Sebuah karakter jahat atau licik yang diperankan seseorang untuk menentang pemeran utama disebut

Sebuah karakter jahat atau licik yang diperankan seseorang untuk menentang pemeran utama disebut
Ilustrasi penjahat. ©shutterstock.com

JATENG | 16 Maret 2022 19:53 Reporter : Jevi Nugraha

Merdeka.com - Sebagaimana kita tahu, dalam sebuah pementasan drama, tokoh harus memiliki watak dan perilaku yang menonjol. Sehingga penonton dapat memahami bagaimana alur cerita yang sedang diperankan oleh para tokoh.

Karakter ini sudah diciptakan saat penulis menulis sebuah naskah drama. Kemudian penggambaran watak ini akan dikembangkan oleh masing-masing tokoh. Sehingga konsistensi watak para tokoh ini sangat penting diperankan dari awal hingga akhir cerita.

Secara umum, karakter tokoh dibagi menjadi tiga, yaitu protagonis (tokoh berwatak baik), tritagonis (penengah), dan antagonis (penantang tokoh protagonis). Dari ketiga karakter tersebut, antagonis kerap dianggap berwatak buruk atau penjahat. Sebab, tokoh antagonis sering menghalangi keinginan dari tokoh protagonis.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan antagonis? Simak ulasannya yang merdeka.com lansir dari Kapanlagi.com:

2 dari 3 halaman

Sebuah karakter jahat atau licik yang diperankan seseorang untuk menentang pemeran utama disebut

Dokumentasi Sanggar Ori Gunungkidul

Drama merupakan sebuah cerita yang ditampilkan di depan umum dan terdapat dialog atau percakapan yang diperankan oleh beberapa tokoh. Tak hanya dialog dan percakapan, biasanya dalam pementasan drama juga disertai dengan aksi-aksi tertentu, sehingga hal ini dapat menarik penonton.

Secara definisi, drama dapat dipahami sebagai karya seni berupa percakapan yang dipentaskan. Umumnya, drama juga menggambarkan realitas kehidupan, karakter, serta perilaku manusia melalui sebuah pertunjukan. Dalam cerita tersebut, akan selalu ada sebuah peran antagonis atau karakter yang selalu menantang tokoh utama.

Antagonis adalah karakter yang melawan tokoh utama sehingga menimbulkan konflik. Biasanya, tokoh antagonis memiliki watak buruk dan negatif. Meski begitu, dalam beberapa cerita, pengarang juga bisa memberi ruang yang banyak untuk tokoh antagonis, baik dalam karya sastra maupun film.

Tokoh antagonis sendiri berlawanan dengan protagonis. Tokoh protagonis adalah individu dalam cerita yang selalu mengutamakan kebenaran dan kejujuran. Sementara, antagonis biasanya selalu menantang semua watak dari protagonis.

Kandati protagonis baik, bukan berarti dia akan selalu memenangkan perseteruan di akhir cerita. Banyak sekali cerita, baik dalam film maupun karya sastra, yang akhirnya memenangkan karakter antagonis.

3 dari 3 halaman

Sebuah karakter jahat atau licik yang diperankan seseorang untuk menentang pemeran utama disebut

Dokumentasi Sanggar Ori Gunungkidul

Ada beberapa ciri-ciri antagonis dalam sebuah drama seperti penuh tipu daya, tidak senang melihat tokoh utama bahagia, licik, dan lainnya. Peran antagonis dalam sebuah drama biasanya sangat mencurigakan.

Tidak jarang tokoh antagonis berpura-pura bersikap baik dan memberikan pertolongan kepada pemeran utama. Meski begitu, ada juga yang langsung menunjukkan sifat jahatnya ketika pertama kali cerita dimulai. Berikut sejumlah ciri-ciri tokoh antagonis dalam drama, di antaranya:

• Mimik atau ekspresi wajah kerap mencurigakan.

• Selalu berlagak baik di depan orang.

• Biasa memutar balikkan fakta.

• Memiliki ketawa yang khas.

Fungsi Tokoh Antagonis dalam Drama

Salah satu bagian terpenting dalam sebuah drama ialah naskah drama. Sebelum mementaskan pertunjukan, penulis harus mengerti alur cerita yang akan dipentaskan. Tentunya, dalam pembuatan naskah atau alur cerita tersebut, biasanya penulis menggunakan unsur-unsur drama, yang meliputi tema, amanat, plot, karakter, dialog, dan lain sebagainya.

