Sumber daya alam yang digunakan pada kerajinan perak di Yogyakarta adalah

Rabu, 21 Nopember 2012

Yogyakarta - Kotagede, sebuah kecamatan yang terletak di Kota Yogyakarta, Provirisi Daerah Istimewa Togyakarta (DIY). Daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Bantul sebelah utara, timur dan selatan, serta berbatasan dengan Kecamatan Umbulharjo di sebelah barat. Sejak zaman dahulu, penduduk asli Kotagede yang disebut rakyat Kalang memiliki keahlian membuat kerajinan ukiran kayu, perak dan emas, sehingga tidak heran jika kemudian Kotagede menjadi sentra kerajinan perak yang indah dan terkenal luas hingga ke mancanegara. Kini Kotagede bahkan menjadi identik dengan kerajinan perak. Ratusan warga Kotagede mengantungkan hidupnya dari Kerajinan Perak ini. Lihat saja, di sepanjang jalan utama ini berjajar toko-toko yang menjajakan kerajinaan Perak Kotagede. Kata 'perak' dan 'silver' tertera di kanan-kiri Jalan Kemasan, Jalan Mondorakan, hingga Jalan Tegal-gendu. Pengrajin Perak di Kotagede terkenal dengan produknya yang unik, halus dan telaten dalam menggarap produk peraknya sehingga menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Ratusan jenis kerarijinan perak dihasilkan oleh Pengrajin Perak, mulai dari cincin, giwang, bros, miniatur sepeda, becak, andhong, kapal-kapalan dan berbagai hiasan lainnya. Harga jual Kerajinan Perak Kotagede bervariasi, mulai yang termurah bros rata-rata Rp 10 ribu, cincin perak mulai harga Rp 100 ribu, miniatur becak Rp 250 ribu, miniatur andhong Rp 200 ribu. Bahkan ada yang harganya mencapai puluhan juta rupiah tergantung tingkat kerumitan dan banyaknya bahan baku yang digunakan. Direktur jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah mengungkapkan, saat ini pihak Kementerian Perindustrian memprioritaskan untuk pengembangan industri kerajinan nasional karena berdaya saing tinggi serta menyerap banyak tenaga kerja dan penghasil devisa. Menurut Euis, industri kerajinan perak yang termasuk kategori industri kreatif potensial untuk terus dikembangkan karena produknya diminati pasar dalam dan luar negeri. Industri kerajinan perak juga mampu menciptakan nilai tambah tinggi karena mengusung gagasan yang dipadukan dengan seni serta inovasi dan teknologi. Di Indonesia sendiri, industri kerajinan sudah berkembang di sejumlah daerah, seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Solo, dan Bali. Untuk Yogyakarta, misalnya, industri produk kerajinan berkembang pesat. Mulai dari batik, anyaman, ukiran kayu, kain tenun/ikat tradisional) keramik gerabah hingga perhiasan perak. Meski demikian, kreativitas dan inovasi harus terus ditingkatkan oleh produsen/perajin produk kerajinan, sehingga juga bisa mengikuti selera pasar. "Daya saing industri kreatif produk kerajinan harus terus ditingkatkan. Hal ini mengingat persaingan di pasar dalam negeri dan internasional yang makin ketat. Desain produk kerajinan yang terus berkembang serta selalu mengikuti tren pasar juga harus dilakukan pelaku industri kerajinan," papar Euis, pekan lalu, saat berkunjung ke Kotagede. Geliat Industri Perak Sementara itu, Pengurus Koperasi Pengusaha Pengrajin Perak Yogyakarta (KP3Y) Sutojo keberadaan perajin perak di Kotagede juga tak luput dari peran Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang masuk ke Yogyakarta sekitar abad ke-16 silam. Waktu itu, banyak pedagang VOC yang memesan alat-alat rumah tangga dari emas, perak, tembaga, dan kuningan ke penduduk setempat. "Berdasarkan data KP3Y tahun 2000, sedikitnya 2.000 orang terlibat langsung dalam mata rantai industri perak di Kotagede. Perajinnya pun tidak hanya dari masyarakat Kotagede, namun sudah meluas. Orang-orang dari Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul banyak datang dan bermukim di Kotagede untuk menjadi perajin perak," papar Sutojo. Namun, sejak krisis moneter dan maraknya peledakan bom di Indonesia, industri kerajinan perak kian meredup. Bahkan, saat ini ratusan perajin perak terpaksa gulung tikar. Dari sekitar 2.000 perajin, 30% di antaranya beralih ke profesi lain seperti kusir andong, usaha warung, dan kuli bangunan. Perajin yang masih bertahan tidak lagi mengandalkan perak sebagai bahan baku kerajinan. Sekitar 40% di antaranya memanfaatkan tembaga dan kuningan sebagai bahan baku alternatif. Keterpurukan kerajinan perak Kotagede itu diperparah oleh semakin minimnya minat generasi muda menggeluti usaha itu. Mereka lebih memilih bekerja di sektor yang dinilai praktis dan menjanjikan secara ekonomi, misalnya bekerja sebagai buruh pabrik ataupun pegawai negeri. Perjalanan historis Kotagede sebagai sentra industri perak memang pernah mengalami masa kejayaan. Sutojo juga mendesak pemerintah menghapuskan tarif PPN 10% pembelian bahan baku perak, karena membebani usaha mereka di tengah turunnya daya beli masyarakat. "Mahalnya bahan baku perak yang mencapai sekitar Rp9.000 per gram, cukup memberatkan para perajin, karena mereka sulit untuk neyseaaikan dengan menaikan harga jual produk, ditengah menurunnya daya beli konsumen," ujarnya. Anggota KP3Y awalnya 600 kelompok pengrajin yang menjadi tumpuan 1.500 Kepala Keluarga (KK). Namun saat ini jumlah penrajin turun hingga 50%, sebagian mereka beralih profesi menjadi tukang becak, kuli bangunan atau bahkan hanya memancing untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, lanjutnya, inovasi produk, modal dan teknologi juga menjadi masalah ditengah munculnya berbagai produk perak dari negara lain seperti Vietnam, India dan lainnya, yang mampu memproduksi perhiasan khususnya perak dengan kualitas yang baik. Industri Kerajinan Kulit Kota Yogyakarta, tidak hanya terkenal dengan peraknya, namun perlu diketahui juga ada sentra kerajinan kulit, Manding sendiri merupakan tujuan utama wisatawan untuk mencari berbagai macam kerjinan yang terbuat dari kulit untuk dijadikan buah tangan. Masuk kedalam sentra kerajinan ini anda akan disambut dengan berbagai kios dikiri dan kanan jalan, sudah lebih dari 100 pengerajin yang kulit yang berada di manding, sejak diplopori oleh tiga pemuda manding pada tahun 1947. Kerajinan kulit manding mampu menembus pasar lokal dan internasional. Anda bisa jadikan sentra kerajinan kulit manding untuk membeli oleh-oleh ataupun keperluan pribadi anda, dengan harga yang terjangkau. Terdapat berbagai jenis kerjainan kulit yang ada di manding, mulai dari tas, sepatu, dompet, jaket, ikat pinggang dan souvenir yang.berbahan dasar kulit. Harga untuk produk yang berada di manding sendiri berkisar antara puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah tergatung jenis barang dan besar kecilnya. Semua barang yang diproduksi disentra kulit ini kebanyak menggunakan kulit sapi, dengan tangan kreatif dan masih menggunakan teknik tradisional, kulit sapi tersebut diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi. Tas vintage, jaket kulit, tas sekolah, dan tas pistol berkualitas export sepeda menjadi favorit dan yang paling dicari wisatawan.

