Keywords: bahasa, karakter polisi
Salah satu indikator profesional-tidaknya seorang polisi terlihat dari bagaimanaseorang polisi mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata danCaturprasetya pada aktivitas sehari-harinya, terlebih ketiga berdinas. Pada brata yangketiga terdapat istilah mengayomi, sedangkan pada prasetya yang keempat terdapatpernyataan “memelihara perasaan tenteram dan damai”. Dua komponen ini bisa dilihatdari kacamata yang sama, yakni bahwa polisi memiliki tugas utama membuatmasyarakat menjadi tenteram, damai, tidak mengalami ketertekanan, dan tidakmengalami ketakutan. Kondisi seperti ini bisa diwujudkan salah satunya melalui sikapbahasa yang positif pada diri Polri. Sikap bahasa yang positif antara lain berwujud sikapmengambil posisi secara positif terhadap masyarakat yang berbicara dan memilihbahasa yang “berdampak” positif pada masyarakat. Sikap positif dalam berbahasa inimenjadi bagian dari karakter yang harus dikembang-tumbuhkan di tubuh anggotakepolisian Republik Indonesia. Masyarakat Akademi Kepolisian sebagai bagian darimasyarakat secara luas memiliki tuntutan untuk mampu berkomunikasi yang baiktersebut. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa yang baik mutlak diperlukan olehmasyarakat Akpol. Pembiasaan menggunakan bahasa yang baik merupakan cerminkarakter masyarakat Akpol secara khusus atau masyarakat (anggota) kepolisian secaraumum. Pentingnya pendidikan karakter bagi taruna akpol dengan demikian didalamnya juga terkandung pembiasaan berbahasa yang baik atau dalam tulisan inidisebut dengan istilah bersikap positif terhadap bahasa, terhadap aktivitas berbahasa,dan terhadap proses berkomunikasi secara umum. Pemerolehan keempat keterampilanberbahasa melalui urutan yang teratur. Mula-mula, sejak kecil kita belajar menyimakkemudian disusul dengan berbicara. Baru pada waktu sekolah kita belajar membacadan menulis. Atas dasar proses tersebut, kita bisa menganalogikan bahwa untukmenjadi pembicara yang baik seseorang dituntut menjadi pendengar yang baik pula;untuk menjadi penulis yang baik seseorang dituntut menjadi pembaca yang baik pula.Bahasa yang santun menunjukkan kepribadian atau karakter yang santun pula. Itulahsebabnya pendidikan karakter menjadi mutlak untuk diwariskan melalui pendidikan.Pendidikan karakter tidak saja dilakukan secara formal, dalam pengertian terintegrasidalam kurikulum pendidikan formal, melainkan juga dalam pendidikan informal dannonformal. Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan karakter tidak saja ada dipundak lembaga pendidikan formal, tetapi juga pada seluruh lapisan masyarakat.Akademi kepolisian sebaga lembaga pendidikan formal dengan sendirinya juga memiliki kewajiban besar dalam melangsungkan pendidikan karakter ini.
Brown, Penelope and S. C. Levinson. 1987. “Universal in Language Usage: Politeness Phenomena”, dalam Esther N. Goody (Ed. ) Questions and Politeness. Cambridge : Cambridge University Press. Brown, Penelope and S. C. Levinson. 1987. Politeness Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Grant, Amy, Alexandra Gottardo, and Esther Geva. 2012. Measures of reading comprehension: do they measure different skills for children learning English as a second language?. Reading and Writing 25:1899-1928. Grice Grice, H. Paul. 1975. “Logic and Conversation” dalam Davis S. (ed. ) Pragmatics: a Reader. New York: Oxford University Press. Kemdiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusar Kurikulum dan Perbukuan. Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffery . 1982. Priciples of Pragmatics. London : Longman. Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatics. London: Longman. Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Priebe, Sarah J, Jenice M Keenan, and Amanda C. Miller. 2012. How prior knowledge affects word identification and comprehension. Reading and Writing 25:131-149. Soenardji. 1989. Sendi-sendi Linguistika bagi Kepentingan Pengajaran Bahasa. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Bengkulu,tribratanewsbengkulu.com-“Apa yang kita harapkan belum tentu itu yang terbaik, namun yang pasti terbaik adalah melakukan dan berbuat yang terbaik hari ini”Kalimat ini menunjukkan bahwa integritas dan semangat yang tinggi untuk bekerja dan berbuat baik merupakan modal pokok dalam pelaksanaan tugas Polri. Salah satu tugas Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, dimana dalam pelaksanaannya hal ini harus mendapatkan dukungam dan kerjasama dari masyarakat itu sendiri. Dukungan dan kerjasama ini akan muncul sejalan dengan timbulnya simpati dan empati dari masyarakat terhadap Polri, serta tidak terlepas dari kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anggota Polri itu sendiri. 1. Berkomunikasai Dengan Baik 2. Beradaptasi Dengan Cepat. 3. Mendeteksi Situasi 4. Memetakan Akar Dari Masalah 5. Menganalisa Situasi 6. Pemggunaan IT 7. Laporam Cepat, Tepat, dan Akurat Anggota Polri yang telah memiliki kemampuan kemampuan dasar ini, diharapkan kinerja yang ditampilkannya akan memiliki prinsip dalam bekerja, yaitu : 1. Etis Proporsional 2. Yuridis Prosedural 3. Teknis profesional Prinsip bekerja ini akan menciptakan anggota Polri yang memiliki prilaku : 2. Proaktif Anggota Polri dalam pelaksanaan tugasnya tidak menunggu sesuatu hal terjadi terlebih dahulu kemudian bertindak, melainkan selalu bertindak cepat dan mendahului agar dapat mencegah terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat. Bertindak di hulu, berfikir komprehensif. 3. Tegas dan tuntas 4. Simpatik (care dan correct) Bekerja dengan cara yang menyenangkan dan menarik bagi masyarakat agar menimbulkan rasa simpati dan empati dari masyarakat. Anggota polri yang telah memiliki kemampuan dasar dan bekerja dengan ikhlas akan mempunyai prinsip dalam bekerja serta memiliki prilaku yang dapat dicontoh oleh masyarakat, sehingga kehadiran setiap insan Bhayangkara akan dapat dirasakan manfaatnya, dicintai, disukai serta di percaya oleh masyarakat dimana akhirnya akan mewujudkan kemitraan Polri dengan Masyarakat. Hidup ini bukan berhasil atau tidak berhasil tetapi adalah mencoba dan mencoba karena disitulah adanya peluang dan keberhasilan” (sumber tribratanews bengkulu utara). |