Selain itu, karakter tokoh juga sangat penting untuk membangun sebuah cerita yang menarik. Salah satu tokoh yang berfungsi untuk membuat cerita lebih seru dan menarik adalah peran antagonis. Berikut sejumlah fungsi tokoh antagonis adalah sebagai berikut:

Pemicu Konflik

Salah satu fungsi tokoh antagonis adalah pemicu konflik cerita. Karakternya yang selalu melawan tokoh utama akan menimbulkan sebuah konflik. Nantinya, konflik ini akan membuat jalan cerita menjadi lebih seru dan menarik.

Membawa Alur dan Emosi Penonton

Fungsi tokoh antagonis selanjutnya, yaitu membawa alur dan emosi penonton. Semakin menyebalkan tokoh antagonis dalam sebuah cerita, akan membuat penonton semakin tertarik untuk melihat adegan ceritanya. Untuk itu, biasanya tokoh antagonis akan selalu membawa emosi penonton naik turun.

Menambah Kesan Dramatis

Untuk menambah kesan yang lebih dramatis, tokoh antagonis biasanya juga memiliki raut wajah yang licik dan bersuara sinis. Tokoh antagonis ini tidak disukai. Bahkan, dalam sebuah cerita, tokoh antagonis sangat senang bersikap pura-pura baik dan sering menyusun rencana buruk terhadap tokoh utama protagonis.

Beberapa sifat peran antagonis tersebut yang akan membuat alur cerita menjadi lebih dramatis. Untuk itu, peran atau tokoh ini sangat dibutuhkan dalam sebuah karya sastra, baik film maupun drama.

(mdk/jen)

Antagonis adalah karakter yang melawan atau menentang tujuan utama dari karakter utama atau protagonis.[1] Antagonis sering merupakan seorang penjahat atau hal lainnya yang merupakan konflik dengan protagonis. Antagonis biasanya jahat dan tidak baik serta sering membuat nilai-nilai negatif.[2] Padahal, tidak semua antagonis jahat. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah - sekolah, bahkan sejak sekolah dasar, antagonis sering diidentikkan dengan tokoh yang jahat, dan protagonis adalah tokoh yang baik.

  1. ^ "antagonis". KBBI Daring. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-10. Diakses tanggal 30 Januari 2022. 
  2. ^ "The Elements of Literature". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-18. Diakses tanggal 2021-02-02. 

 

Artikel bertopik sastra ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antagonis&oldid=20935848"

Antagonis adalah – Seperti yang kita tahu, dalam sebuah pementasan drama, tokoh yang diperankan harus memiliki watak serta perilaku yang menonjol. Dengan begitu, penonton dapat memahami serta menikmati tentang bagaimana suatu alur cerita yang tengah diperankan oleh para tokoh.

Karakter yang diperankan juga telah diciptakan saat penulis mulai menulis suatu naskah drama. Kemudian, penggambaran watak juga akan dikembangkan oleh masing-masing tokoh, sehingga konsistensi watak para tokoh ini sangat penting untuk diperankan dari awal hingga akhir cerita. Secara umum, karakter tokoh sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu tokoh protagonis (tokoh berwatak baik), tokoh tritagonis (penengah), dan tokoh antagonis (penantang tokoh protagonis).

Dari ketiga karakter ini antagonis kerap dianggap sebagai berwatak buruk atau penjahat. Sebab, tokoh antagonis sering berupaya menghalangi keinginan dari tokoh protagonis. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan antagonis dan apa saja fungsi tokoh antagonis? Simak penjelasan lebih lengkapnya berikut ini.

Pengertian Antagonis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), antagonis adalah orang yang suka menentang (melawan dan sebagainya). Selain itu, dalam KBBI, antagonis dalam bidang sastra berarti tokoh dalam karya sastra yang merupakan penentang dari tokoh utama; tokoh lawan.

Antagonis dalam Drama

Drama sebagai sebuah cerita yang ditampilkan di depan umum serta didalamnya terdapat dialog atau percakapan yang diperankan beberapa tokoh. Tak hanya dialog serta percakapan saja, biasanya dalam pementasan drama ini juga akan disertai dengan berbagai aksi-aksi tertentu, sehingga hal ini dapat menarik penonton.

Secara definisi, drama dapat dipahami sebagai karya seni berupa percakapan yang dipentaskan. Umumnya, drama ini juga menggambarkan realitas kehidupan, karakter, serta perilaku manusia melalui sebuah pertunjukan.

Dalam cerita pementasan drama akan selalu ada sebuah peran antagonis maupun karakter yang selalu menentang tokoh utama. Dengan adanya peran antagonis ini dapat dikatakan sebagai karakter yang melawan tokoh utama, sehingga menimbulkan berbagai konflik. Biasanya, tokoh antagonis juga memiliki watak buruk serta negatif.

Meski demikian, dalam beberapa cerita, pengarang juga akan memberi ruang yang banyak untuk tokoh antagonis, baik dalam suatu karya sastra, drama, maupun film. Tokoh antagonis sendiri berlawanan dengan protagonis.

Tokoh protagonis merupakan suatu individu dalam cerita yang selalu mengutamakan kebenaran serta kejujuran. Sementara itu, tokoh antagonis biasanya selalu menantang semua watak dari protagonis. Meskipun protagonis baik, tak berarti dia akan selalu memenangkan perseteruan di akhir cerita.

Banyak sekali cerita, baik dalam film atau drama atau karya sastra, yang pada akhirnya yang memenangkan karakter adalah tokoh antagonis. Jadi, apakah kamu pernah bermain sebagai peran antagonis?

Antagonis dalam Sastra

Sementara itu, antagonis dalam dunia sastra tak memiliki perbedaan secara umum dengan dunia film. Dalam karya sastra, seperti, naskah drama, hingga novel, yang dimana arti antagonis sendiri sebagai sebuah tokoh yang memiliki sifat selalu menentang kebenaran serta berbagai watak buruk lainnya.

Tokoh antagonis adalah tokoh yang memiliki sikap pembawa konflik dan selalu menentang tokoh utama yang bersifat protagonis. Selain itu, antagonis juga memiliki ciri-ciri seperti pandai memutar balikan fakta dari kejadian yang sedang terjadi.

Itulah yang menyebabkan karakter antagonis suka menentang tujuan utama dalam cerita. Untuk menambah kesan yang dramatis, umumnya tokoh antagonis juga memiliki raut wajah yang licik serta bersuara sinis, sehingga terkadang, tokoh antagonis ini juga tidak disukai.

Bahkan, dalam sebuah cerita, tokoh antagonis sendiri sangat senang bersikap pura-pura baik dan sering menyusun rencana buruk bisa melukai atau bahkan membunuh tokoh protagonis. Dalam suatu karya sastra, seperti novel, biasanya penggambaran tokoh antagonis ini berupa penjahat, tokoh jahat dalam suatu kelompok, bukan manusia, dan sebagainya.

Selain itu, semua jenis peran antagonis sendiri tentu saja memiliki tujuan dan juga mimik (wajah) pembawaan yang unik. Jika di dalam novel, biasanya penulis akan membuat tokoh antagonis dengan sebuah dialog atau sebuah narasi yang menggambarkan rencana-rencana buruk dari tokoh antagonis itu sendiri.

Fungsi Tokoh Antagonis

Salah satu bagian terpenting dalam suatu drama adalah naskah drama. Sebelum mementaskan pertunjukan, penulis harus mengerti alur cerita yang akan dipentaskan. Tentunya, dalam suatu pembuatan naskah ataupun alur cerita tersebut, biasanya penulis menggunakan unsur-unsur drama, diantaranya pada tema, amanat, plot, karakter, dialog, dan lain sebagainya.

Selain itu, karakter tokoh juga sangatlah penting untuk membangun sebuah cerita yang menarik. Salah satu tokoh yang juga berfungsi untuk membuat cerita lebih seru serta menarik adalah peran antagonis.

Adapun beberapa fungsi tokoh antagonis dalam suatu drama. Berikut di bawah ini sejumlah fungsi tokoh antagonis.

Pemicu Konflik

Fungsi dari tokoh antagonis yang pertama adalah pemicu sebuah konflik. Konflik dalam sebuah cerita akan membuat alurnya tampak menjadi lebih menarik. Oleh karenanya, kehadiran tokoh antagonis yang dapat berperan sebagai pemicu suatu konflik.

Membuat Jalan Cerita menjadi Semakin Menarik

Tokoh antagonis memiliki fungsi untuk membuat jalan cerita menjadi semakin menarik, sehingga suatu cerita tidak terkesan monoton. Oleh karena itu, karakter antagonis yang juga suka menentang, ternyata dapat membuat cerita akan lebih berwarna, serta akhir cerita yang lebih keren dan manis.

Membawa Alur dan Emosi Penonton

Fungsi tokoh antagonis yang ketiga adalah membawa alur emosi penonton ataupun pembaca, sehingga menjadi lebih emosional. Tanpa adanya tokoh antagonis, maka cerita tokoh protagonis akan terlihat terlalu over power atau seperti tidak ada yang bisa melawannya.

Menambah Kesan Dramatis

Untuk menambah kesan yang lebih dramatis, tokoh antagonis umumnya memiliki raut wajah yang licik serta bersuara sinis. Tokoh antagonis ini akan tidak disukai atau bahkan, dalam sebuah cerita, tokoh antagonis sangatlah senang bersikap pura-pura baik serta sering menyusun rencana buruk kepada tokoh utama protagonis.

Beberapa sifat dan peran antagonis tersebut yang akan membuat alur cerita menjadi lebih dramatis. Untuk itu, peran atau tokoh ini sangat dibutuhkan dalam sebuah karya sastra, baik pada film maupun drama.

Perbedaan Protagonis Dan Antagonis

Dalam sebuah cerita, tokoh sendiri sangat diperlukan untuk membuat jalan cerita yang lebih menarik. Berdasarkan fungsinya dibagi lagi menjadi tokoh utama serta tokoh pembantu. Tokoh utama sendiri adalah tokoh yang paling banyak diceritakan serta berperan penting. Tokoh utama ini sendiri tugasnya menjadi pembawa pesan pada pembaca.

Dalam suatu cerita, tokoh ini paling banyak diceritakan serta saling berhubungan dengan tokoh lainnya. Bahkan, plot atau alur cerita biasanya berfokus pada pemeran utama. Sementara itu, tokoh pembantu digunakan sebagai pelengkap cerita.

Sedangkan, berdasarkan peranan atau watak, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu, di antaranya:

Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis biasanya menjadi pemeran yang baik dalam suatu cerita. Tidak hanya itu, tokoh protagonis sendiri umumnya menjadi pemeran utama dalam suatu cerita, film, atau serial. Tokoh ini juga digambarkan sebagai seseorang yang memiliki sikap baik serta sikap positif. Sikap protagonis dalam sebuah cerita, biasanya bersikap dermawan, jujur, rendah hati, tidak sombong, sabar, serta setia kawan.

Tokoh Antagonis

Kebalikan dari protagonis, antagonis merupakan tokoh jahat yang biasanya menjadi penentang serta pemicu konflik dalam suatu cerita. Pemeran antagonis digambarkan sebagai orang jahat yang ingin berbuat tak baik pada tokoh protagonis.

Pada umumnya, antagonis menjadi penyebab konflik dalam suatu cerita. Meskipun begitu, dengan hadirnya konflik inilah, jalan cerita menjadi lebih menarik. Tokoh antagonis sendiri lebih sering digambarkan sebagai seorang yang pendendam, sombong, dengki, tak mau kalah, ingin menang sendiri, iri, dan suka pamer.

Tokoh Tritagonis

Dalam suatu cerita, terdapat tokoh pembantu yang disebut juga sebagai tritagonis. Tokoh ini biasanya menjadi teman pemeran protagonis serta akan membantu konflik penyelesaian. Menurut KBBI karakter tritagonis sendiri sebagai karakter ketiga dalam sebuah cerita. Selain itu, karakter ini juga menjadi tokoh yang dipercaya oleh tokoh antagonis.

Unsur Intrinsik dalam Karya Sastra Lainnya

Tokoh atau penokohan atau watak yang menjadi cikal bakal suatu sosok antagonis adalah bagian dari unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Berikut dibawah ini penjelasan lebih lengkapnya tentang unsur intrinsik lainnya yang dilansir dari berbagai sumber:

Tema

Unsur intrinsik yang wajib ada yang pertama adalah tema. Tema merupakan ide pokok ataupun gagasan utama dalam sebuah cerita drama. Jika sebuah drama atau karya sastra lainnya tak memiliki tema yang jelas, maka pementasan drama sendiri tidak akan berjalan dengan lancar, para pemain juga akan mengalami kesulitan dalam memerankan karakter yang diminta.

