Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak bercula satu atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Badak Jawa memiliki nama latin Rhinoceros sondaicus. Rhino berarti hidung dan ceros berarti tanduk, sedangkan sondaicus diambil dari kata Sunda yang merupakan suku dimana hidupnya badak bercula satu ini.

Show

Hewan yang sangat membutuhkan pertolongan ini berstatus IUCN Critically Endangered, artinya tinggal satu langkah lagi menemui kepunahan. Saat ini saja populasi Badak Jawa hanya tinggal 63 ekor saja dan hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Indonesia sehingga badak bercula satu ini merupakan ikon yang sangat penting bagi Taman Nasional ujung Kulon (TNUK).

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Morfologi

Badak Jawa memiliki berbagai karakteristik morfologi yang cukup unik. Badak bercula satu yang ada di Ujung Kulon ini relatif lebih kecil dan lebih terang warna kulitnya dibandingkan badak bercula satu yang lainnya. Badak jantan dan badak betina tidak memiliki perbedaan yang sangat mencolok.

Berat rata-rata Badak Jawa adalah sekitar 900 sampai 2.300 kilogram. Hewan ini dapat hidup di alam bebas sampai usia 35 bahkan bisa mencapai usia 40 tahun. Panjang cula yang dimiliki Badak Jawa tidak lebih dari 20 cm. Gigi yang dimiliki badak bercula satu ini cukup tajam dan panjang.

Organ-organ tertentu Badak Jawa sangat berfungsi sekali dalam melangsungkan hidupnya. Cula yang dimiliki berfungsi untuk menumbangkan tumbuhan dan melindungi kepala maupun hidung ketika hewan ini menghancurkan vegetasi yang tebal.

Gigi yang dimiliki berfungsi untuk bertarung dengan badak lain atau hewan lain yang seringkali menimbulkan luka serius yang cukup dalam. Indera penciuman dan pendengaran Badak Jawa sangat baik, namun indera penglihatan hewan ini jauh dari kata baik.

Dalam membedakan satu badak dengan badak yang lain, para petugas mengenalinya dengan 6 paramater utama, yaitu cula, jenis kelamin, lipatan mata, gelambir, telinga, dan cacat.

KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA

Perilaku

Perilaku yang sangat dominan dari Badak Jawa adalah perilaku soliternya. Badak jantan maupun badak betina memiliki perilaku yang soliter, kecuali badak betina yang masih memiliki anak. Perilaku yang kadang terjadi adalah badak yang masih muda hidup berdua atau berkoloni dalam satu kelompok kecil dalam waktu yang singkat. Saat dewasa, masa kawinlah yang menyebabkan terjadinya interaksi antara badak betina dewasa dan badak jantan dewasa meskipun kejadian ini tidak berlangsung lama.

Teritorial yang dicakup oleh seekor Badak Jawa sangatlah luas. Badak jantan mampu menguasai teritorial sebesar 12 – 20 km2 dan badak betina mampu menguasai teritorial 3 – 14 km2. Berbeda dengan badak jantan yang saling bertarung untuk menguasai teritorial, badak betina cenderung bisa berada di teritorial manapun tanpa harus ada pertarungan yang berarti di antara spesiesnya. Badak jantan biasanya menandai teritorialnya dengan urin, feses, goresan, atau pelintiran pohon muda.

Badak Jawa sangat jarang berkomunikasi secara vokal, berbeda sekali dengan Badak Sumatera. Komunikasi tidak langsunglah cara mereka dalam berkomunikasi, kotoran, urin, dan tanda garutan merupakan tanda-tanda komunikasi yang lebih dominan dipakai dalam komunikasi.

Badak Jawa memiliki masa kehamilan yang cukup lama yaitu antara 16 sampai 19 bulan dan waktu tepatnya tidak pernah bisa diketahui karena badak jawa tidak bisa melahirkan dalam kurungan atau tempat khusus yang disediakan oleh manusia.

Habitat

“Sebelum Ujung Kulon menjadi habitat terakhir Badak Jawa, pada tahun 1937 Badak Jawa pernah ditemukan di Tasikmalaya.” ujar Daryan, Staf Ahli Rhino Protecting Unit di Balai Taman Nasional Ujung Kulon.

Badak jawa hanya hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Indonesia. Habitatnya adalah hutan tropis yang memiliki penutupan tajuk cukup tebal dan terdapat persediaan air di dalam hutan itu. Hutan Indonesia pun merupakan hutan yang menjadi habitat hewan ini. Habitat Badak Jawa dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, makanan Badak Jawa biasanya adalah dedaunan, pucuk muda, dan ranting.

Tahun 1967 Badak Jawa diketahui hanya tinggal sekitar 30 ekor, kemudian terus bertambah sampai akhirnya pada tahun 1980 diperkirakan mencapai 50 sampai 60 ekor. Sejak tahun 1980 populasi Badak Jawa cukup stagnan dan mulai berkurang secara perlahan sampai pada tahun 2012 diperkirakan hanya ada 37 sampai 44 ekor Badak Jawa.

Badak Bercula Satu dalam Ancaman

Badak bercula satu ini berada dalam ancaman yang sangat nyata, populasi yang kecil, cula yang dianggap sebagai obat, dan berkurangnya habitat adalah faktor-faktor penyebab utama mengapa badak bercula satu ini sangat rentan punah. Sedikitnya populasi spesies ini karena setidaknya badak bercula satu membutuhkan waktu 4-5 tahun untuk kawin dengan masa kehamilan 16 bulan.

World Wide Fund for Nature (WWF) bersama pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon sempat berencana untuk memindahkan badak bercula satu ke tempat yang lebih aman. Habitat Badak Jawa saat ini hanya ada di Ujung Kulon sehingga sangat beresiko apabila ada bencana alam yang dapat memusnahkan habitat tersebut. Bencana alam yang sangat merusak apabila terjadi adalah bencana tsunami karena habitat badak bercula satu berada di hutan tropis dataran rendah. Habitat kedua yang sempat dipilih adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Cikepuh, Baduy, Sancang, dan Cikeusik.

Badak yang akan dipindahkan ke habitat kedua bukanlah badak yang diambil sembarang tanpa ada perhitungan tertentu. Badak yang akan dipindahkan ke habitat baru harus memenuhi persyaratan, yaitu tidak tua, produktif, dan tidak sedarah untuk menghindari inbreeding.

Masalah alami selanjutnya yang mengancam badak bercula satu adalah tingkat kecacatan yang tinggi akibat perkawinan inbreeding sehingga menyebabkan tingkat ketahanan tubuh dari spesies ini menurun akibat dari keanekaragaman genetik yang rendah. Perkawinan inbreeding sering terjadi akibat populasi yang sangat sedikit.

Secara singkat ancaman untuk badak jawa adalah:

  1. Kompetisi makanan antara Badak dan Banteng
  2. Kompetisi ruang anatara Badak dan Banteng
  3. Predator alami
  4. Perkawinan sedarah (inbreeding)
  5. Ancaman bencana alam yang berkaitan dengan perairan
  6. Dekat dengan Gunung Krakatau
  7. Persediaan makanan yang terbatas akibat adanya suksesi vegetasi

Harus ada tindakan nyata untuk melindungi Badak Jawa. Mari bantu Badak Jawa untuk tetap hidup. Anda dapat membantu dengan cara menyampaikan pesan-pesan yang berisi himbauan agar menjaga Badak Jawa, memberi donasi kepada lembaga swadaya masyarakat yang berkecimpung dalam hal ini, atau terjun langsung mengamankan kelestarian badak bercula satu ini.

Referensi:

___. 2016. Javan Rhino. [Internet]. [diunduh 7 April 2016]. Tersedia pada http://www.worldwildlife. org/species/java n-rhino.html.

Strien van N. 2012. Factfile: Javan rhino. [Internet]. [diunduh 7 April 2016]. Tersedia pada https://www.savetherhino.org/rhino_info /species_of_rhino/javan_rhinos/factfile_javan_rhino.html

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih benar. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam akbar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang sangat jumlah menyebar. Meski dikata "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tetapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini sekarang statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia bebas sama sekali, dan tidak benar di kebun binatang. Badak ini probabilitas adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia bebas sama sekali lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan persangkaan populasi tidak semakin dari delapan pada tahun 2007. Susutnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Susutnya populasi badak ini juga dikarenakan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan susutnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua untuk badak jawa sebab jika terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, sebab invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, karenanya populasinya semakin terdesak.[6] Daerah yang diidentifikasikan terlindung dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia bebas sama sekali. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir akbar. Badak jawa biasanya bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di tidak jauh kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak matang tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti binatang itu secara langsung sebab kelangkaan mereka dan benarnya bahaya mengganggu suatu spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dipertontonkan oleh penyelidik dunia dari luar daerah tersebut pada tahun 1787, saat dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awalnya mengidentifikasi badak ini bersumber dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan menyebut spesimennya bersumber dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, bersumber dari bahasa Yunani: rhino berarti hidung, dan ceros berarti tanduk; sondaicus bersumber dari kata Sunda, daerah yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga dikata badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu akbar, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang masih benar, sementara satu subspesies telah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Sekarang populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tetapi hal ini ditolak secara luas.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus bersumber dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, anggota dari tempat hidup spesies ini. Sekarang populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang masih benar memiliki leluhur yang sama selang 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala mencapai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berarti tanpa cula, sebab karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak benar cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak memiliki cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India mengadakan komunikasi tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan kesan bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang masih benar, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen belakang di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Persangkaan molekul memberikan kesan bahwa spesies telah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tidak mengadakan komunikasi tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian berbeda telah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin mengadakan komunikasi tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae meletak Rhinoceros dan Punjabitherium yang telah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin mengadakan komunikasi tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan memiliki akbar tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan mencapai tinggi 1,4–1,7 m. Badak matang dilaporkan memiliki berat selang 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tidak pernah dipertontonkan dan bukan prioritas.[4] Tidak terdapat perbedaan akbar selang jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin akbar. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa sesuai penelitian bukti melalui foto dan pengukuran jejak kaki mereka..[18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa memiliki satu cula (spesies lain memiliki dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, biasanya semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya untuk bertarung, tetapi menggunakannya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal. Badak Jawa memiliki bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; saat badak jawa bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di belakang gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa memiliki penciuman dan pendengaran yang baik tetapi memiliki pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 mencapai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya memiliki pola mosaik alami yang menyebabkan badak memiliki perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk bentuk pelana pada pundak. Sebab risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melalui sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Persangkaan yang sangat optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa masih benar di dunia bebas sama sekali. Mereka dianggap sebagai mamalia yang sangat terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka memiliki risiko yang semakin akbar. Badak Jawa diketahui masih hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi selang badak Sumatra dan India di tempat tersebut[13]) ke arah timur mencapai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang jumlah dengan sungai, dataran banjir akbar atau daerah basah dengan jumlah kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang dikarenakan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Tempat hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini bertambah luas ke Tongkok, tetapi mulai mengadakan kampanye ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun sebab penetap manusia meningkat di daerah itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal masa zaman ke-20.[13] Badak Jawa diburu mencapai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada belakang perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin benar di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang masih hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian saat mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting sebab nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin akbar dibandingkan betina dengan akbar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin akbar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki norma budaya khas membuang cairan akbar pada tumpukan kotoran badak akbar dan lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa saat buang cairan akbar di tumpukan, tidak melaksanakan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak benar faedahnya untuk menyebar bau.[25]

Badak jawa memiliki semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa matang tidak memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan saat manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak.[5] Saat manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi sifat menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkumpul menjadi kelompok.[9]

Makanan

Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan berjenis-jenis spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Biasanya tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon akbar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang sangat dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak benar di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum cairan laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari sebab spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tidak benar kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina mencapai kedewasaan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kedewasaan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya menciptakan selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya memiliki sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama susutnya populasi badak Jawa adalah perburuan untuk culanya, masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan untuk menciptakan baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun untuk bisa ular.[26] Sebab tempat hidup badak mencakupi jumlah daerah kemiskinan, sulit untuk masyarakat tidak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Saat Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak telah menentukan bahwa badak Asia memiliki harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat dampak pertanian juga menyebabkan susutnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan sebab badak hanya hidup di dua taman nasional yang dilindungi. Memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan untuk cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Sebab populasi mereka tertutup di dua tempat kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Berbakat genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tidak pernah kembali pada jumlah yang akbar, sehingga menciptakan suatu tempat berlindung.[20] Pada tahun 1931, sebab badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak merupakan spesies yang dilindungi, dan masih tetap dilindungi mencapai sekarang.[11] Pada tahun 1967 saat sensus badak dipertontonkan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang benar. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap benar pada populasi 50 mencapai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak memiliki musuh alami, mereka harus berlomba untuk memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat menyebabkan jumlah badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon dikelola oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan sangat sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, sukses diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Saat difoto, bayi badak tersebut masih menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut diketahui saat ditemukan jejak badak mempunyai ukuran 15/16 cm di sekitar daerah aliran sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira sebab membuktikan benarnya kelahiran badak baru di Ujung Kulon.[30]

Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon
TahunMinimumMaksimumRata-rata
1967212824.5
1968202924.5
1971334237.5
1982535956
1993355847
Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.[31]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan pada pertempuran menyebabkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Kaki tangan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri daerah dengan senjata. Setelah perang, jumlah masyarakat desa miskin, yang sebelumnya menggunakan metode seperti lubang perangkap, sekarang memiliki senjata mematikan yang menyebabkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan saat pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina matang yang menunjukan bahwa spesies ini sukses selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan untuk mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang merupakan milik sangat sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Sebab badak, daerah tempat mereka tinggal menjadi anggota Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan susut di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa sangat sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tidak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, sangat sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Sangat sedikit 22 badak Jawa telah didokumentasikan telah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa jumlahnya semakin akbar sebab spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan baik di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya mencapai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia bebas sama sekali. Badak Jawa terakhir yang benar di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, tempat spesies tersebut sedikit diketahui sebab telah ditunjukan sebagai badak India.[18] Dampak dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an untuk mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha untuk melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup berkumpul di satu daerah utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber dampak invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, terlindung dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga merupakan habitat badak Jawa. Jika habitat kedua ditemukan, karenanya badak yang sehat, baik, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta bersumber dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Sukses Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Tautan luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan untuk konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 2

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) yaitu anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang mempunyai. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan mempunyai kulit bermosaik yang mirip baju baja. Badak ini mempunyai panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam akbar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang sangat banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", hewan ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tetapi di semua Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas sama sekali, dan tidak mempunyai di kebun hewan. Badak ini probabilitas yaitu mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas sama sekali lainnya mempunyai di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan lebih kurang populasi tidak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa dikarenakan oleh perburuan bagi diambil culanya, yang sangat bermutu pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga dikarenakan oleh kehilangan habitat, yang terutama dikarenakan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya mempunyai di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa sedang mempunyai pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan bagi mengembangkan kedua bagi badak jawa sebab jika terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, sebab invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng bagi ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Daerah yang diidentifikasikan terjamin dan relatif tidak jauh yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas sama sekali. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir akbar. Badak jawa banyakan bersifat tenang, kecuali bagi masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun sebuah kelompok kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu kelompokan di tidak jauh kubangan dan lokasi memperoleh mineral. Badak dewasa tidak mempunyai hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti hewan itu secara langsung sebab kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran bagi mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dimainkan oleh penyelidik dunia dari luar daerah tersebut pada tahun 1787, ketika dua hewan ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa yaitu spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari hewan ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini yaitu spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awal mulanya mengidentifikasi badak ini bersumber dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan menyebut spesimennya bersumber dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga mempunyai badak India, bersumber dari bahasa Yunani: rhino berjasa hidung, dan ceros berjasa tanduk; sondaicus bersumber dari kata Sunda, daerah yang mencakup pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga disebut badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu akbar, nama lain badak India).

Mempunyai tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang mempunyai, sementara satu subspesies telah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang lain, R.s. floweri, tetapi hal ini ditolak secara luas.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus bersumber dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, bidang dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang sedang mempunyai mempunyai leluhur yang sama selang 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berjasa tanpa cula, sebab karakteristik badak ini yaitu cula kecil pada badak jantan, dan tidak mempunyai cula pada betina. Spesimen spesies ini yaitu betina yang tidak mempunyai cula. Keadaan politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tidak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India berkomunikasi tidak jauh dengan badak Jawa; mereka yaitu dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan kesan bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang mempunyai, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen yang belakang sekali di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india yaitu satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Lebih kurang molekul memberikan kesan bahwa spesies telah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tidak berkomunikasi tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian lain telah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin berkomunikasi tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang telah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin berkomunikasi tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan mempunyai akbar tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan mempunyai berat selang 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian bagi mengumpulkan pengukuran tepat badak Jawa tidak pernah dimainkan dan bukan prioritas.[4] Tidak mempunyai perbedaan akbar selang macam kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin akbar. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berdasarkan penelitian bukti melewati foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa mempunyai satu cula (spesies lain mempunyai dua cula). Culanya yaitu cula terkecil dari semua badak, biasanya semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya bagi bertarung, tetapi memakainya bagi memindahkan lumpur di kubangan, bagi menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan membuka perlintasan melewati vegetasi tebal. Badak Jawa mempunyai bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa berperang, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan bagi mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa mempunyai penciuman dan pendengaran yang adil tetapi mempunyai pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya mempunyai pola mosaik alami yang mengakibatkan badak mempunyai perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk bentuk pelana pada pundak. Sebab risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melewati sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Lebih kurang yang sangat optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang mempunyai di dunia lepas sama sekali. Mereka dianggap sebagai mamalia yang sangat terancam; walaupun sedang mempunyai badak Sumatra yang lokasi hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka mempunyai risiko yang semakin akbar. Badak Jawa diketahui sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Hewan ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi selang badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir akbar atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang dikarenakan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah luas ke Tongkok, tetapi mulai bangung ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun sebab penetap manusia meningkat di daerah itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal ratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada yang belakang sekali perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin mempunyai di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin yaitu badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa yaitu hewan tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur yaitu sifat umum semua badak bagi menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan hewan lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya bagi memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting sebab nutrisi bagi badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin akbar dibandingkan betina dengan akbar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin akbar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah mempunyai pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diciptakan oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan bagi komunikasi. Anggota spesies badak lainnya mempunyai budaya khas membuang cairan akbar pada tumpukan kotoran badak akbar dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan akbar di tumpukan, tidak memainkan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak bermanfaat bagi menyebar bau.[25]

Badak jawa mempunyai semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak mempunyai musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, yaitu spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit bagi meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi sifat menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin yaitu adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkelompok.[9]

Makanan

Badak jawa yaitu hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Banyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon akbar. Badak menjatuhkan pohon muda bagi sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa yaitu pemakan yang sangat dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam bagi makanannya. Lokasi mencari mineral umum tidak mempunyai di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa tampak minum cairan laut bagi nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari sebab spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tidak mempunyai kebun hewan yang mempunyai spesimennya. Betina sampai kedewasaan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kedewasaan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas bagi hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membikin selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya mempunyai sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa yaitu perburuan bagi culanya, persoalan yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat bagi pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan bagi membikin baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun bagi bisa ular.[26] Sebab lokasi hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan, sulit bagi masyarakat tidak membunuh hewan ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak telah memilihkan bahwa badak Asia mempunyai harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Lenyapnya habitat kesudahan suatu peristiwa pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan sebab badak hanya hidup di dua taman nasional yang dilindungi. Memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang yaitu korban perburuan bagi cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Sebab populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan persoalan perkembangbiakan. Pandai genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tidak pernah kembali pada banyak yang akbar, sehingga membikin sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, sebab badak Jawa mempunyai di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak yaitu spesies yang dilindungi, dan sedang tetap dilindungi sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dimainkan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang mempunyai. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap mempunyai pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak mempunyai musuh alami, mereka wajib berlomba bagi memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap mempunyai dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon dikelola oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan sangat sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut diketahui ketika ditemukan jejak badak berukuran 15/16 cm di sekitar daerah arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini yaitu kabar gembira sebab membuktikan keadaan kelahiran badak baru di Ujung Kulon.[30]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Perwakilan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri daerah dengan senjata. Setelah perang, banyak masyarakat desa miskin, yang sebelumnya memakai metode seperti lubang perangkap, kini mempunyai senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan bagi mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang yaitu milik sangat sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Sebab badak, daerah lokasi mereka tinggal menjadi bidang Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa sangat sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tidak mempunyai satupun badak Jawa di kebun hewan. Pada tahun 1800-an, sangat sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Sangat sedikit 22 badak Jawa telah didokumentasikan telah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin akbar sebab spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan adil di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas sama sekali. Badak Jawa terakhir yang mempunyai di penangkaran mati di Kebun Hewan Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit diketahui sebab telah ditunjukan sebagai badak India.[18] Kesudahan suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an bagi mengembangbiakan badak Sumatra di kebun hewan gagal, usaha bagi melindungi badak Jawa di kebun hewan tidak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu kelompokan di satu daerah utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat dikarenakan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber kesudahan suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, terjamin dan relatif tidak jauh yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga yaitu habitat badak Jawa. Jika habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, adil, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta bersumber dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Pranala luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation dibangun bagi konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 3

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang mempunyai. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan mempunyai kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini mempunyai panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam akbar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", hewan ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tetapi di semua Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas sama sekali, dan tidak mempunyai di kebun hewan. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas sama sekali lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan lebih kurang populasi tidak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan bagi diambil culanya, yang sangat bernilai pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa sedang berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan bagi mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng bagi ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Daerah yang diidentifikasikan terjamin dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas sama sekali. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir akbar. Badak jawa banyakan bersifat tenang, kecuali bagi masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun sebuah kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di tidak jauh kubangan dan lokasi mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak mempunyai hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti hewan itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran bagi mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dimainkan oleh penyelidik dunia dari luar daerah tersebut pada tahun 1787, ketika dua hewan ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari hewan ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awalnya mengidentifikasi badak ini bersumber dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya bersumber dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga mempunyai badak India, bersumber dari bahasa Yunani: rhino bermanfaat hidung, dan ceros bermanfaat tanduk; sondaicus bersumber dari kata Sunda, daerah yang mencakup pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga disebut badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu akbar, nama lain badak India).

Mempunyai tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang mempunyai, sementara satu subspesies telah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang lain, R.s. floweri, tetapi hal ini ditolak secara luas.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus bersumber dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, bidang dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang sedang mempunyai mempunyai leluhur yang sama selang 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis bermanfaat tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tidak mempunyai cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak mempunyai cula. Keadaan politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tidak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India berkomunikasi tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan kesan bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang mempunyai, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen yang belakang sekali di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Lebih kurang molekul memberikan kesan bahwa spesies telah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tidak berkomunikasi tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian lain telah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin berkomunikasi tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang telah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin berkomunikasi tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan mempunyai akbar tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan mempunyai berat selang 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian bagi mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tidak pernah dimainkan dan bukan prioritas.[4] Tidak mempunyai perbedaan akbar selang macam kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin akbar. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berdasarkan penelitian bukti melewati foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa mempunyai satu cula (spesies lain mempunyai dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya bagi bertarung, tetapi memakainya bagi memindahkan lumpur di kubangan, bagi menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan membuka perlintasan melewati vegetasi tebal. Badak Jawa mempunyai bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa berperang, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan bagi mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa mempunyai penciuman dan pendengaran yang adil tetapi mempunyai pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya mempunyai pola mosaik alami yang menyebabkan badak mempunyai perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk bentuk pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melewati sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Lebih kurang yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang mempunyai di dunia lepas sama sekali. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun sedang mempunyai badak Sumatra yang lokasi hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka mempunyai risiko yang semakin akbar. Badak Jawa diketahui sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Hewan ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi selang badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir akbar atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah luas ke Tongkok, tetapi mulai bangung ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di daerah itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal ratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada yang belakang sekali perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin mempunyai di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah hewan tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak bagi menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan hewan lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya bagi memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi bagi badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin akbar dibandingkan betina dengan akbar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin akbar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah mempunyai pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diciptakan oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan bagi komunikasi. Anggota spesies badak lainnya mempunyai budaya khas membuang cairan akbar pada tumpukan kotoran badak akbar dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan akbar di tumpukan, tidak memainkan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak bermanfaat bagi menyebar bau.[25]

Badak jawa mempunyai semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak mempunyai musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit bagi meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi sifat menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkelompok.[9]

Makanan

Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Banyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon akbar. Badak menjatuhkan pohon muda bagi sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam bagi makanannya. Lokasi mencari mineral umum tidak mempunyai di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa tampak minum cairan laut bagi nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tidak mempunyai kebun hewan yang mempunyai spesimennya. Betina sampai kedewasaan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kedewasaan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan bagi hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membikin bubar pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya mempunyai sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan bagi culanya, persoalan yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat bagi pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan bagi membikin baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun bagi bisa ular.[26] Karena lokasi hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan, sulit bagi masyarakat tidak membunuh hewan ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak telah memilihkan bahwa badak Asia mempunyai harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Lenyapnya habitat kesudahan suatu peristiwa pertanian juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang dilindungi. Memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan bagi cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan persoalan perkembangbiakan. Pandai genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tidak pernah kembali pada banyak yang akbar, sehingga membikin sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak merupakan spesies yang dilindungi, dan sedang tetap dilindungi sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dimainkan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang mempunyai. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap mempunyai pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak mempunyai musuh alami, mereka harus berlomba bagi memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat menyebabkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon dikelola oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut diketahui ketika ditemukan jejak badak berukuran 15/16 cm di sekitar daerah arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira karena membuktikan keadaan kelahiran badak baru di Ujung Kulon.[30]

Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon
TahunMinimumMaksimumRata-rata
1967212824.5
1968202924.5
1971334237.5
1982535956
1993355847
Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.[31]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan pada pertempuran menyebabkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Perwakilan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri daerah dengan senjata. Setelah perang, banyak masyarakat desa miskin, yang sebelumnya memakai metode seperti lubang perangkap, kini mempunyai senjata mematikan yang menyebabkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan bagi mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang merupakan milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, daerah lokasi mereka tinggal menjadi bidang Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tidak mempunyai satupun badak Jawa di kebun hewan. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa telah didokumentasikan telah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin akbar karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan adil di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas sama sekali. Badak Jawa terakhir yang mempunyai di penangkaran mati di Kebun Hewan Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit diketahui karena telah ditunjukan sebagai badak India.[18] Kesudahan suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an bagi mengembangbiakan badak Sumatra di kebun hewan gagal, usaha bagi melindungi badak Jawa di kebun hewan tidak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup berkumpul di satu daerah utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber kesudahan suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, terjamin dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga merupakan habitat badak Jawa. Jika habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, adil, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta bersumber dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi kemungkinan di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Pranala luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation dibangun bagi konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 4

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang mempunyai. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan mempunyai kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini mempunyai panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam akbar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", hewan ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tetapi di semua Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas sama sekali, dan tidak mempunyai di kebun hewan. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas sama sekali lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan lebih kurang populasi tidak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan bagi diambil culanya, yang sangat bernilai pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa sedang berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan bagi mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng bagi ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Daerah yang diidentifikasikan terjamin dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas sama sekali. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir akbar. Badak jawa banyakan bersifat tenang, kecuali bagi masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun sebuah kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di tidak jauh kubangan dan lokasi mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak mempunyai hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti hewan itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran bagi mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dimainkan oleh penyelidik dunia dari luar daerah tersebut pada tahun 1787, ketika dua hewan ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari hewan ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awalnya mengidentifikasi badak ini bersumber dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya bersumber dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga mempunyai badak India, bersumber dari bahasa Yunani: rhino bermanfaat hidung, dan ceros bermanfaat tanduk; sondaicus bersumber dari kata Sunda, daerah yang mencakup pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga disebut badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu akbar, nama lain badak India).

Mempunyai tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang mempunyai, sementara satu subspesies telah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang lain, R.s. floweri, tetapi hal ini ditolak secara luas.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus bersumber dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, bidang dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang sedang mempunyai mempunyai leluhur yang sama selang 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis bermanfaat tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tidak mempunyai cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak mempunyai cula. Keadaan politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tidak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India berkomunikasi tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan kesan bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang mempunyai, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen yang belakang sekali di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Lebih kurang molekul memberikan kesan bahwa spesies telah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tidak berkomunikasi tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian lain telah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin berkomunikasi tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang telah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin berkomunikasi tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan mempunyai akbar tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan mempunyai berat selang 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian bagi mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tidak pernah dimainkan dan bukan prioritas.[4] Tidak mempunyai perbedaan akbar selang macam kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin akbar. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berdasarkan penelitian bukti melewati foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa mempunyai satu cula (spesies lain mempunyai dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya bagi bertarung, tetapi memakainya bagi memindahkan lumpur di kubangan, bagi menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan membuka perlintasan melewati vegetasi tebal. Badak Jawa mempunyai bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa berperang, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan bagi mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa mempunyai penciuman dan pendengaran yang adil tetapi mempunyai pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya mempunyai pola mosaik alami yang menyebabkan badak mempunyai perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk bentuk pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melewati sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Lebih kurang yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang mempunyai di dunia lepas sama sekali. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun sedang mempunyai badak Sumatra yang lokasi hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka mempunyai risiko yang semakin akbar. Badak Jawa diketahui sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Hewan ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi selang badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir akbar atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah luas ke Tongkok, tetapi mulai bangung ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di daerah itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal ratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada yang belakang sekali perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin mempunyai di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah hewan tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak bagi menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan hewan lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya bagi memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi bagi badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin akbar dibandingkan betina dengan akbar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin akbar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah mempunyai pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diciptakan oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan bagi komunikasi. Anggota spesies badak lainnya mempunyai budaya khas membuang cairan akbar pada tumpukan kotoran badak akbar dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan akbar di tumpukan, tidak memainkan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak bermanfaat bagi menyebar bau.[25]

Badak jawa mempunyai semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak mempunyai musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit bagi meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi sifat menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkelompok.[9]

Makanan

Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Banyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon akbar. Badak menjatuhkan pohon muda bagi sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam bagi makanannya. Lokasi mencari mineral umum tidak mempunyai di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa tampak minum cairan laut bagi nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tidak mempunyai kebun hewan yang mempunyai spesimennya. Betina sampai kedewasaan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kedewasaan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan bagi hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membikin bubar pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya mempunyai sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan bagi culanya, persoalan yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat bagi pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan bagi membikin baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun bagi bisa ular.[26] Karena lokasi hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan, sulit bagi masyarakat tidak membunuh hewan ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak telah memilihkan bahwa badak Asia mempunyai harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Lenyapnya habitat kesudahan suatu peristiwa pertanian juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang dilindungi. Memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan bagi cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan persoalan perkembangbiakan. Pandai genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tidak pernah kembali pada banyak yang akbar, sehingga membikin sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak merupakan spesies yang dilindungi, dan sedang tetap dilindungi sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dimainkan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang mempunyai. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap mempunyai pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak mempunyai musuh alami, mereka harus berlomba bagi memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat menyebabkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon dikelola oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut diketahui ketika ditemukan jejak badak berukuran 15/16 cm di sekitar daerah arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira karena membuktikan keadaan kelahiran badak baru di Ujung Kulon.[30]

Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon
TahunMinimumMaksimumRata-rata
1967212824.5
1968202924.5
1971334237.5
1982535956
1993355847
Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.[31]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan pada pertempuran menyebabkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Perwakilan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri daerah dengan senjata. Setelah perang, banyak masyarakat desa miskin, yang sebelumnya memakai metode seperti lubang perangkap, kini mempunyai senjata mematikan yang menyebabkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan bagi mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang merupakan milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, daerah lokasi mereka tinggal menjadi bidang Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tidak mempunyai satupun badak Jawa di kebun hewan. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa telah didokumentasikan telah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin akbar karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan adil di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas sama sekali. Badak Jawa terakhir yang mempunyai di penangkaran mati di Kebun Hewan Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit diketahui karena telah ditunjukan sebagai badak India.[18] Kesudahan suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an bagi mengembangbiakan badak Sumatra di kebun hewan gagal, usaha bagi melindungi badak Jawa di kebun hewan tidak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup berkumpul di satu daerah utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber kesudahan suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, terjamin dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga merupakan habitat badak Jawa. Jika habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, adil, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta bersumber dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi kemungkinan di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Pranala luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation dibangun bagi konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 5

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) yaitu anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang mempunyai. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan mempunyai kulit bermosaik yang mirip baju baja. Badak ini mempunyai panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam akbar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang sangat banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", hewan ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tetapi di semua Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas sama sekali, dan tidak mempunyai di kebun hewan. Badak ini probabilitas yaitu mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas sama sekali lainnya mempunyai di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan lebih kurang populasi tidak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa dikarenakan oleh perburuan bagi diambil culanya, yang sangat bermutu pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga dikarenakan oleh kehilangan habitat, yang terutama dikarenakan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya mempunyai di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa sedang mempunyai pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan bagi mengembangkan kedua bagi badak jawa sebab jika terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, sebab invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng bagi ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Daerah yang diidentifikasikan terjamin dan relatif tidak jauh yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas sama sekali. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir akbar. Badak jawa banyakan bersifat tenang, kecuali bagi masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun sebuah kelompok kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu kelompokan di tidak jauh kubangan dan lokasi memperoleh mineral. Badak dewasa tidak mempunyai hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti hewan itu secara langsung sebab kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran bagi mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dimainkan oleh penyelidik dunia dari luar daerah tersebut pada tahun 1787, ketika dua hewan ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa yaitu spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari hewan ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini yaitu spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awal mulanya mengidentifikasi badak ini bersumber dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan menyebut spesimennya bersumber dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga mempunyai badak India, bersumber dari bahasa Yunani: rhino berjasa hidung, dan ceros berjasa tanduk; sondaicus bersumber dari kata Sunda, daerah yang mencakup pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga disebut badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu akbar, nama lain badak India).

Mempunyai tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang mempunyai, sementara satu subspesies telah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang lain, R.s. floweri, tetapi hal ini ditolak secara luas.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus bersumber dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, bidang dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang sedang mempunyai mempunyai leluhur yang sama selang 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berjasa tanpa cula, sebab karakteristik badak ini yaitu cula kecil pada badak jantan, dan tidak mempunyai cula pada betina. Spesimen spesies ini yaitu betina yang tidak mempunyai cula. Keadaan politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tidak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India berkomunikasi tidak jauh dengan badak Jawa; mereka yaitu dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan kesan bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang mempunyai, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen yang belakang sekali di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india yaitu satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Lebih kurang molekul memberikan kesan bahwa spesies telah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tidak berkomunikasi tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian lain telah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin berkomunikasi tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang telah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin berkomunikasi tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan mempunyai akbar tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan mempunyai berat selang 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian bagi mengumpulkan pengukuran tepat badak Jawa tidak pernah dimainkan dan bukan prioritas.[4] Tidak mempunyai perbedaan akbar selang macam kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin akbar. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berdasarkan penelitian bukti melewati foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa mempunyai satu cula (spesies lain mempunyai dua cula). Culanya yaitu cula terkecil dari semua badak, biasanya semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya bagi bertarung, tetapi memakainya bagi memindahkan lumpur di kubangan, bagi menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan membuka perlintasan melewati vegetasi tebal. Badak Jawa mempunyai bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa berperang, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan bagi mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa mempunyai penciuman dan pendengaran yang adil tetapi mempunyai pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya mempunyai pola mosaik alami yang mengakibatkan badak mempunyai perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk bentuk pelana pada pundak. Sebab risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melewati sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Lebih kurang yang sangat optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang mempunyai di dunia lepas sama sekali. Mereka dianggap sebagai mamalia yang sangat terancam; walaupun sedang mempunyai badak Sumatra yang lokasi hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka mempunyai risiko yang semakin akbar. Badak Jawa diketahui sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Hewan ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi selang badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir akbar atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang dikarenakan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah luas ke Tongkok, tetapi mulai bangung ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun sebab penetap manusia meningkat di daerah itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal ratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada yang belakang sekali perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin mempunyai di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin yaitu badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa yaitu hewan tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur yaitu sifat umum semua badak bagi menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan hewan lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya bagi memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting sebab nutrisi bagi badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin akbar dibandingkan betina dengan akbar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin akbar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah mempunyai pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diciptakan oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan bagi komunikasi. Anggota spesies badak lainnya mempunyai budaya khas membuang cairan akbar pada tumpukan kotoran badak akbar dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan akbar di tumpukan, tidak memainkan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak bermanfaat bagi menyebar bau.[25]

Badak jawa mempunyai semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak mempunyai musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, yaitu spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit bagi meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi sifat menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin yaitu adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkelompok.[9]

Makanan

Badak jawa yaitu hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Banyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon akbar. Badak menjatuhkan pohon muda bagi sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa yaitu pemakan yang sangat dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam bagi makanannya. Lokasi mencari mineral umum tidak mempunyai di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa tampak minum cairan laut bagi nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari sebab spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tidak mempunyai kebun hewan yang mempunyai spesimennya. Betina sampai kedewasaan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kedewasaan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas bagi hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membikin selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya mempunyai sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa yaitu perburuan bagi culanya, persoalan yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat bagi pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan bagi membikin baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun bagi bisa ular.[26] Sebab lokasi hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan, sulit bagi masyarakat tidak membunuh hewan ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak telah memilihkan bahwa badak Asia mempunyai harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Lenyapnya habitat kesudahan suatu peristiwa pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan sebab badak hanya hidup di dua taman nasional yang dilindungi. Memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang yaitu korban perburuan bagi cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Sebab populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan persoalan perkembangbiakan. Pandai genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tidak pernah kembali pada banyak yang akbar, sehingga membikin sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, sebab badak Jawa mempunyai di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak yaitu spesies yang dilindungi, dan sedang tetap dilindungi sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dimainkan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang mempunyai. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap mempunyai pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak mempunyai musuh alami, mereka wajib berlomba bagi memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap mempunyai dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon dikelola oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan sangat sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut diketahui ketika ditemukan jejak badak berukuran 15/16 cm di sekitar daerah arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini yaitu kabar gembira sebab membuktikan keadaan kelahiran badak baru di Ujung Kulon.[30]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Perwakilan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri daerah dengan senjata. Setelah perang, banyak masyarakat desa miskin, yang sebelumnya memakai metode seperti lubang perangkap, kini mempunyai senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan bagi mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang yaitu milik sangat sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Sebab badak, daerah lokasi mereka tinggal menjadi bidang Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa sangat sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tidak mempunyai satupun badak Jawa di kebun hewan. Pada tahun 1800-an, sangat sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Sangat sedikit 22 badak Jawa telah didokumentasikan telah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin akbar sebab spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan adil di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas sama sekali. Badak Jawa terakhir yang mempunyai di penangkaran mati di Kebun Hewan Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit diketahui sebab telah ditunjukan sebagai badak India.[18] Kesudahan suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an bagi mengembangbiakan badak Sumatra di kebun hewan gagal, usaha bagi melindungi badak Jawa di kebun hewan tidak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu kelompokan di satu daerah utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat dikarenakan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber kesudahan suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, terjamin dan relatif tidak jauh yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga yaitu habitat badak Jawa. Jika habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, adil, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta bersumber dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Pranala luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation dibangun bagi konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 6

Bacharuddin Jusuf Habibie (kelahiran di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Dia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari letak presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Letaknya ditukarkan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie adalah Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa letak terpendek.

Keluarga dan pendidikan

Habibie adalah anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie kelahiran pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo kelahiran di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo menjalankan tugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.[1]

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.[2]

Sebelumnya dia pernah berilmu di SMAK Dago.[3] Dia berupaya dapat teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah memainkan pekerjaan di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, suatu perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden aspek teknologi. Pada tahun 1973, dia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.

Dia kesudahan menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

Dia diangkatkan dibentuk menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa letaknya sebagai menteri.

Masa Kepresidenan

Habibie mewarisi keadaan serampangan balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir semua kawasan Indonesia. Segera sesudah mendapatkan kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk suatu kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga memerdekakan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan keaktifan organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat dia berhasil memberikan landasan kokoh untuk Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi kawasan. Melalui penerapan UU otonomi kawasan inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akibatnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa benarnya UU otonomi kawasan dapat dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berjenis-jenis kontroversi untuk penduduk Indonesia. Pihak yang pro mengasumsikan pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu berdasarkan dengan ketetapan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, tamat, atau tidak bisa menerapkan kewajibannya dalam masa letaknya, dia diwakili oleh Wakil Presiden sampai tamat waktunya". Sedangkan pihak yang kontra mengasumsikan bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketetapan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku letak maka presiden wajib mengucapkan sumpah atau kontrak di depan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di aspek politik adalah:

  • Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga jumlah muncul berulang-ulang partai-partai politik baru yaitu sebanyak 48 partai politik
  • Memerdekakan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
  • Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
  • Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
  1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
  2. UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
  3. UU No. 4 tahun 1999 tentang Yang dibangun Letak DPR/MPR
  • Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan benar 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
  1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum
  2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
  3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden memperoleh mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
  4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa letak Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Ketetapan MPR selang lain :

  1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
  2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas sama sekali korupsi, kolusi, dan nepotisme
  3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa letak presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
  4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi kawasan
  5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
  6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
  7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan atur tertib MPR
  8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
  9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
  10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
  11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus untuk Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
  12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di aspek ekonomi, dia berhasil memotong nilai ganti rupiah terhadap dollar masih berkisar selang Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada kesudahan pemerintahannya, terutama sesudah pertanggungjawabannya tidak diterima MPR, nilai ganti rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, dia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia supaya lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Menerapkan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
  • Melikuidasi sebagian bank yang bermasalah
  • Menaikkan nilai ganti rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
  • Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
  • Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
  • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
  • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah sesudah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan disediakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), dia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik waktu itu, yaitu menyelenggarakan jajak gagasan untuk warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap dibentuk menjadi anggota dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dibentuk menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Bebasnya Timor Timur di satu segi memang disesali oleh sebagian berkebangsaan Indonesia, tapi disisi lain membikin supaya bersih nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie lebih aktif menjatuhkan Habibie. Upaya ini akibatnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, dia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi sesudah laporan pertanggungjawabannya tidak diterima oleh MPR.

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu jumlah yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.[4]

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan acara reformasi memang tidak dapat ditinggalkan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang dapat diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membikin orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan mengasumsikan Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu bisa dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di aspek konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie sudah menerapkan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga dilaksanakan dalam kebijakan ekonomi yang diikuti penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola keaktifan kabinet sehari-haripun, Habibie menerapkan perubahan luhur. Dia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.[5] Untuk mengatasi masalah ekonomi, misalnya, dia mengangkat pengusaha dibentuk menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada penduduk internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.

Masa Pascakepresidenan

Sesudah dia turun dari letaknya sebagai presiden, dia lebih jumlah tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, dia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal anggota demokratisasi di Indonesia lewat organisasi bangunannya Habibie Center.

Publikasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Habibie ketika disumpah dibentuk menjadi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Karya Habibie

  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Memilih - Perlintasan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)

Mengenai Habibie

  • Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
  • Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
  • Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, ISBN 978-979-3371-83-2, 2008

Lihat juga

  • Daftar Presiden Indonesia
  • Daftar Wakil Presiden Indonesia

Pustaka

  1. ^ Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, 2008
  2. ^ http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/index.asp?presiden=habibie
  3. ^ http://regional.kompas.com/read/2011/07/19/17264542/Ruth.Sahanaya.Pernah.di.SMAK.Dago
  4. ^ Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden
  5. ^ Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan daya pasar", dalam Badaruddin et.al. Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi, Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha

Pranala luar

  • Habibie Center - situs resmi
  • Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Biografi dan seputar B.J. Habibie
  • Bio Presiden BJ Habibie di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis B.J. Habibie
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis mengenai B.J. Habibie

edunitas.com


Page 7

Bacharuddin Jusuf Habibie (kelahiran di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Dia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari letak presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Letaknya ditukarkan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie adalah Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa letak terpendek.

Keluarga dan pendidikan

Habibie adalah anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie kelahiran pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo kelahiran di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo menjalankan tugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.[1]

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.[2]

Sebelumnya dia pernah berilmu di SMAK Dago.[3] Dia berupaya dapat teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden aspek teknologi. Pada tahun 1973, dia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.

Dia kesudahan menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

Dia diangkatkan diwujudkan menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa letaknya sebagai menteri.

Masa Kepresidenan

Habibie mewarisi keadaan serampangan balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir semua kawasan Indonesia. Segera sesudah mendapatkan kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga memerdekakan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan cara organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat dia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi kawasan. Melalui penerapan UU otonomi kawasan inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akibatnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa acinya UU otonomi kawasan dapat dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi penduduk Indonesia. Pihak yang pro mengasumsikan pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu berdasarkan dengan ketetapan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, tamat, atau tidak bisa menerapkan kewajibannya dalam masa letaknya, dia diwakili oleh Wakil Presiden sampai tamat waktunya". Sedangkan pihak yang kontra mengasumsikan bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketetapan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku letak maka presiden wajib mengucapkan sumpah atau kontrak di hadapan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di aspek politik adalah:

  • Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga jumlah muncul berulang-ulang partai-partai politik baru yaitu sebanyak 48 partai politik
  • Memerdekakan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
  • Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
  • Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
  1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
  2. UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
  3. UU No. 4 tahun 1999 tentang Yang dibangun Letak DPR/MPR
  • Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan aci 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
  1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum
  2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
  3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden memperoleh mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
  4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa letak Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Ketetapan MPR selang lain :

  1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
  2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas sama sekali korupsi, kolusi, dan nepotisme
  3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa letak presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
  4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi kawasan
  5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
  6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
  7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan atur tertib MPR
  8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
  9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
  10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
  11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus untuk Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
  12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di aspek ekonomi, dia berhasil memotong nilai ganti rupiah terhadap dollar masih berkisar selang Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada kesudahan pemerintahannya, terutama sesudah pertanggungjawabannya tidak diterima MPR, nilai ganti rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, dia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia supaya lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Menerapkan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
  • Melikuidasi sebagian bank yang bermasalah
  • Menaikkan nilai ganti rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
  • Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
  • Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
  • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
  • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah sesudah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), dia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik waktu itu, yaitu menyelenggarakan jajak gagasan bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap diwujudkan menjadi anggota dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan diwujudkan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Bebasnya Timor Timur di satu segi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membuat supaya bersih nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie lebih aktif menjatuhkan Habibie. Upaya ini akibatnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, dia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi sesudah laporan pertanggungjawabannya tidak diterima oleh MPR.

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu jumlah yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.[4]

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan kegiatan yang dipekerjakan reformasi memang tidak dapat ditinggalkan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang dapat diukur. Maka tidak ajab tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan mengasumsikan Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu bisa dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di aspek konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie sudah menerapkan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga dilaksanakan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola cara kabinet sehari-haripun, Habibie menerapkan perubahan luhur. Dia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.[5] Untuk mengatasi masalah ekonomi, misalnya, dia mengangkat pengusaha diwujudkan menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada penduduk internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.

Masa Pascakepresidenan

Sesudah dia turun dari letaknya sebagai presiden, dia lebih jumlah tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, dia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal anggota demokratisasi di Indonesia lewat organisasi bangunannya Habibie Center.

Publikasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Habibie ketika disumpah diwujudkan menjadi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Karya Habibie

  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Memilih - Perlintasan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)

Mengenai Habibie

  • Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
  • Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
  • Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, ISBN 978-979-3371-83-2, 2008

Lihat pula

  • Daftar Presiden Indonesia
  • Daftar Wakil Presiden Indonesia

Pustaka

  1. ^ Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, 2008
  2. ^ http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/index.asp?presiden=habibie
  3. ^ http://regional.kompas.com/read/2011/07/19/17264542/Ruth.Sahanaya.Pernah.di.SMAK.Dago
  4. ^ Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden
  5. ^ Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan daya pasar", dalam Badaruddin et.al. Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi, Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha

Pranala luar

  • Habibie Center - situs resmi
  • Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Biografi dan seputar B.J. Habibie
  • Bio Presiden BJ Habibie di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis B.J. Habibie
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis mengenai B.J. Habibie

edunitas.com


Page 8

Bacharuddin Jusuf Habibie (kelahiran di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Dia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari letak presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Letaknya ditukarkan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie adalah Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa letak terpendek.

Keluarga dan pendidikan

Habibie adalah anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie kelahiran pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo kelahiran di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo menjalankan tugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.[1]

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.[2]

Sebelumnya dia pernah berilmu di SMAK Dago.[3] Dia berupaya dapat teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden aspek teknologi. Pada tahun 1973, dia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.

Dia kesudahan menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

Dia diangkatkan diwujudkan menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa letaknya sebagai menteri.

Masa Kepresidenan

Habibie mewarisi keadaan serampangan balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir semua kawasan Indonesia. Segera sesudah mendapatkan kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga memerdekakan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan cara organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat dia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi kawasan. Melalui penerapan UU otonomi kawasan inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akibatnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa acinya UU otonomi kawasan dapat dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi penduduk Indonesia. Pihak yang pro mengasumsikan pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu berdasarkan dengan ketetapan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, tamat, atau tidak bisa menerapkan kewajibannya dalam masa letaknya, dia diwakili oleh Wakil Presiden sampai tamat waktunya". Sedangkan pihak yang kontra mengasumsikan bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketetapan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku letak maka presiden wajib mengucapkan sumpah atau kontrak di hadapan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di aspek politik adalah:

  • Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga jumlah muncul berulang-ulang partai-partai politik baru yaitu sebanyak 48 partai politik
  • Memerdekakan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
  • Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
  • Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
  1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
  2. UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
  3. UU No. 4 tahun 1999 tentang Yang dibangun Letak DPR/MPR
  • Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan aci 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
  1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum
  2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
  3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden memperoleh mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
  4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa letak Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Ketetapan MPR selang lain :

  1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
  2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas sama sekali korupsi, kolusi, dan nepotisme
  3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa letak presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
  4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi kawasan
  5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
  6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
  7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan atur tertib MPR
  8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
  9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
  10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
  11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus untuk Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
  12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di aspek ekonomi, dia berhasil memotong nilai ganti rupiah terhadap dollar masih berkisar selang Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada kesudahan pemerintahannya, terutama sesudah pertanggungjawabannya tidak diterima MPR, nilai ganti rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, dia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia supaya lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Menerapkan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
  • Melikuidasi sebagian bank yang bermasalah
  • Menaikkan nilai ganti rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
  • Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
  • Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
  • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
  • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah sesudah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), dia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik waktu itu, yaitu menyelenggarakan jajak gagasan bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap diwujudkan menjadi anggota dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan diwujudkan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Bebasnya Timor Timur di satu segi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membuat supaya bersih nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie lebih aktif menjatuhkan Habibie. Upaya ini akibatnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, dia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi sesudah laporan pertanggungjawabannya tidak diterima oleh MPR.

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu jumlah yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.[4]

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan kegiatan yang dipekerjakan reformasi memang tidak dapat ditinggalkan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang dapat diukur. Maka tidak ajab tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan mengasumsikan Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu bisa dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di aspek konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie sudah menerapkan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga dilaksanakan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola cara kabinet sehari-haripun, Habibie menerapkan perubahan luhur. Dia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.[5] Untuk mengatasi masalah ekonomi, misalnya, dia mengangkat pengusaha diwujudkan menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada penduduk internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.

Masa Pascakepresidenan

Sesudah dia turun dari letaknya sebagai presiden, dia lebih jumlah tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, dia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal anggota demokratisasi di Indonesia lewat organisasi bangunannya Habibie Center.

Publikasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Habibie ketika disumpah diwujudkan menjadi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Karya Habibie

  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Memilih - Perlintasan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)

Mengenai Habibie

  • Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
  • Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
  • Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, ISBN 978-979-3371-83-2, 2008

Lihat pula

  • Daftar Presiden Indonesia
  • Daftar Wakil Presiden Indonesia

Pustaka

  1. ^ Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, 2008
  2. ^ http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/index.asp?presiden=habibie
  3. ^ http://regional.kompas.com/read/2011/07/19/17264542/Ruth.Sahanaya.Pernah.di.SMAK.Dago
  4. ^ Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden
  5. ^ Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan daya pasar", dalam Badaruddin et.al. Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi, Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha

Pranala luar

  • Habibie Center - situs resmi
  • Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Biografi dan seputar B.J. Habibie
  • Bio Presiden BJ Habibie di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis B.J. Habibie
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis mengenai B.J. Habibie

edunitas.com


Page 9

Bacharuddin Jusuf Habibie (kelahiran di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Dia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari letak presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Letaknya ditukarkan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie adalah Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa letak terpendek.

Keluarga dan pendidikan

Habibie adalah anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie kelahiran pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo kelahiran di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo menjalankan tugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.[1]

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.[2]

Sebelumnya dia pernah berilmu di SMAK Dago.[3] Dia berupaya dapat teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah memainkan pekerjaan di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, suatu perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden aspek teknologi. Pada tahun 1973, dia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.

Dia kesudahan menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

Dia diangkatkan dibentuk menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa letaknya sebagai menteri.

Masa Kepresidenan

Habibie mewarisi keadaan serampangan balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir semua kawasan Indonesia. Segera sesudah mendapatkan kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk suatu kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga memerdekakan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan keaktifan organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat dia berhasil memberikan landasan kokoh untuk Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi kawasan. Melalui penerapan UU otonomi kawasan inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akibatnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa benarnya UU otonomi kawasan dapat dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berjenis-jenis kontroversi untuk penduduk Indonesia. Pihak yang pro mengasumsikan pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu berdasarkan dengan ketetapan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, tamat, atau tidak bisa menerapkan kewajibannya dalam masa letaknya, dia diwakili oleh Wakil Presiden sampai tamat waktunya". Sedangkan pihak yang kontra mengasumsikan bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketetapan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku letak maka presiden wajib mengucapkan sumpah atau kontrak di depan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di aspek politik adalah:

  • Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga jumlah muncul berulang-ulang partai-partai politik baru yaitu sebanyak 48 partai politik
  • Memerdekakan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
  • Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
  • Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
  1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
  2. UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
  3. UU No. 4 tahun 1999 tentang Yang dibangun Letak DPR/MPR
  • Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan benar 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
  1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum
  2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
  3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden memperoleh mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
  4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa letak Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Ketetapan MPR selang lain :

  1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
  2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas sama sekali korupsi, kolusi, dan nepotisme
  3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa letak presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
  4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi kawasan
  5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
  6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
  7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan atur tertib MPR
  8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
  9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
  10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
  11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus untuk Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
  12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di aspek ekonomi, dia berhasil memotong nilai ganti rupiah terhadap dollar masih berkisar selang Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada kesudahan pemerintahannya, terutama sesudah pertanggungjawabannya tidak diterima MPR, nilai ganti rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, dia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia supaya lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Menerapkan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
  • Melikuidasi sebagian bank yang bermasalah
  • Menaikkan nilai ganti rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
  • Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
  • Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
  • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
  • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah sesudah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan disediakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), dia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik waktu itu, yaitu menyelenggarakan jajak gagasan untuk warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap dibentuk menjadi anggota dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dibentuk menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Bebasnya Timor Timur di satu segi memang disesali oleh sebagian berkebangsaan Indonesia, tapi disisi lain membikin supaya bersih nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie lebih aktif menjatuhkan Habibie. Upaya ini akibatnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, dia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi sesudah laporan pertanggungjawabannya tidak diterima oleh MPR.

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu jumlah yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.[4]

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan acara reformasi memang tidak dapat ditinggalkan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang dapat diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membikin orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan mengasumsikan Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu bisa dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di aspek konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie sudah menerapkan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga dilaksanakan dalam kebijakan ekonomi yang diikuti penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola keaktifan kabinet sehari-haripun, Habibie menerapkan perubahan luhur. Dia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.[5] Untuk mengatasi masalah ekonomi, misalnya, dia mengangkat pengusaha dibentuk menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada penduduk internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.

Masa Pascakepresidenan

Sesudah dia turun dari letaknya sebagai presiden, dia lebih jumlah tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, dia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal anggota demokratisasi di Indonesia lewat organisasi bangunannya Habibie Center.

Publikasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Habibie ketika disumpah dibentuk menjadi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Karya Habibie

  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Memilih - Perlintasan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)

Mengenai Habibie

  • Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
  • Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
  • Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, ISBN 978-979-3371-83-2, 2008

Lihat juga

  • Daftar Presiden Indonesia
  • Daftar Wakil Presiden Indonesia

Pustaka

  1. ^ Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, 2008
  2. ^ http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/index.asp?presiden=habibie
  3. ^ http://regional.kompas.com/read/2011/07/19/17264542/Ruth.Sahanaya.Pernah.di.SMAK.Dago
  4. ^ Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden
  5. ^ Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan daya pasar", dalam Badaruddin et.al. Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi, Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha

Pranala luar

  • Habibie Center - situs resmi
  • Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Biografi dan seputar B.J. Habibie
  • Bio Presiden BJ Habibie di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis B.J. Habibie
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis mengenai B.J. Habibie

edunitas.com


Page 10

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih telah tersedia. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan benar kulit bermosaik yang mirip baju baja. Badak ini benar panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski dinamakan "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini sekarang statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di lingkungan kehidupan tidak terikat, dan tidak telah tersedia di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di lingkungan kehidupan tidak terikat lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tidak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan sebagai diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Tempat yang tersisa hanya berada di dua kawasan yang diamankan, tapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan sebagai mengembangkan kedua bagi badak jawa karena bila terjadi agresi penyakit atau bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng sebagai ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan kawasan daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali sebagai masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kumpulan kadang-kadang dapat berkumpul di tidak jauh kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak benar hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung lingkungan kehidupan jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan hal telah tersedia bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran sebagai mengukur kesehatan dan kelakuan mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik lingkungan kehidupan dari luar kawasan tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik lingkungan kehidupan Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awal mulanya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, kawasan yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga dinamakan badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang masih telah tersedia, sementara satu subspesies telah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Sekarang populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tapi hal ini tidak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, anggota dari tempat hidup spesies ini. Sekarang populasinya dianggarkan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi bekas bahwa dua subspesies yang masih telah tersedia benar leluhur yang sama sela 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tapi diasumsikan punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak telah tersedia cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak benar cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tapi keselamatannya diasumsikan tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan bekas bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang masih telah tersedia, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen belakang di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan bekas bahwa spesies telah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tidak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian berbeda telah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang telah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan benar agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan benar berat sela 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian sebagai mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tidak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tidak terdapat perbedaan agung sela jenis kelamin, tapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin agung. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti melalui foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa benar satu cula (spesies lain benar dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya sebagai bertarung, tapi menggunakannya sebagai memindahkan lumpur di kubangan, sebagai menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal. Badak Jawa benar bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di balik gigi seri, enam gigi geraham panjang dipakai sebagai mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa benar penciuman dan pendengaran yang berpegang pada kebenaran tapi benar pandangan mata yang buruk. Mereka dianggarkan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya benar pola mosaik alami yang menyebabkan badak benar perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tapi tetap membentuk bangun-bangun pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melalui sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa masih telah tersedia di lingkungan kehidupan tidak terikat. Mereka diasumsikan sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tidak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung lingkungan kehidupan menganggap mereka benar risiko yang semakin agung. Badak Jawa dikenal masih hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi sela badak Sumatra dan India di tempat tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau kawasan basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai kawasan rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Tempat hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini lebih lapang ke Tongkok, tapi mulai melakukan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di kawasan itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada belakang perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tapi survey pada kawasan tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin telah tersedia di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang masih hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kumpulan kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak sebagai menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya sebagai memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi sebagai badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang dianggarkan 3–14 km². Wilayah jantan semakin agung daripada wilayah wanita. Tidak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diproduksi oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipakai sebagai komunikasi. Anggota spesies badak lainnya benar kebiasaan khas membuang air agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki baliknya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air agung di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, aktivitas ini mungkin tidak berfaedah sebagai menyebar bau.[25]

Badak jawa benar semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tidak benar musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit sebagai meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkumpul menjadi kelompokan.[9]

Makanan

Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan berbagai jenis spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di kawasan yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda sebagai sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak dianggarkan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam sebagai makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak telah tersedia di Ujung Kulon, tapi badak Jawa terlihat minum air laut sebagai nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tidak telah tersedia kebun binatang yang benar spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan sebagai hamil dianggarkan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval lahir spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya benar sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan sebagai culanya, masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang dipakai sebagai obat sebagai pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya dipakai sebagai membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat dipakai sebagai penangkal racun sebagai bisa ular.[26] Karena tempat hidup badak mencakupi banyak kawasan kemiskinan, sulit sebagai warga tidak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa diasumsikan ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak telah menentukan bahwa badak Asia benar harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat yang belakang sekali suatu peristiwa pertanian juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan sebagai cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua tempat kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Mahir genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tapi manusia tidak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat sebuah tempat berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyalakan bahwa badak merupakan spesies yang diamankan, dan masih tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang telah tersedia. Pada tahun 1980, populasi badak lebih, dan tetap telah tersedia pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak benar musuh alami, mereka mesti bersaingan sebagai memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat menyebabkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, dianggarkan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak benar ukuran 15/16 cm di sekitar kawasan arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira karena membuktikan hal telah tersedia lahir badak baru di Ujung Kulon.[30]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa diasumsikan punah. Taktik dipakai pada pertempuran menyebabkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Wakil pengusaha yang merundingkan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri kawasan dengan senjata. Setelah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya menggunakan aktivitas seperti lubang perangkap, sekarang benar senjata mematikan yang menyebabkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan sebagai mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang merupakan milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, kawasan tempat mereka tinggal menjadi anggota Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tidak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa telah didokumentasikan telah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan berpegang pada kebenaran di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak Jawa terakhir yang telah tersedia di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, tempat spesies tersebut sedikit dikenal karena telah ditunjukan sebagai badak India.[18] Yang belakang sekali suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an sebagai mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha sebagai melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup berkumpul di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh agresi penyakit, bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber yang belakang sekali suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga merupakan habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, berpegang pada kebenaran, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi kemungkinan di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Tautan luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan sebagai konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 11

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang telah tersedia. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan benar kulit bermosaik yang mirip baju baja. Badak ini benar panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang sangat banyak menyebar. Meski dinamakan "badak jawa", binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini sekarang statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di lingkungan kehidupan tidak terikat, dan tak telah tersedia di kebun binatang. Badak ini probabilitas adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di lingkungan kehidupan tidak terikat lainnya telah tersedia di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tak lebih dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan sebagai diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga diakibatkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Tempat yang tersisa hanya telah tersedia di dua kawasan yang diamankan, tapi badak jawa sedang telah tersedia pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan sebagai mengembangkan kedua untuk badak jawa karena bila terjadi agresi penyakit atau bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng sebagai ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan kawasan daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali sebagai masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu himpunan kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu golongan di tidak jauh kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tak benar binatang pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung lingkungan kehidupan jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan hal telah tersedia bahaya mengganggu suatu spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran sebagai mengukur kesehatan dan kelakuan mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik lingkungan kehidupan dari luar kawasan tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik lingkungan kehidupan Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awal mulanya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, kawasan yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga dinamakan badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang telah tersedia, sementara satu subspesies sudah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Sekarang populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang beda, R.s. floweri, tapi hal ini tak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, anggota dari tempat hidup spesies ini. Sekarang populasinya dianggarkan lebih sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi bekas bahwa dua subspesies yang sedang telah tersedia benar leluhur yang sama sela 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tapi diasumsikan punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak telah tersedia cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tak benar cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tapi keselamatannya diasumsikan tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan bekas bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang telah tersedia, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen belakang di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan bekas bahwa spesies sudah terbagi lebih awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian beda sudah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang sudah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang sudah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra lebih bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa lebih kecil daripada sepupunya, badak india, dan benar agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat lebih dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan benar berat sela 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian sebagai mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tak terdapat perbedaan agung sela jenis kelamin, tapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat lebih agung. Badak di Vietnam lebih kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti melewati foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa benar satu cula (spesies lain benar dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari seluruh badak, biasanya lebih sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya sebagai bertarung, tapi menggunakannya sebagai memindahkan lumpur di kubangan, sebagai menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melewati vegetasi tebal. Badak Jawa benar bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di balik gigi seri, enam gigi geraham panjang dipakai sebagai mengunyah tanaman kasar. Seperti seluruh badak, badak jawa benar penciuman dan pendengaran yang berpegang pada kebenaran tapi benar pandangan mata yang buruk. Mereka dianggarkan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya benar pola mosaik alami yang mengakibatkan badak benar perisai. Pembungkus leher badak Jawa lebih kecil daripada badak india, tapi tetap membentuk bangun-bangun pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melewati sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang sangat optimistis memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 100 badak Jawa sedang telah tersedia di lingkungan kehidupan tidak terikat. Mereka diasumsikan sebagai mamalia yang sangat terancam; walaupun sedang terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung lingkungan kehidupan menganggap mereka benar risiko yang lebih agung. Badak Jawa dikenal sedang hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi sela badak Sumatra dan India di tempat tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau kawasan basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai kawasan rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang lebih tinggi (diatas 2.000 m), yang diakibatkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Tempat hidup badak jawa sudah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini bertambah lapang ke Tongkok, tapi mulai melakukan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di kawasan itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada belakang perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tapi survey pada kawasan tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin telah tersedia di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin adalah badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam himpunan kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum seluruh badak sebagai menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya sebagai memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi sebagai badak diterima dari garam. Wilayahi jantan lebih agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang dianggarkan 3–14 km². Wilayah jantan lebih agung daripada wilayah wanita. Tak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipakai sebagai komunikasi. Anggota spesies badak lainnya benar kebiasaan khas membuang air agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki baliknya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air agung di tumpukan, tak melaksanakan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, aktivitas ini mungkin tak berguna sebagai menyebar bau.[25]

Badak jawa benar lebih sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tak benar musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit sebagai meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin adalah adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah lebih berkelompok.[9]

Makanan

Badak jawa adalah binatang herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di kawasan yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda sebagai sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang sangat dapat beradaptasi dari seluruh spesies badak. Badak dianggarkan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam sebagai makanannya. Tempat mencari mineral umum tak telah tersedia di Ujung Kulon, tapi badak Jawa terlihat minum air laut sebagai nutrisi sama yang diperlukan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tak telah tersedia kebun binatang yang benar spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas sebagai hamil dianggarkan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya benar sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan sebagai culanya, masalah yang juga menyerang seluruh spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang dipakai sebagai obat sebagai pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya dipakai sebagai membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat dipakai sebagai penangkal racun sebagai bisa ular.[26] Karena tempat hidup badak mencakupi banyak kawasan kemiskinan, sulit sebagai warga tak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: seluruh perdagangan internasional produk badak Jawa diasumsikan ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak sudah menentukan bahwa badak Asia benar harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat yang belakang sekali suatu peristiwa pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat sudah menghalangi pemulihan populasi badak yang adalah korban perburuan sebagai cula. Bahkan dengan seluruh usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua tempat kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Mahir genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu sesudah letusan, tapi manusia tak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat suatu tempat berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa telah tersedia di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak adalah spesies yang diamankan, dan sedang tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang telah tersedia. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap telah tersedia pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tak benar musuh alami, mereka mesti bersaing sebagai memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap telah tersedia dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan sangat sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, dianggarkan berumur sekitar 4 – 6 bulan, sukses diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak benar ukuran 15/16 cm di sekitar kawasan arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini adalah kabar gembira karena membuktikan hal telah tersedia kelahiran badak baru di Ujung Kulon.[30]

Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon
TahunMinimumMaksimumRata-rata
1967212824.5
1968202924.5
1971334237.5
1982535956
1993355847
Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.[31]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, sesudah perang Vietnam, badak Jawa diasumsikan punah. Taktik dipakai pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Wakil pengusaha yang merundingkan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri kawasan dengan senjata. Sesudah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya menggunakan aktivitas seperti lubang perangkap, sekarang benar senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini sukses selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan sebagai mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang adalah milik sangat sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, kawasan tempat mereka tinggal menjadi anggota Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa sangat sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, sangat sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Sangat sedikit 22 badak Jawa sudah didokumentasikan sudah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya lebih agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tak pernah ditangani dengan berpegang pada kebenaran di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak Jawa terakhir yang telah tersedia di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, tempat spesies tersebut sedikit dikenal karena sudah ditunjukan sebagai badak India.[18] Yang belakang sekali suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an sebagai mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha sebagai melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu golongan di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh agresi penyakit, bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber yang belakang sekali suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga adalah habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, berpegang pada kebenaran, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Sukses Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Tautan luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan sebagai konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 12

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang telah tersedia. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan benar kulit bermosaik yang mirip baju baja. Badak ini benar panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang sangat banyak menyebar. Meski dinamakan "badak jawa", binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini sekarang statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di lingkungan kehidupan tidak terikat, dan tak telah tersedia di kebun binatang. Badak ini probabilitas adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di lingkungan kehidupan tidak terikat lainnya telah tersedia di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tak lebih dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan sebagai diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga diakibatkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Tempat yang tersisa hanya telah tersedia di dua kawasan yang diamankan, tapi badak jawa sedang telah tersedia pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan sebagai mengembangkan kedua untuk badak jawa karena bila terjadi agresi penyakit atau bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng sebagai ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan kawasan daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali sebagai masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu himpunan kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu golongan di tidak jauh kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tak benar binatang pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung lingkungan kehidupan jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan hal telah tersedia bahaya mengganggu suatu spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran sebagai mengukur kesehatan dan kelakuan mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik lingkungan kehidupan dari luar kawasan tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik lingkungan kehidupan Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awal mulanya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, kawasan yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga dinamakan badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang telah tersedia, sementara satu subspesies sudah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Sekarang populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang beda, R.s. floweri, tapi hal ini tak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, anggota dari tempat hidup spesies ini. Sekarang populasinya dianggarkan lebih sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi bekas bahwa dua subspesies yang sedang telah tersedia benar leluhur yang sama sela 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tapi diasumsikan punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak telah tersedia cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tak benar cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tapi keselamatannya diasumsikan tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan bekas bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang telah tersedia, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen belakang di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan bekas bahwa spesies sudah terbagi lebih awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian beda sudah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang sudah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang sudah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra lebih bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa lebih kecil daripada sepupunya, badak india, dan benar agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat lebih dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan benar berat sela 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian sebagai mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tak terdapat perbedaan agung sela jenis kelamin, tapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat lebih agung. Badak di Vietnam lebih kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti melewati foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa benar satu cula (spesies lain benar dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari seluruh badak, biasanya lebih sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya sebagai bertarung, tapi menggunakannya sebagai memindahkan lumpur di kubangan, sebagai menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melewati vegetasi tebal. Badak Jawa benar bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di balik gigi seri, enam gigi geraham panjang dipakai sebagai mengunyah tanaman kasar. Seperti seluruh badak, badak jawa benar penciuman dan pendengaran yang berpegang pada kebenaran tapi benar pandangan mata yang buruk. Mereka dianggarkan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya benar pola mosaik alami yang mengakibatkan badak benar perisai. Pembungkus leher badak Jawa lebih kecil daripada badak india, tapi tetap membentuk bangun-bangun pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melewati sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang sangat optimistis memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 100 badak Jawa sedang telah tersedia di lingkungan kehidupan tidak terikat. Mereka diasumsikan sebagai mamalia yang sangat terancam; walaupun sedang terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung lingkungan kehidupan menganggap mereka benar risiko yang lebih agung. Badak Jawa dikenal sedang hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi sela badak Sumatra dan India di tempat tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau kawasan basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai kawasan rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang lebih tinggi (diatas 2.000 m), yang diakibatkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Tempat hidup badak jawa sudah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini bertambah lapang ke Tongkok, tapi mulai melakukan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di kawasan itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada belakang perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tapi survey pada kawasan tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin telah tersedia di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin adalah badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam himpunan kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum seluruh badak sebagai menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya sebagai memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi sebagai badak diterima dari garam. Wilayahi jantan lebih agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang dianggarkan 3–14 km². Wilayah jantan lebih agung daripada wilayah wanita. Tak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipakai sebagai komunikasi. Anggota spesies badak lainnya benar kebiasaan khas membuang air agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki baliknya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air agung di tumpukan, tak melaksanakan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, aktivitas ini mungkin tak berguna sebagai menyebar bau.[25]

Badak jawa benar lebih sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tak benar musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit sebagai meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin adalah adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah lebih berkelompok.[9]

Makanan

Badak jawa adalah binatang herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di kawasan yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda sebagai sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang sangat dapat beradaptasi dari seluruh spesies badak. Badak dianggarkan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam sebagai makanannya. Tempat mencari mineral umum tak telah tersedia di Ujung Kulon, tapi badak Jawa terlihat minum air laut sebagai nutrisi sama yang diperlukan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tak telah tersedia kebun binatang yang benar spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas sebagai hamil dianggarkan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya benar sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan sebagai culanya, masalah yang juga menyerang seluruh spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang dipakai sebagai obat sebagai pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya dipakai sebagai membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat dipakai sebagai penangkal racun sebagai bisa ular.[26] Karena tempat hidup badak mencakupi banyak kawasan kemiskinan, sulit sebagai warga tak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: seluruh perdagangan internasional produk badak Jawa diasumsikan ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak sudah menentukan bahwa badak Asia benar harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat yang belakang sekali suatu peristiwa pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat sudah menghalangi pemulihan populasi badak yang adalah korban perburuan sebagai cula. Bahkan dengan seluruh usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua tempat kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Mahir genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu sesudah letusan, tapi manusia tak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat suatu tempat berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa telah tersedia di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak adalah spesies yang diamankan, dan sedang tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang telah tersedia. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap telah tersedia pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tak benar musuh alami, mereka mesti bersaing sebagai memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap telah tersedia dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan sangat sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, dianggarkan berumur sekitar 4 – 6 bulan, sukses diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak benar ukuran 15/16 cm di sekitar kawasan arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini adalah kabar gembira karena membuktikan hal telah tersedia kelahiran badak baru di Ujung Kulon.[30]

Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon
TahunMinimumMaksimumRata-rata
1967212824.5
1968202924.5
1971334237.5
1982535956
1993355847
Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.[31]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, sesudah perang Vietnam, badak Jawa diasumsikan punah. Taktik dipakai pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Wakil pengusaha yang merundingkan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri kawasan dengan senjata. Sesudah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya menggunakan aktivitas seperti lubang perangkap, sekarang benar senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini sukses selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan sebagai mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang adalah milik sangat sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, kawasan tempat mereka tinggal menjadi anggota Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa sangat sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, sangat sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Sangat sedikit 22 badak Jawa sudah didokumentasikan sudah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya lebih agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tak pernah ditangani dengan berpegang pada kebenaran di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak Jawa terakhir yang telah tersedia di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, tempat spesies tersebut sedikit dikenal karena sudah ditunjukan sebagai badak India.[18] Yang belakang sekali suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an sebagai mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha sebagai melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu golongan di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh agresi penyakit, bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber yang belakang sekali suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga adalah habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, berpegang pada kebenaran, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Sukses Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Tautan luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan sebagai konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 13

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih telah tersedia. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan benar kulit bermosaik yang mirip baju baja. Badak ini benar panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski dinamakan "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini sekarang statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di lingkungan kehidupan tidak terikat, dan tidak telah tersedia di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di lingkungan kehidupan tidak terikat lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tidak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan sebagai diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Tempat yang tersisa hanya berada di dua kawasan yang diamankan, tapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan sebagai mengembangkan kedua bagi badak jawa karena bila terjadi agresi penyakit atau bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng sebagai ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan kawasan daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali sebagai masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kumpulan kadang-kadang dapat berkumpul di tidak jauh kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak benar hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung lingkungan kehidupan jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan hal telah tersedia bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran sebagai mengukur kesehatan dan kelakuan mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik lingkungan kehidupan dari luar kawasan tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik lingkungan kehidupan Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awal mulanya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, kawasan yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga dinamakan badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang masih telah tersedia, sementara satu subspesies telah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Sekarang populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tapi hal ini tidak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, anggota dari tempat hidup spesies ini. Sekarang populasinya dianggarkan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi bekas bahwa dua subspesies yang masih telah tersedia benar leluhur yang sama sela 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tapi diasumsikan punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak telah tersedia cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak benar cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tapi keselamatannya diasumsikan tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua anggota tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan bekas bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang masih telah tersedia, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen belakang di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya anggota genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan bekas bahwa spesies telah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tidak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian berbeda telah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang telah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan benar agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan benar berat sela 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian sebagai mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tidak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tidak terdapat perbedaan agung sela jenis kelamin, tapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin agung. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti melalui foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa benar satu cula (spesies lain benar dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya sebagai bertarung, tapi menggunakannya sebagai memindahkan lumpur di kubangan, sebagai menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal. Badak Jawa benar bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di balik gigi seri, enam gigi geraham panjang dipakai sebagai mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa benar penciuman dan pendengaran yang berpegang pada kebenaran tapi benar pandangan mata yang buruk. Mereka dianggarkan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya benar pola mosaik alami yang menyebabkan badak benar perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tapi tetap membentuk bangun-bangun pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari melalui sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa masih telah tersedia di lingkungan kehidupan tidak terikat. Mereka diasumsikan sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tidak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung lingkungan kehidupan menganggap mereka benar risiko yang semakin agung. Badak Jawa dikenal masih hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi sela badak Sumatra dan India di tempat tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau kawasan basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai kawasan rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Tempat hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini lebih lapang ke Tongkok, tapi mulai melakukan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di kawasan itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada belakang perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tapi survey pada kawasan tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin telah tersedia di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang masih hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kumpulan kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak sebagai menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya sebagai memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi sebagai badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang dianggarkan 3–14 km². Wilayah jantan semakin agung daripada wilayah wanita. Tidak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diproduksi oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipakai sebagai komunikasi. Anggota spesies badak lainnya benar kebiasaan khas membuang air agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki baliknya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air agung di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, aktivitas ini mungkin tidak berfaedah sebagai menyebar bau.[25]

Badak jawa benar semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tidak benar musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit sebagai meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkumpul menjadi kelompokan.[9]

Makanan

Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan berbagai jenis spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di kawasan yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda sebagai sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak dianggarkan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam sebagai makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak telah tersedia di Ujung Kulon, tapi badak Jawa terlihat minum air laut sebagai nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tidak telah tersedia kebun binatang yang benar spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan sebagai hamil dianggarkan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval lahir spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya benar sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan sebagai culanya, masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang dipakai sebagai obat sebagai pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya dipakai sebagai membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat dipakai sebagai penangkal racun sebagai bisa ular.[26] Karena tempat hidup badak mencakupi banyak kawasan kemiskinan, sulit sebagai warga tidak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa diasumsikan ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak telah menentukan bahwa badak Asia benar harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat yang belakang sekali suatu peristiwa pertanian juga menyebabkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan sebagai cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua tempat kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Mahir genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tapi manusia tidak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat sebuah tempat berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyalakan bahwa badak merupakan spesies yang diamankan, dan masih tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang telah tersedia. Pada tahun 1980, populasi badak lebih, dan tetap telah tersedia pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak benar musuh alami, mereka mesti bersaingan sebagai memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat menyebabkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, dianggarkan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak benar ukuran 15/16 cm di sekitar kawasan arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira karena membuktikan hal telah tersedia lahir badak baru di Ujung Kulon.[30]

Cat Tien

Sedikit anggota R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa diasumsikan punah. Taktik dipakai pada pertempuran menyebabkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Wakil pengusaha yang merundingkan Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri kawasan dengan senjata. Setelah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya menggunakan aktivitas seperti lubang perangkap, sekarang benar senjata mematikan yang menyebabkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan sebagai mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang merupakan milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, kawasan tempat mereka tinggal menjadi anggota Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tidak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa telah didokumentasikan telah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan berpegang pada kebenaran di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di lingkungan kehidupan tidak terikat. Badak Jawa terakhir yang telah tersedia di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, tempat spesies tersebut sedikit dikenal karena telah ditunjukan sebagai badak India.[18] Yang belakang sekali suatu peristiwa dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an sebagai mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha sebagai melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup berkumpul di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh agresi penyakit, bencana lingkungan kehidupan seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber yang belakang sekali suatu peristiwa invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, tidak terikat dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga merupakan habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, berpegang pada kebenaran, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi kemungkinan di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Tautan luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan sebagai konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 14

Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Dia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari kedudukan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Kedudukannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa kedudukan terpendek.

Keluarga dan pendidikan

Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.[1]

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.[2]

Sebelumnya dia pernah berilmu di SMAK Dago.[3] Dia berusaha dapat teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah memainkan pekerjaan di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden aspek teknologi. Pada tahun 1973, dia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.

Dia kesudahan menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 hingga Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

Dia diangkatkan diwujudkan menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa kedudukannya sebagai menteri.

Masa Kepresidenan

Habibie mewarisi keadaan serampangan balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh kawasan Indonesia. Segera setelah mendapatkan kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga memerdekakan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan keaktifan organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat dia berhasil memberikan landasan kokoh untuk Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi kawasan. Melewati penerapan UU otonomi kawasan inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akibatnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa acinya UU otonomi kawasan mampu dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi untuk penduduk Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan kepastian pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat menerapkan kewajibannya dalam masa kedudukannya, dia diganti oleh Wakil Presiden hingga berhenti waktunya". Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan kepastian pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku kedudukan maka presiden wajib mengucapkan sumpah atau kontrak di hadapan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di aspek politik adalah:

  • Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak muncul berulang-ulang partai-partai politik baru yaitu sebanyak 48 partai politik
  • Memerdekakan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Ajang tahun 1994)
  • Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
  • Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
  1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
  2. UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
  3. UU No. 4 tahun 1999 tentang Yang dibangun Kedudukan DPR/MPR
  • Menetapkan 12 Kepastian MPR dan aci 4 kepastian yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
  1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum
  2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
  3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
  4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa kedudukan Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Kepastian MPR selang lain :

  1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
  2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas sama sekali korupsi, kolusi, dan nepotisme
  3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa kedudukan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
  4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi kawasan
  5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
  6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
  7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan atur tertib MPR
  8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
  9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
  10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
  11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
  12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di aspek ekonomi, dia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar selang Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada kesudahan pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, dia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia supaya lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Menerapkan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melewati pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
  • Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
  • Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
  • Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
  • Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
  • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
  • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan disediakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), dia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik waktu itu, yaitu mengadakan jajak gagasan untuk warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap diwujudkan menjadi anggota dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan diwujudkan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Bebasnya Timor Timur di satu segi memang disesali oleh sebagian berkebangsaan Indonesia, tapi disisi lain membikin supaya bersih nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin aktif menjatuhkan Habibie. Upaya ini akibatnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, dia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.[4]

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan kegiatan yang dipekerjakan reformasi memang tidak mampu ditinggalkan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang mampu diukur. Maka tidak ajab tiap kebijakan yang diambil kadangkala membikin orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di aspek konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie sudah menerapkan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang diikuti penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola keaktifan kabinet sehari-haripun, Habibie menerapkan perubahan luhur. Dia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.[5] Untuk mengatasi masalah ekonomi, misalnya, dia mengangkat pengusaha diwujudkan menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada penduduk internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.

Masa Pascakepresidenan

Setelah dia turun dari kedudukannya sebagai presiden, dia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, dia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal anggota demokratisasi di Indonesia lewat organisasi bangunannya Habibie Center.

Publikasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Habibie ketika disumpah diwujudkan menjadi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Karya Habibie

  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Memilih - Perlintasan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)

Mengenai Habibie

  • Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
  • Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
  • Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, ISBN 978-979-3371-83-2, 2008

Lihat pula

  • Daftar Presiden Indonesia
  • Daftar Wakil Presiden Indonesia

Pustaka

  1. ^ Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, 2008
  2. ^ http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/index.asp?presiden=habibie
  3. ^ http://regional.kompas.com/read/2011/07/19/17264542/Ruth.Sahanaya.Pernah.di.SMAK.Dago
  4. ^ Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden
  5. ^ Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan daya pasar", dalam Badaruddin et.al. Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi, Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha

Pranala luar

  • Habibie Center - situs resmi
  • Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Biografi dan seputar B.J. Habibie
  • Bio Presiden BJ Habibie di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis B.J. Habibie
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis mengenai B.J. Habibie

edunitas.com


Page 15

Bacharuddin Jusuf Habibie (kelahiran di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Dia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari letak presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Letaknya ditukarkan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa letak terpendek.

Keluarga dan pendidikan

Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie kelahiran pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo kelahiran di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.[1]

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.[2]

Sebelumnya dia pernah berilmu di SMAK Dago.[3] Dia berupaya dapat teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Pekerjaan dan karier

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden aspek teknologi. Pada tahun 1973, dia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.

Dia kesudahan menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

Dia diangkatkan diwujudkan menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa letaknya sebagai menteri.

Masa Kepresidenan

Habibie mewarisi keadaan serampangan balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh kawasan Indonesia. Segera sesudah mendapatkan kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga memerdekakan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan cara organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat dia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi kawasan. Melalui penerapan UU otonomi kawasan inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akibatnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa acinya UU otonomi kawasan mampu dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi penduduk Indonesia. Pihak yang pro mengasumsikan pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketetapan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, tamat, atau tidak bisa menerapkan kewajibannya dalam masa letaknya, dia diwakili oleh Wakil Presiden sampai tamat waktunya". Sedangkan pihak yang kontra mengasumsikan bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketetapan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku letak maka presiden wajib mengucapkan sumpah atau kontrak di hadapan MPR atau DPR".

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di aspek politik adalah:

  • Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga jumlah muncul berulang-ulang partai-partai politik baru yaitu sebanyak 48 partai politik
  • Memerdekakan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
  • Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
  • Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
  1. UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
  2. UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
  3. UU No. 4 tahun 1999 tentang Yang dibangun Letak DPR/MPR
  • Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan aci 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
  1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum
  2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
  3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
  4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa letak Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Ketetapan MPR selang lain :

  1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
  2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas sama sekali korupsi, kolusi, dan nepotisme
  3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa letak presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
  4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi kawasan
  5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
  6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
  7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan atur tertib MPR
  8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
  9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
  10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
  11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus untuk Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
  12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di aspek ekonomi, dia berhasil memotong nilai ganti rupiah terhadap dollar masih berkisar selang Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada kesudahan pemerintahannya, terutama sesudah pertanggungjawabannya tidak diterima MPR, nilai ganti rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, dia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia supaya lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Menerapkan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
  • Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
  • Menaikkan nilai ganti rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
  • Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
  • Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
  • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
  • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah sesudah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), dia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik waktu itu, yaitu mengadakan jajak gagasan bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap diwujudkan menjadi anggota dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan diwujudkan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Bebasnya Timor Timur di satu segi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membuat supaya bersih nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin aktif menjatuhkan Habibie. Upaya ini akibatnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, dia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi sesudah laporan pertanggungjawabannya tidak diterima oleh MPR.

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu jumlah yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.[4]

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan kegiatan yang dipekerjakan reformasi memang tidak mampu ditinggalkan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang mampu diukur. Maka tidak ajab tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan mengasumsikan Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu bisa dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di aspek konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie sudah menerapkan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga dilaksanakan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola cara kabinet sehari-haripun, Habibie menerapkan perubahan luhur. Dia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.[5] Untuk mengatasi masalah ekonomi, misalnya, dia mengangkat pengusaha diwujudkan menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada penduduk internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.

Masa Pascakepresidenan

Sesudah dia turun dari letaknya sebagai presiden, dia lebih jumlah tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, dia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal anggota demokratisasi di Indonesia lewat organisasi bangunannya Habibie Center.

Publikasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Habibie ketika disumpah diwujudkan menjadi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Karya Habibie

  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Memilih - Perlintasan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)

Mengenai Habibie

  • Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
  • Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
  • Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, ISBN 978-979-3371-83-2, 2008

Lihat pula

  • Daftar Presiden Indonesia
  • Daftar Wakil Presiden Indonesia

Pustaka

  1. ^ Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Tuturan di Belakang Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, 2008
  2. ^ http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/index.asp?presiden=habibie
  3. ^ http://regional.kompas.com/read/2011/07/19/17264542/Ruth.Sahanaya.Pernah.di.SMAK.Dago
  4. ^ Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden
  5. ^ Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan daya pasar", dalam Badaruddin et.al. Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi, Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha

Pranala luar

  • Habibie Center - situs resmi
  • Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Biografi dan seputar B.J. Habibie
  • Bio Presiden BJ Habibie di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis B.J. Habibie
  • GVK - Common Union Catalogue - 2.1: Katalog karya tulis mengenai B.J. Habibie

edunitas.com


Page 16

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah bagian famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas, dan tak ada di kebun binatang. Badak ini probabilitas adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya berada di dua kawasan yang diamankan, tetapi badak jawa sedang berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua untuk badak jawa karena bila terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan kawasan daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kumpulan kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu golongan di tidak jauh kubangan dan lokasi mendapatkan mineral. Badak dewasa tak memiliki binatang pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik dunia dari luar kawasan tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awalnya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, kawasan yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga disebut badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang ada, sementara satu subspesies sudah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berlainan, R.s. floweri, tetapi hal ini tak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, babak dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi bekas bahwa dua subspesies yang sedang ada memiliki leluhur yang sama antara 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak ada cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tak memiliki cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua bagian tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan bekas bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang ada, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen akhir di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya bagian genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan bekas bahwa spesies sudah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian berlainan sudah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang sudah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang sudah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan memiliki agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan memiliki berat antara 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tak terdapat perbedaan agung antara jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin agung. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti menempuh foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa memiliki satu cula (spesies lain memiliki dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya untuk bertarung, tetapi memakainya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan buka jalan menempuh vegetasi tebal. Badak Jawa memiliki bibir panjang, atas dan tinggi yang membantunya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa memiliki penciuman dan pendengaran yang patut tetapi memiliki pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya memiliki pola mosaik alami yang mengakibatkan badak memiliki perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk wujud pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari menempuh sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang ada di dunia lepas. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun sedang terdapat badak Sumatra yang lokasi hidupnya tak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka memiliki risiko yang semakin agung. Badak Jawa dikenal sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi antara badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau kawasan basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai kawasan rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa sudah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah lapang ke Tongkok, tetapi mulai memainkan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di kawasan itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal masa seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada kawasan tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kumpulan kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya untuk memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin agung daripada wilayah wanita. Tak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diproduksi oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Bagian spesies badak lainnya memiliki kebiasaan khas membuang cairan agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan agung di tumpukan, tak melaksanakan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, cara ini mungkin tak berfaedah untuk menyebar bau.[25]

Badak jawa memiliki semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tak memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkumpul menjadi golongan.[9]

Makanan

Badak jawa adalah binatang herbivora dan makan berbagai macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di kawasan yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda untuk sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam untuk makanannya. Lokasi mencari mineral umum tak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum cairan laut untuk nutrisi sama yang diperlukan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tak ada kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval lahir spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya memiliki sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan untuk culanya, masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan untuk membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun untuk bisa ular.[26] Karena lokasi hidup badak mencakupi banyak kawasan kemiskinan, sulit untuk warga tak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak sudah menentukan bahwa badak Asia memiliki harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat dampak pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat sudah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan untuk cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Berbakat genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda mencetuskan bahwa badak merupakan spesies yang diamankan, dan sedang tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang ada. Pada tahun 1980, populasi badak semakin, dan tetap ada pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tak memiliki musuh alami, mereka harus bersaingan untuk memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, sukses diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak ada ukuran 15/16 cm di sekitar kawasan arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira karena membuktikan keadaan lahir badak baru di Ujung Kulon.[30]

Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon
TahunMinimumMaksimumRata-rata
1967212824.5
1968202924.5
1971334237.5
1982535956
1993355847
Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.[31]

Cat Tien

Sedikit bagian R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Agen Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri kawasan dengan senjata. Setelah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya memakai cara seperti lubang perangkap, kini memiliki senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini sukses selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan untuk mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang merupakan milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, kawasan lokasi mereka tinggal menjadi babak Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa sudah didokumentasikan sudah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tak pernah ditangani dengan patut di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas. Badak Jawa terakhir yang ada di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit dikenal karena sudah ditunjukan sebagai badak India.[18] Dampak dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an untuk mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha untuk melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu golongan di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber dampak invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga merupakan habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, patut, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Sukses Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Tautan luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan untuk konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 17

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah bagian famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan ada kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini ada panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski dinamakan "badak jawa", binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas, dan tak ada di kebun binatang. Badak ini probabilitas adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya berada di dua daerah yang diamankan, tetapi badak jawa sedang berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua untuk badak jawa karena bila terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kumpulan kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu golongan di tidak jauh kubangan dan lokasi mendapatkan mineral. Badak dewasa tak ada binatang pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik dunia dari luar daerah tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awalnya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan menyebut spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, daerah yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga dinamakan badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang ada, sementara satu subspesies sudah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tetapi hal ini tak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, babak dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang sedang ada ada leluhur yang sama antara 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak ada cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tak ada cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua bagian tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan kesan bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang ada, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen akhir di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya bagian genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan kesan bahwa spesies sudah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian berbeda sudah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang sudah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang sudah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan ada agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan ada berat antara 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tak terdapat perbedaan agung antara jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin agung. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti menempuh foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa ada satu cula (spesies lain ada dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari seluruh badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya untuk bertarung, tetapi memakainya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan buka jalan menempuh vegetasi tebal. Badak Jawa ada bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang dipergunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti seluruh badak, badak jawa ada penciuman dan pendengaran yang patut tetapi ada pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya ada pola mosaik alami yang mengakibatkan badak ada perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk wujud pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari menempuh sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang ada di dunia lepas. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun sedang terdapat badak Sumatra yang lokasi hidupnya tak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka ada risiko yang semakin agung. Badak Jawa dikenal sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 kilometer sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi antara badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa sudah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah lapang ke Tongkok, tetapi mulai memainkan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 kilometer per tahun karena penetap manusia meningkat di daerah itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal masa seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin adalah badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kumpulan kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum seluruh badak untuk menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya untuk memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin agung daripada wilayah wanita. Tak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diproduksi oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipergunakan untuk komunikasi. Bagian spesies badak lainnya ada kebiasaan khas membuang cairan agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan agung di tumpukan, tak menerapkan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, cara ini mungkin tak berfaedah untuk menyebar bau.[25]

Badak jawa ada semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tak ada musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin adalah adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkumpul menjadi golongan.[9]

Makanan

Badak jawa adalah binatang herbivora dan makan berbagai macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda untuk sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari seluruh spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam untuk makanannya. Lokasi mencari mineral umum tak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum cairan laut untuk nutrisi sama yang diperlukan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tak ada kebun binatang yang ada spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval lahir spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya ada sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan untuk culanya, masalah yang juga menyerang seluruh spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang dipergunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya dipergunakan untuk membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat dipergunakan sebagai penangkal racun untuk bisa ular.[26] Karena lokasi hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan, sulit untuk warga tak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: seluruh perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak sudah menentukan bahwa badak Asia ada harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat dampak pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat sudah menghalangi pemulihan populasi badak yang adalah korban perburuan untuk cula. Bahkan dengan seluruh usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Berbakat genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu sesudah letusan, tetapi manusia tak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda mencetuskan bahwa badak adalah spesies yang diamankan, dan sedang tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang ada. Pada tahun 1980, populasi badak semakin, dan tetap ada pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tak ada musuh alami, mereka mesti bersaingan untuk memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak ada ukuran 15/16 cm di sekitar daerah arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini adalah kabar gembira karena membuktikan keadaan lahir badak baru di Ujung Kulon.[30]

Cat Tien

Sedikit bagian R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, sesudah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik dipergunakan pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Agen Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri daerah dengan senjata. Sesudah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya memakai cara seperti lubang perangkap, kini ada senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan untuk mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang adalah milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, daerah lokasi mereka tinggal menjadi babak Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa sudah didokumentasikan sudah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tak pernah ditangani dengan patut di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas. Badak Jawa terakhir yang ada di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit dikenal karena sudah ditunjukan sebagai badak India.[18] Dampak dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an untuk mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha untuk melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu golongan di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber dampak invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dahulu juga adalah habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, patut, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Pranala luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan untuk konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 18

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah bagian famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan ada kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini ada panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski dinamakan "badak jawa", binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas, dan tak ada di kebun binatang. Badak ini probabilitas adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya berada di dua daerah yang diamankan, tetapi badak jawa sedang berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua untuk badak jawa karena bila terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kumpulan kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu golongan di tidak jauh kubangan dan lokasi mendapatkan mineral. Badak dewasa tak ada binatang pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik dunia dari luar daerah tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awalnya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan menyebut spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, daerah yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga dinamakan badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang ada, sementara satu subspesies sudah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tetapi hal ini tak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, babak dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang sedang ada ada leluhur yang sama antara 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak ada cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tak ada cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua bagian tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan kesan bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang ada, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen akhir di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya bagian genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan kesan bahwa spesies sudah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian berbeda sudah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang sudah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang sudah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan ada agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan ada berat antara 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tak terdapat perbedaan agung antara jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin agung. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti menempuh foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa ada satu cula (spesies lain ada dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari seluruh badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya untuk bertarung, tetapi memakainya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan buka jalan menempuh vegetasi tebal. Badak Jawa ada bibir panjang, atas dan tinggi yang menolongnya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang dipergunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti seluruh badak, badak jawa ada penciuman dan pendengaran yang patut tetapi ada pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya ada pola mosaik alami yang mengakibatkan badak ada perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk wujud pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari menempuh sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang ada di dunia lepas. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun sedang terdapat badak Sumatra yang lokasi hidupnya tak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka ada risiko yang semakin agung. Badak Jawa dikenal sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 kilometer sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi antara badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa sudah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah lapang ke Tongkok, tetapi mulai memainkan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 kilometer per tahun karena penetap manusia meningkat di daerah itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal masa seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin adalah badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kumpulan kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum seluruh badak untuk menjaga suhu tubuh dan menolong mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya untuk memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin agung daripada wilayah wanita. Tak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diproduksi oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipergunakan untuk komunikasi. Bagian spesies badak lainnya ada kebiasaan khas membuang cairan agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan agung di tumpukan, tak menerapkan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, cara ini mungkin tak berfaedah untuk menyebar bau.[25]

Badak jawa ada semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tak ada musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin adalah adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkumpul menjadi golongan.[9]

Makanan

Badak jawa adalah binatang herbivora dan makan berbagai macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda untuk sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari seluruh spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam untuk makanannya. Lokasi mencari mineral umum tak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum cairan laut untuk nutrisi sama yang diperlukan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tak ada kebun binatang yang ada spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval lahir spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya ada sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan untuk culanya, masalah yang juga menyerang seluruh spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang dipergunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya dipergunakan untuk membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat dipergunakan sebagai penangkal racun untuk bisa ular.[26] Karena lokasi hidup badak mencakupi banyak daerah kemiskinan, sulit untuk warga tak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: seluruh perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak sudah menentukan bahwa badak Asia ada harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat dampak pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat sudah menghalangi pemulihan populasi badak yang adalah korban perburuan untuk cula. Bahkan dengan seluruh usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Berbakat genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu sesudah letusan, tetapi manusia tak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda mencetuskan bahwa badak adalah spesies yang diamankan, dan sedang tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang ada. Pada tahun 1980, populasi badak semakin, dan tetap ada pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tak ada musuh alami, mereka mesti bersaingan untuk memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak ada ukuran 15/16 cm di sekitar daerah arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini adalah kabar gembira karena membuktikan keadaan lahir badak baru di Ujung Kulon.[30]

Cat Tien

Sedikit bagian R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, sesudah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik dipergunakan pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Agen Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri daerah dengan senjata. Sesudah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya memakai cara seperti lubang perangkap, kini ada senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini berhasil selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan untuk mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang adalah milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, daerah lokasi mereka tinggal menjadi babak Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa sudah didokumentasikan sudah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tak pernah ditangani dengan patut di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas. Badak Jawa terakhir yang ada di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit dikenal karena sudah ditunjukan sebagai badak India.[18] Dampak dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an untuk mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha untuk melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu golongan di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber dampak invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dahulu juga adalah habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, patut, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Berhasil Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Pranala luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan untuk konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 19

Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah bagian famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang sedang ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini semakin kecil daripada badak india dan semakin tidak jauh dalam agung tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya kebanyakan semakin sedikit daripada 20 cm, semakin kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di dunia lepas, dan tak ada di kebun binatang. Badak ini probabilitas adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di dunia lepas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan aturan populasi tak semakin dari delapan pada tahun 2007. Menjadi kurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Menjadi kurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.[5] Lokasi yang tersisa hanya berada di dua kawasan yang diamankan, tetapi badak jawa sedang berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik mengakibatkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua untuk badak jawa karena bila terjadi serangan penyakit atau bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan yang diidentifikasikan lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di dunia lepas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan kawasan daratan banjir agung. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kumpulan kadang-kadang dapat bersama-sama menjadi satu golongan di tidak jauh kubangan dan lokasi mendapatkan mineral. Badak dewasa tak memiliki binatang pemangsa sebagai musuh. Badak jawa kebanyakan menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia bila merasa diganggu. Peneliti dan pelindung dunia jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa semakin sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Taksonomi dan penamaan

Penelitian pertama badak jawa dilakukan oleh penyelidik dunia dari luar kawasan tersebut pada tahun 1787, ketika dua binatang ditembak di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim pada penyelidik dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum sempat menerbitkan penemuannya bahwa badak Jawa adalah spesies istimewa. Badak Jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel yang mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier menyadari binatang ini sebagai spesies istimewa tahun 1822, dan pada tahun yang sama diidentifikasi oleh Anselme Gaëtan Desmarest sebagai Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak terakhir yang diidentifikasi.[7] Desmarest pada awalnya mengidentifikasi badak ini berasal dari Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya berasal dari pulau Jawa.[2]

Nama genusnya Rhinoceros, yang didalamnya juga terdapat badak India, berasal dari bahasa Yunani: rhino berfaedah hidung, dan ceros berfaedah tanduk; sondaicus berasal dari kata Sunda, kawasan yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa juga disebut badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan badak bercula-satu agung, nama lain badak India).

Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang sedang ada, sementara satu subspesies sudah punah:

  • Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang dikenal sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berlainan, R.s. floweri, tetapi hal ini tak diterima secara lapang.[8][9]
  • Rhinoceros sondaicus annamiticus, dikenal sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, babak dari lokasi hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan semakin sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi bekas bahwa dua subspesies yang sedang ada memiliki leluhur yang sama antara 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
  • Rhinoceros sondaicus inermis, dikenal sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berfaedah tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak ada cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tak memiliki cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat dipercaya.[11][12][13]

Evolusi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Badak India bertalian tidak jauh dengan badak Jawa; mereka adalah dua bagian tipe genus badak.

Leluhur badak pertama kali terbagi dari Perissodactyl lainnya pada masa Eosen awal. Perbandingan DNA mitokondria memberikan bekas bahwa leluhur badak modern terbagi dari leluhur Equidae sekitar 50 juta tahun yang lalu.[14] Famili yang sedang ada, Rhinocerotidae, pertama kali muncul pada Eosen akhir di Eurasia, dan leluhur spesies badak modern terbagi dari Asia pada awal Miosen.[15]

Badak jawa dan badak india adalah satu-satunya bagian genus Rhinoceros yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta tahun yang lalu. Aturan molekul memberikan bekas bahwa spesies sudah terbagi semakin awal, sekitar 11,7 juta tahun yang lalu.[16][14] Walaupun masuk ke dalam tipe genus, badak Jawa dan India dipercaya tak bertalian tidak jauh dengan spesies badak lainnya. Penelitian berlainan sudah mengeluarkan hipotesis bahwa mereka mungkin bertalian tidak jauh dengan Gaindetherium atau Punjabitherium yang sudah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menaruh Rhinoceros dan Punjabitherium yang sudah punah pada klad dengan Dicerorhinus, badak Sumatra. Penelitian lain mengusulkan bahwa badak Sumatra semakin bertalian tidak jauh dengan dua spesies badak di Afrika.[17] Badak Sumatra dapat terbagi dari badak Asia lainnya 15 juta tahun yang lalu.[15][4]

Deskripsi

Badak jawa semakin kecil daripada sepupunya, badak india, dan memiliki agung tubuh yang tidak jauh dengan badak hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat semakin dari 3,1–3,2 m dan sampai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan memiliki berat antara 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tak pernah dilakukan dan bukan prioritas.[4] Tak terdapat perbedaan agung antara jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat semakin agung. Badak di Vietnam semakin kecil daripada di Jawa berlandaskan penelitian bukti menempuh foto dan pengukuran jejak kaki mereka... [18]

Seperti sepupunya di India, badak jawa memiliki satu cula (spesies lain memiliki dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, kebanyakan semakin sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm. Badak jawa jarang memakai culanya untuk bertarung, tetapi memakainya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman supaya dapat dimakan, dan buka jalan menempuh vegetasi tebal. Badak Jawa memiliki bibir panjang, atas dan tinggi yang membantunya mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak jawa bertempur, mereka memakai gigi ini. Di belakangan gigi seri, enam gigi geraham panjang digunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa memiliki penciuman dan pendengaran yang patut tetapi memiliki pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30 sampai 45 tahun.[18]

Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya memiliki pola mosaik alami yang mengakibatkan badak memiliki perisai. Pembungkus leher badak Jawa semakin kecil daripada badak india, tetapi tetap membentuk wujud pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari menempuh sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, diteliti atau diukur secara langsung.[19]

Penyebaran dan habitat

Aturan yang paling optimistis memperkirakan bahwa semakin sedikit dari 100 badak Jawa sedang ada di dunia lepas. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun sedang terdapat badak Sumatra yang lokasi hidupnya tak diamankan seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung dunia menganggap mereka memiliki risiko yang semakin agung. Badak Jawa dikenal sedang hidup di dua lokasi, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.[9][20]

Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi antara badak Sumatra dan India di lokasi tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21] Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan lokasi tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir agung atau kawasan basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai kawasan rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang semakin tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]

Lokasi hidup badak jawa sudah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, lokasi hidup di utara badak ini bertambah lapang ke Tongkok, tetapi mulai memainkan usaha ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di kawasan itu.[22] Badak ini mulai punah di India pada dekade awal masa seratus tahun ke-20.[13] Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932.[23] Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada kawasan tersebut gagal menemukan bukti.[24] Populasi badak Jawa juga mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang sedang hidup disana.[21]

Sifat

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka mengembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kumpulan kecil di lokasi mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan semakin suka memakai kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya untuk memperbesar. Lokasi mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan semakin agung dibandingkan betina dengan agung wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan semakin agung daripada wilayah wanita. Tak dikenal apakah terdapat pertempuran teritorial.[25]

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang diproduksi oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Bagian spesies badak lainnya memiliki kebiasaan khas membuang cairan agung pada tumpukan kotoran badak agung dan lalu menggoreskan kaki belakangannya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang cairan agung di tumpukan, tak melaksanakan goresan. Adaptasi sifat ini dikenal secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, cara ini mungkin tak berfaedah untuk menyebar bau.[25]

Badak jawa memiliki semakin sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang dikenal. Badak Jawa dewasa tak memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu tidak jauh dengan badak jawa, badak itu akan menjadi bernafsu menyerang dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah semakin berkumpul menjadi golongan.[9]

Makanan

Badak jawa adalah binatang herbivora dan makan berbagai macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di kawasan yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon agung. Badak menjatuhkan pohon muda untuk sampai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam untuk makanannya. Lokasi mencari mineral umum tak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum cairan laut untuk nutrisi sama yang diperlukan.[18]

Reproduksi

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diteliti secara langsung dan tak ada kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina sampai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Probabilitas untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval lahir spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat selesai pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya memiliki sifat pasangan yang mirip.[25]

Konservasi

Penulisan yang benar untuk nama ilmiah badak adalah

Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.

Faktor utama menjadi kurangnya populasi badak Jawa adalah perburuan untuk culanya, masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan untuk membuat baju baja tentara Tiongkok dan suku lokal di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun untuk bisa ular.[26] Karena lokasi hidup badak mencakupi banyak kawasan kemiskinan, sulit untuk warga tak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi.[22] Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora pertama kali diberlakukan tahun 1975, badak Jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua perdagangan internasional produk badak Jawa dianggap ilegal.[27] Survey pasar gelap cula badak sudah menentukan bahwa badak Asia memiliki harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]

Hilangnya habitat dampak pertanian juga mengakibatkan menjadi kurangnya populasi badak Jawa, walaupun hal ini bukan lagi faktor signifikan karena badak hanya hidup di dua taman nasional yang diamankan. Memburuknya habitat sudah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan untuk cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram. Karena populasi mereka tertutup di dua lokasi kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Berbakat genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.[20]

Ujung Kulon

Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung Krakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tak pernah kembali pada banyak yang agung, sehingga membuat sebuah lokasi berlindung.[20] Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda mencetuskan bahwa badak merupakan spesies yang diamankan, dan sedang tetap diamankan sampai sekarang.[11] Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang ada. Pada tahun 1980, populasi badak semakin, dan tetap ada pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tak memiliki musuh alami, mereka harus bersaingan untuk memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga[6] yang dapat mengakibatkan banyak badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28] Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11] Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.[29][30]

Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, sukses diabadikan oleh tim WWF pada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut dikenal ketika ditemukan jejak badak ada ukuran 15/16 cm di sekitar kawasan arus sungai Citadahan pada tanggal 30 Oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira karena membuktikan keadaan lahir badak baru di Ujung Kulon.[30]

Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon
TahunMinimumMaksimumRata-rata
1967212824.5
1968202924.5
1971334237.5
1982535956
1993355847
Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.[31]

Cat Tien

Sedikit bagian R.s. annamiticus yang tersisa hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, setelah perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan pada pertempuran mengakibatkan kerusakan ekosistem daerah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian dari Agen Oranye, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang juga membanjiri kawasan dengan senjata. Setelah perang, banyak warga desa miskin, yang sebelumnya memakai cara seperti lubang perangkap, kini memiliki senjata mematikan yang mengakibatkan mereka menjadi pemburu badak yang efisien. Dugaan kepunahan subspesies mendapat tantangan ketika pada tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa spesies ini sukses selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan untuk mencari bukti badak lain yang selamat. Jejak kaki badak segar yang merupakan milik paling sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32] Karena badak, kawasan lokasi mereka tinggal menjadi babak Taman Nasional Cat Tien tahun 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan menjadi kurang di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa paling sedikit 308 badak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29][20][5][33]

Di penangkaran

Tak terdapat satupun badak Jawa di kebun binatang. Pada tahun 1800-an, paling sedikit empat badak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling sedikit 22 badak Jawa sudah didokumentasikan sudah disimpan di penangkaran, dan mungkin bahwa banyaknya semakin agung karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34] Badak Jawa tak pernah ditangani dengan patut di penangkaran: badak tertua yang hidup hanya sampai usia 20 tahun, sekitar setengah dari usia yang dapat dicapai badak di dunia lepas. Badak Jawa terakhir yang ada di penangkaran mati di Kebun Binatang Adelaide, Australia tahun 1907, lokasi spesies tersebut sedikit dikenal karena sudah ditunjukan sebagai badak India.[18] Dampak dari program panjang dan mahal tahun 1980-an dan 1990-an untuk mengembangbiakan badak Sumatra di kebun binatang gagal, usaha untuk melindungi badak Jawa di kebun binatang tak dapat dipercaya.[4]

Usaha persiapan habitat kedua

Badak Jawa yang hidup bersama-sama menjadi satu golongan di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana dunia seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan ruang jelajah dan sumber dampak invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.

Penelitian awal WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, lepas dari bahaya dan relatif tidak jauh adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat, yang dulu juga merupakan habitat badak Jawa. Bila habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, patut, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini juga akan menjamin keamanan populasinya.[6]

Catatan kaki

  1. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). Rhinoceros sondaicus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. ^ a b Rookmaaker, L.C. (1982). "The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)". Zeitschrift fur Saugetierkunde 47 (6): 381–382. 
  3. ^ Peta berasal dari peta di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007).
  4. ^ a b c d e f Dinerstein, Eric (2003). The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1. 
  5. ^ a b c Santiapillai, C. (1992). "Javan rhinoceros in Vietnam". Pachyderm 15: 25–27. 
  6. ^ a b c d e "Mempersiapkan rumah kedua badak jawa". WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16. 
  7. ^ Rookmaaker, Kees (2005). "First sightings of Asian rhinos". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52. 
  8. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  9. ^ a b c d Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). "Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)". Conservation Genetics 7 (3): 439–448. 
  10. ^ Asian Rhino Specialist Group (1996). "Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.  Diakses pada 16 Oktober 2007.
  11. ^ a b c d Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997), Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
  12. ^ Rookmaaker, Kees (1997). "Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh". Pachyderm 24: 37–45. 
  13. ^ a b c Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). "Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India". Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India (4): 11–12. 
  14. ^ a b Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. "The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)". Molecular Biology and Evolution 13 (9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04. 
  15. ^ a b Lacombat, Frédéric (2005). "The evolution of the rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49. 
  16. ^ Tougard, C.; T. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). "Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes". Molecular Phylogenetics and Evolution 19 (1): 34–44. 
  17. ^ Cerdeño, Esperanza (1995). "Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)". Novitates (American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04. 
  18. ^ a b c d van Strien, Nico (2005). "Javan Rhinoceros". In Fulconis, R. Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79. 
  19. ^ Munro, Margaret (10 Mei 2002). "Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces". National Post. 
  20. ^ a b c d Derr, Mark (July 11, 2006). "Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late". The New York Times. Retrieved 2007-10-14. 
  21. ^ a b Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). "The Javan Rhinoceros Rhinoceros Sondaicus in Borneo". The Raffles Bulletin of Zoology (University of Singapore) 55 (1): 217–220. Retrieved 2007-11-04. 
  22. ^ a b Corlett, Richard T. (2007). "The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Asian Forests". Biotropica 39 (3): 202–303. 
  23. ^ Ismail, Faezah (9 Juni 1998). "On the horns of a dilemma". New Straits Times. 
  24. ^ Daltry, J.C.; F. Momberg (2000). Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International. 
  25. ^ a b c d Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). "Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation". International Zoo Yearbook (Zoological Society of London) 40: 150–173. 
  26. ^ a b Stanley, Bruce (1993-6-22). "Scientists Find Surviving Members of Rhino Species". Associated Press. 
  27. ^ Emslie, R.; M. Brooks (1999), African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
  28. ^ Dursin, Richel (16 Januari 2001). "Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk". Inter Press Service. 
  29. ^ a b Williamson, Lucy (1 September, 2006). "Baby boom for near-extinct rhino". BBC News. Retrieved 2007-10-16. 
  30. ^ a b "Kamera Intai WWF Sukses Abadikan Foto Induk Badak Jawa dan Anaknya". WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16. 
  31. ^ "Pertumbuhan Populasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon dari Data Hasil Sensus (1967 - 1993)". Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 
  32. ^ Raeburn, Paul (24 April, 1989). "World's Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam". Associated Press. 
  33. ^ "Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened". World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04. 
  34. ^ Rookmaaker, L.C. (2005). "A Javan rhinoceros, Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839". Zoologische Garten 75 (2): 129–131. 

Tautan luar

  • Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
  • Badak Jawa di situs WWF
  • International Rhino Foundation didirikan untuk konservasi badak: Badak Jawa
  • ARKive - gambar dan film badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
  • Lembar spesies Badak Jawa di UNEP & WCMC

edunitas.com


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM


Page 22

Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes


Page 23

Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes


Page 24

Tags (tagged): D Title of articles, Dagoberto Fontes, Dahana, Dahomey, Dai Iswandi, Damarcus Beasley, Damarwulan, Damas, Damascus, dance Didong, dance jaipongan, dance Janger, dance Laweut, Daniel Alejandro Lembo Betancor, Daniel Alfei, Daniel Alves, Daniel Amokachi, Daniel Gygax, Daniel Hernandez Gimenez, Daniel Jara Martinez, Daniel Jarque


Page 25

Tags (tagged): D Title of articles, Dagoberto Fontes, Dahana, Dahomey, Dai Iswandi, Damarcus Beasley, Damarwulan, Damas, Damascus, dance Didong, dance jaipongan, dance Janger, dance Laweut, Daniel Alejandro Lembo Betancor, Daniel Alfei, Daniel Alves, Daniel Amokachi, Daniel Gygax, Daniel Hernandez Gimenez, Daniel Jara Martinez, Daniel Jarque


Page 26

Tags (tagged): C Title of articles, Cabinet Development I, Cabinet Dwikora II, Cabinet Dwikora III, cabinet Halim, Cagliari, Cagliari Calcio, Cahkwe, Cai, Cali, California, California Gurls, californium, Cameron Jerome, Cameroon, Cameroon Football Federation, Cameroon national football team, Campo Grande, Campo San Martino, Campobasso, Campodarsego