Perang pamungkas antara kaum muslimin dengan tentara Persia, yang di pihak persia dipimpin oleh

Lompat ke isi utama

??  NGAJI DARI RUMAH - MASJID ASTRA  ??

? Kajian Online Interaktif Untuk Ikhwan & Akhwat ?️ SELASA, 15 Juni 2021 / 05 Dzulqa'dah 1442

? 19.30 WIB - Selesai

? Pemateri : Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc., M.A. حفظه لله تعالى

? "Kisah Kemuliaan Para Sahabat"


?  SAAD BIN ABI WAQQASH PANGLIMA PERANG AL QODISIAH  ?

-  Chapter 3  -

Insyaa Allah pada kesempatan kali ini kita akan bahas tentang Ma'rakah al-Qadisiyah yang di pimpin oleh Saad bin Abi Waqqash, yaitu adalah perang yang akhirnya menumbangkan kerajaan Persia di daerah Iraq. 

Terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu pada bulan Syaban tahun 15 Hijriah.

Oleh karenanya orang-orang Persia sangat benci kepada Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu, karena di zaman beliaulah kerajaan Persia tumbang, setelah itu masih ada peperangan-peperangan selanjutnya. Tetapi peperangan yang sangat dahsyat adalah Ma'rakah al-Qadisiyah yang dipimpin oleh sahabat yang mulia Saad bin Abi Waqqash radhiallahu 'anhu.

Perang ini terjadi selama 4 hari yang akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin. Tetapi perang ini memiliki kisah yang panjang, sebelum terjadi perang ini telah terjadi peperangan hampir 4 tahun di antar kaum Muslimin melawan Persia.


♦️ Sejarah Singkat Terjadinya Ma'rakah al-Qadisiyah / Perang Al-Qadisiyah.


▶️  Dimulai dari kisah Al-Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaibani radhiallahu 'anhu.

Beliau adalah seorang yang berasal dari Bani Syaiban adalah Kabilah dari Rabi'ah, lokasinya dekat dengan perbatasan antara Arab dan Persia (Daerah Iraq sebelah Timur Laut kota Madinah).

Dia masuk Islam diakhir kehidupan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, kemudian juga saudaranya Al-Mu'anna bin Haritsah Asy-Syaibani dan Mas'ud bin Haritsah Asy-Syaibani juga masuk Islam.

Setelah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, kemudian Abu Bakar menjadi Khalifah.
Lalu banyak orang yang murtad dari berbagai arah, kemudian Abu Bakar mengirim Khalid bin Walid untuk memerangi mereka.

Setelah perang melawan orang-orang murtadin selesai, maka Al-Mutsannah memberi masukan kepada Abu Bakar radhiallahu 'anhu untuk memerangi Persia, demikian juga orang-orang Arab yang kafir yang menjadi antek-antek Persia.
Maka mulailah Abu Bakar mengirim pasukan untuk menaklukan Persia, setelah terjadi Perang Riddah ( حروب الردة ) yaitu peperangan melawan orang-orang murtad.

Kemudian Abu Bakar Ash-Shidiq mengirim dua pasukan besar untuk tugas ini. - Pasukan yang satu di pimpin oleh Khalid bin Walid radhiallahu 'anhu yang akan menyerang Persia dari arah Selatan.

- Pasukan yang satu di pimpin oleh Iyadh bin Ghanam radhiallahu 'anhu yang akan menyerang Iraq dari arah Utara.


▶️  Pasukan Yang Di Pimpin Khalid bin Walid radhiallahu 'anhu Dari Arah Selatan.

Maka bergeraklah dua pasukan tersebut dan Abu Bakar memerintahkan Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani untuk masuk dalam pasukan Khalid bin Walid dan mendengar dan ta'at kepada Khalid bin Walid radhiallahu 'anhu.

Kemudian bergeraklah Khalid bin Walid sang Mujahid bersama pasukannya pada bulan Muharram tahun 12 Hijriah dimasa pemerintahan Abu Bakar, karena Rasulullah wafat tahun 11 Hijriah.
Kemudian pergi ke Meina Faris semacam pelabuhan Persia dipinggiran pantai Al-Ubullah, maka terjadilah peperangan yang pertama kali yang disebut Perang Dzatus Salasih yang akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin dengan terbunuhnya ribuan pasukan Persia.

Kemudian Khalid bin Walid melanjutkan perang berikutnya yaitu Perang Al-Madzar dipinggir sunga dujlah di awal bulan Safar sebulan setelah Perang Dzatus Salasil di tahun yang sama yaitu 12 Hijriah. Dan Persia juga kalah dengan tewasnya 30.000 pasukan Persia.

Kemudian di akhir bulan Safar, Khalid bin Walid melanjutkan perang yaitu Perang Al-Walajah dan menang, akhirnya Khalid menguasai Al-Walajah.

Kemudian Khalid bin Walid melanjutkan ke suatu tempat yang bernama Ullaisy
Terjadi juga peperangan yang dahsyat yaitu Pertempuran Ullaisy Khalid bin Walid menang dengan tewasnya 70.000 pasukan Persia.

Setelah itu ada Peperangan Umghisyia, dan itu juga di menangkan oleh Khalid bin Walid.

▪️ Dalam satu bulan Safar tahun 12 Hijriah, Khalid bin Walid menang dalam 4 peperangan; 1. Perang Al-Madzar 2. Perang Al-Walajah 3. Perang Ullaisy

4. Perang Umghisyia

Pada Bulan Rabi'ul Awal tahun 13 Hijriah Khalid bin Walid bersama pasukannya berjalan menuju Al-Hira.  Ternyata penduduk Al-Hira tunduk kepada Khalid bin Walid dan mereka mau membayar jizyah kepada Khalid bin Walid.

Demikian selesailah rangkaian rentetan peperangan pertama yang di pimpin oleh Khalid bin Walid.


▶️  Pasukan Yang Di Pimpin Iyadh bin Ghanam radhiallahu 'anhu Dari Arah Utara.

Ternyata Khalid bin Walid menunggu kedatangan Iyadh bin Ghanam yang datang dari arah Utara, satu-persatu sudah ditaklukkan oleh Khalid bin Walid sampai terakhir di Al-Hirah namun ternyata Iyadh bin Ghanam tidak datang-datang.  Rupanya Iyadh bin Ghanam sulit untuk menaklukan Dumat al-Jandal, akhirnya Khalid bin Walid pun maju lagi menuju ke Dumat al-Jandal dan menaklukkan kota Al-Anbar, kemudian menaklukkan kota Ayn al-Tamr.

Setelah itu Khalid bin Walid membantu Iyadh bin Ghanam dan akhirnya dia berhasil menaklukkan Daumat al-Jandal.

Kemudian Khalid bin Walid membawa Iyadh bin Ghanam ke Al-Hirah kemudian dijadikan pemimpin di Al-Hirah untuk menjaga Al-Hirah, dan Khalid melanjutkan peperangan melawan Persia. Khalid masuk dalam Peperangan Hasid, peperangan Khanafiz, Peperangan Musaikh, Peperangan Sunayyah dan Zamil, dan semua peperangan dimenangkan oleh Khalid bin Walid radhiallahu 'anhu.

Setelah Khalid bin Walid menyelesaikan peperangan di Persia, beliau kembali ke Mekah untuk melaksanakan Haji, kemudian beliau kembali ke Al-Hirah dan datang Abu Bakar memerintahkan beliau untuk pergi ke Negeri Syam yaitu Romawi untuk menolong kaum Muslimin dalam Perang Al-Yarmuk.
Ketika itu pasukan Khalid bin Walid ada 20.000 pasukan,  setengahnya dari pasukan yaitu 10.000 pasukan dibawa oleh Khalid bin Walid ke Negeri Syam. Dan sisanya 10.000 pasukan diserahkan kepada Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani.

Setelah di hitung-hitung Khalid bin Walid berperang selama setahun sebulan dalam menaklukkan Iraq dibawah naungan Persia.


▶️  Pasukan Yang Di Pimpin Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani.

Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani membawa 10.000 pasukan kemudian dia melanjutkan perjuangan.
Dan Al-Mutsannah membutuhkan tambahan pasukan, akhirnya Al-Mutsannah pergi ke kota Madinah mengabarkan kepada Abu Bakar Ash-Shidiq tentang kondisinya. Tetapi Abu Bakar Asy-Shidiq ketika itu sedang sakit dan akhirnya meninggal dunia. Dan tampuk kepemimpinan diserahkan kepada Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu.

Setelah itu Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu memotivasi orang-orang untuk berjihad membantu Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani dalam menaklukkan Persia. Meskipun banyak kota yang sudah di taklukkan tapi belum selesai karena Persia masih merupakan negara Adidaya. 

Akhirnya ada seorang sahabat yang bernama Abu Ubaid bin Mas'ud ats-Tsaqafi radhiallahu 'anhu siap untuk berperang menolong Al-Mutsannah bin Haritsah, kemudian para sahabat yang lain dan kaum Musliminpun mengikutinya.
Akhirnya Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu menjadikan Abu Ubaid bin Mas'ud ats-Tsaqafi untuk menjadi pemimpin para mujahidin di negeri Iraq. Maka berangkatlah mereka bersama 1000 pasukan untuk membantu Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani.

Maka Abu Ubaid bin Mas'ud ats-Tsaqafi radhiallahu 'anhu mengambil kepemimpinan dari Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani, kemudian dia masuk dalam peperangan. Diantaranya; - Peperangan Namariq dan menang, - Kemudian Peperangan Saqqatiyah dan menang, - Kemudian Peperangan Baqisyasa / Peperangan Barusma dan memang juga.

- Sampai akhirnya pada Peperangan Al-Jisr.

Dalam Peperangan Al-Jisr ini kaum muslimin dikagetkan dengan pasukan Persia yang ternyata mereka menggunakan Gajah yang banyak sehingga memporak-porandakan pasukan kaum Muslimin.
Dan diantaranya Sang Mujahid sahabat yang mulia Abu Ubaid bin Mas'ud ats-Tsaqafi radhiallahu 'anhu akhirnya mati syahid, bahkan diinjak-injak oleh gajah, dan ketika itu meninggal sekitar 4.000 pasukan dari kaum Muslimin.

Ketika Abu Ubaid bin Mas'ud ats-Tsaqafi radhiallahu 'anhu meninggal dunia maka kepemimpinan di ambil oleh Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani radhiallahu 'anhu, dan berhasil menarik mundur menyelamatkan sekitar 5.000 pasukan dari kaum muslimin dan kaum Muslimin banyak yang terluka ketika itu.
Inilah awal dari peperangan kaum Muslimin yang kalah, Peperangan Al-Jisr kaum Muslimin kalah.

Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani tetap berperang di kota yang lain meskipun terluka.  Kemudian dia masuk dalam peperangan Ullaisy Sugra. Lalu Umar mengirim tambahan pasukan sehingga pasukan yang tadinya 5.000 menjadi 8.000 pasukan. 

Dan pada bulan Ramadhan tahun 13 Hijriah Al-Mutsannah masuk dalam peperangan Al-Huaib dan akhirnya menang, dan ini membangkitkan semangat kaum muslimin karena sempat kalah pada Perang Al-Jisr.

Setelah Perang Al-Huaib maka Persia benar-benar jengkel dan mengumpulkan pasukan dengan sebanyak-banyaknya.
Maka datanglah perintah dari Yazdegerd sang Raja Persia ketika itu, mengirim perintah dari segala kota-kota yang dikuasai oleh Persia untuk mendatangkan pasukan untuk berperang melawan kaum Muslimin.

Saat itulah Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani faham bahwasanya tidak mungkin melawan pasukan yang begitu banyak, sementara dia punya pasukan hanya 8.000. Dan pasukan Persia sekitar 120.000 lebih bersama dengan pembantu-pembantunya total pasukan jadi sekitar 240.000.

Akhirnya Al-Mutsannah bin Haritsah pergi kekota Madinah meminta bantuan dari Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu perang harus berlanjut.


♦️ Kisah Saad bin Abi Waqqash Bisa Menjadi Pemimpin Dalam Perang Al-Qadisiyah.

Ketika di zaman Abu Bakar radhiallahu 'anhu, muncul orang-orang yang murtad diantaranya Kabilah Hawazin.
Kabilah Hawazin adalah Kabilah yang dekat Thaif yang diperangi oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dalam perang Hunain.

Ketika Nabi shalallahu 'alaihi wasallam meninggal mereka banyak yang murtad, dan akhirnya Abu Bakar mengirim Saad bin Abi Waqqash untuk memerangi mereka agar mereka tunduk.
Akhirnya mereka tunduk pada Saad bin Abi Waqqash, maka dia bertugas untuk menarik zakat orang-orang kaya dari mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin, dan kalau ada yang berlebihan diserahkan ke Kota Madinah.

Saad bin Abi Waqqash tinggal di daerah Khawazin sampai Abu Bakar radhiallahu 'anhu meninggal kemudian dilanjutkan oleh Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu.
Sampai akhirnya datanglah Al-Mutsannah bin Harits minta bantuan, tatkala itu kemudian Umar menulis surat kepada para petugas-petugasnya yang ada diberbagai kota untuk menyiapkan pasukan untuk berkumpul melawan Persia.

Setiap kota mengirimkan pasukan, maka Umar berniat akan turun langsung dalam peperangan tersebut, karena dia melihat ini peperangan sangat dahsyat, peperangan kaum Muslimin melawan Persia. Terkumpul sekitar 36.000 pasukan dari kaum Muslimin dan Umar bin Khattab siap turun langsung dalam peperangan tersebut.

Ketika Umar hendak berangkat, Umar berkata;
"Saya akan berangkat kecuali ada pendapat lain yang lebih baik dari ideku ini."

Akhirnya diskusilah diantara sahabat-sahabat yang mulia seperti; ▪️ Abdurahman bin Auf dengan mengatakan;

"Wahai Umar janganlah kau yang berangakat. Kalau terjadi apa-apa dan kau meninggal, dampaknya sangat buruk bagi kaum muslimin, adapun jika anak buahmu yang meninggal maka perkara masih ringan bagi kaum Muslimin. Kalau kau yang meninggal khawatir orang-orang akan murtad lagi."

Karena ketika itu Umar Khalifah, kalau khalifah meninggal dalam peperangan bakalan repot. Sementara Umar ingin turun langsung karena dia tahu ini perang sangat bermakna dan sangat genting maka dia harus turun langsung.

Akhirnya Umar bin Khattab setuju dengan pendapat Abdurahman bin Auf, hanya saja dia berfikir siapa yang pantas menggantikan posisi dia untuk melawan Persia.

Umar berkata;
"Tunjukkan kepadaku siapa penggantiku, siapa yang berhak memimpin untuk melawan Persia."

Ketika mereka sedang berfikir dan bingung siapa yang menjadi pengganti Umar, tiba-tiba datang surat dari Saad bin Abi Waqqash kepada Umar, karena Umar menyuruh petugas-petugas untuk mengumpulkan pasukan.
Dan diantara yang berhasil mengumpulkan pasukan adalah Saad bin Abi Waqqash.

Saad mengatakan;
"Wahai Umar saya telah berhasil mengumpulkan 1.000 mujahid berkuda dari kabilah Khawazin, semuanya jagoan dan ahli dalam peperangan."

Saad bin Abi Waqqash adalah ahli perang, ketika dia sudah memilih berarti bukam sembarangan yang dia pilih, pasti orang-orang hebat.

Ketika surat Saad bin Abi Waqqash datang, sementara Umar masih diskusi dengan sahabat yang lain siapa yang menjadi penggantinya. Tiba-tiba Abdurahman bin Auf berkata;

"Saya tahu pengganti anda wahai Umar, dialah Sang Singa yang menyerang dengan cakarnya, dialah Saad bin Malik Abi Waqqash radhiallahu 'anhu."

Keluarlah nama Saad bin Abi Waqqash menjadi panglima peperangan yang berat, 36.000 pasukan melawan 240.000 pasukan.
Maka akhirnya Umar setuju dan semua setuju karena mereka tahu kehebatan Saad bin Abi Waqqash.

Inilah pujian Abdurahmah bin Auf kepada Saad bin Abi Waqqash, yaitu "Sang Singa."
Singa adalah gambaran tentang keberanian, kehebatan dan jagoan, ungkapan orang-orang Arab ketika mengatakan seorang jagoan apalagi menyerang disebut dengan "Al-Asad."

Intinya akhirnya Saad bin Abi Waqqash dipilih untuk menjadi pemimpin perang melawan Persia.


⭐  Akhirnya Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu berwasiat kepada Saad bin Abi Waqqash radhiallahu 'anhu.

Umar berkata; "Wahai Saad bin Abi Waqqash jangan engkau terpedaya dengan pujian orang-orang yang mengatakan bahwa Nabi mengatakan "engkau paman Rasulullah." Allah tidak akan menghapus keburukan dengan keburukan, tapi Allah akan menghapus keburukan dengan kebaikan.  Tidak ada nasab antara seorang dengan Allah kecuali dengan ketaatan kepada-Nya. Tidak itu yang namanya engkau paman Rasulullah.  Semua orang dimata Allah sama, yang nasabnya tinggi maupun yang rendahan semua sama disisi Allah. Allah lah Tuhan mereka seluruhnya dan mereka seluruhnya adalah hamba-hamba Allah. Bener mereka bertingkat-tingkat dari sisi keselamatan, ada yang mungkin kaya, akan tetapi untuk meraih apa yang di sisi Allah adalah hanya dengan ketaatan. Lihatlah perkara yang engkau lihat, Nabi diatasnya sejak Nabi berdakwah pertama kali sampai Nabi meninggalkan kita. Maka kalau kau tahu apa perintah Nabi maka ikutilah.

Inilah nasehatku untuk engkau, kalau kau meninggalkan wasiatku dan engkau benci wasiatku maka akan gugur amalmu dan kau akan termasuk orang-orang yang merugi."


Akhirnya berangkatlah Saad bin Abi Waqqash dengan wasiat Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu pada tgl 13 Syaban 14 Hijriah. Kemudian menuju ke Iraq sampai pada suatu tempat yang bernama Zarud pada tanggal 27 Syaban, jauh dari kota Madinah kira-kira 600 km.

Umar menyuruh Saad untuk mampir ditempat tersebut di Zarud untuk menunggu bantuan yang datang dari kota Madinah. Bantuan terus berdatangan menuju Zarud berkumpul dibawah kepemimpinan Saad bin Abi Waqqash.

Sementara Al-Mutsannah bin Haritsah sudah bermarkas ditempat yang bernama Syarof, dan dia menantikan Saad bin Abi Waqqash untuk bergabung dengannya.
Sementara Saad bin Abi Waqqash belum berangkat menuju Syarof karena masih menunggu datangnya bantuan-bantuan pasukan yang akan bergabung.

Qadarullah ketika Al-Mutsannah bin Haritsah menunggu Saad bin Abi Waqqash datang, dia pum sakit dengan sakit yang parah, kemudian dia merasa bahwa dia akan meninggal dunia. Maka dia memilih penggantinya yaitu Basyir bin Al-Khashashiyyah radhiallahu 'anhu, kemudian dia menulis wasiat kepada Saad bin Abi Waqqash menjelaskan tentang pengalaman dia berperang bersama Khalid bin Walid ketika dia menjadi anak buahnya Khalid bin Walid, dan ketika dia menjadi pemimpi selama setahun lebih berperang melawan orang Persia. Ada point-point penting yang harus diketahui oleh Saad bin Abi Waqqash, karena beliau baru pertama kali masuk dalam perang melawan orang-orang Persia.

Sebelum Al-Mutsannah meninggal dia menulis surat tentang taktik peperangan kemudian dia kirim kepada Saad bin Abi Waqqash.

⭐  Isi Surat tersebut; "Jangan kau menyerang musuhmu dan musuh kaum muslimin kalau seluruh mereka berkumpul dimarkaa mereka, jangan. Tapi kau perangi mereka didaerah perbatasan antara negeri Arab dengan negeri mereka, yaitu dilokasi paling terakhir dipenghujung dengan perbatasan mereka. Kalau dalam peperangan didaerah perbatasan tersebut kalian menang maka tinggal, serang berikutnya. Kalau ternyata kalian kalah kalian bisa kabur. Kalau kalian kabur kedaerah padang pasir kalian lebih mengerti, orang Persia tidak tahu daerah padang pasir.

Kalau sudah mampu bergabung lagi dengan yang lain maka serang kembali."

Ini strategi yang disarankan oleh Al-Mutsannah, jangan masuk ke markas mereka. Serang mereka didaerah diperbatasan, karena kalau orang Persia sudah berkumpul mereka sangat kuat apalagi didaerah mereka. Jadi pancing mereka untuk keluar agar perang didaerah perbatasan, jangan sampai Saad bin Abi Waqqash yang masuk ke pusat kota mereka.

Kemudian Saad menerima surat tersebut dan dia mendoakan Al-Mutsannah bin Haritsah Asy-Syaibani, beliau membawa Salma binti Khashafah istrinya dan akhirnya dinikahi oleh Saad bin Abi Waqqash setelah selesai masa iddahnya.

Saad tinggal di Zarud selama 3 bulan sambil menunggu bantuan yang datang dari Umar bin Khattab, sampai pada tanggal 30 Dzulqa'dah tahun 14 Hijriah, kemudian Saad pergi ke Syarof singgah disana, ternyata setelah pasukan berkumpul seluruhnya berjumlah 33.000 pasukan dari berbagai macam daerah dan Kabilah.
Dan dalam pasukan Saad bin Abi Waqqash ada sekitar 70 sekian yang pernah ikut perang Badar dan ada 300 sekian sahabat, ada 700 sekian dari anak-anak sahabat.

Setelah terkumpul semua pasukan, maka Umar mengirim surat lagi kepada Saad bin Abi Waqqash dengan nasihat yang sangat indah.

⭐  Isi Nasihatnya; "Ama ba'du, Sesungguhnya aku perintahkan engkau wahai Saad bin Abi Waqqash bersama pasukanmu untuk bertaqwa kepada Allah dalam segala kondisi, sesungguhnya Taqwallah adalah bekal terbaik dan persiapan terbaik untuk melawan musuh, dan merupakan bekal dan persiapan terbaik dalam peperangan. Dan aku perintahkan engkau wahai Saad bin Abi Waqqash dengan pasukanmu untuk lebih waspada dari maksiat lebih dari pada waspada kepada musuh.  Sesungguhnya dosa maksiat pasukan lebih aku takutkan dari pada musuh mereka, kenapa kaum Muslimin dimenangkan oleh Allah? karena maksiat musuh-musuh mereka. Kalau bukan karena maksiat mereka kita tidak bisa mengalahkan mereka, kekuatan kita tidak ada, karena jumlah pasukan kita tidak sama dengan jumlah pasukan mereka. Dan persiapan alat perang kita tidak sama seperti alat perang mereka. Kalau kita sama-sama bermaksiat mereka akan menang dari sisi persiapan dan dari sisi jumlah. Kalau kita tidak menang dengan ketaqwaan kita maka kita tidak akan menang melawan kekuatan fisik mereka. Ketahuilah perjalanan kalian ada malaikat yang mencatat amal kalian, yang mengetahui apa yang kalian lakukan, maka malulah kepada malaikat-malaikat tersebut. Jangan bermaksiat kepada Allah sementara kalian sedang berjihad. Jangan kalian berkata musuh kita lebih buruk dari pada kita, bagaimanapun kita lebih baik dari pada mereka. Jangan kalian berkata kita tidak akan dikalahkan meskipun kita berbuat buruk, karena bagaimanapun musuh lebih buruk dari pada kita. Betapa banyak ada kaum yang akhirnya dikalahkan oleh kaum yang lebih buruk dari mereka.

Bukankah orang-orang Majusi Bukhtanashar pernah menguasai Bani Israil, memporak-porandakan Bani Israil padahal mereka Majusi sementara Bani Israil Yahudi."

Dan masih banyak lagi nasihat yang lainnya.
Umar juga menjelaskan tentang taktik perang dan strategi perang.

Diakhir Umar mengatakan; "Allah yang mengurus penolong engkau dan penolong orang bersamamu, Allah yang akan memberikan kemanangan bagi kalian atas musuh kalian.

Dan Allah adalah tempat meminta pertolongan."

▪️ Maka berangkatlah Saad bin Abi Waqqash dari Syarof menuju Al-Qadisiyyah; - Saad memilih yang menjadi wakilnya adalah Khalid bin Arfathah - Pemimpin pasukan bagian depan adalah Zuhra bin al-Hawiyyah - Pemimpin pasukan bagian kanan adalah Abdullah bin Al-Mu'tim - Pemimpin pasukan bagian kiri Syurahbil bin Simth - Pemimpin pasukan bagian belakan Ashim bin Amr at Tamimi, Al-Qa'qa bin Amr at Tamimi - Pemimpin pasukan berkuda Salman ibn Rabiah - Pemimpin pasukan pejalan kaki Hammal bin Malik Al Asadi - Pemimpin pasukan diatas Onta Abdullah bin Dzi Sahmain  - Yang menjadi hakim peperangan Qadil Jaiz

- Yang menjadi pemberi nasihat Salman Al Farisi.

Sampailah Saad bin Abi Waqqash di Al-Qasiyyah pada tanggal 16 Safar tahun 15 Hijriah. Dan dia mengambil nasihat dari Al-Mutsannah bin Haritsah jangan mengambil tempat jauh-jauh tapi di penghujung perbatasan negeri Arab sebelum masuk ke Persia.
Dan tempat yang paling cocok adalah Al-Qadisiyyah dan dibelakang Al-Qadisyyah ada padang pasir. Seandainya kaum muslimin kalah bisa kabur kepadang pasir dan Persia tidak akan  bisa mengejar.


♦️ Saad bin Abi Waqqash Ketika Tiba Di Al-Qasiyyah.

Ketika tiba di Al-Qadisyyah, Saad bin Abi Waqqash memberikan laporan kepada Umar bin Khattab.

Sementara Raja Yazdegerd memilih panglima Rostam ibn Farrakhzad (Rustum) sebagai pemimpin pasukan Persia. Sebenarnya dia tidak mau berperang, bagaimanapun mereka gentar karena mereka baru menang satu kali yaitu pada Perang Jisr. Sementara Khalid bin Walid satuh tahun lebih memerangi dan habisi mereka, belasan peperangan menang semua kaum muslimin.

Sehingga perang melawan kaum Muslimin adalah mimpi buruk bagi Rustum, dan dia terpaksa menerima ini semua karena Raja Yazdegerd memaksa harus jadi panglima.

Pasukan Persia ketika itu totalnya 240.000, ahli perang sekitar 120.000 dan para pengikutnya dan para pembantu 120.000. Sementara pasukan kaum muslimin 33.000.
Bergeraklah Rustum bersama 240.000 pasukannya dari Madain menuju Al-Qadisiyyah.

Jarak antara Madain dan Al-Qadisiyyah sekitar 185 - 200 km, dan Rustum disuruh ke Al-Qadisiyyah untuk menyerang Saad bin Abi Waqqash. Tetapi kenyataannya dia berjalan dari Madain menuju Al-Qadisiyyah sampai di sana sekitar 4 bulan perjalanan. Ini menunjukan dia sebenarnya malas berperang..

Dia berharap selama 4 bulan dia berjalan kaum Muslimin sudah bosan kemudian pulang meninggalkan lokasi peperangan.

Dan memang benar Saad bin Abi Waqqash sampai ditekan oleh pasukan kenapa tidak maju saja untuk menyerang, karena menunggu hampir 5 bulan pasukan Persia tidak datang-datang.
Ini membuat pasukan Muslimin bosan, tapi Saad bin Abi Waqqash tetap bertahan sesuai dengan pesan Al-Mutsannah bin Haritsah.

▪️ Sebagai bentuk menegakkan hujjah maka Saad bin Abi Waqqash mengirim 14 orang utusan ke Raja Yazdegerd untuk didakwahi. - Utusan tersebut dipimpin oleh An-Nu'man bin Amru bin Muqarrin al-Muzani - Diantara anggotanya ada Al-Mughirah bin Syu'bah - Ashim bin Amr at-Tamimi sang jagoan - Amru bin Ma'di Yakrib - Al-Mu'anna bin Haritsah Asy-Syaibani

- dan yang lainnya.

▪️ Kemudian terjadilah dialog dia antara Raja Yazdegerd dan An-Nu'man bin Amru bin Muqarrin al-Muzani; "Kami menyuruh kalian menuju agama kami, agama yang mengindahkan yang indah dan memburukkan yang buruk, (Karena kebiasaan buruk orang Persia adalah menikah sesama Mahrom, menikahi ibunya sendiri atau adiknya sendiri, menuhankan manusia, kalau manusia sudah meninggal dibiarkan saja agar dimakan hewan dan tidak dikubur). 

Kalau kalian tidak mau masuk agama kami maka ada yang lebih ringan yaitu kalian bayar jizyah, kalau kalian tidak mau juga bayar jizyah maka perang."

Raja Yazdegerd merasa jengkel karena dia merasa dia Raja dihinakan, maka dia mengatakan; "Suruh mereka pulang dan ambil hadiah dari kami (peti yang di isi tanah untuk menghina kaum muslimin).

Dan siapa yang paling mulia diantara kalian.?"

Lalu Ashim bin Amr at-Tamimi mengatakan; "Saya yang nasabnya paling tinggi diantara mereka, biar saya yang pikul hadiah ini."

Kemudian mereka kembali ke Al-Qadisiyyah dengan membawa hadiah dari Raja Yazdegerd.

Lalu Ashim bin Amr at-Tamimi menemui Saad bin Abi Waqqash dan berkata;
"Lihatlah Saad ini tanah sudah diberikan dari mereka kepada kita, ini pertanda kita akan menaklukkan mereka."

Ada seorang utusan yang ditangkap oleh Rustum kemudian Rustum membunuhnya, akhirnya Rustum tiba di Al-Qadisiyyah. Sebelum terjadi peperangan, Saad bin Abi Waqqash mengirim utusan kepada Rustum agar masuk Islam, maka diutuslah Zuhra bin al-Hawiyyah untuk menasehati Rustum.

Rustum sebenarnya tertarik dengan perkataan Zuhrah, tetapi ketika dia mengatakan tentang indahnya Islam, anak buahnya semua mencela dia.

Kemudian dikirimlah Rib'i bin 'Amir kepada Rustum, dan mereka menyiapkan tempat yang indah kemudian ada permadani-permadani, bantal-bantal yang indah, mereka memakai emas dan sutra. Mereka berharap kaum Muslimin takjub dan gentar dengan kekayaan yang mereka miliki. Jadi mereka siapkan tempat pertemuan yang sangat mewah.

Adapun Rib'i bin 'Amir datang dengan pakaian yang biasa kemudian dia membawa pedang tanpa sarung dan hanya dililit kain, panah dan anak panahnya juga dia bawa, tameng juga dibawa, kudanya kecil. Intinya dia datang dengan keadaan yang sederhana, kemudian masuk menuju ke tempat pertemuan tersebut.

Rib'i bin 'Amir datang dengan menaiki kuda dan masuk menginjak pemadani yang indah tersebut, lalu dia turun dari kudanya dan kudanya di ikat dibantal-bantal yang indah (untuk bikin jengkel orang Persia).

Mereka berkata; "Letakkan pedangmu." Rib'i bin 'Amir menjawab; "Aku datang kepada kalian bukan untuk taat kepada perintah kalian dengan meletakkan pedangku, tidak..,

Kalian yang panggil aku, kalau kalian tidak mau aku akan pulang."

Rib'i bin 'Amir berdiri dengan memegang tombaknya yang ujung tombaknya menusuk ke permadani mereka. Kemudian sambil berjalan maju menuju ke arah dia tusukkan tombaknya ke permadi, ini membuat orang Persia marah. Ketika sampai di Rustum dia tidak duduk diatas permadi tapi duduk ditanah. Rib'i bin 'Amir berkata;

"Saya tidak mau duduk diatas permadani kalian."


▪️ Mulailah terjadi dialog antara Rustum dan Rib'i bin 'Amir.

Rustum berkata;
"Apa yang membuat kalian datang kemari."

Rib'i bin 'Amir menjawab;

الله ُِابْتَعَثَنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ ِمنْ عِبَادِةِ اْلِعبَادِ إِلى عِبَادَةِ اللهِ، وَمِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا إِلى سَعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ اْلأَ َدْيَانِ إلى عَدْلِ اْلإِسْلاَمِ، فَأََرْسَلَنَا بِدِيْنِهِ إلى خَلْقِهِ لِنَدْعُوَهُمْ إِلَيْهِ، فَمَنْ قَبِلَ ذَلِكَ قَبِلْنَا مِنْهُ وَرَجَعْنَا عَنْهُ، وَمَنْ أَبَى قَاتَلْنَاهُ أَبَدًا حَتّى نَفْضِي إِلى مَوْعُوْدِ اللهِ 

"Allah yang mengutus kami dan mendatangkan kami kesini, untuk mengeluarkan siapa yang Allah kehendaki dari peribadatan kepada manusia, kepada peribadatan kepada Tuhannya manusia. Allah yang menyuruh kami untuk mengeluarkan orang dari ke syirikan peribadatan kepada makhluk kepada peribadatan Tuhan alam semesta, dari sempitnya dunia menuju kepada lapangnya dunia, dari kedzaliman agama-agama menuju keadilan Islam. Allah mengutus kami dengan agamanya menuju kepada makhluk-makhluk Nya, agar kami menyuruh kepada makhluk-makhluk Allah agar beribadah kepada Allah semata. Siapa yang menerima agama kami maka kami akan terima dan kami akan pulang, dan tanahnya menjadi tanah kami.

Siapa yang enggan maka kami akan perang sampai kita semua menuju kepada janji Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Rustum berkata;
"Apa janji Allah.?"

Rib'i bin 'Amir menjawab;
"Surga bagi orang-orang yang meninggal dalam memerangi orang-orang yang enggan, dan kemenangan bagi orang yang masih hidup."

Rustum berkata;
"Aku sudah perkataanmu wahai Rib'i bin 'Amir, bisakah kau tunda urusan ini sampai kami amati dulu, jangan perang dulu biar kami berfikir dulu."

Rib'i bin 'Amir menjawab;
"Baik, kita akan beri engkau waktu untuk berfikir, sehari atau dua hari.?"

Rustum berkata;
"Kami ingin waktu yang lebih panjang, kami akan tulis surat kepada pembesar-pembesar kami bagaimana pendapat mereka."

Rib'i bin 'Amir menjawab; "Tidak, yang sunah dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan dikerjakan oleh para pemimpin kami, kami tidak beri waktu kecuali hanya 3 hari untuk berfikir. Dan kami beri waktu 3 hari untuk berfikir, setelah tiga hari kami beri pilihan; 1. Masuk Islam maka kami akan biarkan engkau dan negeri negeri kalian, silahkan masuk Islam. 2. Atau kalian bayar jizyah (upeti) sebagai bentuk ketundukan, kami akan ambil dan kami tidak akan mengganggu kalian. 3. Kalau kalian tidak mau dengan dua pilihan tersebut, maka perang pada hari ke empat dari hari sekarang.

Kami tidak ada akan memerangi engkau sebelum hari ke empat, dan aku menjadi penanggung jawab sebelum hari ke empat kami tidak akan memerangi kalian."

Rustum berkata;
"Kamu siapa, kamu pimpinan mereka.?"

Rib'i bin 'Amir menjawab;
"Saya bukan pemimpin, saya orang biasa sama seperti kaum muslimin lainnya, kalau saya bilang saya bertanggung jawab maka mereka semua akan patuh dengan saya."


Dan akhirnya Rustum tetap bersikeras tidak mau masuk Islam dan tidak mau bayar jizyah dan memilih untuk berperang, dan akhirnya terjadilah peperangan.

Berkumpullah dua pasukan di tanah Al-Qadisiyyah, Persia 240.000 pasukan dan kaum Muslimin 33.000 pasukan. Diantara kaum muslimin ada Nahrun al Ateeq (Sungai al Ateeq) yang memisahkam antara kaum muslimin disebelah selatannya dan Persia di sebelah Utaranya, dan dibelakangnya pasukan Persia ada sungai lagi yang lain yaitu sungal Al Hadzudz.

Di atas Sungai al Ateeq ada jembatan yang bisa dilewati dan jembatan tersebut dibawah kekuasaan kaum Muslimin.

Saad bin Abi Waqqash maunya orang-orang Persia mendatangi wilayah kaum Muslimin diseberang Sungai Sungai al Ateeq untuk berperang di sana, sehingga bila terjadi apa-apa orang Persia tidak bisa kabur terhalangi oleh sungai, sehingga mudah untuk menghabisi mereka ketika mereka kalah. Ini adalah taktik Saad bin Abi Waqqash karena kalau kaum Muslimin kalah bisa kabur.

Dan akhirnya Rustum membuat semacam jalan dengan menutup Sungai al Ateeq dengan tanah agar bisa dilewati, mereka melewati sungai dimalam hari, sampai dipagi hari Pasukan Persia sudah berada di sebrang Sungai al Ateeq diwilayah kaum Muslimin.

Kita akan lanjutkan Ma'rakatul Al-Qadisiyyah pada pertemuan berikutnya bagaimana empat hari peperangan, Insyaa Allah.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab


✍️ TIM KAJIAN ONLINE MASJID ASTRA