Perilaku yang sesuai dengan Q.S Al Baqarah Ayat 168 adalah

Halal termasuk cara mendapatkannya.

Darmawan/Republika

KH Didin Hafiduddin

Red: Joko Sadewo

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Didin HafidhuddinSalah satu agenda besar yang harus selalu diperjuangkan oleh bangsa Indonesia dan terutama oleh kaum muslimin, seperti tersurat dan tersirat dalam Rapat Kerja Nasional Majlis Ulama Indonesia (Rakernas MUI) ke V  2019 di Praya Lombok NTB  yang berlangsung dari tanggal 12 sd 14 Shafar 1441 H / 11 sd 13 oktober 2019, adalah menjadikan Halal sebagai Life Style (gaya hidup) dengan semboyan HALAL IS MY LIFE-STYLE.Halal sebagai gaya hidup, tentu bermakna luas, mencakup semua bidang kehidupan. Halal dalam makanan dan minuman, halal dalam obat-obatan, halal dalam pakaian, halal dalam pekerjaan dan usaha, halal dalam kegiatan ekonomi, halal dalam kegiatan parawisata dan segala yang terkait dengan nya, seperti hotel, restoran dan lain sebagainya.

Kenapa harus halal? Karena halal ini akan memberikan dampak positif yang sangat besar terhadap kehidupan lainnya, dan terutama terhadap perilaku keseharian umat dan bangsa serta karakter dan akhlaqnya secara lebih luas. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 168 dan 169: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (168) Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (169).”

Demikian pula firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 172: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.”

Ayat ini secara tegas memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mengkonsumsi makanan yang thayyib (baik dan halal) sebagai perwujudan keimanan kita kepada Allah SWT, perwujudan rasa syukur kepada-Nya serta bagian penting dari bukti ibadah dan kepada-Nya.Sebaliknya jika kita terbiasa mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram (baik benda maupun cara mendapatkannya) maka akan menyebabkan kuatnya perilaku buruk dan merusak serta akan menghantarkan pada kecelakaan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits bahwa setiap daging yang tumbuh dalam diri kita yang berasal dari makanan haram, maka neraka lebih utama kepadanya.Demikian pula segala bentuk ibadah dan do’a kita kepada Allah SWT  diterima dan ditolaknya sangat bergantung pada makanan yang kita makan. Rasulullah SAW mengisahkan tentang seseorang yang datang dari jauh menuju Ka'bah, dalam keadaan lusuh dan kusut (karena jauhnya perjalanan yang ditempuh) lalu duduk bersimpuh memohon kepada Allah SWT sambil berucap Ya Raab Ya Raab (Tuhanku, Tuhanku) tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dikenyangkan oleh barang yang haram, maka bagaimana mungkin do’a dan permohonannya akan dikabulkan Allah SWT.

Halal Cara Mendapatkannya

Dalam kaitan dengan halal ini, maka cara mendapatkan rizki atau penghasilan harus benar-benar sesuai dengan aturan syari’ah maupun undang-undang yang berlaku bagi bangsa dan Negara kita. Tidak boleh kita mencari penghasilan dengan cara yang bathil, seperti suap atau risywah atau korupsi yang semakin hari nampaknya semakin banyak dilakukan, terutama oleh para pejabat publik yang mendapatkan amanah mengurus urusan masyarakat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 188: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuat hadits bahwa laknat Allah akan menimpa para penyuap, para pemberi suap, dan orang yang menghubungkan di antara keduanya. Artinya laknat Allah SWT akan menimpa pada para Koruptor dan orang-orang yang terlibat denganya.

Korupsi ini memiliki dampak yang sangat buruk terhadap akhlak dan karakter bangsa dan juga terhadap laju dan pertumbuhan perekonomian. Dampak buruk tersebut antara lain: pertama, menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Chetwynd et al (dalam Irfan, 2012), korupsi akan menghambat pertumbuhan investasi, baik investasi domestik maupun asing. Mereka mencontohkan fakta Business Failure di Bulgaria yang mencapai angka 25 persen. Maksudnya, 1 dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami kegagalan dalam melakukan ekspansi bisnis dan investasi setiap tahunnya akibat korupsi penguasa. Selanjutnya, terungkap pula dalam catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang dari 5 persen PDB dunia setiap tahunnya hilang akibat korupsi. Sedangkan Uni Afrika menyatakan bahwa benua tersebut kehilangan 25 persen PDB-nya setiap tahun juga akibat korupsi.

 Yang juga tidak kalah menarik adalah riset yang dilakukan oleh Mauro (dalam Irfan, 2012). Setelah melakukan studi terhadap 106 negara, ia menyimpulkan bahwa kenaikan 2 poin pada Indeks Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10) akan mendorong peningkatan investasi lebih dari 4 persen. Sedangkan Podobnik et al (dalam Irfan, 2012) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1 poin IPK, PDB per kapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan kajian empirik terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004. Tidak hanya itu, Gupta et al (dalam Irfan, 2012) pun menemukan fakta bahwa penurunan skor IPK sebesar 0,78 akan mengurangi pertumbuhan ekonomi yang dinikmati kelompok miskin sebesar 7,8 persen. Ini menunjukkan bahwa korupsi memiliki dampak yang sangat signifikan dalam menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.  Kedua, korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan program pembangunan. Sehingga, kualitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat mengalami penurunan. Layanan publik cenderung menjadi ajang ‘pungli’ terhadap rakyat. Akibatnya, rakyat merasakan bahwa segala urusan yang terkait dengan pemerintahan pasti berbiaya mahal. Sebaliknya, pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah, maka layanan publik cenderung lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan Tiongson (dalam Irfan, 2012) menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan memperburuk layanan kesehatan (contoh aktual adalah kasus BPJS) dan pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah dan kematian bayi mengalami peningkatan.Ketiga, sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Yang terjadi justru sebaliknya, korupsi akan meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (dalam Irfan, 2012) menunjukkan bahwa peningkatan IPK (Indeks Persepsi Korupsi) sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada para elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.

Keempat, korupsi juga berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak, baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan, korupsi juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama. Rasa saling percaya yang merupakan salah satu modal sosial yang utama akan hilang. Akibatnya, muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara. Perasaan aman akan berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran, QS. An-Nahl [16] ayat 112, dikatakan sebagai Libaasul Khauf Wal Juu’ (pakaian ketakutan dan kelaparan). Terkait dengan hal tersebut, Uslaner (dalam Irfan, 2012) menemukan fakta bahwa negara dengan tingkat korupsi yang tinggi memiliki tingkat ketidakpercayaan dan kriminalitas yang tinggi pula. Ada korelasi yang kuat di antara ketiganya.

Karena itu, halal (baik substansi maupun cara mendapatkannya) sebagai gaya hidup harus menjadi perhatian kita bersama. Semua komponen bangsa harus terlibat aktif dalam gerakan halal ini sekaligus mempelopori dan memberi contoh. Semoga Allah SWT menjaga bangsa dan Negara kita dari berbagai macam penyakit sosial yang membahayakan sekaligus menguatkan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.

Wallahu A’lam bi ash-shawab.

Daftar Isi > Al-Baqarah > Al-Baqarah 168

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw wa lā tattabi'ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

« Al-Baqarah 167 ✵ Al-Baqarah 169 »

Ingin pahala jariyah dan bonus buku Rahasia Rezeki Berlimpah? Klik di sini untuk mendapatkan

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 168 (Terjemah Arti)

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 168 dengan text arab, latin dan artinya. Diketemukan pelbagai penjelasan dari para ulama tafsir mengenai kandungan surat Al-Baqarah ayat 168, antara lain sebagaimana di bawah ini:

Perilaku yang sesuai dengan Q.S Al Baqarah Ayat 168 adalah
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Wahai manusia Makanlah dari rizki Allah yang Dia halalkan bagi kalian yang terdapat di bumi, dalam keadaan bersih dan bukan najis, yang bermanfaat dan tidak memadorotkan, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan setan dalam penetapan halal dan haram, bid’ah serta maksiat-maksiat. Sesungguhnya ia adalah musuh kalian yang amat nyata permusuhannya.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

168. Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi, baik dari hewan, tumbuh-tumbuhan maupun pohon-pohonan yang diperoleh dengan cara yang halal dan memiliki kandungan yang baik, tidak jorok. Dan janganlah kalian mengikuti jalan setan yang menggoda kalian secara bertahap. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Dan orang yang berakal sehat tidak boleh mengikuti musuhnya yang selalu berusaha keras untuk mencelakakan dan menyesatkannya.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

168-169. Allah berfirman kepada seluruh manusia: "Makanlah dari rezeki Allah yang halal, lezat, dan bersih; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan setan, karena ia adalah musuh kalian yang nyata. Bukti dari permusuhannya terhadap kalian adalah ia memerintahkan kalian untuk melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar dan membuat kedustaan terhadap Allah dengan mengharamkan yang Dia halalkan dan menghalalkan yang Dia haramkan.