Anda bisa berkunjung kesentra kulit manding setelah berwisata didaerah Yogyakarta, terutama pantai parangtritis yang satu jalur dengan kerajinan kulit ini, sentra kerajinan kulit ini juga tidak begitu jauh dengan nol kilometer Yogyakarta, anda bisa membeli oleh-oleh untuk keluarga dirumah. Tidak dikenakan biaya apapun untuk masuk kesentra kerajinan kulit manding. Kerajinan kulit Manding pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1970-an hingga 1980-an.

sumber : Harian Ekonomi Neraca

Share:
Sumber daya alam yang digunakan pada kerajinan perak di Yogyakarta adalah
Sumber daya alam yang digunakan pada kerajinan perak di Yogyakarta adalah

B. Indonesia, 17.08.2019 16:06, Alimuhtayom2791

Judul : bapak kasih makan apa? memiliki peternakan yang besar bukanlah hal yang mudah bagi pak memed. ia harus siap di survei oleh petugas dari dinas peternakan setempat. terkadang pertanyaan survei ini membuat pak memed merasa frustasi siang ini, salah satu petugas survei juga akan dijadwalkan datang ke perternakannya. jika pak memed tidak berhasil menjawab survei dengan benar, maka pak memed harus membayar denda.datanglah petugas survei ke satu, petugas ini bertanya, “pak memed, sapi-sapi bapak ini, bapak kasih makan apa saja? ”. dengan percaya diri pak memed menjawab, “jelas saya kasih makan rumput pak? ”. “apa? hanya makan rumput? tidak bisa pak memed, sapi tidak boleh hanya makan rumput, bapak didenda 1 juta”, sergah petugas kesatu.tentu saja hal ini membuat pak memed merasa sedih. ia harus membayar denda sebesar 1 juta rupiah. hari berikutnya dijadwalkan aka nada petugas survei kedua yang akan datang ke peternakan pak memed. kali ini pak memed sudah menyiapkan jawaban yang bagus apabila ditanya dengan pertanyaan yang serupa.dihari kedua ternyata petugas kedua juga menanyakan hal yang sama, “pak memed, sapi-sapi bapak ini, bapak kasih maka apa setiap harinya? ”. dengan tenang pak memed menjawab, “sapi-sapi ini saya kasih makanan enak-enak, burger, keju, pasta dan western food lainnya”. mendengar hal tersebut, petugas merasa marah. akhirnya pak memed didenda lagi sebesar 2 juta rupiah.sudah dua kali pak memed harus membayar denda. bahkan denda yang kedua sangat besar. semalaman pak memed berpikir keras, jawaban apa yang paling tepat untuk petugas ketiga. setelah merenung lama, pak memed akhirnya mendapatkan jawaban yang pas untuk jawaban petugas ketiga esok harinya.  “jadi pak memed, sapi-sapi bapak ini, bapak kasih makan apa? ”, tanya petugas ketiga. pak memed tidak langsung menjawab, ia mengeluarkan dompet dan mengeluarkan uang sebesar seratus ribu rupiah. petugas tersebut merasa tersinggung, “wah bapak mau menyuap saya ya? ”. pak memed malah tertawa dengan sangkaan petugas ketiga ini.setelah selesai tertawa, pak memed menjelaskan, “saya tidak ingin menyuap bapak, saya hanya memberikan uang seratus ribu rupiah pada tiap sapi saya”. mendengar jawaban tersebut tentu saja petugas ketiga merasa heran, “loh, kenapa malah di kasih uang? ”. pak memed pun menjawab, “iya pak, biar mereka bisa beli makan sendiri”. 1.carilah dimana abstraksi,orientasi,krisis,reaksi,dan koda pada teks diatas 2.carilah kata / konotasi 3.carilah kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaiian

Jawaban: