Menurut teori yang dikemukakan oleh g coedes berkembangnya pengaruh kebudayaan India dilakukan oleh

Candi Borobudur. Foto: Shutterstock

Indianisasi merupakan suatu pernyataan yang mengatakan mengenai penyebaran dan penularan unsur kebudayaan India yang berada di luar India. Kegiatan Indianisasi ini banyak mencakup berbagai aspek kehidupan dalam suatu masyarakat seperti contohnya pranata sosial, agama, pemerintahan, dan kesenian.

Perkembangan yang terjadi pada masa Hindu Budha salah satu contohnya mendapat dorongan dari berbagai pengaruh kebudayaan India seperti bahasa, sistem religi.

Ada beberapa sebutan yang digunakan untuk menyebut penyebaran peradaban India ke kawasan Asia Tenggara seperti Indianisasi yang dipakai Coedes dan Hinduisasi yang digunakan sarjana-sarjana secara umum. Meskipun begitu tidak hanya Hindu saja yang masuk di Asia Tenggara, masih ada agama Budha yang juga berasal dari India.

Banyak sekali Teori-teori yang memuat dugaan-dugaan siapa dan bagaimana saja bangsa India bisa sampai Asia Tenggara yang selanjutnya menyebarkan kebudayaanya. Ada beberapa teori tentang bagaimana India bisa menyebarkan budaya nya ke Asia Tenggara dan Indonesia yaitu seperti teori Ksatria, teori Waisya, teori Brahmana, dan teori Arus Balik. Namun dalam perkembangannya keempat teori ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan tidak dapat disimpulkan secara pasti mana yang relevan dalam perkembangan kebudayaan India di Indonesia dan Asia Tenggara. yang mana akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Teori atau Hipotesa Ksatria

R.C Manundar menyatakan pendapat bahwa munculnya pengaruh India dilakukan oleh para kaum ksatria atau para prajurit dari India, yang mana hal ini diduga dilakukan oleh para prajurit yang mendirikan koloni-koloni dengan disertai penaklukan di Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya.

Menurut F.D.K. Bosch dalam Kolonisasi orang India inilah kemudian menjadi pusat penyebaran budaya India. Dalam teori ini timbul gambaran bahwa orang-orang India sebagai golongan yg menguasai wilayah.

Namun dalam teori ini menurut Van Leur memiliki kelemahan dikarenakan tidak terdapatnya data yang memadai dan bukti arkeologis yang memperlihatkan adanya ekspansi prajurit India.

Ilustrasi Kapal Perdagangan. Foto: iStock

Menurut N.J. Krom menekankan teori Waisya dengan berpendapat bahwa Para Pedagang India melakukan perkawinan dengan Penduduk Pribumi, lalu dari perkawinan ini terjadi perkembangan kebudayaan India. Selanjutnya pendapat ini juga menerangkan bahwa peranan para Pedagang India lah yang berpengaruh terhadap proses munculnya Hindu-Budha di Asia Tenggara. Motivasi Pedagang India datang ke Asia Tenggara adalah ingin memperoleh barang pertambangan seperti emas dan hasil hutan. Menurut G. Coedes salah satu hal yang menginspirasi dan memotivasi Pedagang India datang ke Asia Tenggara adalah ingin memperoleh barang pertambangan seperti emas dan hasil hutan.

Pendapat lain mengatakan bahwa perluasan pelayaran perdagangan ke arah timur India juga didukung karena adanya penemuan Angin Musim yang baik untuk berlayar menyeberangi Samudera India ke Timur dan sebaliknya. Menurut kisah seorang nakhoda bernama “Hippalos” yang mana ia merupakan orang barat pertama yang menemukannya.

Teori Brahmana ini merupakan pelengkap atau penyempurna dari teori yang ada sebelumnya yang mana menyatakan bahwa masuknya pengaruh indianisasi dibawa oleh para brahmana yang merupakan pemuka agama, teori ini memiliki keterkaitan dengan teori waisya dimana dengan banyaknya para pedagang yang berdagang di wilayah Asia Tenggara membuat para raja-raja di Asia Tenggara merasa tertarik sehingga nantinya para raja-raja di kawasan Asia Tenggara ini mengundang para Brahmana untuk melakukan ritual pengangkatan untuk menaikkan statusnya.

Merupakan teori yang menjelaskan bahwa terjadinya penyebaran pengaruh kebudayaan India di Asia Tenggara dilatarbelakangi oleh adanya peranan aktif seorang raja lokal dan penduduk pribumi. Pada awalnya terjadi hubungan dagang antara Indonesia dan India yang mana bertepatan dengan perkembangan pesat dari Agama Budha. Ketika Pendeta Hindu – Budha berdagang ke Indonesia, mereka mengajak masyarakat setempat untuk memeluk agamanya. Selanjutnya dalam rangka untuk memperdalam ajaran agama, Pelajar dan Cendekiawan dari Asia Tenggara dikirim ke India untuk belajar agama secara langsung dari India kemudian ajaran dari kitab kitab suci yang telah diajarkan tersebut diajarkan kembali ke Negeri Asal.

1. Abdullah, T. dan A.B Lapian. 2011. Indonesia dalam Arus Sejarah jilid II: Kerajaan Hindu-Budha. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve

2. Poesponegoro. dan Marwati, D. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Menurut teori yang dikemukakan oleh g coedes berkembangnya pengaruh kebudayaan India dilakukan oleh

Menurut teori yang dikemukakan oleh g coedes berkembangnya pengaruh kebudayaan India dilakukan oleh
Lihat Foto

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Keindahan Candi Gedong Songo yang berada di lereng Gunung Ungaran, Kebupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/7/2011). Candi Hindu yang dibangun sekitar abad VII tersebut ditemukan Loten tahun 1740. Rafles mencatat kawasan candi tersebut dengan nama Gedong Pitoe sesuai dengan kelompok bangunan yang berjumlah tujuh.

KOMPAS.com - Masuknya Hindu dan BUddha ke Indonesia melalui kalur perdagangan. Hubungan perdagangan antara China (Asia Timur) dan India (Asia Selatan) yang melintasi kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia sudah terjalin dari awal masehi. 

Indonesia merupakan daerah strategis dalam perdagangan, termasuk pelayaran. Hal ini yang menyebabkan pengaruh Hindu-Buddha yang berkembang di India menyebar ke Indonesia. 

Berdasarkan buku Sejarah Politik dan Kekuasaan (2019) karya Tappil Rambe dan kawan-kawan, hubungan pelayawan dan perdagangan Nusantara dengan bangsa asing memberikan pengaruh positif bagi keduanya. 

Masyarakat Nusantara mendapatkan berbagai kebudayaan baru, termasuk mengadopsi sebagian kebudayaan dari bangsa India. 

Sebelum Hindu-Buddha masuk

Sebelum masuknya pengaruh kebudayaan India ke Nusantara, masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Kepercayaan itu dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia ketika kebudayaan India masuk.

Periode Hindu-Buddha dimulai sekitar abad ke-3, di mana pada masa itu masyarakat Nusantara belum mengenal agama dan masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Baca juga: Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia

Teori masuknya Hindu-Buddha

Banyak teori dan opini yang diberikan para ahli sejarah tentang masuknya agama Hindu- Buddha ke Nusantara.

Berikut beberapa teori masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara:

Teori Brahmana

Teori Brahmana diungkap oleh J.C Van Leur. Dia menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang datang ke Nusantara dibawa oleh golongan Brahmana.

Golongan Brahmana adalah golongan agama. Mereka sengaja diundang oleh penguasa waktu itu.

Ini didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha.

Terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.

Di India bahasa Sansakerta hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.

Teori Kesatria

Dalam teori kesatria menyatakan jika masuk agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Nusantara dibawa oleh kasta ksatri. Karena sekitar abad ke-4 hingga abad ke-6 di India sering terjadi peperangan.

Sehingga kasta ksatria yang terdiri dari kaum bangsawan ada yang mengalami kekalahan, kemudian melarikan diri mencari daerah baru hingga ke Nusantara. Teori Kesatrian ini dikemukan oleh sejarawan C.C Berg.

Baca juga: Teori Waisya, Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia Lewat Perdagangan

Teori Waisya

Kebudayaan Hindu-Buddha dapat masuk ke Nusantara dikarenakan adanya perkawinan antara pedagang dengan wanita di lokal yang diam di Nusantara. Hal tersebut dikemukakan sebagai salah satu teori masuknya agama Hindu di Nusantara, teori yang dimaksud tersebut adalah Teori Waisya.

Teori Waisya dikemukakan oleh Prof. Dr. N. J. Krom. Dia mengatakan jika proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha melalui hubungan dagang antara India dan Nusantara.

Kaum Waisya yang berdagang ke Nusantara mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan akan kembali.

Saat tiba di Nusantara biasanya mereka menetap sementara waktu, sekitar enam bulan. Selama menetap, mereka memanfaatkan untuk menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha.

Teori Arus Balik

Dalam teori arus balik ini menyatakan banyak orang Nusantara yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha.

Setelah kembali ke Nusantara mereka menyebarkan ajaran Hindu-Buddha ke masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch.

Baca juga: Contoh Sikap Kepahlawanan Masa Kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam

Teori arus balik di dukung dengan pendapat Van Leur. Menurutnya orang-orang Nusantara memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan India.

Mereka penasaran dengan kebudayaan tersebut. Di sana, mereka menetap selama beberapa waktu dan kemudian kembali pulang ke Nusantara.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.