Mengucapkan kalimat thayyibah dengan tujuan mengingat allah disebut

tirto.id - Salah satu akhlak terpuji dalam Islam adalah bersabar ketika tertimpa musibah. Semakin besar kesabaran seseorang, maka menunjukkan semakin kuat juga keimanannya di sisi Allah SWT.

Musibah yang menimpa seorang muslim adalah bentuk kecintaan Allah SWT, sebagai ujian untuk menaikkan derajat keimanannya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya," (H.R. Bukhari).

Di sisi lain, musibah bisa jadi merupakan bentuk teguran agar seorang muslim sadar mengenai dosa-dosanya.

Melalui musibah, ia diminta untuk bermuhasabah, melakukan introspeksi diri. Jika memang ada kesalahan dan dosa yang telah dilakukan, maka ia harus segera bertaubat dan menyesali kesalahannya.

Musibah itu dapat dalam bentuk bala besar atau kejadian ringan, mulai dari bencana alam, ditinggal wafat orang kesayangan, terjadi kecelakaan, kehilangan barang, terpeleset jatuh, dan lain sebagainya.

Membaca Kalimat Thayyibah Tarji Ketika Tertimpa Musibah

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk membaca kalimat thayyibah tarji ketika tertimpa musibah, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika ia mengalami suatu kejadian buruk.

Bunyi kalimat thayyibah tarji adalah sebagai berikut:

إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Bacaan latinnya: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘un."

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali."

Versi lain dari kalimat thayyibah tarji, sebagaimana dilansir dari NU Online adalah sebagai berikut:

إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها

Bacaan latinnya: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘un. Allâhumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ."

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya."

Dalam bahasa Arab, kalimat thayyibah adalah kalimat yang baik. Sementara itu, tarji' artinya ungkapan kembali.

Maksud dari kalimat thayyibah tarji' bahwasanya seorang muslim diajarkan untuk tidak mengumpat, menyalahkan keadaan, ataupun menentang kuasa Allah SWT.

Ketika ditimpa musibah, ia tetap berkata baik (thayyibah) dan mengembalikan urusannya (tarji) kepada Allah, sebagai bentuk keimanan bahwa Allah SWT yang mengatur segala urusannya di muka bumi ini.

Hikmah Mengucapkan Kalimat Thayyibah Tarji'

Ungkapan tarji mengandung makna bahwasanya seorang muslim berserah diri atas takdir yang ditetapkan Allah SWT.

Hal ini merupakan bentuk nyata dari salah satu rukun iman dalam Islam, yaitu iman kepada qada dan qadar.

Hikmah mengucapkan kalimat thayyibah tarji ketika tertimpa musibah, sebagaimana tertera dalam sabda Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

“Tidaklah seorang hamba terkena musibah, kemudian ia berdoa, sesungguhnya kita kepunyaan Allah Swt dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah berilah pahala dalam musibah ini dan berilah aku ganti yang lebih baik dari padanya. Kecuali Allah Swt akan memberikan pahala dalam musibahnya dan Allah SWT akan memberi ganti baginya yang lebih baik dari padanya," (H.R. Muslim).

Selain itu, terdapat juga sejumlah hikmah lainnya dari mengucapkan kalimat thayyibah tarji' berikut ini, sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak (2019) yang ditulis Mahdum.

  1. Kalimat tarji merupakan bentuk kekhlasan dan tawakkal kepada Allah SWT.
  2. Bersabar atas ujian hidup.
  3. Mendapat keberkahan, serta diberi pahala atas musibah tersebut.
  4. Mendapat rahmat [karunia dan nikmat] dari Allah SWT, sebagai ganjaran atas kesabarannya itu.
  5. Mendapat petunjuk dari Allah SWT.
  6. Dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
  7. Terhindar dari sifat sombong dan angkuh.

Baca juga:

  • Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Musibah dan Bencana, Termasuk Pandemi
  • 3 Makna Bencana dalam Pandangan Islam: Ujian, Hukuman, Azab

Baca juga artikel terkait THAYYIBAH TARJI atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/tha)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

TEMPO.CO, Jakarta - Zikir adalah ibadah mengingat Allah dengan mengucapkan kalimat toyyibah yang ditentukan Allah SWT. Mengucapkan zikir dengan lisan dan membenarkannya dalam hati bisa meningkatkan keimanan kepada sang pencipta, selain itu zikir bisa menjadi sebuah sarana meditasi memberi ketenangan pada jiwa manusia.

Makna tiap kalimat zikir sebagai ibadah yang dijalankan adalah sebagai berikut:

Subhanallah artinya Maha Suci Allah. Kalimat toyyibah ini memiliki maksud untuk menyucikan Allah SWT dari segala bentuk kekurangan yang tidak layak bagi-Nya.

Kalimat kedua adalah Alhamdulillah, yakni bacaan tahmid yang berarti segala puji bagi Allah. Kalimat hamdalah ini memiliki maksud untuk menetapkan kesempurnaan pada Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan-Nya yang mulia.

Kemudian kalimat tahlil, lafaznya Laa ilaha illallah, artinya tidak ada Tuhan selain Allah. Kalimat ini adalah penggalan syahadat yang merupakan ikrar ketauhidan atau menegaskan keyakinan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah yang berhak disembah.

Selanjutnya Allahu akbar atau biasa dikenal kalimat takbir yang artinya Allah Maha Besar. Bacaan ini dimaksudkan untuk menegaskan keagungan atau kebesaran pada Allah Swt dan tidak ada yang dapat melebihi kebesaran-Nya.

Keutamaan zikir dijelaskan Rasulullah dalam hadis sabdanya dari Abu Sa’id Al Khudri dan Abu Hurairah, bahwa Ia bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memilih empat perkataan, subhanallah,  alhamdulillah, laa ilaaha illa allah dan Allahu akbar. Barang siapa mengucapkan subhaanallah, maka Allah akan menulis dua puluh kebaikan untuknya dan menggugurkan dua puluh dosa darinya, dan barangsiapa mengucapkan Allahu Akbar, maka Allah akan menulis seperti itu pula, dan barang siapa mengucapkan laa Ilaaha illallah, maka akan seperti itu juga, dan barangsiapa mengucapkan alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin dari relung hati yang dalam maka Allah akan menulis tiga puluh kebaikan untuknya dan digugurkan tiga puluh dosa darinya,” (HR. Ahmad 2/302). Syaikh Syu’aib Al Arnauth menegaskan bahwa hadis ini sanadnya sahih.

RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION

Baca: Zikir dan Doa dalam Pemikiran Al-Ghazali

Ilustrasi mengucapkan Kalimat Thayyibah. Foto: Shutterstock

Secara sederhana kalimat thayyibah memiliki makna kalimat yang baik tentang Allah SWT. Salah satu bukti keimanan seorang Muslim dapat ditunjukkan secara lisan, karena ini mengisyaratkan bahwa seseorang selalu mengingat Allah dalam kesehariannya. Seperti ketika hendak mengerjakan sesuatu, ketika melakukan kesalahan, dan lain sebagainya.

Tujuan dari mengucapkan kalimat thayyibah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengingat kebesaran-Nya. Oleh sebab itu, umat Islam perlu mengetahui apa saja kalimat Thayyibah dan kapan harus megucapkannya.

Berikut ini adalah bunyi kalimat Thayyibah:

Yang dimaksud takbir adalah kalimat الله أَكْبَر atau Allahu Akbar yang artinya "Allah Maha Besar". Makna takbir adalah meyakini bahwa Allah adalah dzat yang paling besar dan berkuasa, tidak ada satupun yang lebih agung dari-Nya. Kalimat tersebut sebaiknya diucapkan dalam situasi berikut ini:

  • Merasakan keagungan Allah SWT

  • Menghadapi bahaya atau masalah

  • Malam takbiran di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

  • Wirid setelah selesai sholat Fardhu.

Kalimat tahmid alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ) memiliki arti "Segala puji bagi Allah." Kalimat ini diucapkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas segala rahmat yang diterima.

Seorang Muslim sepatutnya mengucapkan tahmid ketika mendapatkan rezeki dari Allah, selesai megerjakan sesuatu, setelah makan dan minum, seusai bersin, dan masih banyak lagi.

Ilustrasi tasbih. Foto: Shutterstock

Kalimat tasbih yaitu subhanallah ( سُبْحَانَ اللَّه ) artinya "Maha Suci Allah". Fokusnya adalah memuji Allah SWT. Kalimat tasbih sebaiknya diucapkan ketika berdzikir, melihat atau mendengar keburukan atau hal tidak baik, serta ketika melakukan kesalahan di suatu majelis

Bacaan tahlil لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ artinya “Tiada Tuhan selain Allah”. Kalimat tahlil merupakan bagian dari kalimat syahadat, yang diucapkan untuk menegaskan tauhid. Tahlil juga diucapkan sebagai dzikir setelah sholat, ketika berhadapan dengan kesusahan, dan saat mentalqin orang yang sedang sakaratul maut.

Kalimat basmalah yaitu بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (bismillahirrahman nirrahiim) memiliki arti “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Mengutip Keajaiban Melimpah dari Kalimat Tayyibah tulisan Ridhoul Wahidi, basmalah diucapkan ketika mengawali suatu pekerjaan. Tujuannya adalah agar pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan baik dan mendapat berkah dari Allah SWT.

Ilustrasi memohon ampun pada Allah. Foto: Pixabay

Sebagai manusia yang tidak luput dari dosa, sebaiknya kita mengucapkan istighfar dari waktu ke waktu. Bunyi kalimat thayyibah istighfar yaitu أستغفرالله (astaghfirullah) yang artinya “Aku memohon ampun kepada Allah.” Istighfar adalah perwujudan dari keinginan untuk bertaubat dari segala dosa, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Kalimat istirja yang berbunyi Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun artinya “Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya lah kita akan kembali”.

Mengutip Musibah dan Kalimat Istirja' Perspektif Tafsir Corak Kalam dan Sufi tulisan Nisa Fathunnisa (2019), Ibn Katsir dan al-Sya’rawi berkata istirja’ diucapkan ketika seorang hamba ditimpa musibah. Tidak hanya ketika mendengar kabar duka, tetapi juga peristiwa lain yang menyakiti seorang Muslim.

Kalimat thayyibah al-Hauqalah yaitu لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ (laa haula walaa quwwata illa billaahil aliyyil adziim) memiliki arti “Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali atas kehendak Allah”.

Kalimat ini merupakan pengakuan terhadap ke-Maha Kuasaan Allah SWT. Hawqalah sebaiknya diucapkan ketika seseorang menghadapi kesulitan yang berat dan setelah mendengar muadzin mengucapkan ‘Hayya ‘alash shalaah, hayya ‘alal falaah.

Ilustrasi salam. Foto: Freepik

Kalimat thayyibah salam yaitu as-salamua’laikum ( السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ ) artinya “Semoga keselamatan dan kasih sayang Allah serta kebaikan terlimpah kepada kalian.

Kalimat ini diucapkan ketika bertemu dengan sesama muslim, bertamu, memulai suatu pertemuan atau majelis, dan berpisah. Mengutip M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (2008), ucapan yang dianjurkan bukan hanya “Assalamualaikum” saja, tetapi ditambah dengan “wa rahmatullahi wabarakatuh”. Ini untuk menunjukkan bahwa bukan hanya keselamatan yang diharapkan kepada seseorang, tetapi juga curahan rahmat dan berkah dari Allah SWT.