1. Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari Show Arti Ulil Amri Adalah Umara, ahlul 'ilmi wal fiqh ( Mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh ). Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri. 2.Al- Mawardi Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat " Ulil Amri ", yaitu: (1) Umara ( para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan ), (2) Ulama dan Fuqaha, (3) Sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) Dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar. 3. Ahmad Mustafa al-Maraghi Bahwa Ulil Amri adalah Umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya. tirto.id - Ulil Amri menurut istilah adalah pemimpin dan istilah ini sudah tidak asing terdengar di telinga kita. Penyebutan Ulil Amri sendiri merujuk pada Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 59, Allah SWT berfirman: Yaaa aiyuhal laziina aamanuuu atii'ul laaha wa atii'ur Rasuula wa ulil amri minkum fa in tanaaza'tum fii shai'in farudduuhu ilal laahi war Rasuuli in kuntum tu'minuuna billaahi wal yawmil Aakhir; zaalika khairunw wa ahsanu taawiilaa Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 59) Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan agar tercipta kebaikan serta manfaat bagi kemaslahatan umum. Siapa Saja yang Termasuk Ulil AmriTerkait kepatuhan terhadap Ulil Amri, manusia dalam hal ini masyarakat diminta tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri (orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka). Apabila Ulil Amri telah bersepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan yang dikeluarkan tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur'an dan hadis. Namun kalau keputusan itu tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan hadis, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah.Menurut Jurnal "Pengertian Ulil Amri dalam Al-Qur’an dan Implementasinya dalam Masyarakat Muslim" yang ditulis Kaizal Bay, pengertian Ulil Amri adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengurus kepentingan-kepentingan umat. Meski demikian, ketaatan kepada Ulil Amri atau Pemimpin sifatnya kondisional (tidak mutlak), karena betapa pun hebatnya Ulil Amri itu maka ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak dapat dikultuskan. Berkaitan dengan ketaatan terhadap Ulil Amri, Rasulullah SAW bersabda yang maknanya: "Tidak boleh taat dalam kemaksiatan. Ketaatan hanya dalam hal yang makruf," (HR. al-Bukhari). Di kalangan ulama, terdapat beberapa pendapat tentang pengertian ulil amri, berikut penjelasannya seperti dikutip dari modul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI terbitan Kemendikbud tahun 2017:
Ibn Katsir, setelah mengutip sejumlah hadis mengenai makna ulil amri, menyimpulkan bahwa ulil amri itu adalah, menurut zhahirnya, ulama. Sedangkan secara umum ulil amri itu adalah umara dan ulama. Ibn Katsir, setelah mengutip sejumlah hadis mengenai makna ulil amri, menyimpulkan bahwa ulil amri itu adalah, menurut zhahirnya, ulama. Sedangkan secara umum ulil amri itu adalah umara dan ulama.
Kata Ulil Amri merupakan kata yang akrab ditelinga kita. Seringkali dalam perbincangan sehari-hari kita menggunakan istilah ini. Istilah Ulil Amri sebenarnya dirujuk dari Al-Quran Surat An-Nisa: 59 yang berbunyi, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…".
Baca juga: Sikap terhadap Pemimpin Menurut Ajaran Islam
Baca juga: NU dan Kepemimpinan Nasional
Baca juga: Konsep Kepemimpinan Nabi Muhammad
Baca juga: Nashbul Imam dan Kepemimpinan
Muhammad Quraish Shihab, mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi isyarat bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul, dalam arti bila perintahnya bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka. Dalam hal ini dikenal kaidah yang sangat populer yaitu: “La thaat li makhluqin fi ma’shiyat al-Khaliq“. Tidak dibenarkan adanya ketaatan kepada seorang makhluk dalam kemaksiatan kepada Khaliq (Allah).”
Artikel-artikel Favorit Fiqih Bencana |