Madrasah yang dijadikan sebagai pusat pengajaran hukum menurut empat mazhab adalah

Bagaimana Dinasti Ayyubiyah Menjadikan Kota Damaskus Sebagai Kota Pendidikan? Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) adalah Shalahudin Yusuf al-Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama Saladin pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku kurdi.

Shalahudin panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib itu tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu memesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Pada akhir 1169 M, Shalahudin mendirikan sebuah kerajaan Islam bernama Ayyubiyah.

Al-Ayyubiyah adalah sebuah dinasti yang berkuasa di Mesir, Irak, Hijaz, Suriah, Dyarbakr, dan Yaman. Berdirinya Daulah al-Ayyubiyah ini memiliki kaitan erat dengan kekuasaan Imaduddin Zangi, seorang atabeg (panglima) Tutusy, penguasa Dinasti Seljuk di Aleppo (Halab). Setelah Tutusy meninggal, Imaduddin diangkat sebagai penguasa Aleppo, Mosul, al-Jazirah, dan Harran, selama kurang lebih sepuluh tahun (512H/ 1118M-522H/1128M).

PELAJARI:  Apa Alasan Jepang Menghidupkan MIAI dan Masyumi?

Dinasti Ayyubiyah Menjadikan Kota Damaskus Sebagai Kota Pendidikan

Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Para penguasa Dinasti Ayyubiyah memiliki perhatian yang sangat besar dalam bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tak heran jika kota-kota Islam yang dikuasai Ayyubiyah menjadi pusat intelektual.

Di puncak kejayaannya, beragam jenis sekolah dibangun di seluruh wilayah kekuasaan dinasti itu. Madrasah-madrasah itu dibangun tak hanya sekadar untuk membangkitkan dunia pendidikan, tetapi juga memopulerkan pengetahuan tentang mazhab Sunni.

PELAJARI:  Jelaskan Tentang Prasasti Telaga Batu!

Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni.

Di masa kepemimpinan Shalahudin, di Kota Damaskus berdiri sebanyak 20 sekolah, 100 tempat pemandian, dan sejumlah tempat berkumpulnya para sufi. Bangunan madrasah juga didirikan di berbagai kota, seperti Aleppo, Yerusalem, Kairo, Alexandria, dan di berbagai kota lainnya di Hijaz.

PELAJARI:  Bagaimana Tingkat Kemajuan Peradaban Mohenjo-Daro dan Harappa?

Sejumlah sekolah juga dibangun oleh para penerus tahta kerajaan Ayyubiyah. Istri-istri dan anak-anak perempuan penguasa Ayyubiyah, komandan, dan orang-orang terkemuka di dinasti itu mendirikan dan membiayai lembaga-lembaga pendidikan.

Meski Dinasti Ayyubiyah menganut mazhab fikih Syafi’i, mereka mendirikan madrasah yang mengajarkan keempat mazhab fikih. Sebelum Ayyubiyah menguasai Suriah, di wilayah itu tak ditemukan sama sekali madrasah yang mengajarkan fikih mazhab Hambali dan Maliki. Setelah Ayyubiyah berkuasa di kawasan itu, para ahli sejarah menemukan 40 madrasah Syafi’i, 34 Hanafi, 10 Hambali, dan 3 Maliki.

Nama: Rizki Salsabilla Chanda/ Syaira AssafaKelas: VIII F/VIII AMata Pelajaran: SKI ( Sejarah Kebudayaan Islam )Soal1.Cabang - cabang pemerintahan dynasti ayyubiyah?Jawaban:Setelah Khalifah Al Adid wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Yusuf Al-Ayyubiberkuasa penuh mengatur pemerintahan dan salah satu kebijakannya adalah membagiwilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan keturunannya sehingga pusatkekuasaan tidak hanya berada di Mesir. Hal inilah yang mengakibatkan munculnyabeberapa cabang dinasti Ayyubiyyah. Ada 10 cabang dinas Ayyubiyyah, yaitu:1)Kesultanan Ayyubiyah di Mesir di bawah pimpinan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi(1171-1193 M).2)Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus di bawah pimpinan Al-Afdal (1193-1196 M),adalah putra dari Salahuddin Yusuf Al Ayyubi.3)Keamiran Ayyubiyah di Aleppo di bawah pimpinan Al-Adil I (1183-1193 M), adalahadik dari Salahuddin Yusuf Al Ayyubi.4)Kesultanan Ayyubiyah di Hamah di bawah pimpinan Al-Muzaffar I (1178-1191 M).5)Kesultanan Ayyubiyah di Homs di bawah pimpinan Al-Qahir (1178-1186 M).6)Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin di bawah pimpinan Al-Adid I (1193-1200 M).7)Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar di bawah pimpinan Al-Asraf (1220-1229 M).8)Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa di bawah pimpinan As-Salih Ayyub (1232-1239M).9)Kesultanan Ayyubiyah di Yaman di bawah pimpinan Al-Mu’azzam Turansyah (1173-1181 M),10) Keamiran Ayyubiyah di Kerak di bawah pimpinan An- Nasir Dawud (1229-1249 M)2.Berakhirnya daulah ayyubiah yang dimesir dan syiriahJawab :Pemerintahan Al-Asyraf di Damaskus berjalan stabil, tetapi Al-Asyraf dan amir-amir lainnya di Suriah ingin memerdekakan diri dari Kairo. Di tengah kericuhan tersebut,al-Asyraf meninggal dunia pada Agustus 1237 setelah mengidap penyakit selama empatbulan. Ia digantikan oleh saudaranya,as-Salih Ismail. Dua bulan kemudian, pasukanMesir yang dipimpin oleh al-Kamil mengepung Damaskus, tetapi as-Salih Ismail sudahmenghancurkan daerah pinggiran kota tersebut agar pasukan al-Kamil tidak dapatmenemukan tempat bernaung.[58]Pada tahun 1232, al-Kamil mengangkat putrasulungnya,as-Salih Ayyub, sebagai penguasa Hisn Kayfa. Namun, setelah al-Kamilwafat pada tahun 1238, as-Salih Ayyub mempertentangkan pengangkatan adiknyaal-


A.  PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN.

Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan salah satu sektor yang mendapat perhatian besar dari Sultan / Khalifah Ayyubiyah.Diantara usaha-usaha yang dilakukan Khalifah Ayyubiyah untuk memajukan pendidikan:

  1. Membentuk Departemen Khusus Pendidikan dan Penerjemahan.

      Khalifah Al-Hakim(1021 M ) Salah seorang Khalifah Fatimiyah yang pernah membentuk lembaga Darul Hikam pada masanya.Ketika Dinasti Ayyubiyah,Salahuddin Al-Ayyubi mengubah lembaga tersebut menjadi Departemen Pendidikan dan Penerjemahan.Departemen tersebut mampu dan berhasil menerjemahkan dari bahasa  asing ke bahasa Arab.

      Al-Azhar dibangun oleh khalifah Fatimiyah Mu’iz li Dinillah(341-365H / 952-975M) melalui panglima Jauhar As-Saghiri membangun Mesjid Al-Azhar pada tahun 363H / 974M. mesjid tersebut berkembang menjadi lembaga pendidikan sebagai corong pengajaran paham Syi’ah.

Di samping itu, Al-Azhar juga dijadikan oleh Dinasti Al-Ayyubiyah untuk mengajarkan ajaran agama dan ajaran Suni ditambah dengan disiplin ilmu lainnya seperti: fisika, kimia, biologi, dan ilmu hitung. Dengan perubahan tersebut Al-azhar semakin berkembang dengan pesat. Karena itu lebih banyak para pelajar muslim yang datang dari berbagai penjuru untuk menuntut ilmu sampai saat sekarang.

  1. Membangun lembaga-lembag pendidikan di setiap kota.

Pusat-pusat ilmu pengetahuan terdapat di berbagai kota seperti Kairo, Damaskus, Hadramaut, dan Yaman. Contoh lembaga-lembaga tersebut, ialah:

a.       As-Sauhiyah(1239M) , sebagai pusat pengajaran hukum menurut empat mazhab.

b.      Darul Hadist Al-Kamilah(1222M), sebagai pusat pengajaran hadist dan ilmu hadist.

Lewat jalur pendidikan ia memperbanyak madrasah beraliran Suni dan membiayainya untuk mengikis pengaruh Syi’ah yang telah lama dibangun Dinasti Fatimiyah.

B.       PERKEMBANGAN DALAM BIDANG POLITIK DAN MILITER.

Madrasah yang dijadikan sebagai pusat pengajaran hukum menurut empat mazhab adalah
            Pada awal pemerintahan Dinasti Ayyubiyah dari tahun 570H-645H, lebih kurang 75 tahun. Sibuk dalam mempertahankan wilayah kekuasaan dari serangan pasukan salib. Banyak kemenangan yang diraih oleh Dinasti Ayyubiyah. Keberhasilan dalam bidang militer ia dan pasukan dapat mengusir tentara salib dari Palestina dan wilayah islam lainnya. Padahal tentara salib telah bercokol di Palestina selama lebih kurang 100 tahun, dan mepersatukan tentara-tentara Islam dari berbagai suku dan bangsa. Dalam peperangan mereka mempunyai strategi dan peralatan yang canggih seperti; Bahan peledak, senjata api, peluru dan pertarun gan senjata dengan menunggang kuda serta teknik melatih burung merpati untuk kepentingan imformasi militer.

            Dalam bidang Politik Dinasti Ayyubiyah membuat berbagai kebijakan dalam membangun pemerintahan diantaranya:

a.       Mengganti Qadhi-qadhi (Hakim)Syiah  dengan Qadhi-qadhi dengan kalangan ulama sunni.

b.      Mengganti pegawai pemerintahan yang melakukan korupsi.

c.       Memecat pegawai yang bersengkokol dengan penjahat dan perampok.

Karena keberhasilannya, Khalifah Al-Mustadi dari bani Abbasyiyah memberinya gelar Al-Mu’iz Aminil Mukminin.Khalifdah Al-Mustadi juga memberinya beberapa wilayah kekuasaan Abbasyiyah yang meliputi An-Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib pada tahun 1175 M. Sejak itu juga ia dianggap sebagai Sultanul Islam wal muslimin.  

C.    PERKEMBANGAN DALAM BIDANG INDUSTRI DAN PERDAGANGAN.

Sejarah Islam mencatat Email atau Enamel glass merupakan jenis kaca yang paling berharga dalam sejarah Islam.Kaca jenis ini diproduksi diwilayah yang dikuasai Dinasti Ayyubiyah Mambluk.Mesir dan Sunan pada abad ke( 13-14 M ) kaca begitu populer yang dihiyasi dengan email emas.Pada masa itu kaca atau glass email dibuat sebagai hadiah yang bernilai tinggi,juga digunakan dalam acara tertentu yang terbilang istimewa.Kemajuan dalam biadang Industri dapat juga dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh orang Syiria yang lebih canggih dibanding dari pada buatan orang barat,dan juga terdapat baprik karpek,kain dan  gelas.

Dalam bidang Pedagangan bangsa Arab khususnya Dinasti Ayyubiyah telah menggunakan mata uang koin sebagai alat tukar.Sebagai mana yang telah dilakukan dunia Islam sejak zaman Bani Umaiyah.

D.    PERKEMBANMGAN DALAM BIDANG PERTANIAN.

            Pada masa Dinasti Ayyubiyah berkuasa,dibidang pertanian telah menggunakan sistim pertanian yang cukup maju.Hal ini disebabkan karena Dinasti Ayyubiyah  meneruskan kekuasan dinasti Islam sebelumnya yang memang telah maju dalam dunia pertanian. Seperti model irigasi yang praktis, pembangunan, serta serta berbagai temuan dalam produk pertanian.Yang paling penting adalah ditemukan gula.

E.     PERAN AL-AZHAR SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN ILMU KEISLAMAN.

            Universitas Al-Azhar berada di Kairo ibukota Mesir. Al-Azhar pertama didirikan berbentuk Mesjid. Didirikan pada tahun 359H / 970M oleh panglima Dinasti Fatimiyah yang bernama Jauhar As-Saqili dan diresmikan oleh khalifah Mu’iz Lidinillah pada tahun 361H / 972M. Sejak itu Mesjid Al-Azhar tidak saja dijadikan sebagai tempat ibadah shalat, juga dipakai dalam membahas dan mengkaji ilmu pengetahuan. Ketika dibawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah, Al-Azhar bercorakkan Syiah dan kurang diminati oleh orang Islam dan masyarakat lainnya.

Namun pada saat Mesir jatuh ke tangan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 570H / 1174M dibawah komando Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, Universitas Al-Azhar berkembang dengan pesat. Dengan kebijakan menghapus paham Syiah dan mengubah menjadi paham Suni. Pada saat kota Baghdad diserang oleh tentara Mongol atau Tar-Tar pada tahun 656H / 1258M, Al-azhar masih tetap bertahan berkat perlindungan Ayyubiyah. Pada saat bangsa Inggris menjajah Mesir, pada saat itu Al-azhar banyak mendapat tekanan dan kesulitan. Namun bangsa Inggris tetap menghargai Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan bangsa Islam Se-dunia.

Pada abad ke 19M, Al-Azhar kembali mengalami perkembangan ketika seorang tokoh pembaru Islam yang bernama Muhammad Abduh, yang juga menjadikan Universitas dalam bentuk perguruan yang dapat bersaing dengan perguruan tinggi lainnya baik didalam maupun diluar negeri. Muhammad Abduh membuka beberapa fakultas dan jurusan ilmu seperti: filsafat, farmasi, kedokteran, teknologi, dan lain-lain. Akhirnya sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Al-Azhar, banyak diikuti dan diadopsi oleh berbagai lembaga pendidikan Islam di belahan Dunia termasuk Indonesia.

Lembaga-lembaga pendidikan agama di Indonesia hampir seluruhnya mengikuti pola pendidikan Al-Azhar, seperti tingkat dasar Madrasah Ibtidaiyah (MI), tingkat menengah (MTs), tingkat menengah atas (MA), hingga ke perguruan tinggi agama Islam seperti IAIN