Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah

Sudah bukan rahasia lagi kalo Bali merupakan ikon bangsa di mata dunia dengan aneka kebudayaan yang punya ciri khas tersendiri, mulai dari senjata, pakaian, rumah dan juga tariannya, nah sekarang kita akan membahas tentang tari kupu kupu khas Bali dengan beragam keunikannya.

Tahukah anda bahwa Tari Kupu Kupu merupakan salah satu jenis tari tradisional asal Bali yang termasuk tari kreasi baru.

Tarian ini biasa dipentaskan sebagai sarana hiburan.

Konon, asal usul yang menjadi inspirasi dari tarian ini diambil dari aktivitas kupu-kupu biru tua (tarum) yang hinggap dan beterbangan di antara bunga-bunga.

Sedikit berbeda dengan kebanyakan tarian asal Bali lainnya seperti tari kecak dan tari khas Bali lainnya, gerakan tari kupu kupu komposisinya lebih dinamis dan lebih menawan sebagaimana gemulainya kupu-kupu.

Ok, nggak usah berlama-lama, kita langsung kepoin beberapa hal penting terkait tarian jenis ini seperti sejarah, kostum, properti, setting panggung, gerakan, iringan, serta makna dan filosofinya.

OK, let’s move on to the subject!

Asal Usul Mengenai Sejarah Tari Kupu Kupu

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Carum

Dikutip dari laman blog.oscas.co.id, asal usul dari kesenian Kupu-Kupu Carum berasal dari desa Mas, Ubud, Kabupaten Gianyar yang bentuk pementasannya berada dalam satu paket dramatari yang diiringi oleh gamelan Angklung.

Penciptaan serta gagasan atas drama tari ini terjadi sekitar tahun 1930 yang mana dulu tarian ini sempat mengalami kepunahan karena tidak mampu beregenerasi dengan baik.

Gagasan untuk menciptakan tarian ini juga disebabkan atas keinginan wisatawan asing sekaligus pelukis, bernama Walter Spice, agar penggarapan gamelan angklung bisa dilakukan ke dalam bentuk seni pertunjukan.

Tujuannya adalah untuk memberi tempat terhadap kesenian tersebut agar tidak monoton (bahkan hanya dikenal dimasyarakat sebagai kesenian untuk orang meninggal saja).

Pada awalnya, penata gerak dalam garapan ini digagas oleh Pekak (Kakek) Musna dari Banjar Tarakan, sementara Kak Monol bertindak sebagai penata tabuh.

Kedua seniman yang sudah sepuh ini dengan kompak mengolaborasikan gamelan angklung ke dalam Drama Tari Kupu-Kupu Carum.

Carum sendiri adalah sebuah nama dipakai secara resmi dalam tarian ini yang pada mulanya diambil dari kata Kecarum atau tanaman kemangi. Tanaman ini ialah salah satu jenis dedaunan di daerah Bali yang kerap dipakai sebagai bumbu pelengkap masakan.

Uniknya, nama tari Carum ini lebih populer di kalangan masyarakat Desa Mas, Ubud, sementara masyarakat sekitarnya malah lebih mengenalnya dengan sebutan Ende, pasalnya pementasan tarian ini lebih mirip Gebug Ende.

Namun yang disayangkan, meski drama tari ini sempat mengalami kejayaan, namun sekarang malah terancam punah akibat dari minimnya masyarakat dan generasi muda yang berkeinginan untuk melestarikannya.

Meski ada upaya untuk mengubah iringan tari yang semula adalah angklung menjadi Gong Kebyar, namun tetap tak mampu menjamin eksistensinya pada masa itu, dan mengharuskannya vakum lagi kira-kira selama 25 tahun.

Bahkan beberapa upaya yang ditempuh untuk membangkitan kembali, serta usaha untuk pengembangan pun mengalami kendala.

Gending sebagai alat utama iringan beserta alat-alat tabuhnya juga tidak banyak yang mengetahui karena memang sudah saking lamanya tak dipentaskan.

Namun, meski demikian, masih ada para seniman sepuh seperti, Nyoman Kaler, Ketut Darsana, Ketut Sadra, Ketut Rupa yang masih bisa mengingat-ngingat beberapa pakem dalam pementasan Drama Tari Kupu-Kupu Carum.

Alur cerita dari pementasan kesenian klasik kuno ini yaitu usaha Abimanyu dalam mendapatkan anugerah Ayawanggani, yaitu berupa senjata panah yang sangat sakti, melalui pelaksanaan tapa semadi.

Sehingga pada akhirnya, ia mampu mendapatkan pusaka luar biasa berupa panah pasupati yang konon mampu menjadikan seorang pemimpin seketika disegani rakyatnya dan ditakuti oleh para musuhnya.

Tari kupu kupu berasal dari desa Mas, Ubud, Kabupaten Gianyar, pencipta tari kupu kupu adalah I Wayan Beratha pada tahun 1960.

Panah ini diberikan langsung oleh Bhatara Siwa.

Dalam pertapaannya, tentu saja Abimanyu mengalami banyak sekali godaan, diantaranya adanya kehadiran widyadara dan widyadari yang merupakan utusan dari para dewa.

Dalam pementasan ini, sedikitnya ada 20 orang penari yag dilibatkan.

Beberapa peran lain yang juga turut-serta dimainkan sebagai pendukung jalan cerita, meliputi:

  1. Bojog-bojogan.
  2. Rengda.
  3. Raksasa.
  4. Dan barong yang menyimbolkan Rwa Bhineda.

Tarum

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Tarum merupakan tarian tradisional dari Bali yang merupakan hasil ciptaan dari salah seorang seniman lokal di tahun 1960-an, yaitu I Wayan Beratha.

Seniman yang lahir pada tahun 1926 di Banjar Belaluan Denpasar ini menetap di Banjar Abian Kapas Kaja hingga sekarang.

Beliau tumbuh besar dalam kehidupan lingkungan keluarga seniman Bali sehingga berperan besar terhadap tumbuh-besarnya nama beliau.

Kakeknya, I Ketut Keneng juga seniman besar asli Bali pada zamannya yaitu pada tahun (1841-1926) beliau adalah seorang ahli dalam ranah karawitan dan pagambuhan.

Sebagaian besar kehidupan sang Pekak (Kakek) dihabiskan untuk mengabdi pada keluarga Puri Denpasar, sehingga beliau dianggap sebagai seniman kesayangan Raja I Gusti Agung Ngurah Denpasar karena nama dan karya karyanya yang besar.

Hal ini terus berlangsung hingga timbulnya Perang Puputan Badung pada tahun 1906.

Hubungan antar kekeluargaan ini pun mengalirkan darah seniman besar yang ada dalam diri I Wayan Beratha.

Selama masih aktif dalam karya dan keseniannya, I Wayan Beratha sudah dianggap sebagai kebanggaan Tanah Air, karena ikut serta dalam melahirkan beragam karya memukau, terutama bagi masyarakat Bali.

Sebuat saja ada Tari Tani, Tari Yudha Pati, dan yang terkenal Tari Kupu Kupu yang ia ciptakan. Dan masih banyak lagi karya beliau dalam bidang karya seni tari dan juga kesenian lainnya.

Namun banyak sanggar (orang) lebih memilih menggunakan Tari Kupu Kupu karena lebih mudah dalam mempelajarinya.

Di Bali khususnya, mayoritas anak kecil setingkat Sekolah Dasar (SD) itu sudah menjadi hal biasa bila menguasai gerakan-gerakan tari Kupu Kupu sebagai bentuk pengenalan budaya dalam banyak sanggar seni.

Keinginan besar sang seniman dalam menciptakan tarian ini tak bisa dipisahkan atas upaya untuk membuang pemikiran fanatisme kedaerahan, namun tentu tanpa mengabaikan ciri khas kebudayaan Bali itu sendiri.

Di luar karyanya sebagai pencipta tari, beliau juga punya rekam jejak yang tidak sedikit.

Sebuat saja mulai dari melakukan penyadapan terhadap warna gamelan yang mengandung pola-pola kedaerahan, meretas, kemudian menyatukan kesemuanya dalam suatu seni karawitan tahun 1957-1959.

Pola-pola tersebut menurut pengamatannya diakibatkan karena adanya kompetisi yang berlangsung di masa raja-raja sampai pada era penjajahan.

Sehingga muncullah keberanian dari dalam diri beliau untuk mempelajari seni karawitan Bali Utara, sekaligus juga mengajarkan karawitan Bali Selatan ke seluruh masyarakat Bali kala itu.

