Latihan pandu ibu-indonesia berpancasila

تعذّرت معالجة طلبكحدثت مشكلة في هذا الطلب. وإننا نعمل علي إصلاحها بأسرع ما يمكن.

  • عودة إلى الصفحة الرئيسية

  • العربية
  • 中文(简体)
  • English (US)
  • 日本語
  • 한국어
  • Français (France)
  • Bahasa Indonesia
  • Polski
  • Español
  • Português (Brasil)
  • Deutsch

  • إنشاء حساب في فيسبوك
  • تسجيل الدخول
  • Messenger
  • Facebook Lite
  • Watch
  • الأماكن
  • الألعاب
  • Marketplace
  • Meta Pay
  • Oculus
  • Portal
  • Instagram
  • Bulletin
  • حملات جمع التبرعات
  • الخدمات
  • مركز معلومات التصويت
  • المجموعات
  • حول
  • إنشاء إعلان
  • إنشاء صفحة
  • المطوّرون
  • الوظائف
  • سياسة الخصوصية
  • مركز الخصوصية
  • ملفات تعريف الارتباط
  • اختيارات الإعلانات
  • الشروط
  • مساعدة
  • تحميل جهات الاتصال والإشعار غير المتعلق بالمستخدمين
  • الإعدادات
  • سجل النشاطات

Meta © 2022

04/01/2011 06:43

Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”.Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar. ”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya.Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkankepala. Maka,kemudian meluncur lah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertamakali menyebutnya.Akronim itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan PengibarBendera Pusaka.”Pas” berasal dari kata pasukan,”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan ”ka” dari kata pusaka.

Dari Seragam Sampai Lambang

Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera  Pusaka (Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya sendiri, sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang bentuk dan makna setiap atribut.

Bentuk Seragam

Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna

merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara.

Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana, dan masih

tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna

putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya

sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari BENTUK SERAGAM kelompok 45/pengawal, seragamPaskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak

berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.

 

Lambang anggota Paskibraka

Lambang anggota Paskibraka adalah Teratai setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai

belah ketupat. Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang

(mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna

“belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia

yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional,

provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda

lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek Bendera berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan

gambar sangat sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang tulisan “PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA”

Latihan pandu ibu-indonesia berpancasila
 

Lambang Korps

Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai). Di dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:

1.  Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya

diri.

2.  Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi     dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.

3.   Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh

bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.

4.   Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di   tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

5.  Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.

 

 Tanda Pengukuhan

Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat

Perintis/Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan

Pemuda/Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh

Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia”

sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya

dengan menarik nafas panjang sebagai "kiasan" kesediaan untuk

senantiasa setia dan membelanya. Tanda pengukuhan berupa kendit

atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan perbuatannya seharihari. Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar/ pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan menjadikendit bermotif. Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai belah ketupat. Setiap mata

rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”. Semula, ukuran lebar

dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 dm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17Agustus 1945) dan 5(jumlah sila dalam Pancasila).Namun, karena kesulitan teknik pencetakan\ motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm). Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm,dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk

Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm. Warna dasar di belakang Garuda disesuaikandengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.

l Warna hijau untuk Latihan Perintis/Pemula Pemuda l Warna merah untuk Latihan Pemuka Pemuda l Warna coklat untuk Latihan Penuntun

Pemuda l Warna kuning untuk Latihan Pendamping Pemuda l Warna ungu untuk Latihan Penatar Kepemudaan l Warna abu-abu untuk Latihan Penaya Kepemudaan Kedua Tanda Pengukuhan, digunakan dengan ketentuan yang berbeda. Lencana pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku kiri baju), baik pada seragam maupun baju biasa sehari-hari. Sedangkan kendit, dililitkan ke pinggang dan disimpulmatikan di bagian depan (perut) dan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan, tidak untuk

sehari-hari.

 

Latihan pandu ibu-indonesia berpancasila

 (Sumber : Buletin Paguyuban Paskibraka '78, Syaiful Azram)