Ingin pahala jariyah dan bonus buku Rahasia Rezeki Berlimpah? Klik di sini untuk mendapatkan

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah168. كُلُوا۟ مِمَّا فِى الْأَرْض (makanlah dari apa yang terdapat di bumi) Ayat ini diturunkan untuk Bani Tsaqif, Khuza’ah, dan Mudlij yang mengharamkan atas diri mereka hewan-hewan ternak. حَلٰلًا طيباً (yang halal lagi baik) Yakni selain yang diharamkan oleh Allah atas kalian, adapun kata Thayyib berarti yang dinikmati. وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۚ (dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan) Yakni janganlah kalian berdiri dibelakang syaitan dan perbuatannya berupa mengharamkan sesuatu yang belum dijelaskan keharamannya oleh syari’at dan melakukan perbuatan maksiat. عَدُوٌّ مُّبِينٌ (musuh yang nyata bagimu)

Yakni dengan permusuhan yang jelas.

Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia1 ). Pada firman Allah : { يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ } adalah isyarat adanya peran syaithon dalam memelingkan manusia dari makanan halal dan baik, dan isyarat bahwa makanan yang halal dan baik adalah syarat diterimanya doa, maka berapa banyak kejahatan syaithon terhadap manusia untuk mengantarkan mereka untuk memakan makanan yang haram ?

2 ). Langkah pertama ! { وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ } permulaan semua perbuatan adalah ide dan fikiran; karena sesungguhnya itulah yang akan menghantarkan manusia kepada bayangan-bayangan perbuatan, dan bayangan-bayangan itu akan membawa kepada keinginan, dan keinginan itu selalu menjadi penyebab terjadinya perbuatan, dan ketika hal ini terus berulang maka ia akan menjadi kebiasaan, oleh karena itu baiknya setiap langkah-langkah ini ditentukan oleh baiknya langkah pertama yaitu ide dan fikiran, dan rusaknya langkah-langkah ini ditentun oleh rusaknya langkah pertama.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

168. Wahai manusia, makanlah sesuatu yang diciptakan oleh Allah untuk kalian di bumi yang diperbolehkan dan bisa kalian nikmati, dan janganlah mengikuti jalannya setan yang mengajak menuju kemaksiataan, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Al-Kalbiy berkata: “Ayat ini turun untuk Tsaqif, Khuza’ah dan Amir bin Sha’sha’ah yang mengharamkan atas diri mereka sendiri beberapa hal, yaitu hasil panen dan hewan ternak. Mereka juga mengharamkan unta Bahirah, Shaibah, Washilah, dan Ham”

Ingin pahala jariyah dan bonus buku Rahasia Rezeki Berlimpah? Klik di sini untuk mendapatkan

Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah} jalan {setan. Sesungguhnya dia bagi kalian merupakan musuh yang nyata