Tidak hanya itu, tema juga berfungsi dalam membantu para penonton memahami serta menangkap maksud dan tujuan pementasan ini. Tema yang jelas juga akan membantu menentukan tentang sasaran penonton yang ingin dituju. Misalnya, pada tema percintaan, yang lebih banyak ditonton kalangan remaja hingga menginjak dewasa.

Alur

Unsur intrinsik selanjutnya adalah alur. Alur sebagai jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama yang ada sejak narasi awal hingga pada narasi akhir drama. Dengan alur inilah yang nantinya memiliki peran dalam menciptakan suatu permasalahan, konflik, klimaks, serta penyelesaian permasalahan. Adanya alur dalam drama akan membuat drama menjadi lebih menarik.

Tokoh

Tokoh atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama serta tokoh pembantu. Tokoh utama atau peran utama disebut juga sebagai primadona, sedangkan peran pembantu disebut figuran. Agar pementasan drama menjadi lebih menarik, tokoh juga harus memiliki watak yang menonjol. Dengan adanya unsur intrinsik yang satu ini, penonton akan lebih mudah memahami serta menghayati drama yang dipentaskan.

Watak

Unsur intrinsik lainnya dalam karya sastra atau drama adalah watak. Watak juga sebagai perilaku yang diperankan oleh tokoh drama atau tokoh cerita dalam sebuah karya sastra. Dalam drama atau karya sastra juga terdapat beberapa watak yang biasanya selalu muncul, yakni diantaranya protagonis dan antagonis.

Watak protagonis merupakan suatu watak (karakter) yang baik dalam tokoh karya sastra atau tokoh yang diperankan dalam drama. Adapun contoh dari karakter protagonis, seperti penyabar, kasih sayang, santun, pemberani, pembela yang lemah, baik hati dan lain sebagainya.

Sementara itu, watak antagonis adalah watak (perilaku) jahat yang ada di dalam karya sastra atau dalam suatu pementasan drama. Contohnya adalah sifat iri dan dengki, kejam, penindas dan lain sebagainya.

Latar

Latar atau setting sebagai gambaran suatu tempat, waktu dan situasi peristiwa dalam cerita drama atau cerita dalam karya sastra. Latar juga menjadi salah satu unsur intrinsik yang juga tak boleh dilewatkan dalam sebuah pementasan drama atau dalam suatu karya sastra.

Pada umumnya, latar akan disesuaikan dengan kondisi suasana saat cerita berlangsung. Dengan begitu, penonton lebih dapat memahami kapan, di mana, serta suasana dalam suatu drama. Selain latar yang tak boleh dilewatkan, dalam drama, dekorasi panggung juga dapat dibuat sedemikian mirip dengan setiap adegan. Berbagai jenis properti dapat mendukung pementasan yang lebih hidup dan lebih mengesankan.

Amanat

Amanat sebagai suatu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Biasanya, amanat atau pesan ini juga disampaikan tersirat ataupun tersurat dalam suatu dialog tokoh utama, baik itu dalam karya sastra atau pementasan drama.

Buku-Buku Terkait

The Antagonist Program

Sejak awal Galen Devavrata dan Mari Sahir adalah pemeran utama dalam program Sang Ratu Pilihan. Orang-orang meyakini keduanya sebagai sang protagonis dalam reality show tersebut. Namun, kehadiran Elora Pratista sebagai tokoh antagonis telah berhasil mengacaukan hati dan pikiran Galen. Selama empat bulan penuh ketiganya diwajibkan menghabiskan waktu bersama. Lalu, siapakah yang akan Galen pilih?

Sang protagonis baik hati yang merupakan teman masa kecilnya, atau sang antagonis berhati batu yang menyimpan banyak sekali rahasia? “Tahu nggak kenapa tokoh antagonis itu susah matinya?” “Kenapa memang?” “Karena dia punya tugas untuk membuat tokoh-tokoh lain menderita. Dia nggak akan mati sebelum tugasnya terlaksana.”

Trichoderma: Si Agen Antagonis

Buku ini diawali dari kumpulan beberapa hasil penelitian tentang eksplorasi Trichoderma isolat asal Aceh hingga pengujian potensinya sebagai agen pengendalian hayati, biodekomposer dan zat perangsang tumbuh. Sejak tahun 2009 sampai sekarang dari berbagai sumber dana, penulis telah melakukan penelitian terhadap teknik perbanyakan Trichoderma, aspek aspek pengendalian biologi beberapa penyakit tumbuhan terutama tanaman perkebunan dengan memanfaatkan agen pengendalian hayati isolat lokal yaitu jamur Trichoderma.

Melalui buku ini maka petani dan masyarakat umumnya diharapkan memiliki pedoman bagaimana cara memperbanyak Trichoderma secaramandiri di rumah, di kebun serta bagaimana cara aplikasinya.

Mari Menulis Naskah Artikel untuk Publikasi di Jurnal Intern

Mari Menulis Naskah Artikel untuk Publikasi di Jurnal Intern – Buku ini terdiri dari 11 bab yang to the point dan bisa langsung dipraktikkan. Bab 1 membahas tentang pengalaman penulis melakukan submission ke jurnal, ditolak dan akhirnya diterima. Bab 2 memberikan perkenalan dengan citation dan reference manager dan kenapa kita harus menggunakannya saat menulis. Bab 3 membahas tentang bagaimana retorika bagian pendahuluan suatu naskah artikel agar ide lebih terorganisir.

Bab 4 membahas tentang bagaimana mempersiapkan format naskah artikel. Bab 5 membahas cara memilih jurnal internasional bereputasi. Di samping itu, terdapat juga secuil informasi tambahan tentang jurnal berkualitas, kenapa terjadi penolakan naskah artikel oleh editor, penolakan artikel oleh reviewer saat pengajuan kenaikan pangkat dosen, indeks similaritas, dan cara mengecek ID Scopus yang masing-masing dibahas pada Bab 6-11.

Penulisan Naskah Public Relation

Public relations bisa dipahami sebagai fungsi manajemen yang mengelola komunikasi dalam rangka menjembatani kepentingan organisasi dengan kepentingan beragam publik untuk mencapai tujuan pengertian bersama (mutual understanding), meningkatkan pemahaman, membangun ketertarikan, dan menumbuhkan simpati publik. Buku ini ditulis untuk mengembangkan keahlian profesional public relations, khususnya keahlian menulis.

Jenis-jenis naskah tulisan yang biasa digunakan oleh praktisi untuk mengkomunikasikan berbagai isu kepada beragam publik organisasi mencoba diulas secara detail. Contoh-contoh terbaru dari naskah public relations dilampirkan sebagai upaya untuk memberikan pemahaman yang komprehensif.

200+Solusi Editing Naskah & Penerbitan

Buku 200+ Solusi Editing Naskah dan Penerbitan dapat membantu para pengguna yang ingin mengenal lebih luas seluk-beluk dunia penulisan, yaitu pelajar, mahasiswa, guru, dosen, widyaiswara, editor, penulis, wartawan, sekretaris, dan juga praktisi humas serta bisnis agar dapat mengedit naskah dalam tugas kesehariannya atau paling tidak mengetahui indikator tulisan yang memenuhi kriteria layak terbit.

Sebagai referensi meja yang praktis, sangat disarankan buku ini ada di meja para penulis ataupun mereka yang kesehariannya berkecimpung dalam kegiatan tulis-menulis. Bagi pelajar, buku ini akan membantu pemahaman dan penyelesaian soal-soal bahasa Indonesia yang kerap menyulitkan. Sebagian besar isi buku memang menyangkut masalah kebahasaan dan sisanya adalah masalah di bidang tulis-menulis, seperti hak cipta, penggunaan referensi, pernaskahan, dan penerbitan.

Dari semua pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa antagonis adalah suatu karakter yang jahat atau melawan tokoh protagonis. Oleh sebab itu, setiap terjadinya suatu konflik, pasti akan ada karakter antagonis dan protagonis.

Meskipun begitu, dalam suatu pementasan drama atau sebuah karya sastra, tokoh antagonis tidak berdiri sendiri begitu saja. Dengan kata lain, tokoh antagonis selalu didukung dengan unsur intrinsik lainnya.

Gramedia.com selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat ya!

Penulis: Sofyan

Baca juga: