Rasulullah SAW menerima wahyu secara langsung dari Allah SWT tentang perintah melaksanakan

Wahyu adalah isyarat, bisikan, instink, ilham dari Allah terhadap hamba yang telah dipilihnya yang disebut sebagai nabi dengan berbagai cara. Menurut Syaikh Manna al-Qaththan dalam kitabnya mabaahits fi ulum al-Qur’an, wahyu adalah informasi secara tersembunyi dan cepat yang khusus di tunjukan kepada orang-orang  tertentu tanpa diketahui oleh orang lain. Bisa juga disebut sebagai risalah Tuhan yang di sampaikan (diwahyukan) pada orang tertentu, yaitu orang pilihan yang di nilai telah memenuhi kredibilitas dan siap menerima wahyu tersebut. Permulaan wahyu turun pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam ke tujuh belas di Gua Hira ketika Muhammad sedang bertahanus (bersemedi) seorang diri, kala itu Muhammad berumur 40 tahun. Pada saat itu, dia tidak dapat memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi padanya dan apa implikasi dari penerimaan wahyu tersebut. Butuh beberapa waktu sebelum akhirnya dia menyadari sepenuhnya bahwa dia adalah seorang Nabi Allah.

Mengenai turunnya wahyu pertama tersebut telah diisyaratkan oleh al-Qur’an sebagaimana yang terdapat dalam Q.S al-Baqarah ayat 185 dan al-Qadr ayat 1, yaitu:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ …(185)

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…”.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”.

Dalam rentang masa 23 tahun, kitab suci al-Qur’an diturunkan secara bertahap memenuhi tuntutan situasi dan lingkungan yang ada. Ibn Abbas, seorang ahli al-Qur’an terkemuka di antara sahabat rasul mempertegas bahwa al Qur’an di turunkan ke langit terbawah (bait al ‘izzah) dalam satu malam yang kemudian diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai dengan keperluan.

Adapun cara-cara wahyu turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut:

Wahyu Allah  turun kepada Nabi saw melalui mimpi. Yakni, mimpi yang benar (ru’ya shadiqah). Dengan tiba-tiba dalam tidur Nabi saw, beliau bermimpi secara mendadak. Dan mimpi itu benar adanya. Mengenai wahyu disampaikan melalui mimpi. Pernah juga dialami oleh Nabi Ibrahim as. Ketika Nabi Ibrahim as menerima perintah untuk menyembelih Nabi Isma`il as. Biasanya wahyu yang turun melalui mimpi mengandung perintah (amar).

Wahyu Allah dihembuskan langsung kedalam jiwa Nabi, maksudnya Allah memasukkan langsung ke dalam jiwa Nabi tentang wahyu yang akan diberikan kepadanya.

5. Bunyi Lonceng

Dentang suara lonceng tersebut seringkali membuat Nabi saw merasa berat. Jika wahyu Allah  turun kepada Nabi saw dalam bentuk suara lonceng. Nabi benar-benar merasakan adanya sesuatu yang sangat berat. Keringat beliau mengucur deras dari kening beliau. Meski udara dalam keadaan dingin.

  1. Malaikat menyerupai laki laki

Malaikat yang menyampaikan wahyu Allah ini menyerupai seorang pria. Benar-benar tidak ada bedanya dengan seorang manusia. Sehingga Nabi saw sendiri sering terkecoh. Adakalanya para sahabat ikut melihatnya. Tetapi, para sahabat tidak tahu jika orang yang barusan ditemui itu seorang malaikat. Yang pernah terjadi malaikat yang menyerupai pria tersebut. Sangat ganteng lagi rupawan. Ketika itu banyak yang menggambarkan kebagusannya menyerupai Dahyah al-Kalby. Sampai-sampai terdapat catatan sejarah. Apabila Dahyah memasuki Kota Madinah dengan membawa barang dagangan. Banyak kaum hawa Madinah yang mengintip, atau bahkan keluar rumah untuk sekadar melihatnya.

  1. Jibril memperlihatkan wujud asli

Nabi saw pernah melihat malaikat Jibril as dalam bentuk aslinya. Guna menyampaikan wahyu Allah swt, jibril menampakkan wujud asli yang mempunyai enam ratus sayap kepada Nabi.

  1. Allah berbicara kepada Nabi di balik hijab

Wahyu langsung disampaikan oleh Allah kepada Nabi saw. Yaitu, saat Nabi SAW diperintahkan menunaikan isra’ dan mi’raj. Tidak melalui mimpi. Tidak melalui perantara. Benar-benar dijumpai Nabi SAW di balik hijab.

Demikianlah penjelasan mengenai cara-cara wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai penutup, perlu ditegaskan bahwa al-Qur’an merupakan sebuah nama yang diberikan terhadap kitab Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dimana al Qur’an sendiri adalah mukjizat yang luar biasa yang tak pernah terbayangkan oleh siapapun. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia dan dari langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW dan banyak cara Allah swt menyampaikan wahyu ke Nabi.

