Kerajaan hindu budha yang pertama di pulau jawa adalah…

Oleh:

Kemdikbud Masjid Agung Demak

Bisnis.com, JAKARTA - Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid bersejarah di Indonesia. Simak sejarah dan keunikan masjid Agung Demak. Masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid Agung Deman terletak di Kauman, Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Ahli sejarah memperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada 1401 saka atau pada abad ke-15 Masehi. Bangunan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.

Dilansir dari laman Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Raden Patah merupakan sosok yang mendirikan Masjid Agung Demak. Raden Patah merupakan pangeran Majapahit sekaligus pemimpin pertama kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Demak.

Lebih lanjut, masjid Agung Demak dibangun ketika agama Islam mulai berkembang di Jawa. Tak heran jika masa pembangunan masjid Agung Demak dibantu oleh Wali Songo, Para wali Allah SWT yang merupakan tokoh-tokoh penyebar agama Islam di pulau Jawa.

KEUNIKAN ARSITEKTUR

Arsitektur masjid Agung Demak mengandung unsur akulturasi budaya lokal Jawa, Hindu-Buddha, dan Islam dari Arab. Hal tersebut itu dipengaruhi dengan seiring keruntuhan Majapahit yang pernah menjadi kerajaan Hindu-Buddha tersebar di Jawa, bahkan Nusantara.

Dikutip dari situs Kemendikbud, masjid Agung Demak dibangun dengan gaya khas Majapahit, yang membawa corak kebudayaan Bali. Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah.

Persinggungan arsitektur Masjid Agung Demak dengan bangunan Majapahit bisa dilihat dari bentuk atapnya. Namun, kubah melengkung yang identik dengan ciri masjid sebagai bangunan Islam, malah tak tampak. Sebaliknya, yang terlihat justru adaptasi dari bangunan peribadatan agama Hindu.

Bentuk ini diyakini merupakan bentuk akulturasi dan toleransi masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di tengah masyarakat Hindu. Kecuali mustoko yang berhias asma Allah dan menara masjid yang sudah mengadopsi gaya menara masjid Melayu.

Dengan bentuk atap berupa tajuk tumpang tiga berbentuk segi empat, atap Masjid Agung Demak lebih mirip dengan bangunan suci umat Hindu, pura yang terdiri atas tiga tajuk. Bagian tajuk paling bawah menaungi ruangan ibadah.

Tajuk kedua lebih kecil dengan kemiringan lebih tegak ketimbang atap di bawahnya. Sedangkan tajuk tertinggi berbentuk limas dengan sisi kemiringan lebih runcing.

Masjid Agung Demak pada dasarnya berdiri pada empat tiang pokok atau disebut soko guru. Fungsi tiang-tiang ini adalah sebagai penyangga bangunan dari tanah sampai puncak masjid. Di antara empat tiang itu ada satu tiang yang sangat unik, dikenal sebagai tiang tatal yang letaknya di sebelah timur laut.

Tiang unik ini disebut tatal (serutan-serutan kayu), karena dibuat dari serpihan kayu yang ditata dan dipadatkan, kemudian diikat sehingga membentuk tiang yang rapi.

Pada tiang-tiang penyangga masjid, termasuk soko guru, terdapat ukiran yang masih menampakkan corak ukiran gaya Hindu yang indah bentuknya. Selain ukiran pada tiang, terdapat pula ukiran-ukiran kayu yang ditempel pada dinding masjid yang berfungsi sebagai hiasan.

Di dalam bangunan utama terdapat ruang utama, mihrab, dan serambi. Ruang utama yang berfungsi sebagai tempat shalat jamaah, letaknya di bagian tengah bangunan. Sedangkan, mihrab atau bangunan pengimaman berada di depan ruang utama, berbentuk sebuah ruang kecil dan mengarah ke arah kiblat (Makkah).

Di bagian belakang ruang utama terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter yang tiang-tiang penyangganya disebut Soko Majapahit yang berjumlah delapan buah itu dan diperkirakan berasal dari kerajaan Majapahit.

Atap Masjid Agung Demak bertingkat tiga (atap tumpang tiga), menggunakan sirap (atap yang terbuat dari kayu) dan berpuncak mustaka. Dinding masjid terbuat dari batu dan kapur.

Pintu masuk masjid diberi lukisan bercorak klasik. Seperti masjid-masjid yang lain, Masjid Agung Demak dilengkapi dengan sebuah bedug. Di masjid ini juga terdapat Pintu Bledeg, bertuliskan Condro Sengkolo, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

tirto.id - Sejarah kerajaan di Indonesia tidak terlepas dari periode kerajaan Hindu-Buddha. Munculnya kerajaan-kerajaan ini tentunya juga dipengaruhi oleh kedatangan agama tersebut di Nusantara.

