Siapa pimpinan bangsa Belanda yang berhasil sampai di Indonesia?

Solopos.com, SOLO — Pada 27 Juni 1596, Armada kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Banten. Kedatangan orang Belanda itu awalnya disambut hangat warga Banten.

Kedatangan orang Belanda di Banten itu merupakan salah satu dari sekian peristiwa bersejarah dunia yang layak dikenang pada 27 Juni. Berikut sejumlah peristiwa bersejarah yang dihimpun Solopos.com dari Thepeoplehistory.com dan Wikipedia.org, dalam Sejarah Hari Ini, 27 Juni:

PromosiJos! Petani & Peternak Klaten Bisa Jadi Penopang Kedaulatan Pangan

1596
Armada kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Banten. Pada awalnya, penduduk Banten memberikan sambutan hangat atas kedatangan Bangsa Belanda. Namun karena tabiat buruk yang ditunjukkan awak kapal, Kesultanan Banten bersama orang-orang Portugal di Banten mengusir Cornelis de Houtman beserta seluruh awak kapalnya.

1871
Pemerintah Keshogunan Tokugawa menetapkan Yen sebagai mata uang Jepang. Ada beberapa penjelasan tentang asal usul penggunaan aksara kanji ¥ yang berarti lingkaran digunakan sebagai lambang mata uang Jepang. Salah satunya adalah tradisi orang Jepang melambangkan uang dengan lingkaran yang dibentuk dari jari telunjuk dan ibu jari.

Siapa pimpinan bangsa Belanda yang berhasil sampai di Indonesia?
Mesin penyandi, Enigma. (Wikimedia.org)
1940
Pemerintah Jerman mulai menggunakan mesin penyandi, Enigma, untuk mengirimkan pesan kepada tentaranya semasa Perang Dunia II. Mesin itu digunakan agar musuh tak mengetahui arti dan tujuan pesan yang dikirim.

1941
Pasukan Jerman berhasil merebut Kota Bialystok di Polandia dari Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Operasi Barbarossa adalah upaya Jerman menginvasi kawasan Uni Soviet dan sekitarnya.

1941
Pemerintah Rumania mulai melaksanakan program pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang disebut Pogrom Jassy. Sebanyak 13,266 orang Yahudi tewas dalam pembantaian yang diperintahkan Pemerintah Rumania itu.

1954
Pertandingan perempatfinal Piala Dunia FIFA 1954 antara Hungaria dan Brasil digelar di Swiss. Pertandingan yang diperkirakan akan berlangsung menarik itu justru berubah menjadi sebuah kerusuhan antarpemain. Pertandingan sempat terhenti dan kembali dilanjutkan setelah tiga pemain dikeluarkan.

1976
Virus Ebola kali pertama diketahui mewabah di Sudan. Setelah wabah dinyatakan berakhir, sekitar 284 orang dinyatakan terjangkit Ebola dan puluhan di antara mereka meninggal dunia. Orang yang terjangkit Ebola biasanya ditandai dengan gejala demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Gejala ini biasanya diikuti dengan mual, muntah, diare, serta menurunnya fungsi liver dan ginjal. Pada kondisi tersebut, orang yang terpapar virus Ebola mulai mengalami masalah pendarahan.

1977
Prancis memberikan kemerdekaan penuh kepada Djibouti. Kini, Djibouti menjadi negara berbentuk republik. Sebelumnya, Djibouti menjadi wilayah kekuasaan Prancis sejak 1896.

Siapa pimpinan bangsa Belanda yang berhasil sampai di Indonesia?
Nico Erik Rosberg. (Reuters)
1985
Nico Erik Rosberg lahir di Wiesbaden, Jerman barat. Ia lantas dikenal luas sebagai juara balap Formula 1 musim 2016. Lima hari setelah berhasil menjadi juara, Rosberg menyatakan pensiun dari dunia balap Formula 1.

2013
NASA mengaku meluncurkan satelit Interface Region Imaging Spectrograph. Satelit tersebut diluncurkan untuk menyelidiki kondisi fisik Matahari.

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini". Klik link https://t.me/soloposdotcom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun, kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun 1598.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jawaban yang tepat adalah A.

Ekspedisi Kedua Belanda ke Indonesia adalah sebuah ekspedisi yang berlangsung dari 1598 hingga 1600, salah satu penyerangan tiba-tiba Belanda terhadap perdagangan rempah yang menyebabkan pendirian Perusahaan Hindia Timur Belanda. Ekspedisi ini dipimpin oleh Jacob Cornelius van Neck.

Siapa pimpinan bangsa Belanda yang berhasil sampai di Indonesia?

