Sebutkan teknik pewarnaan yang kalian ketahui disertai perbedaannya

Sebutkan teknik pewarnaan yang kalian ketahui disertai perbedaannya

Sebutkan teknik pewarnaan yang kalian ketahui disertai perbedaannya
Lihat Foto

freepik

Bakteri Gram positif dan Gram negatif

KOMPAS.com - Bakteri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis tergantung pembagiannya. Salah satunya adalah bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.

Bakteri Gram positif dan Gram negatif dibedakan berdasarkan pada struktur dinding selnya. Pembagian ini menggunakan teknik pewarnaan Gram. Teknik ini ditemukan oleh ilmuwan Denmark bernama Hans Christian Gram.

Teknik pewarnaan ini dikembangkan pada tahun 1884 untuk membedakan antara bakteri Pneunomococcus dengan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang telah difiksasi di kaca preparat diwarnai dengan larutan pewarna.

Larutan pewarna yang digunakan adalah zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingan berupa air fuchsin safranin.

Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet. Bakteri ini akan tampak berwarna ungu setelah dicuci dengan alkohol.

Berbeda dengan bakteri Gram negatif, ia akan kehilangan zat pewarna kristal violet dan akan tampak berwarna merah sewaktu diberi warna tandingan.

Baca juga: Di Luar Angkasa, Bakteri Ini Sukses Bertahan Hidup Selama Satu Tahun

Perbedaan Bakteri Gram positif Bakteri Gram negatif

Perbedaan Bakteri Gram positif Bakteri Gram negatif
Komposisi dinding sel 40 lapisan peptidoglikan yang membentuk struktur yang kaku dan merupakan 50 persen dari penyusun dinding sel Hanya 1-2 lapis peptidoglikan dan merupakan 5 persen dari bahan dinding sel
Zat kimia dinding sel Asam Tikoat dan teikuronat Lipoprotein dan selaput luar
Ketahanan terhadap antibiotik Rentan terhadap penisilin Sulit dan lambat ditembus oleh antiobitik. Mudah resisten terhadap antibiotik
Ketahanan terhadap perlakuan fisik Lebih tahan terhadap perlakuan fisik Kurang tahan terhadap perlakuan fisik

Contoh bakteri Gram negatif antara lain Enterobactericeae, Salmonella sp., Shigella sp., dan E. coli. Sedangkan contoh bakteri Gram positif antara lain Staphylococci, Streptococci, dan Clostridium.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Jakarta -

Apakah detikers pernah melihat kain batik? Batik adalah salah satu karya seni khas Indonesia yang terkenal di dunia. Dibuat langsung dengan tangan manusia, ada beberapa teknik membatik yang umum digunakan.


Batik adalah kain Indonesia yang bergambar motif tertentu, dibuat dengan proses khusus menggunakan malam atau lilin.


Membatik hanya dapat dilakukan pada beberapa jenis kain. Jenis kain yang dapat digunakan diantaranya kain sutra, prima, linen, blaco, proplin, dan santung.


Karya seni batik tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, diantaranya yang paling terkenal seperti batik Solo, Yogya, dan Pekalongan. Masing-masing daerah tentu memiliki batik dengan ciri khas tersendiri.

Teknik Membatik


Membuat batik tidaklah mudah, diperlukan sikap ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Untuk menghasilkan sebuah karya batik, ada beberapa tahapan yang harus dilalui.

Berikut beberapa teknik membatik yang sering digunakan oleh masyarakat:

Teknik Celup Ikat

Teknik ini dapat dikatakan sebagai salah satu yang termudah. Teknik celup ikat merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain, lalu dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Setelah diangkat dari larutan pewarna, ikatan dibuka sehingga bagian yang diikat tidak terkena warna.


Teknik celup ikat ini menggunakan tali, benang, dan karet sebagai bahan penghambat atau perintang warna. Celup ikat dikenal di beberapa daerah di Indonesia dengan nama jumputan, tritik (Jawa Tengah dan Yogyakarta) , Sasirangan (Banjarmasin), dan Pelangi (Palembang).

Teknik Canting Tulis

Teknik canting tulis adalah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting. Canting berfungsi untuk menorehkan cairan malam atau lilin pada sebagian pola di kain mori.


Teknik ini membutuhkan ketelitian dan keuletan yang tinggi, sehingga tak heran harga batik tulis cukup mahal.


Jadi, saat kain dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna. Membatik dengan canting tulis disebut juga teknik membatik tradisional, yang banyak ditemukan di Jawa.


Teknik Cap

Teknik batik cap dilakukan dengan menggunakan alat canting cap. Caranya, canting cap dicelupkan pada cairan malam, lalu ditorehkan di atas kain mori.


Teknik membatik satu ini memiliki kelebihan, yaitu menjadi teknik yang pembuatannya relatif cepat selesai.

Teknik Printing

Metode membatik teknik printing adalah jenis batik baru yang cara pembuatannya melalui proses printing mesin pabrik.


Proses pewarnaannya sendiri hanya diwarnai pada satu bagian sisi kain batik saja, sehingga prosesnya lebih efisien. Waktu pembuatannya pun menjadi sangat cepat. Dalam sekali cetak, satu warna hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk membuatnya. Tak hanya itu, alat printing yang canggih membuat motif batik memiliki hasil yang detail dan konsisten.


Batik printing yang prosesnya cepat dan mudah, biasanya dibanderol harga lebih murah dibandingkan batik tulis atau lainnya yang membutuhkan ketelitian dan kreativitas tinggi. Contoh batik ini banyak ditemukan pada seragam sekolah.


Teknik Colet

Teknik membatik colet biasa disebut juga dengan teknik lukis. Melalui teknik colet, pembatik dapat mengoleskan pewarna kain dengan kuas, lalu melukis motif di atas kain mori.


Teknik ini membutuhkan jiwa seni yang tinggi, karena pembuatnya harus jeli dan kreatif. Langkah demi langkah harus dilakukan dengan tepat agar warnanya menyatu dan tidak ada kesenjangan.


Dalam batik colet, semakin bagus motifnya, maka harganya juga akan semakin tinggi.


Wah, menarik ya. Kira-kira, detikers tertarik mencoba teknik membatik yang mana, nih?

Simak Video "Batik Blitar Bikin Gempar"


[Gambas:Video 20detik]
(lus/lus)

Berdasarkan Pewarnaan Gram, bakteri diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu: Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif (Gambar 37). Perbedaan utama di antara keduanya adalah struktur dan komposisi dinding selnya. Bakteri Gram Positif mampu mempertahankan zat warna utama dalam pewarnaan Gram, yaitu Gentian Violet (ungu kristal iodium), sehingga nampak berwarna ungu saat pengamatan dikarenakan dinding sel kelompok bakteri ini tersusun oleh sebagian besar Peptidoglikan, yang mampu mengikat zat warna dan tidak rusak saat dicuci dengan alkohol. Sementara itu, bakteri Gram negatif memiliki komposisi dinding sel yang sebagian besar tersusun dari lapisan lipid, sehingga pada saat pewarnaan kurang dapat mempertahankan zat warna utama terutama saat dicuci dengan alkohol (lipid rusak saat dicuci dengan alkohol), akibatnya kelompok bakteri ini memberikan kenampakan warna merah (warna dari zat warna ke dua: safranin atau air fuchsin) di akhir kegiatan pewarnaan Gram. Contoh dari bakteri gram positif ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus aureas, Neisseria gonnorrhoaeae, Treponema pallidum, Vibrio cholerae dan Bacillus subtilis sedangkan bakteri gram negatif misalnya adalah Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Beberapa bakteri tidak terwarnai dengan pewarnaan gram, misalnya Mycobacterium sp, karena dinding selnya mengandung banyak lipid, sehingga digunakan pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasinya. Pada pewarnaan tersebut sel bakteri akan berwarna merah tetapi sel jaringan akan berwarna hijau.

         Gambar 37. Perbedaan Bakteri Gram positif (a) dan Bakteri Gram negatif (b)

Adapun perbedaan bakteri gram positif dan negatif lebih jelasya bisa kita simpulkan berikut ini:

Bakteri Gram Negatif mempunyai sistem membran yang ganda dengan membran plasma bakteri dilindungi membran luar permeabel, bakteri negatif juga memiliki dinding sel peptidoglikan di antara membran luar dan membran dalam. Sementara bakteri gram positif hanya memiliki membran plasma yang tunggal dengan dikelilingi oleh dinding sel yang tebal dari peptidoglikan. Hampir 90% dinding sel bakteri gram positif ini tersusun dari peptidoglikan.

Komposisi dinding sel gram negatif terdiri dari kandungan lipid yang tinggi, berbeda dengan komposisi dinding sel bakteri gram positif yang mengandung lipid rendah.

  1. Ketahanan terhadap antibiotik

Sifat ketahanan terhadap antibiotik untuk bakteri gram negatif sendiri lebih kuat atau tahan, berbeda dengan ketahanan bakteri gram positif yang rentan terhadap penisilin atau antibiotik. 

  1. Ketahanan terhadap perlakuan fisik

Bakteri gram negatif memiliki sifat yang kurang tahan terhadap perlakuan fisik, berbeda dengan bakteri gram positif yang lebih tahan terhadap perlakuan fisik.

Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan di dinding sel, membran sel dan sitoplasma, sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat. Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan. Seri reagen yang digunakan dalam Teknik Pewarnaan Gram meliputi: Zat Warna I (Gentian/Crystal Violet), Larutan Iodine, Alkohol, dan Zat Warna II (Safranin/ Air Fuchsin). Adapun ilustrasi kondisi sel bakteri saat pewarnaan Gram tampak seperti pada Gambar 38.

Gambar 38. Kondisi sel bakteri saat pewarnaan Gram

Sekalipun mekanisme yang tepat dari pewarnaan Gram masih belum jelas, diketahui bahwa komposisi dinding sel bakteri Gram-positif berbeda dari bakteri Gram-negatif dan ini diduga berperanan dalam terjadinya reaksi Gram yang berbeda-beda. Boleh jadi dinding sel yang lebih tebal pada bakteri Gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi, menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutnya kompleks ungu kristal-iodium pada langkah pemucatan. Di pihak lain, sel-sel Gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Larutnya lipid oleh pemucat yang digunakan dalam pewarnaan Gram diduga memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah yang menyebabkan proses pemucatan pada sel-sel Gram negatif berlangsung lebih cepat. Jadi, terdapat perbedaan yang nyata dalam laju pemucatan antara sel-sel Gram positi dan Gram negatif. Terlepas dari tepat atau tidaknya dugaan tersebut, yang jelas dinding sel itulah yang merupakan penghalang terhadap pemucatan pada sel-sel Gram positif. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa berubahnya atau dibuangnya dinding sel bakteri Gram positif menyebabkan organisme tersebut berubah menjadi Gram negatif.

Organisme Gram positif dapat memperlihatkan reaksi Gram negatif bila mengalami pemucatan yang berlebihan. Faktor-faktor lain yang juga dapat menimbulkan keragaman dalam reaksi Gram ialah: (a) pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan; (b) kerapatan sel pada olesan; (c) sifat, konsentrasi, dan jumlah pemucat yang dipakai; dan (e) sejarah biakan. Olesan bakteri yang dipanaskan secara berlebihan akan menyebabkan pecahnya dinding sel. Dalam keadaan demikian maka sel-sel Gram positif akan melepaskan warna primer dan menerima pewarna tandingan. Sebagai pemucat, alkohol 95% bekerja paling lambat, sedangkan aseton paling cepat sehingga pemucat yang paling banyak digunakan ialah campuran alkohol 95% dan aseton (1:1). Namun, bagi taruna yang baru belajar melakukan perwarnaan Gram sebaiknya digunakan pemucat yang bekerja lambat yaitu alkohol 95% untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan.

Langkah-langkah utama dalam teknik pewarnaan ialah:

  • penempatan olesan atau lapisan tipis spesimen, pada kaca objek;
  • fiksasi olesan pada kaca objek tersebut dengan pemanasan, yaitu dengan cara melewatkan di atas api beberapa kali, agar mikroorganisme tersebut dapat melekat pada kaca objek;
  • diwarnai dengan pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna (pewarnaan diferensial).