Mayjen TKR HR Mohammad Mangoendiprojo adalah salah satu dari keempat pahlawan nasionalyang diberikan gelarnya oleh Presiden Joko Widodopada 7 November 2014 bersama dengan Djamin Ginting, Sukarni Kartodiwirjo, dan Abdul Wahab Hasbullah. Dia dinilai telah berjasa dalam peristiwa revolusi. Dia mendesak panglima Jepang menyerahkan senjata dan menguasai objek vital 45. Mayor Jenderal HR Muhammad Mangundiprojo adalah Pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (atau biasa disingkat dengan TKR) adalah sebuah nama angkatan perang pertama yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. TKR dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. TKR dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sudah ada sebelumnya dan tentara intinya diambil dari bekas PETA. Pembentukan angkatan perang ini bertujuan untuk mengatasi situasi yang mulai tidak aman, akibat kedatangan kembali tentara sekutu ke Indonesia setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. TKR terdiri dari TKR Darat, TKR Laut dan TKR Jawatan Penerbangan yang semuanya berasal dari perubahan BKR Darat, BKR Laut dan BKR udara. Untuk memperluas fungsi ketentaraan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keamanan rakyat Indonesia, pemerintah Indonesia kemudian mengganti nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7 Januari 1946 berdasarkan Penetapan Pemerintah No.2/SD 1946. RM Mohammad Mangoendiprojo merupakan profil seorang pamong praja yang memasuki dunia militer, tetapi kemudian kembali ke lingkungan pamong praja. Mohammad punya andil yang besar dalam mengambil alih aset pribadi orang- orang Belanda yang tersimpan di Bank Escompto senilai 100 juta gulden. Uang itu kemudian digunakan untuk perjuangan. Mohammad pun berperan sebagai wakil Indonesia dalam kontak biro dengan pasukan Inggris di Surabaya. Dia sempat mengalami peristiwa dramatis, bahkan membahayakan nyawanya. Untuk mencegah pasukan Inggris yang menduduki gedung Bank Internatio menembaki masa yang mengadakan pengepungan, Mohammad memasuki gedung menemui komandan pasukan Inggris. Ternyata, dia disandera. Sementara itu, Brigjen Mallaby yang berada di luar gedung ditembak seorang pejuang yang kemudian memicu pertempuran 10 November. Mohammad Mangoendiprojo wafat di Bandar Lampung, 13 Desember 1988.Pahlawan Nasional Di Indonesia Jakarta - Hari jadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) diperingati setiap tanggal 5 Oktober. Tanggal ini memiliki sejarah panjang di awal masa kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan, ada nama Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) dan juga Pembela Tanah Air (PETA). KNIL merupakan tentara kerajaan Hindia-Belanda yang dibentuk ketika Perang Diponegoro berlangsung. Sementara PETA dibentuk pemerintahan Jepang yang dibentuk untuk melawan tentara sekutu pada tahun 1943. Pada 14 Februari 1945, Komandan Pleton (Sodancho) PETA Supriyadi (Soeprijadi) memimpin pemberontakan untuk melawan tentara Jepang di Blitar. Supriyadi sempat meminta pendapat Sukarno sebelum melakukan pemberontakan. "Apa yang tidak diketahui orang sampai sekarang ialah bahwa Sukarno sendiri tersangkut dalam pemberontakan ini. Bagi orang Jepang, maka pemberontakan PETA merupakan suatu peristiwa yang tidak diduga sama sekali. Akan tetapi bagi Sukarno tidak. Aku telah mengetahui sebelumnya. Ingatlah bahwa rumahku di Blitar," kata Sukarno dalam buku Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.Baca Juga: Pasukan KNIL, Penyair Hingga Pengawal Raja Sukarno kala itu merupakan pemimpin dari Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Namun waktu itu Sukarno meminta Supriyadi dkk untuk mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi. Tetapi Supriyadi tetap memimpin pemberontakan yang berujung pada penangkapan sejumlah pimpinan PETA oleh tentara Jepang.Supriyadi menghilang setelah pemberontakan itu. Hingga kini nasib Supriyadi masih menjadi misteri.Setelah Proklamasi Kemerdekaan pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 23 Agustus 1945. Setelah itu secara bertahap dibentuklah BKR Darat, BKR Laut, dan BKR Udara.BKR memiliki kepengurusan di pusat dan sejumlah daerah. Tetapi ada pula daerah yang menolak dibentuk BKR dan akhirnya membuat lembaga serupa dengan penamaan sendiri. Akhirnya pada 5 Oktober 1945, Maklumat Pemerintah mengubah BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang juga memasukkan para mantan anggota PETA. BKR Darat, Laut, dan Udara secara bertahap juga menyesuaikan penamannya.Nama TKR sempat diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Tetapi kemudian mengalami perubahan lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tahun 1946.Presiden Sukarno kemudian mengubah lagi nama TRI menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947. TNI merupakan gabungan dari TRI dan tentara elemen-elemen rakyat lainnya.Jenderal Soedirman kemudian ditunjuk menjadi Panglima Besar pertama TNI. Meski nama TNI baru diberikan pada tanggal 3 Juni 1947, namun hari lahir kesatuan tersebut tetap diperingati setiap 5 Oktober. (bag/nkn)
Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggelar Geladi Tugas Tempur TK-3 (L-3) Koarmada I TA 2020 di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/7/2020). Latihan yang akan berlangsung di perairan di Pantai Todak, Desa Batu Berdaun, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau ini akan melibatkan 2 ribu personel TNI Angkatan Laut (AL), 24 KRI, 10 pesawat udara TNI AL, dan 18 kendaraan tempur lengkap dengan persenjataan artileri. KOMPAS.com - Tentara Keamanan Rakyat (TKR) adalah nama angkatan perang pertama yang didirikan oleh pemerintah Indonesia. TKR didirikan pada 5 Oktober 1945, beberapa pekan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pembentukan TKR bertujuan untuk mengatasi situasi yang mulai tidak aman, karena tentara Sekutu kembali datang ke Indonesia. Baca juga: Bhinneka Tunggal Ika: Sejarah, Arti, Fungsi dan Prinsip PembentukanPada tanggal 5 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang berisi tentang pembentukan tentara kebangsaan. Moh. Hatta kemudian memanggil mantan perwira KNIL, Urip Sumohardjo untuk menyusun organisasi tentara. 6 Oktober 1945, pemerintah mengangkat Supriyadi, tokoh PETA, organisasi buatan Jepang, di Blitar, untuk menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 9 Oktober 1945 menyerukan mobilisasi TKR, yaitu bagi seluruh pemuda Indonesia untuk mendaftarkan diri sebagai anggota TKR baik sudah atau belum pernah memperoleh latihan militer. Markas tertinggi TKR awalnya ditetapkan di Purwokerto, namun setelah menerima berbagai saran dan pertimbangan strategi dari Urip, maka markas tertinggi dipindahkan di Yogyakarta. Saat ini markas tersebut telah menjadi Museum Dharma Wiratama. Baca juga: Indische Partij: Pendiri, Latar Belakang, Program Kerja, dan Penolakan TKR LautSetelah TKR dibentuk pada 5 Oktober 1945, disusul dengan pembentukan TKR Laut yang disahkan pada tanggal 15 November 1945. Markas TKR Laut juga berada di Yogyakarta.
Daftar Isi
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tentara Keamanan Rakyat atau yang biasa disingkat TKR merupakan sebutan untuk angkatan perang pertama yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 oleh Pemerintah Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. TKR dibentuk berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan merupakan hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sudah ada sebelumnya, sementara tentara intinya diambil dari bekas Pembela Tanah Air (PETA). Tujuan pembentukan angkatan perang ini adalah untuk mengatasi situasi yang mulai tidak aman, akibat kembalinya tentara sekutu ke Indonesia setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terdiri dari tiga pasukan, yakni TKR Darat, TKR Laut dan TKR Jawatan Penerbangan yang secara keseluruhan berasal dari perubahan BKR Darat, BKR Laut dan BKR Udara. Guna memperluas fungsi ketentaraan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keamanan rakyat Indonesia, pemerintah Indonesia kemudian mengganti nama angkatan perang ini. Pada tanggal 7 Januari 1946 berdasarkan Penetapan Pemerintah No.2/SD 1946, nama Tentara Keamanan Rakyat resmi diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Baca: Pembela Tanah Air (PETA) Baca: 17 AGUSTUS - Seri Sejarah Nasional: Badan Keamanan Rakyat (BKR) Pada tanggal 5 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang berisi tentang pembentukan tentara kebangsaan. Moh. Hatta kemudian memanggil mantan perwira KNIL, Urip Sumohardjo agar menyusun organisasi tentara. Pada 6 Oktober 1945, pemerintah mengangkat Supriyadi, tokoh PETA, organisasi buatan Jepang, di Blitar, untuk menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 9 Oktober 1945 menyerukan mobilisasi TKR, yaitu bagi seluruh pemuda Indonesia untuk mendaftarkan diri sebagai anggota TKR baik yang sudah atau belum pernah memperoleh latihan militer. Awalnya markas tertinggi TKR ditetapkan di Purwokerto, tetapi setelah menerima berbagai saran dan pertimbangan strategi dari Urip, maka markas tertinggi dipindahkan di Yogyakarta. Saat ini markas tersebut telah menjadi museum bernama Museum Dharma Wiratama. Baca: KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger) TKR Laut Setelah TKR dibentuk pada 5 Oktober 1945, disusul dengan pembentukan TKR Laut yang disahkan pada tanggal 15 November 1945 yang juga bermarkas di Yogyakarta. Guna menciptakan keseragaman organisasi TKR, maka diselenggarakan perundingan antara para pimpinan TKR Laut, yaitu Mas Pardi, Nazir, Sumarno, RE Martadinata, dan R Suardi. Perundingan itu dilakukan bersama dengan Urip Sumorhardjo selaku Kepala Staf Umum TKR. • Divisi I Jawa Barat markas di Cirebon, • Divisi II Jawa Tengah markas di Purworejo, • Divisi III Jawa Timur markas di Surabaya. |