Pelayaran kembali pada 1599, oleh Cornelis Vroom

Selama abad ke-16, Portugis mendominasi perdagangan rempah, namun setelah Ekspedisi Pertama Belanda ke Indonesia di bawah Cornelis de Houtman, para penyokong ekspedisi tersebut memutuskan bahwa waktunya telah matang untuk terjun lebih jauh dalam pasar rempah Indonesia. Perusahaan di belakang ekspedisi pertama, Compagnie van Verre, dan Perusahaan Baru untuk Pelayaran ke Hindia Timur yang baru didirikan ikut bergabung dan di antara mereka berhasil mengumpulkan hampir 800.000 gulden, jumlah uang terbesar yang pernah dihimpun di Belanda untuk sebuah perusahaan swasta.[1] Seorang pembuat peta terkemuka Amsterdam, Petrus Plancius, juga tertarik dalam perusahaan tersebut, dan mempelajari dengan teliti laporan ekspedisi pertama untuk menulis satu set petunjuk pelayaran untuk ekspedisi tersebut.

Laksamana Jacob van Neck terpilih sebagai pemimpin, dengan Wakil Laksamana Wybrand van Warwyck dan penjelajah Arktika Jacob van Heemskerck sebagai letnannya.[2] Yang juga naik kapal tersebut adalah Willem Janszoon.[3] Pada 1 Mei 1598, armada tersebut berlayar dari Texel.[2]

Armada ini terdiri dari delapan kapal: Mauritius dan Hollandia, yang telah berlayar bersama armada pertama, serta Amsterdam, Zeelandia, Geldria, Utrecht, Vriesland, dan sebuah kapal yang lebih kecil, Overeyssel. Lima yang terakhir ini semuanya dinamai sesuai nama provinsi Belanda.[3]

Armada ini mencatat waktu yang sangat baik pada awalnya, mengelilingi Tanjung Harapan hanya dalam waktu tiga bulan.[2] Namun, segera setelah mencapai Tanjung, armada tersebut dihantam badai besar, dan pecah menjadi dua bagian.[2] Van Neck dengan tiga kapal segera pulih dan mendarat di pantai Timur Madagaskar untuk mengisi persediaan,[2] sementara kapal lainnya di bawah Warwyck tidak bisa mendarat di Madagaskar karena badai.[4]

 

Ilustrasi dari "Het Tweede Boeck" van Neck menunjukkan aktivitas Belanda di pantai Mauritius, serta penggambaran burung dodo yang diterbitkan pertama kali, di sebelah kiri

Setelah berlayar selama tujuh bulan, Van Neck dan ketiga kapalnya sampai di kota perdagangan Banten pada 25 November.[4] Orang-orang Banten menerima Belanda dengan penuh semangat, karena baru-baru ini mereka bertempur dengan Portugis dan menghancurkan tiga kapal mereka, sehingga mereka berharap bisa memperoleh perlindungan dari armada Portugis yang penuh dendam melalui penggemblengan aliansi dengan Van Neck.[5] Dalam waktu satu bulan dia telah mengisi ketiga kapalnya penuh dengan rempah-rempah.[4]

Sementara itu, kapal-kapal lainnya mendarat di pulau Do Cerne, yang mereka ganti namanya menjadi Mauritius sebagai penghormatan bagi Maurice dari Nassau.[6] Mereka meninggalkan seekor ayam jantan dan tujuh ekor ayam betina di pulau itu, dan juga menanam banyak benih, termasuk beberapa pohon jeruk dan lemon.[6] Mereka kemudian berlayar ke Banten, yang mereka capai pada 30 Desember, yang memicu perayaan Tahun Baru yang menggembirakan dari pihak awak Van Neck.[4]

Van Neck segera mengisi salah satu dari empat kapal yang dibawa oleh Warwyck dengan rempah-rempah dan kemudian berlayar pulang dengannya dan tiga kapal lainnya yang telah diisinya.[6] Dia tiba di Amsterdam pada Juli 1599, perjalanannya memakan waktu setengah dari lamanya ekspedisi de Houtman.[7] Para awak kapal diarak melewati jalan-jalan di belakang rombongan sangkakala seraya semua lonceng di kota berdentang, kemudian diberi anggur sebanyak yang bisa mereka minum, sementara Van Neck dianugerahkan sebuah gelas emas.[5] Van Neck membawa pulang hampir satu juta pon lada dan cengkih, serta setengah kapal berisi pala, lawang, dan kayu manis.[8]

  • Ekspedisi Pertama Belanda ke Indonesia
  • Perusahaan Hindia Timur Belanda di Indonesia

  1. ^ Masselman, p. 110
  2. ^ a b c d e Masselman, p. 111
  3. ^ a b Mutch, p. 13
  4. ^ a b c d Masselman, p. 112
  5. ^ a b Milton, p. 135
  6. ^ a b c Masselman, p. 113
  7. ^ Masselman, p. 114
  8. ^ Milton, p. 134

  • Masselman, George (1963). The Cradle of Colonialism. New Haven & London: Yale University Press. 
  • Milton, Giles (1999). Nathaniel's Nutmeg or, The True and Incredible Adventures of the Spice Trader Who Changed the Course of History. New York: Penguin Books. ISBN 0-374-21936-2. 
  • Mutch, T.D. (1942). The First Discovery of Australia With an account of the Voyage of the "Duyfken" and the Career of Captain Willem Jansz. Sydney. Diakses tanggal 2009-12-26. 
  • Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883. New York: HarperCollins. ISBN 0-06-621285-5. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ekspedisi_Kedua_Belanda_ke_Nusantara&oldid=17961882"