Dalam perjalanan selanjutnya, beliau dan I Cede Manik pun memadukan antara gaya seni karawitan Bali Selatan dan Utara.

Hal ini bisa dilihat secara jelas dalam setiap tarian hasil ciptaannya.

Meski demikian, hal ini tentu bukan berarti beliau serta-merta mau merusak atau melunturkan tradisi seni tradisional Bali.

Namun ini adalah suatu bentuk kebaruan, agar dunia yang ‘ditinggali’ oleh kesenian tradisional Bali bisa hidup seirama dengan perkembangan zaman sebagaimana ini tergambar dalam Tarian Kupu-Kupu.

Kuning

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Ada versi lain tentang Tari Kupu Kupu di Bali yang juga dikenal oleh masyarakat, yaitu Tari Kupu Kupu Kuning.

Tari kupu kupu kuning merupakan kreasi para seniman yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, berbeda dengan tari kupu kupu Tarum yang usinya relatif lebih (kreasi baru).

Tarian letaknya ada di Desa Pakraman Dukuh Penaban daerah Kabupten Karangasem.

Tari kupu kupu jenis ini tidak hanya unik, tapi juga sarat makna dengan nilai spiritual tinggi berdasarkan sejarahnya.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, tari kupu-kupu berwarna kuning ini merupakan tanda akan kedatangan Ida Betara Alit Sakti, sosok yang muncul dari langit sebelah timur Pura Puseh.

Konon ceritanya sendiri mengkisahkan sekelompok kupu-kupu yang berwarna kuning, mereka bertugas sebagai pengawal prajurit Raja Karangasem dalam perjalanan untuk menyerang Kerajaan Selaparang di Lombok.

Pasukan ini di pimpinan oleh I Gusti Anglurah Ketut Karangasem.

Saat peristiwa itu, Karangasem berada dalam kekuasaan tiga raja bersaudara, dan salah seorang di antara mereka yang memimpin ekspedisi tersebut adalah I Gusti Anglurah Ketut Karangasem.

Versi lain dari kisah ini juga muncul, bahkan jauh lebih dulu muncul, yaitu tentang keberadaan sesosok berkekuatan spiritual tinggi yang dikenal dengan Ibunda Betara Alit Sakti.

Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh menuju ke arah timur dari Puri Amlaraja, tibalah mereka di sebuah dataran tinggi, yaitu sebuah Pura Bukit, disana beliau menancapkan sebuah tongkat yang dibawanya di Pura Bukit tersebut.

Seketika tongkat tersebut menjelma menjadi Kayu Kepel, dan berdiri kokoh hingga sekarang ini.

Di suatu pagi, serombongan prajurit Raja Karangasem yang di pimpin oleh I Gusti Anglura Ketut Karangasem dengan kekuatan cukup besar berangkat, yaitu pada hari Anggara-umanis, Perangbakat, 1614 Saka.

Dalam rombongan tersebut juga terisi Arya Kertawaksa dengan 40 prajurit-kebal dari Desa Seraya sambil lalu menaiki empat perahu layar dari pesisir Pantai Jasri melewati lautan Selat Lombok.

Pada awalnya, perjalanan ini cukup mendapat rintangan yang berat berupa ombak yang mengganas.

Namun, tampa disangka ada ribuan kupu-kupu kuning bermunculan dari angkasa, seakan akan mereka mau menunjukkan arah di tengah perjalanan mereka, karena kawanan ini terbang bergelombang serta ikut menyeberangi lautan.

Melihat itu, mereka pun yakin, bahwa kawanan tersebut adalah jelmaan dari daun-daun Kayu Kepel di Pura Bukit yang sedang berjatuhan saat barisan perahu sudah berangkat, dan dikirim dalam bentuk kupu-kupu kuning sebagai anugerah Ida Betara Alit Sakti.

Mereka dikirim agar mengiringi keberangkatan laskar Karangasem ke medan perang.

Uniknya, alur cerita dari tarian ini juga masih ada kaitannya dengan kisah yang melatarbelakangi munculnya sosok Ida Betara Alit Sakti.

Kerajaan Karangasem pusat pemerintahannya berada di Puri Amlaraja dengan tiga raja bersaudara yang memerintah saat itu, diantaranya:

  • I Gusti Bagus Anglurah Wayan Karangasem.
  • I Gusti Bagus Anglurah Nengah Karangasem.
  • I Gusti Bagus Anglurah Ketut Karangase.

Ketiga raja inilah yang ingin mengembangkan daerah kekuasaan kerajaan tersebut menjadi lebih besar.

Sebenarnya ada dua versi dari cerita semua ini, yaitu berupa kisah dari orang-orang tua, dan cerita yang termuat dalam Babad.

Versi pertama menyebutkan bahwa, ketiga raja memutuskan untuk menemui kemenakan mereka yang sudah menjadi Betara dan bersemayam di Pura Bukit, mereka ingin membahas tentang permasalahan keinginan mereka.

Betara tersebut bernama Ida Betara Bagus Alit, keturunan dari I Gusti Ayu Rai Ratna Inten sebagai satu-satunya saudara perempuan dari para raja.

Atas kesaktian yang dimilikinya sebagai seorang putra Betara Gede Gunung Agung, betara tersebut mengetahui gelagat para paman yang ingin meluaskan wilayah kekuasaan ke arah Barat.

Betara bagus Alit pun menjawab kira-kira, “Percuma saja, jika berani melawan raja yang menguasai tanah Bali yaitu Ida Dewa Agung di Klungkung. Maka lihatlah ke seberang lautan yang ada di sebelah timur kerajaan kita, tanah tersebut subur dan juga luas, itu akan bisa dikuasai, fokuskan perhatia kalian ke arah Nusa Sasak.”

Karena ke sakralannya, maka tarian ini hanya bisa dibawakan di hari-hari tertentu saja, oleh 12 penari laki-laki, dengan busana yang serba kuning menggunakan senjata berupa keris.

Biasanya tarian ini hanya ditampilkan padasaat berlangsungnya Piodalan yang dilaksanakan setahun sekali, saat purnama kapat di Pura Puseh setempat.

Alat musik tari kupu kupu kuning yang mengiringi saat pementasan yaitu tabuh jenis lelambatan.

Meskipun nama alat tabuh ini masih belum pasti atau belum diketahui nama aslinya hingga sekarang.

Namun pihak yang paling berwenang dalam mencari keberadaan tari ini masih mencari tau tentang nama tersebut hingga sekarang ini.

Sebagaian warga setempat bahkan ada yang langsung bisa melakukan gerakan tarian ini menggunakan gerakan tubuh hanya dari mendengarkan alunan musiknya saja, tanpa ada latihan.

Sebenarnya, gerakan tarian kupu kupu kuning sendiri punya standar yang telah baku.

Fungsi tari kupu kupu ialah untuk melestarikan budaya serta mengembangkannya agar diterima banyak kalangan untuk mempelajarinya demi membuang pemikiran fanatisme kedaerahan. 

Namun meski demikian, para penari tidak akan bisa menyamakan gerakan saat pementasannya, meski segigih apapun mereka memaksakan, karena ujung-ujungnya hanya akan tampak kaku tampa ada sisi keindahan.

Jika sudah tiba masa “Aci Atu Piodalan” dan tidak ada pementasan tarian tersebut, maka warga akan meangis sambil karena ingin agar pementasan dilakukan.

Tari Kupu Kupu tetaplah warisan leluhur yang keberadaannya harus kita lestarikan apapun keadaan dan alasannya oleh kita semua sebagai generasi muda.

Lihat juga 38+ Contoh Tari Kelompok Sebagai Pengkayaan Informasi Dibidang Kesenian dan Kebudayaan.  

Properti dan Aksesoris Dalam Tari Kupu Kupu

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Ciri khas seta keunikan dari Tari Kupu-Kupu Tarum ialah adanya sepasang sayap kupu-kupu yang berada di tangan kanan dan sebelah kiri penari.

Selain itu, mereka juga memakai topi yang berbentuk mahkota emas dan juga gelungan berbentuk petitis yang mana terisi sepasang antena sebagaimana layaknya kupu-kupu.

Hiasan lain yang dipakai sebagai pelengkap yaitu sapu tangan dan pita.

Selain atribut pakaian yang umum dipakai seperti sayap kupu-kupu, properti lain juga mereka kenakan, yaitu sampur atau selendang yang diikatkan pinggang para penari, sehingga bisa ibaratkan seperti sayap kupu-kupu.

Iringan Musik

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Alat musik tari kupu kupu di Bali adalah Gamelan orkestra.

Gerakan Tari Kupu-Kupu terlihat sangat menyejukkan berkat adanya dukungan suara musik yang semarak dari permainan gamelan orkestra yang berpadu-padan menyesuaikan irama, sehingga menghasilkan keindahan harmoni dan kekompakan yang cantik.

Para pemain Gamelan Bali biasanya kompak bermain secara berkelompok terletak di bagian samping panggung saat pementasan berlangsung.

Jumlah para musisi yang tampil menyesuaikan dengan berapa banyak alat musik yang dimainkan.

Di setiap pementasan, para musisi akan menampilkan irama musik menyesuaikan dengan para sinden (penyanyi) yang mengalunkan lagu atau gending yang indah, sehingga membuat musik tersebut terasa lebih hidup.

Hal yang menarik dari irama musik tari kupu kupu ialah bunyi iramanya yang terkadang menjadi antitesa, yaitu suara khas dari Tari Kecak yang memang dikenal kental dengan hentakan-hentakan kasar.

Penataan Busana dan Tata Rias

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Kostum yang dipakai oleh para penari dibuat secara khusus dengan tingkat kemiripan yang sangat tinggi dengan aslinya, yakni kupu-kupu.

Untuk pakaian atasan yang dikenakan para penari itu berupa kemben, sedang pakaian bawahannya berupa kain batik.

Untuk warnanya, tidak ada patokan atau pakemnya.

Yang jelas, umumnya warna tersebut cenderung cerah dengan motif warna-warni.

Tentu jika dilihat dari jarak dekat mungkin menyerupai kupu-kupu asli yang mencolok, tetapi indah, menarik, dan menawan.

Namun secara pakem, penataan busana Tari Kupu-Kupu Tarum itu meliputi:

Badong, gelungan melingkar di leher dan juga kalung.

  1. Tutup dada.
  2. Angkin.
  3. Ampok-ampok.
  4. Kamen, semacam jarik atau jarit.
  5. Bunga perak.
  6. Bunga emas.
  7. Mahkota, sebagai simbol keanggunan.
  8. Kace, sebagai perlambang keindahan.
  9. Klat Bahu dan Cakep sebagai hiasan.
  10. Kemben.
  11. Batik berwarna, seperti warna hijau.
  12. Sampur berwarna, misalnya kuning dan merah.
  13. Centing.
  14. Hiasan berupa sayap kupu kupu.

Baca Juga Artikel Terkait 40+ Contoh Tari Tunggal Sebagai Pengkayaan Informasi Dibidang Kesenian dan Kebudayaan.  

Teknik Gerakan Tari Kupu Kupu 

Gerakan Tarian Kupu-Kupu lebih di dominasi oleh gerakan-gerakan dari semua bagian tubuh, khususnya bagian kaki dan tangan dengan penuh lemah lembut dan lemah gemulai sambil terus mengikuti irama dari alunan iringan musik.

Jika dilihat secara keseluruhan dari bberapa gerakannya memang mencontohkan prilaku kupu-kupu di alam.

Dan yang paling menarik, yakni pada saat gerakan memainkan selendang dengan naik-turun oleh sang penari.

Pada saat kesemua gerakannya dilakukan dengan kompak, maka benar-benar akan terliat ke elokan dalam tariannya.

Berikut ini beberapa istilah yang dikenal dari beragam gerakam Tari Kupu-Kupu:

  1. Ngagem.
  2. Ngagem atau Ngegol, ialah suatu gerakan untuk bagian pinggul ke arah kanan dan kiri, yang bersamaan dengan menggerakkan kaki kanan dan kiri.
  3. Nyeledet, ialah gerakan bola mata si penari ke kanan atau kiri dengan diikuti oleh gerakan kepala.
  4. Nyeliyer, yaitu gerakan menutup satu mata.
  5. Ngeseh, gerakan ngejat bahu.
  6. Ngaed.
  7. Ileg-Ileg, merupakan gerakan memutar bagian leher ngotag ke kanan dan kiri.
  8. Cegut, ialah gerakan kepala melihat ke arah bawah sambil alis mecuk.

Itulah diatas beragam nama –nama gerakan yang jarang orang tau, dan berikut ini juga macam-macam bentuk gerakannya:

  1. Gerakan kupu-kupu terbang di tempatnya, kira-kira 4×8 hitungan.
  2. Gerakan kupu-kupu terbang dengan cara berputar, kira-kira 2×8 hitungan.
  3. Gerakan melompat, kira-kira 2×8 hitungan.
  4. Gerakan melayang-layang, kira-kira 2×8 hitungan.
  5. Gerakan membuka serta menutup sayap kupu-kupu, kira-kira 2×8 hitungan ke arah kanan dan kiri.
  6. Gerakan kibasan kira-kira 2×8 hitungan.
  7. Gerakan ayunan 2×8 hitungan.
  8. Gerakan menoleh kanan dan kiri, kira-kira 2×8 hitungan.
  9. Dan geran-gerakan yang lainnya.

Tari Kupu-Kupu ini sebenarnya sedikit lebih kalem, cukup kontras dengan tari Bali yang lain yang juga cenderung enerjik.

Sedangkan dalam Tari Kupu Kupu Kuning versi yang dimainkan oleh anak-anak, masih ada beberapa modifikasi gerakan berdasarkan hitungan dalam gerakannya, yakni:

Tema Gerak

Gerak Kegembiraan, yaitu gerakan bersuka-ria, melambai-lambaikan sayap, melompat berulang kali, hingga gerakan bergoyang.

Gerakan yang lebih mirip dengan tumbuhan atau binatang.

Gerak Tangan dan Jari

  • Nyekiting, yaitu gerakan menggerakkan ruas ibu jari tangan bertemu dengan ujung jari tengah, sambil lalu posisi tangan memegang selendang.
  • Menthang, yaitu meluruskan tangan ke arah sisi samping.
  • Malangkerik, yakni memosisikan tangan berkecak pinggang.

Gerak Kaki

  • Nggurdho, yaitu gerakan seperti tidak mengenakan telapak kaki atau tumit belakang ke lantai, atau seperti menggantung.
  • Kicat, yaitu gerakan mengangkat kaki kiri, sedangkan kaki kanan di lantai, kemudian mengangkat jari-jari kaki kiri agar tidak menyentuh lantai.

Pola Lantai Tari Kupu Kupu 

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Tari Kupu-Kupu juga menggunakan Pola Lantai Garis Lurus yang dalam gerakannya dikembangkan dalam bentuk vertikal ataupun horizontal (bisa juga keduanya).

Bentuk Pola Lantai Vertikal merupakan pola yang hampir menyerupai sebuah garis lurus, mulai dari depan hingga ke belakang.

Sementara Pola Lantai Horizontal adalah pola membentuk garis lurus ke arah samping, baik dari sisi kanan ke kiri begitupun sebaliknya.

Beberapa pola lantai lain yang juga digunakan sebagai bentuk variasi meliputi:

  • Pola Lantai V.
  • Pola Lantai Segi Lima.
  • Pola Lantai Persegi:
  • Pola Lantai Garis Lurus yang disimbolkan dalam bentuk segi empat.
  • Pola Lantai Melingkar.
  • Pola Lantai Diagonal, dalam hal ini para penari harus berbaris dalam bentuk garis yang menyudut ke kanan dan kiri.
  • Pola Lantai Trapesium.

Perkembangan Tari Kupu Kupu 

Drama Tari Kupu Kupu

Perkembangan versi Kuning itu berbeda ketimbang Tarum, dan lain pula versi Carum.

Dikisahkan, Kupu-Kupu Carum adalah pengganggu Abimanyu saat melakoni tapanya dalam uapayanya mendapatkan anugerah “Ayawanggani” pemberian dari Bhatara Siwa.

Tidak hanya menyukai bau wangi bunga, Kupu-Kupu Carum ini merupakan jelmaan widyadara dan widyadari yang berusaha menggoda proses tapa Abimanyu.

Pesannya ialah tentang kesabaran manusia dalam hal menghadapi beragam cobaan sampai dirinya mampu meraih keinginannya.

Meskipun sudah ada di Ubud semenjak kira-kira tahun 30-an, Kupu-Kupu Carum sempat mengalami masa-masa jarang dipentaskan, seperti yang saya singgung diatas.

Namun demi menjaga kelestariannya, upaya untuk membangkitkan kembali dilakukan sekitar 10-15 tahun lalu di Banjar melalui pementasan di hadapan wisatawan mancanegara, namun hilang karena sponsornya sudah tidak ada lagi.

Hambatan ternyata tidak hanya masalah permintaan pentas yang minim saja.

Namun juga tidak adanya atau jarangnya generasi muda yang punya keinginan untuk mempelajari atau menekuni kesenian ini.

Kiranya mungkin saja drama tari ini perlu diarahkan untuk dijadikan pertunjukan komersial, agar minat generasi muda dapat terpacu dan tidak mengalami vakum kembali.

Terlebih, pada saat para seniman yang telah sepuh tidak ada lagi, maka akan sangat sulit untuk membangkitkannya, apalagi mengembangkannya.

Keindahan serta nilai estetika dari Tari Kupu-Kupu terlihat dalam gerakan lincah dan dinamis serta tetap menawan, perpaduan antara warna gelap dan terang pada kostumnya, serta pernak pernik mahkota dari para penarinya yang menambah kesan keindahan yang tinggi.

Tari Kupu Kupu Tarum

Dewasa ini, tarian Kupu-Kupu Tarum sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Salah satu penyebabnya ialah banyaknya penyelenggaraan lomba tari yang salah-satunya ada pentas lomba Tari Kupu-Kupu Tarum.

Bahkan pada saat piodalan pun, Tari Kupu-Kupu-lah yang banyak sekali dipentaskan untuk menghibur atau balih-balihan.

Tari Kupu Kupu Anak-Anak

Tari “Kupu Kupu Kuning Angarung Samudra” merupakan traian hasil kreasi dalam bidang kesenian dari Citra Usadhi Mengwitani, di Kabupaten Badung, Bali.

Tarian jenis kelompok ini biasa ditampilkan oleh sembilan anak perempuan, dengan menggunakan kostum kupu-kupu kuning iminatif, serta diiringi alunan musik dari seperangkat Gamelan Semarandana.

Tariannya sendiri dikombinasikan dalam barungan gamelan tersebut dengan permainan patet, ditambah juga dengan dinamika dramatik untuk alur tematik C.

Tujuannya adalah untuk mendiseminasikan sejarah Kerajaan Karangasem itu sendiri, sekaligus juga sebagai informasi terhadap masyarakat bahwa peristiwa bersejarah itu bisa digambarkan dalam bentuk tarian.

Selain itu, juga untuk menambah keanekaragaman serta khasanah tarian anak-anak.

Sehingga nantinya akan ada lebih banyak lagi pilihan untuk mereka dalam mempelajari lebih banyak seni budaya Bali.

Makna dan Filosofi yang Terkandung Dalam Tari Kupu Kupu

Tari kupu-kupu merupakan tari kreasi yang berasal dari daerah
toriqa.com

Menurut penciptanya sendiri yaitu I Wayan Beratha, filosofi Tari Kupu Kupu Tarum ialah sebagai bentuk penggambaran eksotisme, kedamaian, dan keindahan yang ada di Pulau Bali.

Bahkan jika dilihat seutuhnya pun akan tampak seperti kupu-kupu yang sedang terbang (sesuai namanya).

Demikian juga pada pakaian para penari yang terlihat berwarna-warni menambah kesan keharmonisan.

Nuansa damai yang tergambar melalui mereka, membuat Tari Kupu Kupu semakin menarik dan sangat indah.

Paduan gelap dan terang seperti kuning emas, hijau tua, biru pada kostumnya, ditambah kilauan pada mahkotanya terbuat dari pernak-pernik keemasan, menggambarkan keindahan di tengah kontrasnya perbedaan.

Seperti keindahan alam, kondisi sosial, budaya, keragaman keyakinan dan karya seni masyarakat Bali yang disatukan ke dalam keharmonisan gerak.

Meski musik pengiringnya adalah hasil dari alat yang sama (Gamelan Bali), namun ada harmoni nada dengan kelembutan birama di sana.

Pemaknaan ini mencerminkan secara keseluruhan tentang cara berpikir Beratha dengan pandangan yang sangat terbuka nan luas.

Baiklah, mungkin itu saja pembahasan mengenai tari kupu-kupu sebagai salah satu tarian kebanggaan bangsa Indonesia yang sangat unik serta mengandung nilai eksotis dari kekayaan budaya bangsa.

Biasanya, kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa itu akan muncul sendiri hanya apabila mereka mau mengenal kebudayaan sendiri.

Jadi, jangan sampai kebudayaan yang sudah ada dengan sedemikian beranekaragamnya ini hilang, seiring zaman yang kian berkembang beserta kemajuan teknologinya.