuk diolah menjadi air layak konsumsi. Fakta yang disampaikan oleh Budi Susilo, Direktur Customer Service PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), disebabkan paling utama bukan dari limbah industri, tapi limbah dari rumah tangga!

“Sungai banyak yang sudah tercemar dengan deterjen,” kata Budi yang menjadi narasumber pertama di acara.

Sebagian besar limbah mengalir melalui saluran air, kemudian mengalir ke sungai. Efek dari sungai yang bermasalah tersebut, maka Palyja sebagai salah satu operator yang bekerjasama dengan PAM Jaya harus ‘mengambil’ dan membeli dari Waduk Jatiluhur disamping juga mengambil dari sungai Kanal Banjir Barat. Meski sebenarnya Kanal Banjir Barat juga tercemar namun tidak separah 13 sungai lainnya dan masih layak diolah. Dalam prosentase sumber air baku di wilayah barat Jakarta, pasokan air dari luar Jakarta sebesar 94,3% sedangkan dari Jakarta sendiri sebesar 5,7%.

Dari informasi Pak Khamid, staf Palyja yang mendampingi saat melihat IPA Palyja di Pejompongan, mengatakan bahwa air baku yang diambil dari pejompongan ini adalah dari bendungan Jatiluhur bertemu di Kalimalang. Palyja mengambil melalui Halim baru diteruskan ke Ventury IPA Pejompongan.

“Jaraknya kira-kira dari Jatiluhur ke Halim 72 km. Dari Halim dialirkan lewat bawah tanah sepanjang 12 km sampai disini (Ventury),” tutur Pak Khamid.

Nah setelah sampai di Ventury, air kotor yang kulihat warnanya coklat pekat bercampur lumpur itu diolah alias diproses melalui tahapan-tahapan sistem pengoalahan air Palyja. Seperti apa pengolahan air kotor itu menjadi air bersih untuk warga DKI Jakarta wilayah Barat itu?

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Air kotor dari Halim ke ruang Ventury. (Foto Ganendra)

Proses Instalasi Pengolahan Air (IPA) Palyja

Melihat langsung instalasi pengolahan air di IPA Pejompongan Palyja memberikan gambaran tentang bagaimana air kotor itu diolah selama 4 jam menjadi air bersih. Nampak saat masuk ke area pengolahan, berwujud saluran-saluran air yang lumayan lebar, bak-bak yang sedemikian banyak, serta mesin-mesin pengoalahan. Ternyata melalui proses yang cukup panjang. Dapat saya simpulkan dari penjelasan Pak Khamid, proses pengolahan air di IPA tempatnya bekerja meliputi: kobulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.

Pertama, air baku yang berasal dari Bendungan Jatiluhur melewati Kalimalang dan Halim masuk ke area IPA Palyja yang disebut Ventury. Di Venturi diubah bahan kimia, berupa ACH dan kapur. Lalu masuk ke area Accelator kedalaman mencapai 5 meter. Ada 6 Accelator. Disini terjadi kobulasi, flokulasi dan sedimentasi. Kobulasi adalah percampuran bahan kimia. Flokulasi adalah pembentukan flog atau lumpur yang besar dan padat dengan cara pengadukan lambat agar dapat diendapkan. Sedimentasi merupakan pemisahan lumpur dari airnya berdasarkan perbedaan berat jenis dengan cara pengendapan. Tipe bak sedimentasi berbeda-beda bentuknya. Ada bak persegi (aliran horizontal), bak persegi aliran vertikal, bak bundar.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Tabung ventury. (Foto Ganendra)

“Dari Accelator lalu masuk ke filter yang terdiri dari 48 filter,” jelas Pak Khamid.

Terlihat ada mesin di tengah-tengah area ini. Mesin berwarna biru yang sudah cukup tua, namun masih bisa beroperasi dengan baik. Lalu berlanjut saringan pasir, pasir kwarsa, turun ke bawah masuk ke reservoir. Reservoir letaknya di dalam tanah, dengan kedalaman 4 meter (ada 4 reservoir) berbentuk lapangan luas.

“Satu reservoir isinya 8100 meter kubik. Jadi tinggal kalikan 4, jadi menampung 32.400 meter kubik,” jelas Pak Khamid.

Setelah itu, dilakukan desinfeksi dengan membubuhkan bahan kimia gas khlor atau disebut kaporit untuk desinfektan pembunuh kuman yang tak terpakai. Lalu masuk ke ruang Kelder, terakhir. Dari kelder barulah air bersih dipompakan ke konsumen. Sampai di Kelder ini, sebenarnya air bisa diminum langsung. Seperti yang digunakan sebagai air minum di kantor Palyja Pejompongan itu. Sempat menikmati airnya saat membuat kopi di ruangan acara. Tak ada beda seperti air yang diminum sehari-hari heheee.

Oh iya, area pengolahan air secara kontinyu dan terjadwal dilakukan proses cleaning. Air bersih dari Kelder inilah yang disalurkan ke pelanggan. Namun setelah sampai di rumah pelanggan air ini dianjurkan untuk tidak diminum langsung.

“Harus dimasak dulu, soalnya saluran pipa sudah berumur 62 tahun, jadi potensi ada karat dan lain-lain,” imbuh Pak Khamid.

Untuk diketahui, bangunan jaringan sudah ada sejak 1922. Bangunan di IPA Pejompongan sendiri berdiri 1953. Sudah lama banget yaaa… Namun pihak Palyja sendiri, setiap hari melakukan cek sampling ke tempat saluran air, tujuannya memastikan air layak dikonsumsi. Pembersihan reservoir dilakukan 1 tahun sekali, accelator dilakukan 2 bulan sekali dan filter dilakukan setiap 72 jam. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan kualitas pengolahan air agar tetap terjaga.

Lalu apakah air yang diolah sudah standar?

Meyritha menjelaskan bahwa kualitas air sama yang keluar dari produksi sudah standar air minum. Artinya sudah bisa langsung diminum. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan/ Permenkes untuk air bersih, yakni Permenkes No. 492 tahun 2010. Sedangkan untuk air minum produksi instalasi sesuai Permenkes 582 tahun 1995. Harus diingat bahwa itu standar air bersih siap minum sebelum disalurkan ke pelanggan. Jadi standar air bersih yang dipakai pelanggan yang siap minum, harus dimasak terlebih dahulu, karena kondisi pipa saluran yang sudah lama.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Salah satu bagian proses pengolahan air Palyja. (Foto ganendra)

Oh iyaa, seperti sudah saya sebutkan di atas, Palyja menggunakan teknologi pengolahan air di IPA Baku Kanal Banjir Barat dengan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). Teknologi ini merupakan teknologi pemanfaatan bakteri alami dalam proses pengolahan air minum. Mampu menghilangkan amonia sebesar 87%. “Meteor” yang menjadi media tempat bakterinya hidup. Sementara hal yang sama dilakukan di IPA Taman Kota dengan sistem Biofiltrasi dalam rehabilitasi IPA Taman Kota. Teknologi ini memanfaatkan bakteri alami yang pertama dilakukan di Indonesia.

“Tahun ini, teknologi itu rencananya akan di-kopi paste (diterapkan) di Cilandak, karena Kali Krukut sudah mulai jelek,” jelas Meyritha.

Upaya menjaga kualitas dan pelayanan air bersih oleh Palyja dilakukan juga monitoring yang menggunakan sistem modern. Ada ruang Distribution Monitoring & Controlling Centre (DMCC). Di ruang yang berbentuk lingkaran bulat ini ada petugas yang standby selama 24 jam penuh. Petugas bergilir 3 kali dalam sehari. Tanggungjawabnya adalah memonitor seluruh sarana dan prasarana Palyja. Hal ini memungkinkan setiap masalah yang terjadi dapat diketahui dengan cepat dan langsung ditangani.

“Kalau ada masalah, maka ada alarm menyala, keluar merah, operator akan tahu. Misalnya pipa bocor, petugas akan tahu, kenapa arah kesana tak ada air, lalu diinfokan ke tim untuk segera ditangani,” tutur Pak Khamid.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Distribution Monitoring & Controlling Centre (DMCC) (Foto ganendra)

Palyja “Bersama Demi Air” Palyja yang mencakup layanan wilayah Barat Jakarta, mengambil/ membeli 60% dari Jatiluhur. Sementara Thames Water mengambil 100%. Memenuhi kekurangan itu Palyja harus mengambil air dari Tangerang. Ibu Meyritha menjelaskan bahwa Palyja tak bisa sendirian untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Ketersediaan air bersih dan menjaganya adalah urusan tanggungjawab bersama.

“Kami bekerjasama dengan instansi lainnya seperti Pemkot DKI Jakarta, Kemenpupr, media dan juga Blogger secara tak langsung. Oleh karena itu kami membuat tagline #BersamaDemiAir,” kata Meyritha.

Menurutnya sejak 1998 yang paling inti adalah air baku. Palyja sejak 1998 jumlah layanan 200 ribu, hingga akhir 2015 bertambah mencapai 405.000 pelanggan, namun air tak bertambah.

“Itu tantangannya,” tambah Meyristha.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Meyritha Maryanie, selaku Corporate Communication and Social Responsibility Division Head PT. PAM Lyonnaise Jaya. (Foto ganendra)

Antara Menjaga Ketersediaan Air dan Bisnis

Palyja merupakan perusahaan yang memiliki ruang lingkup kerja emnsuplai air bersih dengan bertanggungjawab di produksi, distribusi, customer service, perawatan dan rehabilitasi serta investasi. Pemegang saham Suez 51% dan Astratel Nusantara 49%. Kontrak kerjasama 25 tahun dengan PAM Jaya. Bentuk kerjasamanya adalah pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM Jaya kepada swasta dalam bentuk kerjasama. Segala aset utilitas akan dikembalikan kepada PAM Jaya pada saat kontrak berakhir. Menurut Meyristha privatisasi itu berbeda dengan konsesi selama 25 tahun, karena semua aset termasuk yang dibangun pihak swasta sampai kontrak berakhir dikembalikan ke PAM Jaya. Tidak dibeli oleh PAM Jaya saat kontrak berakhir.

Sebagai fokus investasi, total adalah Rp. 2089 triliun untuk perbaikan jaringan, menyediakan MDCC sebagai pusat konrol air bersih satu-satunya di Indoensia, yang meruapakan bagian dari otomatisasi dan control. Juga pengembangan instalasi pengelolaan air, juga teknologinya. Dana tersebut disebut tak mencukupi. Pasalnya saat diterima dari PAM Jaya panjangnya jaringan 4000 km. Sekarang ada 5400 km. Dari 4000 yang baru diperbaiki 1100 km, masih ada 3000km pipa dibawah tertanam yang mungkin korosi, kemungkinan yang tua masih ada. Itulah yang menyumbangkan kebocoran pipa.

Sementara itu kebutuhan dan ketersediaan air bersih di Jakarta menurut studi PAM Jaya, kebutuhan air untuk 10 juta penduduk Jakarta, setiap 100 liter/ hari/ orang. Kebutuhan air di Jakarta 26.100 liter / detik. Kebutuhan air bersih yang dapat dipenuhi oleh Palyja dan Aetra Cuma 17.000 liter/ detik, masih defisit 9,100 liter/detik. Kondisi ketahanan air Jakarta hanay 3%.

Palyja hingga 2015 telah mencapai beragam pencapaian. Untuk sambungan pada 1998 tercatat ada 201,000 sambungan. Angka ini meningkat menjadi 404,769 sambungan di tahun 2015. Volume air terjual pada 1998 sebesar 89,2 juta meter kubik, sedangkan pada 2015 menjadi 160,3 juta meter kubik. Non Revenue Water sebesar 59,4% pada 1998, sedangkan pada 2015 sebesar 39,3%. Ada 32% akses air bersih pada 1998, emningkat pada 2015 menjadi 73,15%.

Sementara itu terdapat peningkatan jumlah pelanggan (lihat data dibawah). Untuk tarif untuk beberapa kategori tidak mengalami kenaikan sejak 2007, seperti kategori social customer dan non domestik (lihat tabel dibawah). Tercatat sejak 2007 atau dalam kurun waktu 9 tahun, Palyja belum pernah menaikkan tarif.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Tabel Pelanggan dan tarif pelanggan Palyja. (Foto ganendra)

Komitmen kepada masyarakat berpenghasilan rendah, ada beberapa hal yang dilakukan oleh Palyja. Misalnya Ada 58 kios air dan master meter untuk melayani 70.000 warga. Ada 245 public hydrants untuk melayani warga, juga GPOBA/ Global Partnership on Output Based Aid 5000 connections.

Meski demikian masih banyak tantangan yang harus diatasi. Tantangan saat ini menyangkut beberapa poin, seperti tambahan air baku dan peningkatan kualitas air baku yang ada saat ini, pengembangan dan peningkatan distribusi jaringan, penanganan tindak ilegal dan sinergi multistakeholder.

Menyangkut tindak ilegal berkaitan dengan faktor kehilangan air, Non Revenue Water/ NRW yang merupakan air yang tak menghasilkan. Apa saja komponen NRW itu?

Menurut Nancy Elvina, selaku kepala Divisi management Aseet dan NRW Palyja, NRW misalnya saja adanya penggunaan ilegal, sambungan ilegal, meter tua, anomali meter, kebocoran pipa dan lain-lain.

“Ada saja akal customer, mengotak atik meteran ataupun membuat sambungan ilegal,” kata Nancy.

Penanganan terhadap tindak ilegal itu beragam, disesuaikan dengan komponen NRW yang dimaksud, seperti pemutusan sambungan, penggantian meteran, rehabilitasi pipa, bahkan pemutusan pipa.

Catatan #BersamaDemiAir

Sebagai warga pengguna, kebutuhan air bersih adalah utama dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang mesti dilakukan menyangkut memelihara ketersediaan air. Informasi yang benar dan akurat menjadi faktor yang perlu dipahami. Seperti yang disampaikan oleh peserta acara Nangkring bareng Palyja, ada beberapa catatan penting.

1. Kebutuhan air bersih adalah mutlak. Harapan besar peningkatan layanan pada operatoir menyangkut ketersediaan air yang siap minum dari air bersih yang sampai ke pelanggan. Kendala sarana dan prasarana pipa misalnya, mungkin diprogramkan untuk mendatang terkait solusinya. Tentu saja investasi tak murah, namun akan menjadi momen yang berharga buat publik dan Palyja sendiri. Tentu sangat bagus jika diprogreskan sebelum kontrak kerjasama berakhir.

2. Pekerjaan rumahnya adalah, mencari solusi tambahan air baku. Pasokan air baku dari Jakarta yang hanya 5,7% mengindikasikan bahwa kondisi ketersediaan air dan sungai-sungai di ibukota yang memprihatinkan. Pemkot DKI Jakarta yang menormalisasi sungai tentu tidak dalam waktu dekat mampu menambah air baku yang ada di ibukota.

3. Peningkatan kualitas air baku. Saat ini limbah yang berkontribusi paling banyak adalah limbah rumah tangga. Mengindikasikan kesadaran masyarakat yang kurang terhadap kebersihan lingkungan/ sungai. Menjadi tanggungjawab bersama untuk memiliki kesadaran soal limbah, sampah dan semacamnya. Tagline #BersamaDemiAir wajib dimaknai bersama.

4. Memperluas cakupan dan meningkatkan kualitas layanan, mengingat masih ada yang pelanggan yang belum terlayani sepenuhnya. Pelanggan yang masih mengalami pasokan air bersih tak stabil. Ada yang dapet sore, pagi, ataupun malam hari saja. Total jaringan Palyja saat ini ada 5400 km.

5. Informasi dari pihak Palyja, wajib diketahui masyarakat, terkait tentang sugesti air berbau kaporit itu beracun. Padahal justru sebaliknya. Menandakan air sudah diproses pengolahan. Gas khlor dalam air akan hilang tak lama, 5 menitan.

6. Melalui CSR-nya Palyja berperan serta mengedukasi masyarakat menyangkut kesadaran menghargai air dan pelestariannya. Misalnya saja yang sudah dilakukan dengan menerima kunjungan dari pihak sekolah-sekolah, sehingga siswa dapat memperoleh wawasan lebih luas tentang upaya penyelamatan air bersih.

7. Teknologi pengolahan air Palyja, MBBR dengan menggunakan bakteri alami adalah pertama di Indonesia dan satu-satunya di Asia Tenggara.

8. Menumbuhkan kesadaran bersama dan kepedulian untuk menjaga dan melestarikan air menjadi tanggungjawab bersama.

So, air permukaan tanah di Jakarta terjadi penurunan 5-10 cm tiap tahunnya. Artinya air menjadi masalah yang mendesak untuk diatasi bersama, demi masa depan kita. Mari peduli #BersamaDemiAir.

@rahabganendra

Semua foto milik pribadi

Artikel ini adalah opini dan pendapat dari penulis kompasiana dan dilombakan dalam kegiatan Kompasiana Nangkring Bersama PALYJA 21 Maret 2016″

Sumber : http://www.kompasiana.com/rahab2/bersama-demi-air-palyja-antara-upaya-bisnis-dan-harapan_56f6f9f3c4afbde70dcb725c

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Air sungai sebagai sumber utama air baku sudah tidak layak diolah (lipsus.kompas.com)

Siapa yang tidak terkesan dengan film “Mad Max: Fury Road” yang mengisahkan tentang krisis dunia di mana bukan hanya minyak bumi yang menjadi komoditas paling dicari namun air juga sangat langka sehingga terjadi krisis air dan pangan yang luar biasa di bawah pemerintahan Immortan Joe yang brutal.

Film ini mengisahkan bagaimana seorang wanita bernama Furiosa dan Five Wives berniat untuk melakukan sabotase sumber air dan minyak untuk dibawa pergi ke sebuah tempat di mana Furiosa tinggal semasa kecil bernama Green Place. Sebuah tempat yang memiliki tumbuhan dan air, namun sayangnya Furiosa dan para istri Immortan Joe harus menelan pil pahit karena ternyata kini Green Place juga sama tandusnya dengan daerah lain; kering dan tiada tumbuhan sama sekali.

Film ini berhasil membuat saya terpukau karena jalan cerita dari awal sampai akhir penuh dengan ketegangan. Satu hal yang agak menggelitik adalah tentang krisis air yang disajikan dalam film ini. Masuk akal bila minyak bumi suatu saat bisa menjadi barang yang sangat tidak terjangkau karena memang minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui di mana butuh waktu sampai jutaan tahun dalam proses pembentukannya. Sebaliknya air? Air adalah sumber daya yang dapat diperbaharui. Semua kita pasti mengetahui siklus air yang dimulai dari menguapnya air laut kemudian uap dibawa oleh hembusan angin menuju daratan.

Uap air mengalami proses kondensasi dan berubah menjadi butiran awan yang akhirnya akan jatuh di daratan sebagai air hujan kemudian diserap tanah. Terakhir, air ini akan mengalir kembali menuju sungai yang bermuara ke lautan. Nanti air laut akan menguap lagi membentuk awan kemudian jatuh ke bumi. Mereka yang belum memiliki saluran PAM di rumah mungkin akan kesulitan air.

Namun, bagi masyarakat Ibu Kota, air bersih masih sesuatu hal yang mudah didapatkan bahkan cenderung berlimpah ruah. Mau mandi berapa kali sehari juga bisa. Bila air PAM mati tinggal menyalakan air jetpump. Berita di TV sangat sering memberitakan tentang banjir dan belum lagi harga air PAM yang tergolong ekonomis. Beberapa fakta di ataslah yang membuat orang tidak sadar kalau kita sudah sampai pada ambang krisis air.

Penasaran mengenai kelangkaan air bersih inilah yang mengantarkan saya untuk mendaftarkan diri mengikuti acara Kompasiana Nangkring Bersama PALYJA dengan tema: “Bersama Demi Air”. Benarkah mulai terjadi kelangkaan air seperti kabar yang dihembuskan akhir-akhir ini? Pak Khamid selaku penanggung jawab operator Palyja memandu saya dan kompasianer lain mengelilingi lokasi instalasi pengelolaan air Palyja. Cukup kaget kalau ternyata Palyja ini adalah tempat pengolahan air kotor nan keruh untuk diolah menjadi air bersih layak konsumi yang siap didistribusikan ke rumah-rumah melalui pipa bawah tanah. Proses pengolahan air mulai dari penyaringan kasar, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, kemudian masuk ke reservoir, dan terakhir dipompakan ke pelanggan.

Proses pengelolan air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Palyja Pejompongan adalah sebagai berikut. Air dari Waduk Jatiluhur masuk melalui wadah intake. Bangunan intake ini memiliki saringan kasar yang berfungsi memisahkan benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya air baku ini diendapkan pada parit-parit lebar dan panjang. Setelah proses pengendapan awal, air dialirkan melalui tempat pembubuhan zat koagulan berupa tawas atau ACH dengan tujuan supaya air keruh tadi membentuk endapan. Bila air telah bercampur sempurna dengan ACH/tawas maka di dalam bak akan terbentuk endapan sehingga terjadi pemisahan antara air bersih dan kotoran. Air yang sudah bersih ini dialirkan menuju bak saringan pasir. Meskipun air sudah tampak bersih tetapi masih terdapat kuman yang berbahaya sehingga harus dilakukan proses desinfeksi dengan membubuhkan zat chlor. Air yang sudah jernih dan bebas kuman selanjutnya dikumpulkan dalam bak penampungan (reservoir) sebelum akhirnya disalurkan kepada pelanggan. Seluruh proses pengolahan air ini memakan waktu sampai 4 jam.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Proses Pengolahan Air Baku (dokpri Rahayu)

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Tempat Pengolahan Air Palyja (dokpri)

Ternyata pengolahan air membutuhkan biaya dan peralatan yang sangat mahal. Belum lagi air yang diambil ternyata bukan dari sungai Jakarta melainkan dari Jatiluhur. Air baku ini juga tidak gratis sehingga membutuhkan biaya tambahan yang cukup besar sebelum diolah menjadi air bersih. Jakarta memiliki 13 kali namun semua tercemar limbah domestik dan industri.

Padahal sungai adalah sumber utama air baku untuk diolah di IPA menjadi air bersih layak konsumsi. Namun ternyata kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Semua air kali tersebut tidak memungkinkan untuk dijadikan bahan baku air sebab tingkat polutan yang sangat parah melampaui batas aman. Inilah sebabnya mengapa Palyja harus mendatangkan air baku dari Jatiluhur.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Indeks Kualitas Air sungai Jakarta (jakartapedia.bpadjakarta.net)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta menyimpulkan kalau tidak satu pun air baku di Jakarta layak untuk diolah menjadi
 air bersih. Hanya 1% aliran sungai Jakarta yang indeks pencemarannya dikategorikan baik dan selebihnya dikategorikan tercemar ringan sampai berat sehingga sangat rawan bila dijadikan bahan baku air bersih akibat tercemar polutan dari domestik maupun industri. Artinya, ketersediaan air memang berlimpah ruah namun hanya sebagian kecil yang bisa dikonsumsi.

Tingkat ketersediaan air bersih yang semakin hari semakin sedikit tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan populasi yang semakin membludak. Bila tidak segera dicari jalan keluar maka pasokan air bersih yang sedikit tadi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan semua manusia. Menurut ibu Meyritha Maryani selaku Corporate Communications and Social Responsibilities Division Head Palyja, pada tahun 1998 pelanggan PAM hanya 200.0000 sambungan kini meningkat menjadi 405.000 sambungan dengan lebih dari 3 juta pelanggan masyarakat Jakarta yang tinggal di wilayah barat sungai Ciliwung. Artinya, telah terjadi peningkatan jumlah pelanggan sebanyak dua kali lipat sejak tahun 1998 yang melayani hanya 1,5 juta orang. Namun sayangnya peningkatan jumlah pelanggan ini tidak diikuti dengan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber air baku.

Air di Indonesia memang berlimpah namun daya tampungnya sangat rendah. Menurut data Bappenas tahun 2012 daya tampung air di Indonesia hanya 54 meter kubik per tahun untuk setiap kepala. Padahal kebutuhan per orang setiap tahunnya sebesar 1.975 meter kubik. Kemampuan daya tampung ini sangat jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Thailand, Meksiko, dan Amerika Serikat. Angka yang demikian hanya satu tingkat di atas negara Ethiopia.

Fenomena kurangnya daya tampung ini disebabkan sedikitnya daerah resapan air dan kurangnya pembangunan waduk buatan demi menampung air hujan. Daya tampung yang minimal selain disebabkan tidak ada waduk penampungan air hujan, juga karena Ibu kota sudah tidak memiliki daerah resapan air yang memadai sehingga kebanyakan air hujan tidak menyerap ke dalam tanah. Saat musim hujan, air langsung menuju ke sungai dan laut. Siklus air sudah tidak terjadi sebagaimana mestinya.

Air hujan hasil penguapan air laut yang tumpah ke bumi seharusnya sebagian menyerap masuk ke dalam tanah dan menjadi cadangan di saat musim kemarau. Kini, kurangnya daerah resapan membuat semua air hujan langsung tumpah menuju ke lautan. Akhirnya, saat musim hujan banyak daerah di Indonesia termasuk Ibu Kota yang banjir namun sebaliknya saat musim kemarau terjadi kekeringan dan kekurangan air yang luar biasa.

Oxfam International yang merupakan sekelompok organisasi independen non-pemerintah memprediksi pada tahun 2025 akan ada sebanyak 321 juta jiwa penduduk Indonesia yang kesulitan mengakses air bersih. Jumlah ini akan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Apa yang terjadi bila hal tersebut terus semakin parah puluhan atau ratusan tahun yang akan datang? Fakta menunjukkan tidak ada manusia yang bisa memperoleh kualitas hidup sehat tanpa air bersih.

Kurangnya air bersih menyebabkan berbagai kondisi berbahaya seperti penyakit diare, penyakit kulit, dan berbagai penyakit akibat bakteri jahat lainnya. Data WHO mencatat tahun 2008 sebesar 3,5% dari total kematian di Indonesia disebabkan kelangkaan air bersih. Di tingkat dunia, ada sekitar 1,6 juta anak meninggal karena diare dan angka kematian karena diare ini jauh lebih tinggi daripada kematian karena penyakit TBC, Malaria, atau HIV AIDS. Selain itu, lingkungan yang kekurangan air bersih pasti menimbulkan bau, penyakit pada hewan, atau tanaman bahan pangan mati. Intinya, keterbatasan air bersih menyebabkan kelangkaan bahan pangan karena layaknya manusia, tanaman juga tidak bisa disiram dengan air tercemar. Sebuah sumber menyebutkan dibutuhkan 2.500 liter air untuk menghasilkan 1 kg beras, 760 liter air untuk 1 kg jagung, 1.300 liter air untuk 1 kg gandum, 1.000 liter air untuk 1 liter susu, 10.000 liter air untuk 1 kg keju, 3.300 liter air untuk 1 kg telur, 15.400 liter air untuk 1 kg daging sapi. Artinya kelangkaan air akan melahirkan krisis sumber pangan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Michael Parfit yang adalah seorang penulis untuk National Geographic. Beliau mengatakan, “Manusia hidup adalah berkat keberadaan air. Di mana ada air maka di situ ada kehidupan dan di mana tidak ada air maka tidak akan ditemukan kehidupan”

Nyatalah kini kalau masalah kelangkaan air bersih bukan hanya terjadi di Indonesia namun juga di dunia. Betapa berharganya keberadaan air bersih bagi masyarakat bumi karena menentukan kualitas kesehatan bahkan hidup-mati seseorang. Bila kelangkaan air terus semakin parah di Indonesia dan dunia maka bukanlah mustahil suatu saat akan menyebabkan ‘peperangan’ demi memperebutkan air bersih.

Data PBB menyebutkan kalau saat ini ada sebanyak 768.000.000 manusia di dunia yang tidak memiliki akses ke sumber air dan sebanyak 2,5 miliar tidak memiliki sumber air yang layak konsumsi. UNESCO juga memberikan laporan yang mengerikan di mana berdasarkan hasil penelitian kalau kebutuhan air dunia cenderung meningkat sebanyak 55% pada tahun 2050. Bila keadaan perairan tidak membaik, diperkirakan lebih dari 40% dari penduduk dunia akan mengalami krisis air.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Sungai di dunia sudah banyak yang sangat tercemar (Indeks Kualitas Air sungai Jakarta (jakartapedia.bpadjakarta.net)

Kelangkaan air yang sedemikian parahnya akan memberlakukan hukum alam, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Bahkan bukan hal yang berlebihan bila penguasa bengis layaknya Immortan Joe akan muncul dan mengendalikan orang-orang yang ingin mendapatkan air dan pangan darinya. Semoga saja hidup yang bagaikan mimpi buruk itu bisa kita cegah sejak kini.

Upaya Palyja Memaksimalkan Kuantitas dan Kualitas Air Bersih

Sampai akhir tahun 2015 hanya 60% penduduk Jakarta yang mendapatkan akses air bersih melalui perpipaan yang memenuhi persyaratan kualitas air berdasarkan Permenkes 416/MENKES/PER/IX tahun 1990. Artinya sekitar 40% masyarakat Ibu Kota yang tidak memiliki akses air bersih terpaksa mengkonsumsi air yang tidak layak atau membeli air kemasan yang cukup mahal.

Menurut data Palyja, kebutuhan air adalah sebesar 26.100 liter/detik sementara persediaan air hanya 17.000 liter/detik. Artinya ada kekurangan sebesar 9.100 liter/detik yang harus dipenuhi. Bahkan Pusat Kajian Sumber Daya Air Indonesia wilayah DKI memprediksi dalam 10 tahun mendatang, defisit air akan bertambah mencapai 19 ribu liter/detik dengan catatan total penduduk Ibu Kota menjadi 13,4 juta jiwa.

Saat ini Palyja Pejompongan yang beralamat di Jalan Penjernihan 1 No.1 Tanah Abang telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pasokan air bersih. Demi menyiasati air sungai Jakarta yang tidak layak dijadikan air baku maka Palyja mengambil sumber air baku dari luar Jakarta. Bila Palyja memaksakan menggunakan air baku dari sungai Ibu Kota maka diperlukan teknologi tambahan dengan biaya yang sangat mahal yang bisa berdampak pada jumlah tagihan PAM masyarakat.

Komitmen untuk tidak memberatkan pelanggan inilah yang menjadi pertimbangan Palyja sehingga mengambil air baku dari luar Jakarta sebanyak 94,3% dan hanya 5,7% yang berasal dari Jakarta. Sumber air baku luar Jakarta tadi paling banyak diperoleh dari Waduk Jatiluhur dan sebagian kecil diperoleh dari air olahan yang dibeli dari Tangerang. Bagaimana dengan air laut? Ibu Meyritha Maryanie, Corporate Communication Head PT Palyja mengatakan, Palyja memiliki teknologi untuk mengubah air laut menjadi air bersih namun kembali lagi, pasti akan memengaruhi harga tagihan air. Itulah sebabnya Palija mengusahakan cara lain agar harga air tetap ekonomis. Terbukti dari sejak Januari 2007 Ibu Meyritha mengatakan belum ada perubahan harga tarif hingga saat ini.

Air baku Jakarta yang sedemikian tercemar disebabkan kurangnya pengelolaan limbah industri dan kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai. Ibu Irma selaku Deputi Direktur Operasi Pelayanan Palyja menyatakan kalau Palyja juga memiliki teknologi pre-treatment untuk mengolah air Jakarta menjadi air baku yang layak untuk diolah menjadi air bersih. Teknologi ini sangat diperlukan apabila terjadi penurunan pasokan air dari waduk Jatiluhur.

Pre-treatment ini terdiri dari dua yaitu metode biofiltrasi dengan memanfaatkan bakteri alami dalam pengolahan proses pengolahan air yang terletak di IPA Taman Kota dan teknologi Moving Bed Bio-Film Reactor (MBBR) di IPA Cilandak Kanal Banjir Barat. Teknologi ini memungkinkan Taman Kota untuk menghasilkan air bersih sejumlah 150 liter/detik dengan menggunakan air baku dari sungai Cengkareng Drain.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Sumber Air Baku Palyja (dok Palyja)

Palyja adalah operator air bersih pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang menggunakan teknologi MBBR. MBBR merupakan teknologi pengolahan bahan air baku dengan menggunakan partikel bernama “meteor” sebagai media tumbuh kembang mikroorganisme yang mampu mengurai amoniak, besi, mangan, dan detergen dalam air. Pre treatment IPA Taman Kota dan Cilandak ini memberi tambahan pasokan air bersih mencapai 400 liter/detik dengan sumber air berasal dari sungai Krukut.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Meteor yang merupakan media bagi bakteri alami yang mampu mengurai sampai 87% Amonia (dokpri)

Teknologi pengolahan air bersih yang diterapkan di IPA Taman Kota dan IPA Cilandak bukan berarti tidak mengalami kendala. Keadaan lingkungan yang tidak tertata bisa mempengaruhi proses produksi di kedua tempat tersebut. Misalkan karena turunnya permukaan darat akibat eksploitasi air tanah, maka saat musim kemarau panjang, air sungai menjadi surut sehingga permukaan air yang sedemikian rendah menyebabkan terjadinya aliran air laut menuju ke intake IPA Taman Kota yang hanya berjarak 8 kilometer dari laut.