Pada periode ini, Indonesia berkembang karena adanya jalur maritim yang memudahkan negara lain untuk singgah. Negara lain itu meliputi India, Tiongkok, serta negara wilayah Timur Tengah lainnya.

Terdapat lima teori yang mengungkapkan bagaimana cara agama tersebut menyebar ke Indonesia hingga berdiri menjadi kerajaan bercorak Hindu-Buddha.

Dalam buku Silang Budaya Lokal dan Hindu Budha yang diterbitkan oleh Kemendikbud pada 2017, disebutkan bahwa C. C. Berg menganggap ksatria-ksatria yang berasal dari India memiliki peran besar dalam sejarah kerajaan di pulau Jawa. Pendapat ini disebut sebagai Teori Ksatria dan merupakan teori pertama.

Setelah itu, munculah teori-teori lain. Von Van Faber mengemukakan pendapatnya yang dikenal sebagai Teori Sudra. Ia menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha masuk Indonesia melalui orang berkasta Sudra atau yang dibuang dari India.

Lalu, teori ketiga datang dari kepala N. J. Krom. Ia menyatakan, yang membawa agama Hindu-Buddha adalah para pedagang India dan ini dikenal sebagai teori Waisya.

Perdebatan belum berakhir, teori keempat mengungkapkan bahwa para brahmana yang menyebarkan agama Hindu-Buddha. Sebagai yang berpendapat, J. C. Van Leur menamainya Teori Brahmana.

Setelah ada empat teori, F. D. K. Bosch muncul menanggapi dengan Teori Arus Balik. Ia menerangkan, agama Hindu-Buddha dibawa oleh orang Indonesia yang pulang setelah belajar di India.

Terlepas dari teori tersebut, kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Nusantara sudah dimulai pada sekitar tahun 130 M.

Kerajaan-Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Indonesia

1. Kerajaan Salakanegara (130-358)

Letak kerajaan ini di daerah Pandeglang, tepatnya di Teluk Lada. Dalam buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara (2009), Deni Prasetyo mengungkapkan, kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan kuno yang ada di Indonesia. Raja pertamanya bernama Dewawarman yang merupakan orang India.

2. Kerajaan Tarumanegara (358-700)

Berdasarkan catatan-catatan dalam prasasti peninggalan, Tarumanegara didirikan pada 358 oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman yang juga jadi raja pertama. Selain itu, kerajaan ini merupakan kelanjutan cerita dari Salakanegara yang menjadi kerajaan daerah.

3. Kerajaan Kutai (400-1635)

Di hulu sungai Mahakam daerah Kalimantan Timur kerajaan ini berlokasi. Didirikan oleh Kudungga yang juga merangkap sebagai raja pertama. Kerajaan Kutai berakhir pada masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia. Ia tewas dan akhirnya Kutai menjadi Kesultanan bercorak Islam.

4. Kerajaan Kendan (536-702)

Raja pertama dan pendiri kerajaan ini adalah Raja Maha Guru Manikmaya. Selama masa pemerintahan, jabatan raja selalu diwariskan ke anak dan cucunya hingga sampai ke Wretikandayun yang mengganti kerajaan ini menjadi Kerajaan Galuh.

5. Kerajaan Kalingga (594-782)

Kerajaan Kalingga mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan Ratu Shima yang terkenal tegas. Setelah Ratu Shima meninggal dunia, kerajaan ini dibagi menjadi dua bagian dan diwariskan kepada kedua anaknya.

6. Kerajaan Indraprahasta (598-747)

Raja pertama dari kerajaan ini adalah Maharesi Sentanu. Kerajaan ini terletak di lereng gunung Ciremai, Cirebon. Kehancuran Indraprahasta dimulai ketika Kerajaan Sunda menyerang pada 747 M.

7. Kerajaan Melayu (671-1375)

Berdasarkan berita Cina yang ditulis I-tsing, kerajaan ini berada di daerah Sumatera. Belum ada sumber sejarah yang menyebutkan siapa raja pertama Kerajaan Melayu. Namun, pada 1183, Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa dianggap sebagai raja yang memimpin di masa itu.

8. Kerajaan Sriwijaya (671-1377)

Salah satu kerajaan terbesar di daerah Sumatera yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada abad ke-8 hingga akhirnya runtuh pada 1377 karena serangan Majapahit.

9. Kerajaan Sunda (662-1579)

Berdasarkan namanya, kerajaan ini berlokasi di daerah Jawa Barat serta sebagian Jawa Tengah dan pernah dipimpin oleh Maharaja Jayabhupati. Kerajaan ini kemudian dipindahkan ke daerah Kawali, Ciamis.

Namun, kerajaan ini mengalami kehancuran setelah serangan Maulana Yusuf dari Kerajaan Banten.

10. Kerajaan Galuh (669-1482)

Merupakan lanjutan dari Kerajaan Kendan. Kerajaan ini didirikan dan dipimpin oleh Wretikandayun setelah ia mewarisi tahta Kendan.

11. Kerajaan Sumedang Larang (721-1620)

Awalnya, kerajaan ini berdiri sebagai bawahan Kerajaan Sunda serta Kerajaan Galuh. Namun, pada 1530 Sumedang Larang menyatakan sebagai bagian Kerajaan Cirebon dan menjadi kerajaan bercorak Islam.

12. Kerajaan Medang (752-1045)

Pendiri kerajaan ini adalah Mpu Sindo yang berasal dari kerajaan Mataram. Namun, kerajaan ini mengalami kehancuran di masa kepemimpinan Dharmawangsa karena kudeta dari kerajaan Wurawuri yang merupakan bawahan Medang.

13. Kerajaan Kanjuruhan (800-an)

Pertama kali dipimpin oleh Raja Dewashimha. Kerajaan ini terletak di daerah sekitar Jawa Timur dan memiliki relasi penting dengan Kerajaan Kalingga. Kehancurannya diawali dengan serangan Mataram pada abad ke-10.

14. Kerajaan Bali (914-1430)

Pada periode kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, kerajaan ini terletak di pulau Sunda Kecil yang kini disebut sebagai Bali. Raja pertama kerajaan ini belum dapat diketahui secara pasti, namun yang tercatat berdasarkan Prasasti Lanjong raja pertama adalah Sri Kesari Warmadewa.

15. Kerajaan Kahuripan (1019-1045)

Lokasi kerajaan ini berada di Jawa Timur. Airlangga mendirikan kerajaan ini pada tahun 1009. Setelah hancurnya Kerajaan Medang, Airlangga mengajak rakyat dan membuat kerajaan baru ini.

16. Kerajaan Pajajaran (1042-1482)

Awalnya,kerajaan ini muncul ketika Prasasti Batutulis dan Prasasti Kebantenan ditemukan. Pemimpin kerajaan ini merupakan Maharaja Jayabhupati yang sebelumnya pernah memimpin Kerajaan Sunda. Setelah lama menjadi kerajaan, Pajajaran diserang oleh Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin dan mengalami kekalahan.

17. Kerajaan Janggala (1045-1135)

Sama seperti Kahuripan, kerajaan ini terletak di Jawa Timur dan berpusat di Sidoarjo. Tercatat dalam Prasasti Kambang Putih, raja pertamanya bernama Mapanji Garasakan. Berakhirnya kerajaan ini disebabkan oleh kekalahan melawan Kerajaan Kediri pada 1135.

18. Kerajaan Kadiri (1045-1222)

Raja pertama dari kerajaan ini adalah Sri Maharaja Jyetendrakara Parakrama Bakta. Hal tersebut dijelaskan pada Prasasti Mataji. Kehancurannya terjadi pada masa pemerintahan Kertajaya pada 1222.

19. Kerajaan Singasari (1222-1292)

Ken Arok berperan sebagai pendiri kerajaan ini pada 1222. Posisi tepatnya kerajaan ini terdapat di kota Malang. Pada 1292 terjadi sebuah kudeta dari Jayakatwang yang saat itu berada di bawah pimpinan Singasari,

20. Kerajaan Majapahit (1293-1500)

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk kerajaan ini merupakan kerajaan yang kuat. Bahkan, Majapahit terkenal dengan penaklukkan seluruh Nusantara dan berhasil menguasai sebagian besar Indonesia. Namun, setelah Hayam Wuruk meninggal kekuasaan kerajaan ini mulai menyusut. Majapahit menjadi kerajaan bercorak Hindu-Buddha terakhir di Nusantara.

Kemunduran dari kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha dipengaruhi juga oleh munculnya pengaruh Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan bercorak Islam muncul dan perlahan menyingkirkan eksistensi dari kerajaan Hindu-Buddha.

Baca juga: Sejarah Candi Prambanan Peninggalan Mataram Kuno, Warisan Dunia

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/agu)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Agung DH
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates