Perbedaan mendasar teknik umum dan teknik khusus dalam konseling perorangan

Konseling individual adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang di derita konseli. (Hellen: 2000).

Konseling individual diartikan juga sebagai proses pemberian bantuan yang dialakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien( Prayitno: 1994).

Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual berarti akan mudah menjalankan proses konseling yang lain. 

Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena pada konseling individu konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dngan cara berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk menghasilkan peningkatanpeningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan, sikap, dan perilaku (Holipah, 2011).

Layanan Konseling Individual adalah layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Layanan konseling individual merupakan layanan yang diselenggarakan oleh seorang guru Bimbingan dan Konseling (konselor) terhadap seorang konseli (dibaca: siswa) dalam rangka pengentasan masalah pribadi konseli.  Dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara konseli dan konselor, membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami konseli. Pembahasan tersebut bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting tentang diri konseli (bahkan sangat penting yang boleh jadi menyangkut rahasia pribadi konseli) bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang menyangkut permasalahan konseli, namun juga bersifat spesifik menuju kearah pengentasan masalah.

Dalam konseling individual guru BK (konselor) memberikan ruang dan suasana yang memungkinkan konseli membuka diri setransparan mungkin. Dalam suasana seperti itu, ibaratnya konseli sedang berkaca. Melalui “kaca” itu konseli memahami kondisi diri sendiri dan lingkungannya serta permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, serta kemungkinan upaya untuk mengatasi masalahnya itu. Hasil “berkaca” itu mengarahkan dan menggerakkan konseli untuk segera dan secermat mungkin melakukan tindakan pengentasan atas kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Menciptakan suasana “berkaca” dan membawa konseli ke hadapan kaca sehingga konseli memahami kondisi diri dan mengupayakan perbaikan bagi dirinya, seringkali tidak mudah. Untuk itu guru BK perlu melengkapi diri dengan berbagai teknik konseling, baik itu teknik umum untuk pengembangan proses konseling maupun teknik khusus untuk intervensi dan pengubahan tingkah laku konseli. Teknik-teknik tersebut disinergikan dengan asas-asas konseling, akan membentuk operasional layanan konseling individual oleh guru BK yang professional.

Bimbingan dan Konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik.

Terkadang, ada seseorang yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak mau mencoba teknik lain. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi terus-menerus untuk mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini.

Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum.

1. Perilaku Attending

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan  bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.

2. Empati

Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien; merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa perilaku attending, mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu :

  • Empati Primer,
  • Empati tingkat tinggi, 

3. Refleksi

Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:

  • Refleksi perasaan,
  • Refleksi pikiran, 
  • Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda katakana sesuatu ..”

4. Eksplorasi

Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengamatan klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tetekan, dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun terdapat tiga macam teknik yaitu :

  • Eksplorasi perasaan, 
  • Eksplorasi pikiran, 
  • Eksplorasi pengalaman, 

5. Menangkap Pesan (Paraphrasing)

Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan kalimat awal : “adakah “ atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap konselor.

6. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)

Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicfara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaliknya tidak menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya. 

7. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)

Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal-hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah untuk : 

(1) mengumpulkan informasi; 

(2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan 

(3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh. 

8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)

Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan oh ….., ya…., lalu…., terus,…. atau dan…

9. Interprestasi 

Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Hal ini bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah  melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut

10. Mengarahkan (Directing)

Teknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya, menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau mengkhayalkan sesuatu. 

11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)

Teknik ini yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan, sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling

1. Memimpin (Leading)

Leading yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalan wawancara konseling sehingga tujuan konseling tercapai. 

2. Fokus

Fokus yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok  pembicaraan. Pada umumnya, dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapan sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, konselor seyogiyanya dapat membantu klien agar dapat menentukan apa yang fokus dari masalah tersebut. 

3. Konfrontasi

Konfrontasi yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyuman dengan kepedihan, dan sebagainya. Tujuannya adalah (1) mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur; (2) meningkatkan potensi klien; (3) membawa klien kepada kesadaran adanya discrepancy; konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.

kenyataan diri.”

4. Menjernihkan (Clarifying)

Clarifying yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapaan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuannya adalah (1) mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis; (2) agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya. 

5. Memudahkan (Facilitating)

Facilitating yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan  menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalaman secara bebas. 

6. Diam

Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5-10 detik. Komunikasi yang terjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah (1) mananti klien sedang berpikir; (2) sebagai protes jika klien ngomong berbelit-belit; serta (3) menunjang perilaku attending dan empati, sehingga klien bebas bicara. 

7. Mengambil Inisiatif

Teknik ini dilakukan manakalah klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Teknik ini bertujuan untuk : (1) mengambil inisiatif jika klien kurang bersemangat; (2) untuk mengambil keputusan jika klien lambat berpikir; (3) untuk meluruskan jika klien kehilangan arah pembicaraan. 

8. Memberi Nasihat

Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk member nasihat atau tidak. Sebab, dalam member nasihat, tetap dijaga agar tujuan konseling, yakni kemandirian klien, tetap harus tercapai. Contoh respons konselor terhadap permintaan klien :  “Apakah dalam hal seperti ini saya pantas untukl member nasihat pada Anda ? Sebab, dalam hal seperti ini, saya yakin Anda lebih mengetahuinya daripada saya.”

9. Pemberian Informasi

Sama halnya dengan nasihat, jika konselor tidak memiliki informasi, sebaiknya dengan jujur katakana bahwa dia mengetahui hal itu. Kalaupun konselor mengetahuinya, sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya. 

10. Merencanakan

Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konselinguntuk membantu agar klien dapat membuat rencana tindakan (action), perbhuatan yang produktif untuk kemajuan klien. 

11. Menyimpulkan

Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut (1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan; (2) memantapkan rencana klien; (3) pemahaman baru klien; dan (4) pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika pandangan masih perlu dilakukan koseling lanjutan.

Dalam konseling, disamping menggunakan teknik-teknik umum, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik-teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling, seperti pendekatan behaviorism, rational emotive therapy, gestalt, dan sebagainya. Berikut ini akan disampaikan beberapa teknik-teknik khusus konseling.

1. Latihan Asertif

Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak dan benar. Latihan ini terutama berguna, di antaranya, untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi, dan respons positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

2. Desensitisasi Sistematis

Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari keterangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respons yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengondisian klasik, respons-respons yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi, desensitisasi sistematis, hakikatnya, merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif. Biasanya, ini merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respons yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.

3. Pengondisian Aversi

Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respons pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Dari pengondisian ini diharapkan terbentuknya asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

4. Pembentukan Perilaku Model

Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini, konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model. Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan model audio, model fisik, model hidup, atau lainnya yang teramati dan dipahami jelas perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

5. Permainan Dialog

Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan topdog dan kacenderungan underdog. 

6. Latihan Saya Bertanggung Jawab 

Teknik ini merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya daripada memperoyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini, konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat: “… dan saya bertanggung jawab atas hal itu.”  

7. Bermain Proyeksi

Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya; mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkan kepada orang lain. Sering terjadi perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bemain proyeksi, konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

8. Teknik Pembalikan

Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini, konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. 

9. Bertahan dengan Perasaan

Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenagkan, atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan.

10. Home Work Assignments

Teknik ini yaitu teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, serta mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.

11.  Adaptive

Teknik ini digunakan untuk melatih,mendorong, dan membiasakan klien untuk terus –menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien. 

12. Bermain Peran

Teknik ini digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa, sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

13. Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus-menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif. 

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual berarti akan mudah menjalankan proses konseling yang lain. 

Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena pada konseling individu konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dngan cara berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk menghasilkan peningkatanpeningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan, sikap, dan perilaku Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan adalah mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir atau dapat diartikan pula sebagai bantuan atau pertolongan. Sedangkan Konseling upaya untuk membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menetukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.

Teknik bimbingan konseling adalah cara ataupun metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan ataupun memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menetukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

Ragam  teknik bimbingan konseling antara lain teknik umum dan teknik khusus. Teknik umum adalah teknik yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan merupakan dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Sedangkan teknik khusus adalah teknik yang dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling seperti pedekatan behaviorism, rational emotive therapy, gestalt dan sebagainya.

2. Saran

Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari dan dipahami dalam proses belajar mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari teknik-teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil sebuah keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa menentukan tujuan hidup. 

DAFTAR PUSTAKA

Asman, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efekif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press

Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 1

E. Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung:Rosda Kara, 2007), hlm. 5-6

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta Jakarta, hlm. 5

Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. hlm 20

Baca : Makalah Layanan BK