Mukjizat al- qur an tentang ramalan masa depan tercantum dalam

Mukjizat al- qur an tentang ramalan masa depan tercantum dalam

Syihabuddin Qalyubi

Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mukjizat Alquran berlangsung sejak Alquran itu diwahyukan kepada Rasulullah saw. Dalam sejarah banyak dicatat usaha-usaha orang Arab untuk menandingi Alquran sebagaimana dilakukan oleh Musailamah bin Habib yang dikenal dengan nama Musailamah al-Kazzab dariBani Hanifah, salah satu suku terbesar dijazirah Arabdengan wilayah domisili diYamamah. Namun usahanya tidak membuahkan hasil apa-apa

Mukjizat Alquran adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa pada Alquran yang terjadi melalui nabi Muhammad SAW, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada orang yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal yang serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut. Adapun ilmu yang mempelajari kemukjizatan Alquran dinamai “Ilmu I’jazil Quran”.

Para ulama berbeda pendapat tentang aspek-aspek yang dikaji dalam “I’jazil Quran”, namun jika disimpulkan meliputi aspek kebahasaan, aspek berita-berita ghaib, aspek hukum (syari’at), dan aspek ilmu pengetahuan. Ulama yang memulai kajian ini adalah al-Jahiz (w. 225 H) dalam bukunya Nazhm al-Quran dan Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Wasithi (w. 306 H) dalam bukunya I’jaz al-Quran, lalu tokoh-tokoh dari kalangan Muktazilah antara lain Abu Ishaq Ibrahim bin Sayyar Al-Nazhzham dengan mengajukan konsep “Shirfah” yang mengatakan bahwa kemukjizatan Alquran itu pada faktor di luar Al-Qur’an, yaitu keikutsertaan Allah dalam melindungi keotentikan dan purifikasi Al-Qur’an. Menurut konsep ini sejatinya orang Arab mampu menandingi Alquran, tetapi Allah SWT memalingkan kemampuan itu (sharfah), sehingga mereka tidak bisa menandinginya.

Konsep tersebut mendapat tantangan dari ulama lainnya, antara lain al-Khattabi. Ia berpendapat bahwa mukjizat Alquran terletak pada Alqurannya itu sendiri baik dari gaya bahasanya maupun isi kandungannya. Perdebatan ini sangat menarik untuk dikaji sehingga melahirkan berbagai ilmu pengetahuan.

Aspek kemukjizatan Alquran lainnya yang sekarang banyak dibicarakan adalah kemukjizatan dalam aspek ilmu pengetahuan. Alquran adalah kitab yang mengandung kebenaran dalam berbagai bidang ilmu khususnya sains, yang pada saat diturunkannya, ilmu-ilmu tersebut belum ditemukan, sehingga pada waktu itu masih berada diluar kemampuan manusia untuk mengungkapnya. Pada masa sekarang dengan banyak hasil penelitian yang seuai dengan isyarat-isyarat Alquran menunjukkan tentang kemukjizatan Alquran. Isyarat-isyarat tersebut bersifat global

Kajian tentang kemukjizatan Alquran dalam bidang ilmu pengetahuan bukan dalam kerangka menjustifikasi hasil penelitian ilmiah dengan ayat-ayat Alquran, juga tidak untuk memaksakan penafsiran Alquran hingga seolah-olah berkesesuaian dengan temuan ilmiah. Kajiannya berangkat dari kesadaran bahwa Alquran bersifat mutlak, sedang penafsirannya, baik dalam perspektif tafsir maupun perspektif ilmu pengetahuan, bersifat relatif.

Akhir-akhir ini banyak diberitakan penemuan-penemuan ilmiah yang ada relevansinya dengan mukjizat Alquran, antara lain dilakukan kelompok peneliti Jepang yang meneliti bahan zat methalonids. Zat protein yang dikeluarkan oleh otak manusia dan hewan dengan porsi yang sedikit mengandung bahan belerang, oleh sebab itu bahan tersebut memungkinkan larut dengan sangat mudah bersama zinc, besi dan posfor.Zat methalonids sangat penting bagi tubuh manusia dan dapat mengurangi kolesterol. Selain itu, zat ini juga berguna untuk menguatkan jantung dan memperkuat sistem pernapasan.

Zat methalonids diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak setelah usia 15 tahun hingga 35 tahun. Setelah usia ini hingga usia 60 tahun, produksi zat ini akan berkurang kembali. Dengan demikian, zat methalonids termasuk zat langka dalam tubuh manusia. Dalam tubuh binatang, zat ini juga ditemukan sangat sedikit.

Sebuah tim ilmuwan Jepang mencari zat ajaib ini yang memiliki efek terbesar dalam menghilangkan gejala penuaan. Mereka menemukannya hanya pada dua jenis tanaman (buah tin dan zaitun), yang sudah disebutkan dalam al-Quran sejak berabad-abad lalu.

wat-tīni waz-zaitụn, wa ṭụri sīnīn wa hāżal-baladil-amīn

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sina dan demi kota (Mekah) ini yang aman (al-Tin: 1-4)

Menurut riset, ditemukan bahwa jika salah satu dari dua buah tersebut dikonsumsi secara sendiri-sendiri tidak membuahkan efek yang diharapkan. Namun setelah dilakukan uji coba berulang kali ternyata jika satu biji buah tin dicampur dengan enam biji buah zaitun, menimbulkan hasil sesuai yang diharapkan.

Pada saat yang hampir bersamaan Doktor Toha Ibrahim Khalifah, sarjana berkebangsaan Saudi , meneliti penggunaan kata “tin” dan “zaitun” dalam al-Quran. Ia menemukan kata “tin” disebutkan sebanyak satu kali dan kata “zaitun” secara tegas sebanyak enam kali dan satu kali secara implisit. Lantas ia mengirimkan seluruh informasi dari al-Quran tersebut kepada para peneliti Jepang. Mereka menyatakan keislamannya setelah hasil penelitian itu.

Di samping itu ada lagi ilmuwan dari Jepang Toshihiko Izutsu (1914-1993). Ia dilahirkan dan dibesarkan dalam suasana agama Zen yang sangat kental. Ayahnya seorang pemimpin agama Zen yang sangat militan dan ketat dalam mendidik dan menanamkan penghayatan terhadap agam Zen

Prof.Dr. Toshihiko Izutsu telah meniliti Alquran dengan metode Semantik. Semantik kebahasaan adalah kajian tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Menurutnya, semantik bukanlah analisis sederhana terhadap struktur bentuk kata maupun kajian terhadap makna asli yang melekat pada bentuk kata tersebut –analisis etimologis–, tetapi –lebih penting lagi– sebagai kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual “weltanschauung” atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.

Melalui kajian semantik yang dikembangkannya banyak diksi atau kosa kata dalam Alquran menjadi terang benderang pemahamannya. Banyak sekali mahasiswa dan para peneliti yang menggunakan metode Semantik Toshiko Izutsu dalam penelitiannya sehingga menghasilkan ratusan atau mungkin ribuan karya ilmiah mulai skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah lainnya.

Ia sendiri berhasil menulis bebrapa buku tentang kajian semantik Alquran antara lain: Reading the Qur’an (1983), God and Man in The Koran: Semantic of The Koranic Weltanschauung, The Structure of Ethical Terms in The Koran: A study in Semantic.

Berdasarkan informasi dari Prof.Dr.Muhammad al-Tahir al-Misawi, dosen Universitasi Islam Internasional Malaysia dan beberapa murid Izutsu, mereka menyebutkan bahwa di akhir hayatnya ia memeluk agam Islam dengan nama Mukhtar.

Saya punya keyakinan, semakin banyak penemuan-peenemuan yang dihasilkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan, maka akan semakin menguatkan kemukjizatan Alquran”.

Jakarta -

Allah SWT berfirman (yang artinya): Inilah al-Kitab (al-Quran).Tak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi kaum bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 2).

Setidaknya ada dua makna yang terkandung dalam ayat ini. Pertama: Tak diragukan sedikit pun bahwa al-Quran adalah wahyu Allah SWT kepada Baginda Rasulullah saw. Kedua: Al-Quran adalah petunjuk jalan yang bisa mengantarkan manusia meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat (Al-Jazairi, Aysar at-Tafasir, 1/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kewahyuan al-Quran tak hanya diyakini oleh kaum Muslim, tetapi juga diakui oleh sebagian orang kafir. Walid bin al-Mughirah adalah satunya. Tokoh kafir Quraisy terkemuka ini jujur mengakui, bahwa al-Quran bukan karangan Muhammad. Demikian sebagaimana pernyataannya di hadapan para tokoh kafir Qurasy yang lain. Saat itu ia diminta oleh mereka untuk mencitraburukkan al-Quran, juga Muhammad sebagai pembawanya. Merespon permintaan mereka, dia berkata, "Apa yang harus aku katakan kepada mereka? Demi Allah! Tak ada di tengah-tengah kalian orang yang lebih memahami syair Arab daripada aku. Tak ada pula orang yang pengetahuannya tentang rajaz dan qashidah Arab mengungguli pengetahuanku. Jelas, apa yang diucapkan Muhammad (al-Quran) itu tidak serupa dengan semua itu. Al-Quran pun bukan sihir jin. Demi Allah! Apa yang ia ucapkan (al-Quran) itu manis dan nikmat. Bagian atasnya ranum. Bagian bawahnya subur. Kata-katanya bermutu tinggi. Tak ada yang mengungguli. Menghantam apa saja yang ada di bawahnya." (Ad-Dasuqi, I'jaz al-Quran, 1/24).

Demikianlah, meski Walid bin al-Mughirah tetap dalam kekafirannya hingga akhir hayat, hal itu tak sanggup menutupi kejujurannya terhadap al-Quran sebagai wahyu Allah SWT. Dia sama sekali tak percaya al-Quran karya Muhammad.

Tentu seorang Muslim sejatinya lebih dari seorang Walid. Keyakinannya terhadap al-Quran sebagai wahyu Allah SWT sejatinya jauh lebih kokoh. Tak mudah goyah. Tak ragu sedikit pun. Iya yakin al-Quran itu benar. Seluruh isinya. Bukan sebagiannya. Apalagi sebagian kecilnya. Sebab Allah SWT Mahabenar. Mustahil bohong.

Karena itu semua yang dibicarakan al-Quran pasti benar. Tentang keimanan. Tentang perintah dan larangan-Nya. Tentang kisah-kisah masa lalu yang harus dijadikan pelajaran. Tentang kepastian al-Quran sebagai rahmat sekaligus obat bagi segenap 'penyakit' manusia. Tentang cerita masa depan manusia dan jagat raya ini. Tentu juga cerita tentang Kiamat. Tentang Hari Kebangkitan. Tentang Penghisaban. Tentang akhir perjalanan manusia: surga atau neraka. Semuanya benar. Tak mungkin salah.

Keyakinan ini harusnya seiring dengan perbuatan. Sejatinya senantiasa sejalan dengan tindakan. Jangan sampai al-Quran hanya sekadar jadi bacaan. Tak dijadikan pedoman kehidupan. Jangan sampai al-Quran kita campakkan. Jangan sampai Baginda Nabi saw. mengadu kepada Allah SWT: Tuhanku, sungguh kaumku telah menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu yang dicampakkan (QS at-Furqan [25]: 30).

Menurut mufassir terkemuka, Ibnu Katsir, al-Quran dicampakkan oleh seseorang saat tidak diimani, jarang dibaca, tak direnungi maknanya, tak diamalkan isinya, tak dijalankan perintah dan larangannya dan tak dipedomani hukum-hukumnya (Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-'Azhim, 6/108).

Saat demikian, sadar atau tidak, sejatinya kita telah menyakiti hati Baginda Nabi saw. Telah melukai perasaannya. Sebab bukankah beliau telah mempertaruhkan separuh hidupnya demi al-Quran? Tentu dengan segala pengorban: waktu, tenaga, harta, keluarga bahkan jiwa. Tidakkah kita merasa berdosa?! Tidakkah kita takut dengan azab-Nya?!

Ustaz Fatih Karim

Founder Cinta Quran Foundation, Co-Founder QuranBest, IG : @fatihkarim

(erd/erd)