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H168. Ayat ini dialamatkan kepada seluruh manusia, baik yang Mukmin maupun yang kafir. Allah telah memberikan karunia kepada mereka dengan memerintahkan kepada mereka untuk makan dari seluruh yang ada di bumi seperti biji-bijian, hasil tanaman, buah-buahan, dan hewan dalam keadaan “yang halal,” yaitu yang telah dihalalkan buat kalian untuk dikonsumsi, yang bukan dari rampasan maupun curian, bukan pula diperoleh dari hasil transaksi bisnis yang diharamkan, atau dalam bentuk yang diharamkan, atau dalam hal yang membawa kepada yang diharamkan, “lagi baik,” maksudnya, bukan yang kotor seperti bangkai, darah, daging babi, dan seluruh hal-hal yang kotor dan jorok. Di dalam Ayat ini terdapat Dalil yang menunjukkan bahwa asalnya seluruh benda yang ada itu adalah boleh, hukumnya baik untuk dimakan maupun dimanfaatkan, dan bahwa hal-hal yang diharamkan darinya itu ada dua macam; pertama, yang diharamkan karena dzatnya yaitu yang kotor yang merupakan lawan dari yang baik (Thayyib), kedua, diharamkan karena dikaitkan dengan sesuatu, yaitu yang diharamkan karena bersangkutan dengan hak-hak Allah atau hak-hak manusia, yaitu yang merupakan lawan dari yang halal. Ayat ini juga sebagai dalil bahwa makanan dengan kadar untuk memenuhi Fitrah adalah wajib, dan akan berdosa orang yang meninggalkannya dengan dasar makna perintah yang jelas dari ayat tersebut. Lalu ketika Dia memerintahkan untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan kepada-nya yang merupakan inti dari kemaslahatan mereka, maka Dia melarang mereka untuk mengikuti, “langkah-langkah setan,” Maksudnya jalan-jalan yang ia perintahkan, yaitu seluruh kemaksiatan, baik kekufuran, kefasikan, dan kezhaliman, dan termasuk dalam hal itu juga adalah pengharaman unta yang diharamkan oleh kaum jahiliyah untuk mereka, demikian juga sebaliknya menikmati makanan makanan yang diharamkan.

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Maksud dari permusuhan itu adalah tidaklah ia memerintah kalian kecuali untuk mencurangi kalian dan Agar kalian menjadi penghuni penghuni neraka. Rabb kita tidak hanya cukup dengan melarang mengikuti langkah-langkah setan, hingga Dia mengabarkan, dan Dia adalah yang paling benar perkataanNya tentang permusuhannya yang harus diwaspadai, kemudian Allah juga tidak cukup sampai disitu saja, Dia mengabarkan tentang perincian perkara yang menjadi target setan dalam godaannya, dan bahwasanya hal itu adalah perkara yang paling buruk dan paling besar kerusakannya, Allah berfirman,

Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata : { الحلال } al-Halal : Segala sesuatu yang tidak membahayakan, dan itu adalah segala sesuatu yang Allah izinkan untuk dimanfaatkan. { الطيب } ath-Thayyib : Sesuatu yang suci, tidak najis, dan tidak menjijikkan yang tidak disukai oleh jiwa. { خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ } Khutuwatish syaithan : al-Khutuwat merupakan bentuk jamak dari khutwah yang berarti jarak antara dua kaki ketika berjalan. Namun yang dimaksud adalah langkah-langkah dan jalan setan yang mengantarkan seorang hamba mengharamkan apa yang Allah halalkan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan. { عَدُوّٞ مُّبِينٌ } ‘Aduwwun mubin : Permusuhan setan sangat jelas. Bagaimana tidak, dialah yang mengeluarkan nenek moyang manusia, Adam dan Hawa dari surga. Dan kebanyakan keburukan dan kerusakan di dunia disebabkan oleh was-was dan gangguan setan. Makna ayat : Setelah pemaparan mengenai keadaan orang-orang yang berbuat kesyirikan, maksiat, dan akhir yang mereka dapatkan berupa kekal dalam adzab neraka, Allah Ta’ala yang memiliki kasih sayang meliputi seluruh manusia berfirman (يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ ) “Wahai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” Yaitu pemberian dari Allah yang halal, baik, dan diizinkan oleh-Nya. Adapun yang tidak diizinkan oleh Allah maka tidak ada kebaikan ketika dimakan, bahkan akan merusak jasmani dan rohaninya. Kemudian Allah melarang manusia agar tidak mengikuti langkah musuhNya dan musuh manusia, yaitu setan. Karena jika mereka mengikuti langkah setan akan mengantarkan menuju kesengsaraan dan kebinasaan. Pelajaran dari ayat : • Kewajiban untuk mencari yang halal dan mencukupkan diri dengan hidup dari yang halal walaupun hanya sedikit. • Halal adalah apa yang Allah halalkan, dan haram adalah apa yang Allah haramkan. Sementara akal tidak dapat menentukan halal dan haram sendiri. • Keharaman mengikuti langkah-langkah setan, yaitu setiap ideologi, perkatan, dan perbuatan yang dilarang oleh Allah.

• Kewajiban untuk menjauhi setiap keburukan dan hal yang keji, karena keduanya merupakan perintah setan.

Ingin pahala jariyah dan bonus buku Rahasia Rezeki Berlimpah? Klik di sini untuk mendapatkan

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Baqarah ayat 168: Allah berfirman kepada seluruh manusia baik yang mukmin maupun yang kafir untuk memerintah mereka agar memakan makanan yang dibolehkan di bumi dan meperingatkan mereka menempuh jalan syetan dalam halal dan haram.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.IHalal di sini mencakup halal memperolehnya, seperti tidak dengan cara merampas dan mencuri, demikian juga tidak dengan mu'amalah yang haram atau cara yang haram dan tidak membantu perkara yang haram. Yaitu yang suci tidak bernajis, bermanfa'at dan tidak membahayakan. Ada yang mengartikan thayyib di ayat ini dengan "tidak kotor" seperti halnya bangkai, darah, daging babi dan segala yang kotor lainnya. Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa yang haram itu ada dua: yang haram zatnya dan yang haram karena ada sebab luar, seperti karena terkait dengan hak Allah atau hak hamba-Nya. Demikian juga bahwa hukum makan agar dapat melangsungkan kehidupan adalah wajib.

Seperti menghalalkan dan mengharamkan dari diri sendiri, segala nadzar maksiat, melakukan bid'ah dan kemaksiatan. Termasuk juga mengkonsumsi barang-barang haram. Qatadah dan As Suddiy berpendapat bahwa semua kemaksiatan kepada Allah termasuk mengikuti langkah-langkah setan. Maksudnya: setan adalah musuh yang jelas bagi kita. Oleh karenanya, tidak ada yang diinginkannya selain menipu kita dan mencelakakan kita. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak cukup menyebutkan "jangan mengikuti langkah-langkah setan" tetapi menerangkan bahwa dia adalah musuh yang nyata bagi kita, dan tidak sampai di situ, Dia menerangkan lebih rinci apa yang diserukan setan, yaitu menyuruh berbuat jahat dan keji seperti yang disebutkan pada ayat ssetelahnya.

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 168

Wahai manusia! makanlah dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun cara memperolehnya. Dan selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu, wahai manusia. Sebagai musuh manusia, sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat, yaitu perbuatan yang mengotori jiwa dan berakibat buruk terhadap kehidupan meskipun tanpa sanksi hukum duniawi, seperti menyakiti sesama, menebar permusuhan, merusak persatuan dengan cara mengadu domba dan menyebar kebohongan, berhati dengki, angkuh dan sombong, dan setan juga menyuruh manusia berbuat keji, yaitu perbuatan yang tidak sejalan dengan tuntunan agama dan akal sehat, khususnya yang telah ditetapkan sanksi duniawinya, seperti zina dan pembunuhan, dan setan juga membisikkan agar kamu mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah dengan mengatakan bahwa Allah punya istri dan punya anak, padahal Allah mahasuci dari hal tersebut.

Ingin pahala jariyah dan bonus buku Rahasia Rezeki Berlimpah? Klik di sini untuk mendapatkan

Tafsir Tematis / Team Asatidz TafsirWebDalam ayat sebelumnya Allah ta’ala telah menjelaskan bahwasanya tiada sembahan yang hak kecuali Dia dan bahwasanya Dia sendiri yang menciptakan seluruh makhluk dan memberi mereka rezeki. Dalam hal pemberian nikmat, Dia menyebutkan bahwa Dia telah membolehkan manusia untuk memakan segala yang ada di muka bumi, yaitu makan yang halal, baik, dan bermanfaat bagi dirinya serta tidak membahayakan bagi tubuh dan akal pikiran. Dan Dia juga melarang mereka mengikuti langkah-langkah syetan, dalam tindakan-tindakannya yang menyesatkan para pengikutnya, seperti mengharamkan bahirah, saibah, washilah, dan lain-lainnya yang ditanamkan syaitan kepada mereka pada masa jahiliyah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Shohih Muslim yang diriwayatkan dari Iyadh bin Hamad, dari Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam : يقول الله تعالى : إن كل ما أمنحه عبادي فهو لهم حلال " وفيه :" وإني خلقت عبادي حنفاء فجاءتهم الشياطين فاجتالتهم عن دينهم ، وحرمت عليهم ما أحللت لهم “Allah ta’ala berfirman, “sesungguhnya setiap harta yang Aku anugrahkan kepada hamba-hamba-Ku adalah halal bagi mereka” selanjutnya disebutkan “Dan Aku pun menjadikan hamba-hamaba-Ku di jalan yang lurus, lalu datang syaitan kepada mereka dan menyesatkan mereka dari agama mereka serta mengharamkan atas mereka yang telah Aku halalkan bagi mereka” (HR. MUSLIM) Al-hafidz Abu Bakar bun Mardawaih telah berkata dari Ibnu Abbas beliau berkata : ليت هذه الآية عند النبي صلى الله عليه وسلم : ( ياأيها الناس كلوا مما في الأرض حلالا طيبا ) فقام سعد بن أبي وقاص ، فقال : يا رسول الله ، ادع الله أن يجعلني مستجاب الدعوة ، فقال . " يا سعد ، أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة ، والذي نفس محمد بيده ، إن الرجل ليقذف اللقمة الحرام في جوفه ما يتقبل منه أربعين يوما ، وأيما عبد نبت لحمه من السحت والربا فالنار أولى به Aku membacakan ayat ini di sisi nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, “wahai orang-orang yang beriman makanlah oleh kalian apa yang ada dari bumi ini yang halal lagi baik”. Maka berdirilah Sa’ad bin Abi Waqosh lalu dia berkata, “wahai Rosululloh, berdo’alah kepada Allah agar menjadikanku seorang yang diijabah do’anya”. Maka Belia menjawab, “wahai sa’ad, perbaguslah makananmu maka akan diijabah do’amu. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya seseorang yang memasukan satu suapan yang haram kedalam perutnya, kecuali tidak akan diterima darinya empat puluh hari. Dan siapapun hamba yang dagingnya tumbuh dari harta yang kotor dan riba, maka neraka lebih utama untuknya”. Firman-Nya : وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ “dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan” Qotadah dan as-Suddi mengatakan, “setiap perbuatan maksiat kepada Allah adalah termasuk langkah syaitan” Ikrimah mengemukakan, “yaitu bisikan-bisikan syaitan” Abu Majlaz berkata “yaitu setiap Nazar dalam kemaksiatan”. As-Sya’bi menuturkan, “ada seseorang yang bernazar akan berkorban dengan menyembelih anaknya, lalu Masruq memberinya fatwa agar menyembelih kambing, dan ia berpendapat bahwa yang demikian itu termasuk salah satu langkah syaitan.” Dan masih banyak riwayat yang menjelaskan mengenai rincian macam-macam langkah syaitan. Sebagaimana firman-Nya : إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ “Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqoroh : 169) Selanjutnya Allah menegaskan bahwa syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia, firman-Nya : إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Faathir: 6) Dan firman-Nya : أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا “Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Kahfi : 50)

Maka orang yang berakal wajiblah baginya untuk menjadikan syaiatan sebagai musuhnya, dengan tidak mengikuti apa yang disarankannya. Karena tidak mungkin ada seorang musuh yang menunjukan kepada jalan keselamatan. Sejatinya seorang musuh pasti berniat dan menginginkan kehancuran kepada musuhnya. Terlebih lagi syaitan yang sudah jelas menyatakan permusuhan kepada anak cucu adam, dan mereka berjanji akan menyesatkannya dari jalan Allah ta’ala.

Ingin pahala jariyah dan bonus buku Rahasia Rezeki Berlimpah? Klik di sini untuk mendapatkan

Demikianlah kumpulan penafsiran dari berbagai mufassirun terkait kandungan dan arti surat Al-Baqarah ayat 168 (arab-latin dan artinya), semoga membawa manfaat bagi ummat. Dukunglah syi'ar kami dengan mencantumkan backlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Dapatkan pahala jariyah dengan mengajak membaca al-Qur'an dan tafsirnya. Plus dapatkan bonus buku digital "Rahasia Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis

Perilaku yang sesuai dengan Q.S Al Baqarah Ayat 168 adalah

Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah Ta'ala untuk membaca Al-Quran dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yg mau dibaca, klik nomor ayat yg berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut:

*Bantu share info berharga ini*

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah: