Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah

Gresik, Aktualiti.com – Giri Kedaton merupakan kerajaan Islam sekaligus pesantren yang terletak di Kota Gresik Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Giri, salah satu Wali Songo pada 1481 – 1506M, yakni pada abad ke-15 dan berhasil merdeka dari Kerajaan Majapahit.

Giri Kedaton terletak di puncak bukit di Kelurahan Sidomukti, Kebomas, Gresik. Sekitar 200 meter dari kompleks makam Sunan Giri. Ketinggiannya sekitar 77 MDPL.

Giri Kedaton awalnya merupakan pesantren yang dibangun oleh Sunan Giri atas pemberian dan perintah ayahnya, yaitu Syekh Maulana Ishaq. Pesantren tersebut dibangun pada 1481 oleh Sunan Giri, beserta kedua utusan ayahnya, yaitu Syekh Grigis dan Syekh Koja.

Wilayah pesantren tersebut berada di Kebomas, Gresik, yang akhirnya dikenal dengan nama Giri. Menurut cerita yang beredar, Giri Kedaton menjadi tempat pengukuhan raja – raja Islam dari Demak hingga Pajang.

Baca juga : Menjelajah Bukit Surowiti, Petilasan Sunan Kalijaga di Pesisir Utara Jawa Timur

Wilayah tersebut sebenarnya merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang memiliki status otonom. Kesempatan itu membuat Sunan Giri memiliki peluang untuk mendirikan pemerintahan kecil di daerah pesantren.

Setelah pemerintahan tersebut berdiri, Giri Kedaton memisahkan diri dari Majapahit. Penguasa pertamanya adalah Sunan Giri yang bergelar Prabu Satmata atau Sultan Abdul Faqih pada masa kepemimpinan (1487 – 1506M).

Giri Kedaton yang disebut – sebut sebagai Kerajaan ulama ini terus berlanjut secara turun temurun. Hingga kemudian ditaklukan oleh Kesultanan Mataram yang saat itu dipimpin oleh Sultan Agung (1613 – 1645 M). Sehingga statusnya bukan lagi sebagai kerajaan mandiri lagi melainkan sebuah wilayah taklukan.

Saat ini Giri Kedaton ditetapkan sebagai sebuah situs cagar budaya. Bentuk bangunannya berupa bukit berundak, semakin ke atas semakin kecil. Bangunannya terdiri atas lima teras, dengan penanda antar terasnya berupa struktur dinding teras.

Puncak dari bangunan ini diletakkan batu menhir. Konsep pemilihan tempat di ketinggian ini seperti tempat suci pada zaman prasejarah dan kerajaan Hindu – Budha, yang dilanjutkan hingga zaman kerajaan Islam di Jawa.

Reporter : Masning Salamah

Editor : Mochamad Nur Habib

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah

Pembahasan soal Sejarah Kebudayaan Islam kelas 9 MTs. /Tangkapan layar buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas 9 MTs

RINGTIMES BALI – Hai adik-adik semua, bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga sehat selalu dan semangat terus belajarnya ya.

Pada halaman 94, 95, dan 96 kalian disuruh untuk menjawab soal yang ada, namun sebelum itu, adik-adik harus membaca materinya agar bisa menjawab soal dengan mudah.

Pembahasan soal ini dilakukan agar adik-adik memahami apa saja materi yang ada di dalam bab tersebut.

Baca Juga: Pembahasan Soal Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 9 MTs Halaman 80, 81, Nilai Islam Dari Berbagai Suku Indonesia

Dilansir dari buku Sejarah Kebudayaan Islam kelas 9 MTs edisi revisi 2020 pada tanggal 24 Oktober 2021, berikut adalah pembahasan soal:

I. Jawablah pertanyaan berikut in dengan memilih jawaban a, b, c, atau d yang paling tepat!

1. Penyeberan Islam di pulau Jawa tidak bisa lepas dari peran Wali Songo yang dengan penuh toleransi dan bijaksana dalam menyebarkan Islam kepada masyarakat Jawa. Tokoh Wali Songo yang kedatanganya dianggap sebagai awal masuknya Islam di Jawa adalah .... A. Maulana Malik Ibrahim B. Sunan Ampel C. Raden Makdum Ibrahim

D. Sunan Gunung Jati

2. Raden Rahmat adalah salah satu tokoh Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di pulau Jawa dan dianggap sebagai gurunya para Wali Songo. Beliau mulai berdakwah di .... A. Tuban B. Demak C. Ampel

D. Gresik

Baca Juga: Pembahasan Soal Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 9 MTs Halaman 54, 55, 56, Peran Pesantren Di Indonesia

3. Perhatikan data berikut!

Sumber: Buku Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 9 MTs Revisi 2020

Rep: Kamran Dikarma Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara yang dilakukan Wali Songo, Sunan Giri menjadi salah satu tokoh yang memiliki kontribusi cukup signifikan. Ia adalah pendiri kerajaan Giri Kedaton yang berkedudukan di Gresik, Jawa Timur. Kerajaan tersebut dimanfaatkannya sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa, yang pengaruhnya merambah hingga ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Lombok. Sunan Giri lahir di Blambangan, Jawa Timur pada 1442. Ia merupakan murid sekaligus menantu dari Sunan Ampel. Sunan Giri dikenal dengan beberapa nama lain, seperti Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin, dan Jaka Samudra.

Dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto dikatakan, Sunan Giri memiliki peranan penting dalam pengembangan dakwah Islam di Nusantara dengan memanfaatkan kekuasaan dan jalur perniagaan. Selain itu, dalam sebuah penelitian berjudul "Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri" yang diterbitkan Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Sunan Giri Malang, Sunan Giri juga disebut memanfaatkan wadah pendidikan dalam dakwahnya. Sunan Giri dikenal berkat kesungguhannya mengembangkan sistem pendidikan berbasis pesantren pada masanya. Diketahui bahwa santri yang dididiknya tidak hanya dari Jawa saja, tapi juga berasal dari beberapa daerah Nusantara lainnya, seperti Kalimantan, Makasar, Lombok, Sumbawa, Flores, Ternate, dan Tidore. Adapun pesantrennya saat ini dikenal dengan nama Pesantren Luhur Malang.

Tak hanya itu, dalam dakwahnya, Sunan Giri juga pernah menciptakan beberapa tembang dan permainan untuk anak-anak. Salah satu yang cukup dikenal adalah cublak-cublak suweng. Permainan ini diyakini memiliki makna dan pesan filosofis yang cukup mendalam. Yaitu mengajarkan agar manusia tidak menuruti hawa nafsu dan keserakahan dalam mencari harta atau kebahagiaan. Namun, gunakan hati nurani dan tetap rendah hati agar harta atau kebahagiaan yang diperolehnya mengandung berkah untuk diri sendiri dan orang lain. Sementara itu, pengaruh politik dan kekuasaan Sunan Giri dalam menyebarkan Islam pernah diselidiki oleh Aminuddin Kasdi dalam penelitiannya berjudul "Kepurbakalaan Sunan Giri: Sosok Akulturasi Kebudayaan Jawa, Hindu, dan Islam pada Abad ke-15 dan 16". Aminuddin menyebut, kedudukan Sunan Giri sebagai kepala wilayah suatu kekuasaan politis memang tampak dari gelar Prabu Satmata yang disandangnya. Gelar prabu, menurut Aminuddin, jelas menunjuk pada jabatan atau kekuasaan politis. Sedangkan, satmata adalah salah satu nama Dewa Syiwa, yaitu nama yang menandai sebuah kekuasan bersifat syiwais, ajaran yang paling banyak dianut masyarakat Majapahit kala itu. Kekuasaan politis Sunan Giri memang mengikuti pola kekuasaan yang berlaku pada masanya. Hal ini ditandai dengan dua tempat utama yang berkaitan dengan keberadaannya sebagai penguasa, yakni bangsal dan puri. Bangsal dalam konteks ini adalah pusat kekuasaan raja, yaitu berupa sebuah kompleks tempat raja menjalankan tugasnya sebagai pemimpin wilayah sekaligus pemegang otoritas hukum dan keagamaan. Di kompleks bangsal ini pula raja menerima para tamu kerajaan, memimpin rapat pemerintahan, mengambil keputusan hukum, dan lain-lain. Pada masanya dikenal sejumlah bangsal, salah satunya adalah Bangsal Sri Manganti yang berlokasi di kecamatan Menganti, Gresik, Jawa Timur. Menurut Tim Balitbangda Kabupaten Gresik, bangsal tersebut kala itu merupakan pusat pemerintahan Sunan Giri. Hal itu diperkuat dengan adanya kantor patih (menteri) atau biasa disebut kepatihan di sebelah utara Desa Manganti. Saat ini kepatihan itu telah menjadi sebuah desa, yakni Desa Kepatihan. Adapun puri, yakni kediaman atau kompleks tempat tinggal raja dan keluarganya. Dalam sebuah penelitian berjudul "Tata Ruang Permukiman Giri: Sebuah Hipotesa Atas Hasil Penelitian Giri" yang ditulis oleh Nurhadi, kediaman atau puri Sunan Giri diterangkan berlokasi di Bukit Giri, yang pusatnya berada di Kedaton. Adapun penjelasan tentang tahun didirikannya dituliskan dengan candrasengkala "tinggali luhur dadi ratu", yang artinya tahun 1403 Saka atau 1480 Masehi.

Bertolak dari keberadaan Bangsal Sri Manganti, Puri Kedaton, serta gelar Prabu Satmata yang disandang Raden Paku atau Sunan Giri, dapat dipastikan, ia bukan hanya seorang ulama penyebar Islam, melainkan juga seorang penguasa politik pada masanya. Kedudukan ganda Sunan Giri tersebut disebut Sunan Ampel sebagai "noto" dan "pandito" atau lebih dikenal dengan istilah "pandito ratu" oleh masyarakat kala itu. Dengan kedudukan sebagai rohaniawan (pandito), sekaligus raja (ratu), dakwah Islam yang dilakukan Sunan Giri berlangsung lebih leluasa dengan cakupan yang lebih luas.  

  • ensiklopedia islam
  • sunan giri

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Hakim Agung Terjerat Suap Pengurusan Perkara di MA, Penanganannya?

Oleh Agustina Melani pada 22 Nov 2019, 06:00 WIB

Diperbarui 22 Nov 2019, 06:00 WIB

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah

Perbesar

Giri Kedaton (Foto: Dok Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik)

Liputan6.com, Jakarta - Gresik, Jawa Timur tidak hanya dikenal sebagai kota industri. Gresik juga dikenal sebagai kota santri. Oleh karena itu, bila Anda sedang berlibur atau mampir di kota ini dapat berwisata religi dan sejarah.

Di wilayah ini, Anda dapat menemui sejumlah makam para tokoh ulama penyebar agama Islam.  Selain itu, ada juga tokoh penguasa yang pernah memerintah Bawean yaitu Syech Maulana Umar Mas’ud. Tak hanya itu, ada juga makam para bupati Sidayu.

Nah, salah satu wisata religi yang dapat ditemui di Gresik yaitu Giri Kedaton. Giri Kedaton, bangunan berupa pesantren yang dulunya didirikan oleh Sunan Giri. Bangunan ini berada di atas perbukitan yang didirikan pada 1487.

Berdasarkan laman Kemdikbud, di Situs Giri Kedaton untuk sementara ditemukan lima teras/undakan. Antara teras satu dengan teras lainnya ditandai struktur dinding teras yang bentuknya seperti kaki dan tubuh candi. Kaki struktur polos, sedangkan tubuh struktur bermotif hias pelipit-pelipit datar, bingkai cermin dan bidang persegi panjang. Selain juga BPCB Mojokerto menugaskan satu juru pelihara untuk menjaga situs.

Ingin tahu mengenai Giri Kedaton, Gresik, yuk simak ulasan dan potret Giri Kedaton dikutip dari berbagai sumber:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah

Perbesar

Giri Kedaton (Foto: Dok Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik)

Situs Giri Kedaton terletak di puncak sebuah bukit dengan tanjakan tajam, relatif curam. Tepatnya berada di Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Gresik sekitar 200 M sebelah selatan dari kompleks makam Sunan Giri. Situs ini berbatasan dengan perkampungan di sebelah timur dan barat. Ketinggian situs ini sekitar 77 meter di atas permukaan laut dan orientasi pintu masuk lokasi berada di sebelah timur.

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah

Perbesar

Giri Kedaton (Foto: Dok Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik)

Berdasarkan beberapa versi sumber sejarah tradisional, situs ini merupakan kedaton (istana) atau pusat pemerintahan era Giri I yakni Sunan Giri atau Raden Paku atau Raden Ainul Yaqin yang kemudian diteruskan secara turun temurun oleh para keturunannya.

Giri Kedaton didirikan oleh Sunan Giri pada 1487 M. Lokasi tersebut sebagai Kedaton Giri berdasarkan petunjuk Syeck Maulana Iskhak (Ayah Sunan Giri) atas dasar kesamaan segenggem tanah yang dibawa dari Samudra Pasai. Bangunan yang awalnya pesantren tempat Sunan Giri mengajarkan ajaran Agama Islam kepada para santrinya kemudian dikenal dengan Giri Kedaton.

Dalam babad gresik disebutkan kalau bangunan istana ini bertingkat tujuh di atas sebuah bukit. Peristiwa pembangunan kedaton ini ditandai dengan candra sengkala. Situs Giri Kedaton ketika itu berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan penyebaran agama Islam.

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah

Perbesar

Giri Kedaton (Foto: Dok Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik)

Situs ini banyak didatangi peziarah dan wisatawan umum sebagai tempat bermunajad dan belajar sejarah bangunan kuno. Berdasarkan cerita tempat ini merupakan tempat pengukuhan Raja-raja Islam Demak hingga Pajang.

Di tempat ini pula dibangun masjid/pondok pesantren yang pertama di Giri. Semuanya tinggal nampak bekas-bekasnya, termasuk kelengkapan kedaton lainnya berupa batu pelinggihan, kolam wudhu, dan dinding pagar kuno. Di belakang masjid terdapat pula makam Raden Supeno (putera Sunan Giri yang meninggal ketika masih remaja).

Lanjutkan Membaca ↓

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, yang terletak di daerah