Alfandi Ilham S.Ag

Jum'at, 01 Juni 2018 - 16:00 WIB

Kisah Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu Pertama

Gua Hira di puncak Jabal Nur, Makkah, menjadi tempat bersejarah bagi umat Islam. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (SAW) menerima wahyu pertama kali dari Allah Swt di gua tersebut melalui Malaikat Jibril alaihisslam (AS).Turunnya wahyu pertama Alquran menandai dimulainya periode kenabian (Nubuwwah). Saat wahyu pertama ini diturunkan, Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira, tiba-tiba Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut. Adapun mengenai waktu atau tanggal tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara ulama.Sebagian menyakini peristiwa itu terjadi pada bulan Rabiul Awal pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat Ibnu Umar). Sebagian lainnya pada bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27 menurut riwayat Abu Hurairah. Dan lainnya adalah pada bulan Ramadhan pada tanggal 17 (Al-Bara' bin Azib) ,21 (Syekh Al-Mubarakfuriy) dan 24 (Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo').

Dalam shahih Al-Bukhari diceritakan, dari Aisyah (ummul mu’minin), bahwa beliau berkata: “Permulaaan wahyu yang datang kepada Rasulullah SAW adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu Beliau memilih Gua Hira dan bertahannuts yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali.

Kemudian Beliau menemui Khadijah RA mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datanglah Al-Haq saat Beliau di Gua Hira, Malaikat Jibril datang seraya berkata: “Iqra' (Bacalah)?” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”.Dalam hadis itu, Nabi SAW menjelaskan: “Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!”. Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah).” Nabi SAW kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah dan ketakutan. Beliau menemui istri tersintanya Khadijah binti Khawailidh seraya berkata: “Selimuti aku, selimuti aku!”. Tanpa bertanya, Khadijah pun menyelimuti Rasulullah hingga hilang ketakutannya.Lalu Beliau menceritakan peristiwa yang terjadi kepada Khadijah: “Aku mengkhawatirkan diriku”. Maka Khadijah berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, karena engkau adalah orang yang menyambung silaturrahim.” Khadijah kemudian mengajak Nabi Muhammad untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul ‘Uzza, putera paman Khadijah, yang beragama Nasrani di masa Jahiliyyah. Dia juga menulis kitab dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Injil dalam Bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waroqoh sudah tua dan matanya buta.Khadijah berkata: “Wahai putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putera saudaramu ini”. Waroqoh berkata: “Wahai putra saudaraku, apa yang sudah kamu alami”. Maka Nabi Muhammad SAW menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waroqoh berkata: “Ini adalah Namus, seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu”. Nabi Muhammad SAW bertanya: “Apakah aku akan diusir mereka?” Waroqoh menjawab: “Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekemampuanku”. Waroqoh tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu.

Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Jabir bin Abdullah Al Anshari bertutur tentang kekosongan wahyu, sebagaimana yang Rasulullah SAW ceritakan: “Ketika sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di Gua Hiro, duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: “Selimuti aku. Selimuti aku”.

Wahyu merupakan petunjuk dari Allah SWT  kepada Rasul untuk dijadikan petunjuk bagi Umat Islam. Tetapi, bagaimana proses penyampaian wahyu tersebut?

Menurut Syekh Shafiyarrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya Sirah Nabawiyah (2012, Pustaka Al-Kautsar). Mengutip Ibnu Qayyim, dijelaskan bahwa ada tujuh cara Allah SWT menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yaitu sebagai berikut:

Pertama, mimpi yang hakiki atau benar. Mimpi ini termasuk salah satu permulaan media penyampaian wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW.

Kedua, melalui bisikan dalam jiwa dan hati Nabi tanpa diihatnya. Nabi Muhammad SAW berkata:

إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي ، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها ، وتستوعِبَ رزقَها ، فاتَّقوا اللهَ ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ

“Sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan ke dalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurkan Rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah, baguskan dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang di sisi Allah tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan menaati-Nya.’’

Ketiga, malaikat muncul di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Malaikat menyerupai seoarng laki-laki menemui secara langsung kepada Nabi. Lalu, ia berbicara dengan Nabi hingga bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakan. Bahkan, dalam hal ini terkadang para sahabat juga bisa melihat penjelmaaan malaikat.

Keempat, wahyu datang menyerupai gemerincing lonceng. Wahyu ini dianggap wahyu paling berat dan malaikat tidak dapat dilihat oleh pandangan Nabi. Dahi Nabi sampai berkerut dan mengeluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin. Bahkan, hewan yang ditunggangi Nabi menderum ke tanah.

Wahyu seperti ini pernah terjadi tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir saja tidak kuat menyangganya.

Kelima, malaikat melihatkan rupa aslinya. Peristiwa  seperti ini pernah terjadi dua kali kepada Nabi. Malaikat mendatangi Nabi untuk menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah kepada beliau. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam surat An-Najm.

Keenam, Wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi. Kejadian ini terjadi di lapisan-lapisan langit pada malam Mi’raj. Wahyu ini berisi kewajiban untuk melaksanakan sholat dan lain-lain.

Ketujuh, Allah berfirman langsung kepada Nabi tanpa perantara. Dalam hal ini, sebagaimana Allah telah  berfirman dengan Musa bin Imran. Wahyu semacam ini berlaku bagi Musa berdasarkan nash Alquran. Sedangkan Nabi Muhammad terjadi dalam hadist tentang Isra. (Saddam Al-Ghifari/ Nashih)