Hal ini menyebabkan kadar garam yang terlalu tinggi untuk dijadikan bahan air baku sehingga produksi air menurun bahkan berhenti. Demikian juga IPA Cilandak yang sumber air bakunya berasal dari sungai Krukut. Musim kemarau mengakibatkan air semakin keruh dan pertambahan populasi menyebabkan kadar amonia dan detergen semakin hari semakin tinggi akibat jumlah populasi Jakarta yang bertambah. Bukan hanya musim kemarau yang bisa menurangi produktivitas Palyja, sebaliknya musim hujan juga bisa menganggu karena sebagian daerah IPA bisa saja terendam banjir sehingga tidak mungkin dipergunakan. Artinya keseimbangan alam sangat diperlukan dalam mendukung proses pengelolaan air bersih.

Selain mengelola air baku, Palyja juga berusaha menurunkan tingkat NRW (non revenue water) atau kebocoran produksi air sehingga tidak memberikan pendapatan tetap ke Palyja. NRW ini bukan hanya merugikan Palyja namun juga pelanggan karena NRW bisa menyebabkan pasokan air ke pelanggan berkurang. Kebocoran akibat fisik disebabkan oleh kebocoran pada pipa, sambungan rumah, dan pipa primer. Sebaliknya kebocoran non fisik disebabkan kerusakan alat meteran atau karena sambungan air yang ilegal.

Demi mengatasi kecocoran, tahun 2016 Palyja sudah melakukan rehabilitasi fisik dengan melakukan rehabilitasi jaringan sebesar 20 km, perbaikan kebocoran di 32.000 titik , dan pemutusan pipa ilegal 100 km. Metode yang digunakan adalah dengan gas helium 5000 km serta menggunakan metode kamera JD7 dan suara correlator mencapai 40 km. Adapun metode gas helium yang dilakukan Palyja ini merupakan implementasi dalam skala besar pertama di dunia.

Tidak hanya rehabilitasi fisik, Palyja juga melakukan rehabilitasi komersial dimana sampai tahun 2016 sudah mengganti meter yang anomali sebanyak 40.250 dan meter yang rusak karena usia sebanyak 32.000. Palyja juga sudah mengatasi kasus yang terdiri dari 3100 penyalahgunaan dan 1900 kasus sambungan ilegal. Terakhir, Palyja sudah menyusun MOU bersama Polda untuk proses penindakan bagi pelaku pencurian air. Usaha dan komitmen dalam mengatasi kebocoran dan mengurangi NRW yang sangat merugikan pelanggan dan Palyja ini membuahkan hasil yang baik dimana tingkat kebocoran fisik dan komersial yang sebelumnya 59,4% kini menurun menjadi hanya 39,3%. Saat ini, kapasitas produksi IPA Pejompongan sudah meningkat menjadi 8.800-9.200 liter/detik untuk menyuplai wilayah Jakarta Barat dan Utara. Palyja juga berupaya meningkatkan kualitas air bersih di jaringan dengan melakukan re-klorinasi di booster pump Grogol, Gajah Mada, dan Tubagus Angke.

Demi menambah kualitas dan kuantitas air bersih untuk pelanggan, Palyja memiliki tiga proyek tambahan yaitu proyek Fatmawati untuk mendistribusikan pasokan air dari IPA Pejompongan menuju pelanggan di selatan. Ada juga proyek Muara Baru yang bertujuan meningkatkan pasokan dari IPA Pejompongan ke wilayah Muara Baru. Terakhir adalah proyek Kuningan untuk meningkatkan layanan atas permintaan pelanggan potensial di wilayah Kuningan – Tebet. Selain itu, guna memonitor gangguan operasional dan kualitas air di IPA Pejompongan, Palyja memiliki Distribution Monitoring Control Center (DMCC) yang pertama di Indonesia. DMCC berfungsi untuk memonitor suplai distribusi (kualitas dan kuantitas) air Palyja non stop selama 24 jam dalam 7 hari.

Tambahan lain yang perlu diketahui mengenai Palyja saat ini adalah mengenai kerja sama yang dibentuk antara PAM Jaya dan pihak swasta dalam hal ini Suez dan Astratel. Kerja sama ini memberikan delegasi kepada Suez dan Astratel untuk mengelola air bersih dari PAM Jaya kepada pihak swasta. Bentuk kerja sama ini bukanlah upaya privatisasi karena saat masa kontrak berakhir, segala aset utlitas akan dikembalikan kepada PAM Jaya. Upaya kerja sama ini dilakukan dengan tujuan utama meningkatkan efetivitas dan produktivitas Palyja sebagai operator pengelola air bersih.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Pemegang saham Palyja saat ini adalah Suez dan Astratel (dok Palyja)

Aman Mengkonsumsi Air Palyja

Air yang diproduksi oleh Palyja aman dikonsumsi bahkan saya dan rombongan meminum air yang sudah selesai diolah tanpa dididihkan terlebih dahulu. Meneguk airnya mampu memberikan sensasi rasa segar di tenggorokan. Air ini tidak berasa, tidak berbau, dan jernih. Bila tidak diberitahukan oleh pihak Palyja, kami bahkan sama sekali tidak tahu kalau air tersebut adalah air hasil olahan langsung yang tanpa dimasak. Air yang sama aman untuk diminum bila telah tersalurkan di rumah masing-masing karena air telah melalui proses desinfeksi sehingga kuman-kuman di dalam air sudah dibunuh.

Namun, bila mengkonsumsi air yang di rumah, kami disarankan untuk mendidihkannya terlebih dahulu karena untuk mengalirkan air sampai ke rumah pelanggan melewati pipa yang cukup panjang yang mungkin di dalamnya ada pipa yang bosor atau rusak. Air Palyja sangat aman dikonsumsi karena sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX tahun 1990 tentang syarat dan kualitas air.

Bila mencium aroma kaporit pada air, jangan khawatir karena kadar kaporit yang dimasukkan tidak melebihi kadar yang dianjurkan. Selain itu, menurut Ibu Meyrita justru kaporitlah yang berfungsi membunuh bakteri patogen. Demi menghilangkan bau kaporit sangat mudah, pelanggan dianjurkan untuk mendiamkan air keran selama 5-10 menit sehingga aroma kaporit menguap tanpa mengurangi kadar kebersihan air Palyja. Saya pun kini sadar kalau air keran dari Palyja itu ternyata higienis sehingga layak konsumsi. Selama ini saya berpikir air PAM hanya pantas dipakai untuk mandi dan mencuci saja sehingga untuk konsumsi dan masak saya menggunakan air kemasan.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam

Air hasil olahan Palyja aman dikonsumsi walau tanpa dididihkan (dokpri)

Ketersediaan Air Adalah Tanggung Jawab Bersama Palyja telah melakukan usaha yang maksimal dalam menyediakan pasokan air bersih. Namun kendala utama yang masih tetap dirasakan adalah masalah ketersediaan air baku. Krisis air baku ini tidak bisa diatasi sendiri oleh Palyja sehingga semua masyarakat dan seluruh stakeholder harus bersama-sama mendukung keberadaan air bersih dengan turut menjaga sungai yang adalah sumber utama air baku. Bila semua pihak bekerja sama maka ketersediaan air bersih akan semakin mudah diatasi.

Pemerintah sudah saatnya lebih ketat melakukan pengawasan terhadap cara pengelolaan dan daur ulang limbah industri sehingga kadar polutannya bisa dikurangi sebelum dibuang ke sungai. Pemerintah juga sebaiknya memberikan perhatian yang lebih atas perusahaan yang mengekplorasi sumber mata air agar perusahaan tersebut memperhatikan konservasi sumber mata air dalam jangka panjang. Developer perumahan harus diberikan peraturan tegas agar menyediakan taman perumahan dan lahan kosong sebagai tempat resapan air. Alangkah indahnya bila semua kepala daerah juga menyediakan hutan atau taman kota sehingga memberi kesempatan air hujan untuk meresap ke dalam tanah.

Peran masyarakan tidak kalah penting dalam menjaga ketersediaan air baku dengan membiasakan diri untuk membuang sampah hanya pada tempat yang disediakan. Hindari membuang sampah ke sungai karena itulah sumber air minum yang akan dikonsumsi. Gunakan satu gelas dalam satu hari untuk menghindari pencucian berulang-ulang.

Pada saat mandi, matikan keran air bila sedang menyikat gigi, sabunan, atau shampoan. Demikian pula saat mencuci piring, matikan keran bila tidak sedang membilas piring. Jika menyiram tanaman sebaiknya dari air cucian beras atau air tampungan hujan. Hindari menggunakan air keran untuk menyiram tanaman karena bentuk pemborosan. Bila ingin bepergian, sebaiknya membawa air minum dalam botol minuman yang bisa dipakai berulang-ulang untuk menghindari pembelian air minum kemasan. Kemasan air minum merupakan penghasil sampah yang membutuhkan ribuan tahun untuk terurai sempurna. Begitu pula saat menemukan ada keran air yang bocor maka secepatnya mengganti dengan yang baru. Sedapat mungkin hindari mandi dengan menggunakan bath tub karena air yang terbuang cenderung banyak. Lebih baik menggunakan ember kecil atau shower dengan catatan hanya dihidupkan saat membilas tubuh.

Termasuk benda apakah air yang dialirkan melalui pam
Bersama Mencegah Krisis Air Serunya acara tanya jawab Kompasianer dan Tim Palyja (dokpri)

Keramahan para narasumber yang sangat antusias menjawab pertanyaan para kompasianer yang demikian bertubi-tubi bagi saya adalah sebentuk semangat untuk menyadarkan saya dan kompasianer lain mengenai krisis air yang sedang melanda. Kunjungan lapangan ini ternyata tidak hanya memberikan pengetahuan baru namun menyadarkan akan pentingnya menghemat air. Indonesia dan dunia sedang berada dalam krisis air namun seolah tidak banyak yang menyadarinya. Wajar saja karena sering kali orang melihat air hanya dari segi benda yang bisa diperoleh di mana saja tanpa melihat dari mana sebenarnya asal air bersih tersebut.

Air merupakan penopang kehidupan manusia karena tiada yang bertahan hidup tanpa air. Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi hanya 5%. Memang kecanggihan teknologi mampu mengubah air sekeruh apa pun menjadi air minum. Permasalahannya siapkah kita membayar harga yang sangat mahal bahkan cenderung tidak terjangkau? Sekarang saja air kemasan satu liter sudah mendekati harga satu liter bensin sehingga besar kemungkinan air bersih kelak tidak bisa lagi dinikmati khalayak banyak. Oleh karena itu, mari bersama-sama mengambil peran menjaga kelestarian air bersih karena air itu mahal sehingga janganlah ia disia-siakan!

Salam sehat

Rahayu Damanik

Artikel ini adalah opini dan pendapat dari penulis kompasiana dan dilombakan dalam kegiatan Kompasiana Nangkring Bersama PALYJA 21 Maret 2016″

Sumber : http://www.kompasiana.com/rahayusetiawatidamanik/kelangkaan-air-bersih-mengancam-dunia-tanggung-jawab-siapa_56f6df4f8323bdf30ac20211

Next