Posted on January 4, 2014 Updated on January 4, 2014 Show
PEMAKAIAN HURUF, KATA DAN TANDA BACA SESUAI DENGAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN Oleh MURWANTO (2127100572) Kls. Khusus, Jur. Sistem Informasi, Semester III Jumat, 18 Oktober 2013 A. Pemakaian Huruf Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang baik pemisahan maupun penggabungan. Bunyi ejaan huruf dari masa kemasa terus mengalami perubahan yang mulanya pada tahun 1901 menggunakan ejaan Van Ophuisjen yang memiliki penulisan beberapa huruf yang khas, yaitu: 1. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata kamoe, iboe, restoe, dan lain-lain. 2. Huruf ‘ digunakan dalam menuliskan kata-kata ta’zim ’akal, ta’, ma’mur, ra’yat, dan lain-lain. 3. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, sajang, bajangan, saja (aku), danlain–lain. Periode salanjutnya ialah ejaan Soewandi yang diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 memiliki beberapa penulisan huruf yang khas, yaitu: 1. Huruf u digunakan untuk menggantikan huruf oe dalamm ejaan van Ophuisjen. Huruf u digunakan dalam kata-kata sayu, rayu, kayu, kamu, dan lain-lain. 2. Huruf k dipergunakan untuk menggantikan huruf ‘ dalam ejaan van Ophuisjen. Huruf k digunakan dalam menulis kata-kata rakyat, tak, takzim, dan lain-lain. 3. Perangkaian penulisan awalan di dengan kata benda yang mengikutinya, seperti dikampus, dimasjid, dan dikelas. Disamping itu, ejaan soewandi juga mempergunakan huruf-huruf berikut: 1. dj untuk menuliskan kata djalan, djadwal, djaja, dan sebagainya. 2. tj untuk menuliskan kata-kata tjahaya, tjara, tjermin, dan sebagainya. 3. nj untuk menuliskan kata-kata njonja, kenjang, dan njata. Dengan berlakunaya Ejaan yang Disempurnakan, terjadi beberapa perubahan penulisan huruf. Perubahan tersebut antara lain: 1. Penulisan awalan di yang sebelumnya dirangkai dengan kata yang mengikutinya, kemudian dipisahkan, contoh: di rumah, di perpustakaan, dan di kebun. 2. Perubahan lambang-lambang bunyi (huruf), yaitu : vdj berubah menjadi j, contoh jalan, jasa, dan jual. vtj berubah menjadi c, contoh cerita, cara, dan cacat. vnj berubah menjadi ny, contoh nyata, menyesal, dan tanya. Penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mendapatkan penjelasan yang rinci untuk menciptakan keseragaman dalam penulisannya. Ejaan yang Disempurnakan meletakkan kaidah-kaidah yang jelas mengenai begaimana huruf-huruf herus di tulis dalam suatu kalimat. 1. Penulisan huruf kapital Huruf kapital (huruf besar) adalah huruf-huruf A,B,C,D,E, dst. Kaidahkaidah EYD yang berkaitan dengan penulisan huruf kapital adalah : a) Huruf kapital ditulis pada awal kalimat dan awal kalimat yang merupakan petikan langsung, contoh: vKeadilan adalah sebuah konsep yang abstrak. vRasulullah berkata “Perbuatan manusia bergantung pada niatnya” b) Huruf kapital digunakan untuk awal nama orang, gelar kehormatan yang diikuti nama orang dan kata sebutan yang diikuti dengan nama orang, contoh: Sayyid Qutb adalah seorang ahli tafsir kenamaan. Sebutan yang menggantikan nama orang atau untuk menyebut orang secara langsung mempergunakan huruf kapital, contoh: Kami harap Saudara bisa menerima tugas itu dengan baik. Akan tetapi: Gelar dokter tetap ditulis dengan huruf kecil, contoh: Setelah menempuh pendidikan S3, putra pak Ari menyandang gelar Doktor raharjo, sedangkan putrinya yang lulus dari S1 kedokteran menyandang gelar dokter. c) Huruf kapital digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama, seperti kitab suci, hari raya dan Tuhan, contoh: Pada Fakultas Ushuluddin diajarkan perbandingan agama sehingga mengenal agama Hindu, Kristen, Bhuda, maupun Yahudi. d) Huruf kapital digunakan untuk menulis nama negara, bangsa, dan suku contoh: Ahmad berasal dari negara Thailand Tetapi: v Pisang, khususnya pisang ambon sangat baik untuk pencernaan. v Salah satu bahan untuk membuat dawet adalah gula jawa. e) Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama hari, bulan tahun dan peristiwa bersejarah contoh: Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia memperingati Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. f) Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama khas letak geografis, contoh: Pernahkah kalian mendengan Air Terjun Niagara? g) Huruf kapital digunakan dalam lambang pemerintahan dan dokumentasi resmi, contoh: Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan dengar pendapat denagn mentri kehutanan. h) Huruf kapital digunakan dalam judul buku, skripsi, tesis, disertasi, artikel, berita koran dan berita majalah, contoh: Novel Anak Semua Bangsaadalah karya satrawan besar Indonesia, Pramudya Ananta Toer. Catatan: Kata-kata di, ke, dari, yang, dan untuk yang terdapat dalam judul, kecuali yang berada di awal kalimat, ditulis dengan huruf kecil. 2. Huruf Miring (Italic) Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut: a. Penulisan judul karya ilmiah, novel, artikel, dan berita, contoh: Buku Islam karya Fazlur Rahma menyajikan analisis yang mendalam mengenai berbagai bidang agama Islam melalui pendekatan sejarah. b. Penegasan dan pengkhususan huruf, kata, atau kelompok kata, contoh: Ejaan Soewardi menggunakan huruf tj untuk kata-kata tjatat dan tjatjat, sedangkan EYD menggunakan huruf c untuk kata-kata diatas. c. Penulisan istilah ilmiah atau istilah-istilah asing yang belum diadopsi atau diadaptasi oleh Bahasa Indonesia, contoh: Para ulama menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri dengan hisab dan rukyah. B. Penulisan Kata Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata. 1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu. 2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan) v Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola. v Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi v Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan. v Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara. v Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia. 3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah). 4. Gabungan kata atau kata majemuk v Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola. v Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya. v Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai. 5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya. 6. Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya. 7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil. 8. Partikel vPartikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah. vPartikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun. vPartikel per- yang berarti “mulai”, “demi”, dan “tiap” ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai. 9. Singkatan dan akronim. Akronim dan singkatan hanya sebaiknya digunakan sebagai judul jika hal tersebut jauh lebih terkenal daripada kepanjangannya (misalnya AIDS vs. Acquired Immune Deficiency Syndrome, radar vs. Radio Detection and Ranging). Seringkali suatu singkatan yang terkenal kepanjangannya menggunakan bahasa asing sehingga penutur bahasa Indonesia yang terbiasa menggunakan akronim/singkatan yang telah diserap dalam bahasa Indonesia tersebut lebih terbiasa dengan singkatannya. Hal ini juga patut dicermati. Contoh adalah ASEAN vs. Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Untuk beberapa judul artikel pembaca dalam bahasa Indonesia mungkin akrab dengan lebih dari satu varian nama, misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB, United Nations, UN, yang semuanya menunjuk ke entitas yang sama. Sebisa mungkin jika kepanjangan suatu akronim dijadikan judul artikel maka perlu dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia, jika ada, maka sebaiknya padanan tersebutlah yang dijadikan judul artikel tersebut, misalnya UNESCO vs. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Akronim atau singkatan yang terdiri dari dua atau tiga huruf tidak sebaiknya dijadikan judul, kecuali untuk kasus-kasus istimewa, karena akronim dan singkatan yang terdiri dari dua atau tiga huruf dapat memiliki kepanjangan lebih dari satu dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Anda disarankan untuk meneliti di abbreviations.com atau di Wikipedia bahasa Inggris yang lebih lengkap daripada Wikipedia bahasa Indonesia. C. Tanda Baca Tanda Titik (.)1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Saya suka makan nasi. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. 2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. 3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. 7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. 10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Tanda Koma (,)1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. 3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. 7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. 11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. 13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. 14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Tanda Titik Koma (;)1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. 2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Tanda Titik Dua (:)1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Wakil bendahara : Dikel 3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh: Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!” Rex : “Siap, Boss!” 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan. Contoh: (i) Tempo, I (1971), 34:7 (ii) Surah Yasin:9 (iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. 5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding). 6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Tanda Hubung (-)1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. 2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. 3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Tanda Pisah (–, —)1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat. 1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas. Contoh: Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
Tanda Elipsis (…)1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama. 2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Tanda Tanya (?)1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah. 2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda Seru (!)Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama. Tanda Kurung ((…))1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. 2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Tanda Kurung Siku ([…])1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. 2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Tanda Petik (“…”)1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. 5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Tanda Petik Tunggal (‘…’)1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Tanda Garis Miring (/)1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ . Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai. 3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau. Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa. Sumber : Arifin, Zainal dan Tasai, Amran, 2003. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Rumaningsih, Endang, 2006. Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang, Rasail. http://amaliyahtutik.blogspot.com/2012/01/pemakaian-huruf-dalam-ejaan-yang.html http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca https://sites.google.com/site/melacakilmu/pendidikan/belajar-menguasai-eyd-dengan-sempurna |