Mengapa guru PAUD harus mempelajari metode PENGEMBANGAN sosial emosional

Masa anak usia dini merupakan sala satu priode yang sangat penting, karena priode ini merupakan tahap perkembangan kritis. Pada masa inilah kepribadian seorang anak akan terbentuk. Pengalaman yang terjadi pada masa ini cenderung bertahan dan mempengaruh sikap anak sepanjang hidupnya.

Pada masa ini anak senang melakukan berbagai aktifitas seperti memperhatikan aktifitas lingkungan sekitar, meniru, mencium dan meraba. Lingkunag sangat mempengaruh kepribadian anak adalah lingkuangan keluarga.terutama ibu yang memberikan pengaruh besar pada anaknya.hal itu disebabkan anak memperhatikan ketergantungan yang kuat dalam memenuhi kebutuhannya.

Seperti yang dikatakan Montessori dalam Hainstock ( 1999 ) menyebut bahwa anak usia dini ini sebagai priode sensitif ( sensitive priods ). Secara khusus anak mudah menerima stimulus-stimulus tertentu. Bayak orang deawasa gagal memahami anak sebagai mahkluk yang mempunyai kecerdasa dan mempunyai kemampuan dalam belajar.

Pada masa ini anak, harus adanya kebebasan dalam lingkuanga untuk pengembangan fisik, mental dan pertumbuhan spiritualnya, karena dengan lingkuang yang kondusif memungkinkan anak akan berkreasi bebas dan mengembangakan potensi dirinya secara maksimal. 

Orang tua yang terlalu otoriter dan serba mengatur akan menjadikan anaknya terkekang kebebasasannya, dan sekaligus dapat menghambat kekebasan berekspresi mengembangkan potensi dan membatasi ruang gerak pembelajaranya. 

Akhirnya akan menjadikan anak ketergantungan pada orang tua atau pada orang lain, dan anak akan menjadi tidak mandiri, penakut, serba ragu, dan kurang inisiatif.

Baca juga : Strategi dan Solusi Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19

Perkembagan sosial dan emosional merupakan dua aspek yang berlainan, namun dalam keyataannya satu sama lain saling mempengaruhi. Perkembangan sosial sangat erat hubungannya dengan  perkembangan emosional, walaupun masing - masing ada kekhususannya. 

Perkembagan sosial dan emosional anak usia dini mengalami perkembagan yang sangat pesat.peran orang tuan dan guru disekolah dalam mengembangaka prilaku sosial dan emosional anak adalah ditempuh dengan menanamkan sejak dini pentingnya pembidaan prilaku dan sikap dan dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik.

Hal ini yang menjdi dasar utama pengembangan sosial dan emosional anak dalam mengarahkan pribadi anak dengan nilai-nilai yang dikembangakn dilingkungan masyarakat. Prilaku sosial dan emosional yang diterapkan pada anak usia dini  adalah perilaku yang baik, jujur, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, percaya diri, adil, setia kawan, sifat kasi sayang terhadap sesama dan memiliki toleransi yang tinggi.

Istilah perilaku, menurut Sarwano S. ( 1992: 17 ) diartikan sebagai perbuatan- perbuatan manusia, baik yangterbukan maupun yang tertutup. Contoh perbuatan terbuka: melempar, memukul, melompat dan menari. 

Adapu yang tidak dilihat seperti: minat, sikap motifasi, pemahaman dan berfikir. Munculnya perilaku seseorang itu karena adanya dorongan atau keinginan yang kuat dari seseorang, sala satunya adalah motif. 

Motif adalah faktor pendorong manusia untuk berprilaku. Perilaku merupakan aktualisasi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas yang ditentukan oleh kemauan sendiri berdasarkan niat yang muncul dalam hati.

Kegiatan pembelajaran mengembangakan aspek sosial dan emosional anak

Kecerdasan sosial-emosional pada anak tidak dimiliki secara alami tetapi harus ditumbuhkan dan dikembangkan oleh orangtua maupun oleh pendidik PAUD. Dalam mengembangankan sosial-emosional anak diperlukan metode yang bisa digunakan untuk mengembangkan aspek tersebut, berikut beberapa metode yang dapat digunakan.

Keteladanan, Pembelajaran dengan melalui keteladanan adalah pembelajaran melalui contoh yang baik, dapat diterima oleh masyarakat, dan sesuai dengan standar dan sistem nilai yang berlaku. Metode ini efektif diterapkan pada anak melalui proses pencontohan dan peniruan. Kegiatan keteladanan dapat ditularkan kepada anak usia dini untuk mengembangkan sosial-emosional antara lain sebagai berikut: (Nurjannah, 2017: 59) :

keteladanan dalam beribadah, seperti adab dalam berdoa dan solat.

 Keteladanan yang berhubungan dengan oranglain, seperti cara menyapa, cara meminta, cara berkomunikasi, dan tata krama.

Keteladanan dalam bekerja dnmenyelesaikan masalah, seperti bersabar, bersemangat, dan displin.

Teladan dalam berpakaian dab berbusana, seperti berpakaian ke sekolah, berpakaian melayat orang yang meninggal, dan berpaaian beribadah.

Teladan gaya hidup, yaitu tidak boros, sederhana, suka menabung, dan lain-lain.

Teladan cara belajar, seperti pemanfaatan waktu belajar, adab belajar, dan sebagainya.

Teladan dalam menyikapi lingkungan, seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan kamar atau kelas sendiri, dan sebagainya.

Baca juga : Konsep Merdeka Belajar, Guru Wajib Berinovasi dengan Menggunakan Media Pembelajaran

Metode Mendongeng atau Bercerita, Mendongeng adalah suatu kegiatan yang bersifat professional, karena membutuhkan keahlian khusus, seperti mengatur gaya dan intonasi ketika bercerita agar membuat anak tertarik untuk mendengarkan dan memahami cerita atau dongeng yang disampaikan. 

Nilai yang terkandung dalam dongeng pun harus di bungkus dengan sebaik mungkin, baru setelah selesai mendongengkan pendidik menjelasakan nilai tersebut (Santoso, 2011: 4.22-4.23).

Cerita yang disampaikan dengan baik akan mampu mengajak anak memasuki sebuah "dunia baru" dan membuat membangkitkan kehidupan yang bary dab menambah nilai seni anak (Efendi, 2006: 4). Melalui kegiatan mendongeng ini pendidik dapat  membentuk sikap anak melalui nilai, pesan, atau sikap yang terkandung dalam dongeng yang disampaikan(Santoso, 2011: 4.22-4.23). 

Selain itu juga, melalui pengenalan dan pemahaman nilai-nilai yang ada dalam kegiatan mendongeng ini, anak akan terdorong untuk terus berinteraksi dengan lingkungan dan oranglain (Efendi, 2006: 3).

Bermain Kooperatif, Menurut Nugraha (2004) dalam Wardany, Jaya, dan Anggraini (2016) bermain kooperatif adalah permainan yang dilakukan oleh sekolompok anak, dimana setiap anak mendapatkan peran dan tugasnya masing-masing yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. 

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kibtiyah (2006) dalam Wardany, dkk (2016), efek dari bermain  kooperatif menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dengan sering bermain, secara sosial ia lebih aktif, lebih kreatif, lebih kaya akan kosa kata, lebih lancar dalam berbicara, dan lebih bahagia dalam menjalankan tugas-tugasnya jika dibandingkan dengan anak yang tidak bermain.

Kemudian menurut hasil penelitian Kartika (2015) dalam Wardany, dkk (2016), bermain kooperatif dapat meningkatkan perilaku kerjasama dan membantu anak untuk tidak berperilaku agresif. Selain itu, bermain jenis ini dapat meningkatkan rasa penghargaan pada teman sebaya, pada diri sendiri, dan ketrampulan sosial lainnya.

Baca juga : Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Matematika Materi Bangun Datar

 Bermain Pura-Pura atau Bermain Peran, Kegiatan bermain peran ini dapat dilakukan sejak anak berusia 3 tahun. Kegiatan bermain ini melibatkan unsur imajinasi dan daya imitasi pada perilaku orang dewasa. 

Contohnya, bermain sekolah-sekolahan, pasar-pasaran, dan dokter-dokteran. Dalam permainan ini anak menggunaka imajinasi untuk menghasilkan gagasannya sendiri, seperti sebatang ranting yang dianggap sebagai sebuah pedang. Imajinasi anak juga menggambarkan keinginan, perasaan, dan pandangan anak terhadap lingkungan sekitarnya (Mulyani, 2014: 143).

Outbound,  Outbound merupakan suatu kegiatan bermain yang dilakukan di alam terbuka dengan berdasarkan prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) yang bersifat kreatif, edukatif, serta rekreatif, dan petualangan dijadikan sebagai media penyampaian materi dengan anak dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan (Isbayani, Sulastri, dan Tirtayani (2015) dalam Istiqomah, Lathif, dan Khutobah (2016: 20)). 

Melalui kegiatan ini anak belajar mengenali kemampuan dan kelemahan dirinya sendiri, serta tertantang untuk mengembangkan kemampuan yang dimilkinya (Istiqomah,dkk, 2016: 20).

Jenis permainan outbound yang dapat dipilih diantaranya adalah permainan halang rintang, estafet tongkat, dan moving water. Contohnya, bermain sekolah-sekolahan, pasar-pasaran, dan dokter-dokteran. 

Dalam permainan ini anak menggunaka imajinasi untuk menghasilkan gagasannya sendiri, seperti sebatang ranting yang dianggap sebagai sebuah pedang. Imajinasi anak juga menggambarkan keinginan, perasaan, dan pandangan anak terhadap lingkungan sekitarnya (Mulyani, 2014: 143).

5. Outbound

Outbound merupakan suatu kegiatan bermain yang dilakukan di alam terbuka dengan berdasarkan prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman langsung) yang bersifat kreatif, edukatif, serta rekreatif, dan petualangan dijadikan sebagai media penyampaian materi dengan anak dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan (Isbayani, Sulastri, dan Tirtayani (2015) dalam Istiqomah, Lathif, dan Khutobah (2016: 20)). 

Melalui kegiatan ini anak belajar mengenali kemampuan dan kelemahan dirinya sendiri, serta tertantang untuk mengembangkan kemampuan yang dimilkinya (Istiqomah,dkk, 2016: 20). Jenis permainan outbound yang dapat dipilih diantaranya adalah permainan halang rintang, estafet tongkat, dan moving water.

Perilaku sosial dan emosional anak usia dini.

Perilaku sosial, perilaku sosial merupakan kegiatan yang berhunugan dengan orang lain, kegitan yangb berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingka laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan perna sosial yang dapat diterima oleh orang lain,  serta upaya mengembangkan sikap sosial yang layak diterima oleh orang lain. Pada anak usia dini diarahkan perilaku sosial yang baik seperti, kerja sama, tolong menolong, berbagi, simpati, empati, dan saling membutukan satu sama lain.

Tujuan pengembanagan perilaku sosial apa anak usia dini adalah untuk keterampilan berkomunikasi, keterampilan memiliki rasa senang dan periang, menjalin persahabatan, memiliki etika dan tata kerama yang baik.

Bentuk perilaku sosial yang paling penting diterapkan pada ank usia dini pada tahun pertama yakni untuk penyesuaian  sosial yang memungkin anak dapat bergaul dengan teman-temannya.karena periode ini merupakan tahap perkembangan yang kritis, dimana sikap sosial dan perilaku sosial dibentuk. Hurlock ( 1980:118 ) mengklasifikasikan pola perilaku anak usia dini sebagai berikut:

Meniru, anak meniru sikap dan prilaku orang lain, dimana anak sudah mampu meniru perilaku orang lain yang dilihatnya.

Persaingan, keinginan untuk mengalahkan orang lain,biasanya muncul pada anak yang usia sekitar  4 tahun.contohnya; bersaing untuk meraih prestasi yang dilombakan.

Kerja sama, muncul pada usia ketiga terakhir,anak mulia bermain secara bersama dengan teman sebayanya.

Simpati, perasaan simpati muncuk pada usia sebelum tiga tahun. semakin banyak kontak bermain anak, semakin cepat simpati anak berkembang.

Dukungan sosial, dukungan dari teman-teman lebih penting dari pada persetujuan orang-orang dewasa

Mengapa anak perlu mempelajari perilau seosial? Karena

Agar anak dapat belajar bertingka laku yang dapat diterima lingkungannya

Agar anak dapat memainkan peranan sosial yang bisa diterima oleh kelompoknya.misalnya berperan sebagai laki-laki dan perempuan

Agar anak dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dilingkungannya.

Perilaku emosional, yang dimaksut perilaku sosial adalah reaksi terorganisasi yang muncul  terhadapa hal-hal yang dibutuhkan, tujuan, dan ketertarikan. Perilaku emosional tampak sebagai akibat dari emosi seseorang. Anak akan mengutarakan perasaan, keadaan dan informasi yang mereka terima apa adanya, tidak ditutup-tutupi.

Anak pada usia ini dapat mengekspresikan perasaanya secara langsung, tentang perasaan senang atau tidak senang, suka dan tidak suka, tanpa ada rasa berslah atau menyinggunga perasaan orang lain, biasanya kita mneyebut kondisi ini dengan perasaan " masih polos" jadi anak itu jujur dengan perasaan atau kondisi. Serta masih banyak lagi ciri emosional yang merupakan karakteristk anak usia dini.

Perkembanga anak usia dini merupakan bagaian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan anak usia dini mengcakup perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional anak. Ciri sosial anak usia dini, dimana anak usia dini sudah mampu bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Dan umunya anak usia dini sudah memiliki satu atau dua teman atau sahabat, tetapi sahabat itu mudah sekali diganti. Umumnya anak itu mudah dan cepat menyesuaikan diri secara sosial.

Teman yang dipilih biasanya itu harus sesama jenis kalamin.kelompok bermain anak usia dini cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok ini cepat terganti. Ciri emosional anak usia dini, anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sekap marah sering diperlihatakan anak usia dini. Iri hati anak usia dini sering terjadi. Mereka sering merebutkan perhatian gurunya. Emosi yang tinggi umumnya disebabkan oleh masalah psikologis dispanding masalah fisiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak memperlakukan beberapa hal, pada hal anaknya merasa mampu melakukan lebih banyak lagi. disamping itu anak menjadi marah jika tidak dapat melakukan sesuatu yang diangkap dapat dilakukannya  dengan mudah.

Perkembangan sosial anak usia dini, dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal ( faktor gizi, budaya dan teman bermain) dan internal (  faktor yang terdapat dari diri anak, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak). Menurut Dini P.Daeng dalam Pujiana ( 2005: 31). Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak:

Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang -- orang  yang ada disekitarnya dengan barbagai usia dan latar belakang.

Adanya minat dan motifasi  untuk bergaul. Semakian banyak pengalaman yang didapatkan semakin minat dan motifasi untuk berkembang.

Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain.

Adanya kemampuan untuk berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.

Perkembangan emosional anak,  perkembangan emosional berhubungan banyak aspek perkembangan anak. Perkembangan emosi dan sosial merupakan daras perkembangan kepribadian dimasa datang. Setiap orang mempunyai emosi rasa senang, marah, kesal dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Masing --masing anak menunjukkan ekspresi yang berbeda sepanjang perkembanganya. Pada awal perkembangan anak, mereka telah menjalin hubungan timbal balik dengan orang --orang yang mengasuhnya. Kepribadian orang yang terdekat akan mempengaruh sosial dan emosiaonal anak itu sendiri.

Sumber:

Ina Maria, Eka Rizki Amalia. Perkembangan Aspek Sosial-Emosional dan Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai untuk Anak Usia 4-6 Tahun. Institut Pesantren K.H. Abdul Chalim Mojokerto.Hlm.1-15.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspek. Jakarta: Kencana Media Group.


Mengapa guru PAUD harus mempelajari metode PENGEMBANGAN sosial emosional

Lihat Pendidikan Selengkapnya