Memelihara kucing saat hamil Menurut Islam

Kita semua mungkin sedah pernah mendengar mengenai larangan pelihara kucing saat hamil. Atau kucing tidak boleh dekat-dekat dengan bayi.

Ada yang bilang kucing bisa menyebabkan keguguran, bulu kucing berbahaya jika terhirup, dan lain sebagainya. Eitss tenang dulu, sebelum buru-buru menelantarkan si kucing kesayangan karena takut mereka dapat membahayakan kehamilan, simak penjelasan ini dahulu yuk, Bun!

Pelihara kucing saat hamil, aman atau tidak?

Memelihara kucing saat hamil Menurut Islam

Memelihara kucing saat hamil adalah hal yang cukup aman. Dalam beberapa hal, kucing malah memberikan manfaat kepada ibu hamil karena bisa mengurangi tingkat stres.

Yang kerap ditakutkan banyak orang dengan keberadaan kucing di rumah adalah penyakit toksoplasmosis yang dapat menyebabkan cacat pada janin jika terinfeksi selama kehamilan.

Artikel terkait: Inilah Bukti Bayi dan Kucing Bisa Berteman Akrab

Namun, menyalahkan kucing sebagai satu-satunya penyebab tertular tokso adalah hal yang salah. Konsumsi makanan setengah matang, atau buah dan sayur yang tidak dicuci justru berisiko lebih besar untuk terkena toksoplasmosis.

Apa itu toksoplasmosis?

Memelihara kucing saat hamil Menurut Islam

pelihara kucing saat hamil

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma gondii. Infeksi parasit Toxoplasma gondii biasanya terjadi karena mengonsumsi daging yang terkontaminasi parasit Toxoplasma gondii.

Bisa juga berasal dari paparan kotoran kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondii. Atau juga karena mengonsumsi sayuran atau buah buahan yang tidak dicuci terlebih dahulu.

Infeksi Toksoplasmosis memiliki gejala mirip flu pada manusia, seperti:

  • Pegal-pegal
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sakit kepala
  • Demam
  • Kelelahan.

Jika seorang perempuan terkena toksoplasmosis selama kehamilan, hal ini dapat membahayakan janin. Janin dalam kandungannya dapat lahir dengan cacat lahir, seperti mengalami kelainan penglihatan dan pendengaran.

Untuk mencegah toksoplasmosis, Bumil tidak harus benar-benar menjauh dari kucing kok. Bumil hanya perlu menghindari kontak dengan kotoran kucing jika memungkinkan. Bahkan ibu hamil juga harus memastikan bulu kucing peliharaan bersih dari kotoran kucing yang menempel.

Jika Bumil harus membersihkan kotoran kucing, patikan Anda mengenakan sarung tangan dan mencuci tangannya dengan bersih sesudahnya. Bumil juga baiknya menggunakan masker saat membersihkan kotoran kucing. Selain itu, ibu hamil juga harus menghindar tidur dengan kucing.

Selain menghindari kontak dengan kotoran kucing, Bumil juga baiknya mencuci bersih makanan dan sayuran yang hendak kita konsumsi. Biasakan pula untuk mengkonsumsi daging dalam keadaan benar-benar matang.

Artikel terkait: Perjuangan Seorang Bocah Bertarung Melawan Virus Toxoplasma

Jika terinfeksi toksoplasmosis selama kehamilan, ini yang harus dilakukan!

Jika infeksi terjadi sebelum minggu ke-16 kehamilan, ibu hamil mungkin akan menerima antibiotik spiramisin. Penggunaan obat ini dapat mengurangi risiko masalah neurologis (syaraf) pada janin akibat toksoplasmosis kongenital.

Jika infeksi terjadi setelah minggu ke-16 kehamilan, atau jika tes menunjukkan bahwa janin juga telah terinfeksi toksoplasmosis, ibu hamil mungkin akan diberikan pirimetamin dan sulfadiazin dan asam folinic (leucovorin) oleh dokter.

Amankah bayi bermain dengan kucing?

Memelihara kucing saat hamil Menurut Islam

Awasi ketika bayi tidur bersama kucing. Sumber foto: Flicker

Laporan penelitian dalam jurnal Pediatrics menyebutkan bahwa memelihara kucing (atau anjing) di rumah dapat menurunkan risiko bayi terkena batuk dan flu selama tahun pertama kehidupannya.

Jadi, justru berkebalikan dengan asumsi kebanyakan orang. Bayi yang tumbuh di rumah yang memiliki kucing atau anjing justru lebih jarang sakit dibandingkan anak-anak yang hidup tanpa hewan peliharaan.

Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika memelihara kucing saat ada bayi di rumah. Diantaranya:

  • Jangan membiarkan bayi tidur dengan kucing tanpa pengawasan, karena bisa berisiko kucing menutupi wajah bayi.
  • Pastikan kuku kucing tidak tajam dengan memotongnya secara berkala. Dan selalu perhatikan saat kucing sedang bermain dengan bayi. Pisahkan kucing dari bayi jika permainan sudah terlalu agresif, untuk menghindari bayi tercakar atau tergigit.
  • Bawa kucing peliharaan ke dokter hewan untuk diperiksa kesehatannya. Jangan lewatkan jadwal vaksin dan pemberian obat cacing untuk kucing Anda.
  • Jaga kebersihan kucing dan hindari memberikan wangi-wangian atau bedak pada kucing yang justru berisiko membuat bayi alergi.

Nah, itulah informasi mengenai pelihara kucing saat hamil atau saat ada bayi, semoga informasi ini bermanfaat ya, Parents!

Referensi: WebMd, Baby Center.

Baca juga:

Dokter Mengatakan Saya Positif Toxoplasma

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

Apa boleh memelihara kucing saat hamil?

Memelihara Kucing Saat Hamil Aman Jawabannya adalah boleh. Ibu boleh tetap memelihara kucing saat hamil dan hal itu aman. Malah hewan yang memiliki wajah dan perilaku menggemaskan ini bisa memberikan manfaat untuk ibu hamil, salah satunya adalah bisa mengurangi tingkat stres.

Kenapa orang hamil tidak boleh dekat dengan kucing?

Bahaya toxoplasmosis pada kehamilan Larangan main kucing saat hamil sebenarnya bukan tanpa alasan. Sebab kucing menjadi hewan yang paling banyak menularkan parasit toksoplasma.

Apa janji Allah jika kita memelihara kucing?

Mendapatkan pahala dari Allah SWT Kucing adalah salah satu hewan yang disayangi Rasulullah, sehingga Allah SWT pun menyayanginya. Barangsiapa memberi makan kucing dan merawatnya dengan baik, dia melakukan perbuatan baik dan dengan demikian, dia akan diberi pahala oleh Allah SWT.

Apakah kucing tahu kalau kita hamil?

Kucing dapat memberi tahu Anda sedang hamil lewat perubahan kimia tubuh 'tuannya'. Indera penciuman mereka akan melihat perubahan tingkat hormonal tubuh yang mulai memproduksi lebih banyak hormon progesteron, human chorionic gonadotrophin atau hCG dan estrogen.