Periksa lambung ke dokter apa

#LiputanMediaAsumsi.co- Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUI-RSCM mengatakan bahwa GERD dan maag bukanlah penyakit seumur hidup sehingga bisa disembuhkan.

Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) dan maag adalah dua penyakit yang bisa dikendalikan. Dalam proses penyembuhannya, hal yang wajib dilakukan oleh pasien adalah menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan.

“Kalau maag kumannya kita bersihkan, kita obati. GERD juga bisa sembuh, dua bulan diobati dia sembuh, terus diharus jaga makannya,” ujar Prof. Ari di Antara.

Beberapa faktor yang berisiko sebagai pencetus terjadinya kekambuhan pada penyakit GERD adalah kebiasaan merokok dan meminum alkohol, mengkonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengkonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng serta mengkonsumsi minuman atau makanan berkafein.

“Memang penyakit ini bisa sembuh tapi juga bisa kambuh. Intinya adalah kalau bisa mengendalikan faktor risiko setelah diobati, itu bisa sembuh total. Makanya ini bisa dibilang on demand treatment,” kata Prof. Ari.

Sementara itu, Prof. Ari mengatakan bahwa masih banyak orang yang belum bisa membedakan antara penyakit maag dengan GERD.

Menurut Prof. Ari, penyakit maag hanya terjadi di lambung saja dengan gejala seperti nyeri uluhati, begah, mual, muntah, kembung, cepat kenyang dan sendawa.

Sedangkan GERD adalah naiknya asam lambung ke kerongkongan atau balik arah. Gejala utama dari GERD adalah rasa panas di dada dan mulut terasa pahit.

“Bisa juga telinga berdenging, hidung tersumbat, gigi ngilu itu lebih ke GERD. Orang bisa kena GERD dan maag sekaligus tapi kalau murni GERD, dia biasanya enggak ada gejala-gejala di lambung,” ujar Prof. Ari.

Sebagai pertolongan pertama ketika GERD kambuh, seseorang bisa mengkonsumsi obat yang mengandung antasida atau sejenisnya untuk menetralkan asam lambung. Namun, jika sakit berlanjut maka harus segera mengunjungi rumah sakit.

Sumber berita: https://asumsi.co/post/12745/tips-mengobati-gerd-dan-maag

Menjaga pola makan yang baik dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya GERD. Anda pun dapat beraktivitas tanpa adanya gangguan dari asam lambung berlebih.

Padatnya aktivitas harian kerap menyebabkan seseorang melewatkan waktu makan. Pola makan jadi tidak teratur. Kalaupun ada kesempatan untuk makan, porsi makanan yang dikon­sumsi langsung dalam jumlah banyak. Atau terkadang, di malam hari, akibat ter­lalu lelah beraktivitas seharian, sehabis makan langsung tidur. Jika berlangsung dalam waktu lama, pola makan yang tidak baik ini dapat menyebabkan gastroesopha­geal reflux disease (GERD).

GERD adalah penyakit yang ditimbulkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan. Di antara kerongkongan dan lambung, terdapat klep yang mencegah naiknya asam lambung ke kerongkongan. Tapi karena suatu kondisi, terjadi gangguan pada fungsi klep yang menyebabkan asam lambung (yang seharusnya berada di lambung) menjadi naik ke kerongkongan.

Selain pola makan yang tidak baik, beberapa faktor lain yang menjadi faktor risiko terjadinya GERD, yaitu:

  • Merokok (meningkatkan asam lambung dan mengganggu fungsi klep antara kerongkongan dengan lambung)
  • Mengonsumsi kafein dan makanan berle­mak secara berlebihan (termasuk di antaranya cokelat, produk hasil olahan susu (dairy products), durian, dan nangka)
  • Obesitas
  • Psikologis (orang yang mudah mengalami cemas atau panic attack berisiko mengalami produksi asam lambung berlebihan atau bisa juga akibat stres)

Naiknya asam lambung ke kerongkongan dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti rasa terbakar di dada, nyeri dada, rasa tidak nyaman saat menelan makanan, rasa asam di mulut, merasa sesak seperti asma, rasa perih di perut, dan kadang menyebabkan sakit kepala.

FAST FACT

  1. Beri jeda makan dengan tidur setidaknya 2 – 3 jam
  2. Naiknya asam lambung ke kerongkongan kerap terjadi di malam atau pagi hari (ketika perut kosong dalam waktu yang cukup lama)
  3. Menurut data, GERD paling banyak dialami oleh orang di usia produktif
  4. Camilan bisa menjadi solusi ketika kita belum sempat makan, agar perut tidak dalam kondisi kosong dalam jangka waktu lama
  5. Saat perut kosong, hindari mengonsumsi bahan makanan yang dapat menyebabkan produksi gas lambung berlebihan, termasuk dairy product (keju dan susu)

    Bersikap tenang menjadi hal pertama yang perlu dilakukan ketika mengalami gejala-gejala seperti tadi. Ingat, stres akan meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu, untuk penanganan sementara, obat-obatan seperti antacid atau sirup untuk pencernaan yang banyak dijual di pasaran bisa menjadi pilihan untuk per­tolongan pertama. Jika gejala terus berlanjut, segera periksakan diri Anda ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan gas­troenterologi hepatologi.

    GERD yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi tubuh, seperti:

    • Kejadian berulang yang bahkan lebih berat
    • Batuk kronis (terjadi iritasi pada saluran napas bagian atas)
    • Luka di kerongkongan akibat iritasi yang menyebabkan gangguan nafsu makan (mual dan muntah)
    • Peradangan di pita suara (suara men­jadi serak)
    • Perubahan lapisan di kerongkongan yang bisa mengarah ke lesi pra-kanker

    Endoskopi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa GERD (meski terkadang tidak diperlukan jika gejala yang timbul khas kasus GERD). Dengan menggunakan kamera kecil yang dimasukkan melalui mulut, dapat terlihat kondisi kerongkongan, lambung, dan usus dua belas jari. Pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan berulang jika ditemukan iritasi berat atau terjadi perubahan lapisan di kerongkongan.

    Terapi penyembuhan GERD biasanya berlangsung selama satu hingga dua bulan. Penting bagi pasien untuk menja­lankannya dengan baik, sesuai dengan anjuran dokter agar GERD sembuh dengan total. Dan setelahnya, harus menjalani pola hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan GERD, agar penyakit ini tidak kembali.

    dr. Hasan Maulahela, Sp. PD, Subsp. GEH

    Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterohepatologi
    RS Pondok Indah - Pondok Indah

    Apakah ada dokter spesialis lambung?

    Dokter spesialis gastroenterologi adalah dokter khusus yang menangani penyakit saluran pencernaan (kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan rektum, pankreas, kantong empedu, saluran empedu, dan hati).

    Berapa biaya ke dokter gastroenterologi?

    Biaya untuk melakukan konsultasi dengan dokter spesialis gastroenterologi, bervariasi mulai dari Rp 250.000 – Rp 450.000 per pertemuan.

    Apakah penyakit lambung bisa di USG?

    Mengenai pertanyaan Anda, dengan USG atau cek lab tidak bisa diketahui bagian dalam lambung atau usus Anda. Yang bisa melihat bagian dalam lambung atau usus secara langsung adalah prosedur yang disebut dengan endoskopi, dengan memasukkan selang yang ujungnya memiliki kamera ke dalam saluran pencernaan Anda.

    Apakah penyakit lambung bisa di rontgen?

    Jadi, penyakit asam lambung misalnya tukak lambung tidak dapat terlihat jelas pada pemeriksaan rontgen/x-ray. Untuk melihat ada atau tidaknya tukak pada lambung secara pasti, dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi.