Kenapa agama memerintahkan untuk saling menasehati

Hukum menasehati dalam Islam Foto: Shutter Stock

Nasehat atau nasihat adalah bentuk kasih sayang dan kepedulian seseorang terhadap saudara Muslim lainnya. Dengan memberikan nasehat, seseorang akan terselematkan dari perbuatan yang tidak baik dan merugikan.

Dalam Islam, memberikan nasehat termasuk perkara amar ma’ruf nahi munkar. Maksudnya, perilaku ini mampu mengajak seseorang melakukan sesuatu yang mengandung maslahat dan mencegahnya dari perbuatan yang mengandung mudharat.

Akhlak saling menasehati sesama Muslim telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak dulu kala. Bahkan para Nabi dan Rasul pun tidak bosan memberikan nasehat kepada umatnya agar senantiasa menyeru agama Allah. Dalam Surat Al-A’raf ayat 62, Allah SWT berfirman:

“Aku menyampaikan amanat Rabbku, memberikan nasehat kepadamu dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”

Lantas bagaimana hukum menasehati dalam Islam? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Hukum Menasehati dalam Islam

Mengenai hukum menasehati dalam Islam, masih banyak perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Sebagian mengatakan wajib dan sebagian yang lain mengatakan boleh.

Ilustrasi perempuan curhat Foto: Shutterstock

Mengutip buku Kerja Halal Hidup Berkah oleh Khalifurrahman Fath, Al-Muhasibi termasuk ulama yang mewajibkan umat Islam untuk saling menasehati. Menurutnya, nasehat adalah niat baik yang datang dari hati seorang Muslim. Dengan niat baik ini, seseorang di luar sana bisa saja tergerak hatinya untuk bertaubat dan kembali menyeru agama Allah.

Untuk itu, wajib hukumnya bagi seorang Muslim memberikan nasehat kepada saudaranya. Karena hidayah Allah bisa datang kapan saja kepada orang yang Dia kehendaki. Bisa jadi, dengan nasehat itu Allah mendatangkan hidayah-Nya.

Hal selaras disampaikan juga oleh Fathur Muis dalam bukunya yang berjudul 40 Pesan Nabi untuk Setiap Muslim. Beliau menuturkan bahwa hukum asal nasehat adalah wajib yang didasarkan hadist Rasulullah berikut:

Dari Abu Ruqayah Tamim Ad-Daari , sesungguhnya Nabi s bersabda, "Agama adalah nasehat." Kami bertanya, "Untuk siapa?" Beliau bersabda, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum Muslimin dan kaum Muslimin secara umum." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Menurutnya, nasehat adalah kalimat ajaib yang mampu memberikan keuntungan kepada orang yang diberi nasehat. Memberikan nasehat diibaratkan sebagai tindakan menutup cacat pada baju seseorang. Ini sama halnya dengan menutup cela atau kekurangan yang terdapat pada dirinya.

Ilustrasi perempuan curhat Foto: Shutterstock

Berbeda dengan dua pendapat tadi, hukum menasehati dalam Islam menurut sebagian ulama yang lain ialah boleh atau mubah. Mengutip buku Adab Muslim Sehari Semalam oleh Al-Qismul Ilmi, hukum ini bisa menjadi wajib jika nasehat itu diminta oleh saudaranya. Sebab, Imam An-nawawi pernah berkata:

“Apabila dia meminta nasehat darimu, maka wajib bagimu untuk menasehatinya, jangan hanya mencari muka di hadapannya, jangan pula menipunya, dan janganlah kamu menahan diri untuk menerangkan nasehat kepadanya” (Syarh Muslim [7/295] asy-Syamilah)

Nasehat kepada kaum Muslimin bertujuan untuk menyeru mereka kembali kepada agama Allah. Memerintahkan mereka pada yang mak'ruf dan mencegahnya dari yang munkar. Itulah makna sesungguhnya dari kalimat 'agama adalah nasihat'.

Namun pada hakikatnya, tugas seorang Muslim yang pertama adalah menasihati diri sendiri. Jika sudah, barulah ia boleh menasehati orang lain.

Namun, dalam menasehati seseorang, perlu diperhatikan adab dan etikanya. Etika yang paling utama adalah melakukannya secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi.

Karena siapa yang menutupi cela orang lain, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan akhirat. Bahkan, ada ulama yang mengatakan:

"Barangsiapa yang menasihati saudaranya dengan cara empat mata, maka itulah nasihat yang sebenarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang menasihati seseorang di depan khalayak ramai, maka itu adalah penghinaan."

Ilustrasi menasehati antar sesama Muslim. Foto: Freepik

Islam mengajarkan kepada umatnya agar saling menasehati antar sesama. Sebab, salah satu ciri orang beriman, yaitu orang-orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Allah SWT berfiman:

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

Artinya: "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al Ashr: 3).

Rasulullah SAW juga mengisyaratkan bahwa saling menasehati antar sesama merupakan perkara yang penting. Dari Jarir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu, ia berkata: “Aku berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk selalu mendirikan salat, memberikan zakat dan memberi nasehat baik kepada setiap Muslim.” (HR. Jarir bin Abdullah).

Merujuk buku Terbiasa Saling Menasehati dan Berbuat Baik terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, adapun hikmah dari mengapa kita dianjurkan untuk saling menasehati antar sesama, yaitu:

  • Mempererat hubungan antar sesama karena dapat menumbuhkan rasa kebersamaan.

  • Tidak akan merasa rugi dalam hidup, karena dengan adanya nasehat kita akan mengetahui letak kekurangan dalam diri, sehingga bisa segera memperbaikinya.

  • Dengan adanya nasehat dari sesama Muslim, hidup kita juga akan lebih terkontrol dan dapat terhindar dari perbuatan maksiat.

Adab Bernasehat dalam Islam

Ilustrasi menasehati antar sesama Muslim. Foto: Freepik

Sebelum memberikan nasehat kepada orang lain, ada baiknya jika kita memahami beberapa adabnya dalam Islam. Menurut Abdul Aziz bin Fahi as-Sayyid Nada dalam buku Organizational Citizenship Behavior di Bank Syariah karya Dr. Hamsani, terdapat lima adab bernasehat dalam Islam yang perlu diketahui, yaitu:

Dalam memberi nasehat kita tidak diperbolehkan memiliki niat lain, kecuali mengharapkan ridho Allah semata. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap menasihati itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR.Bukhari dan Muslim).

2. Memberikan nasehat dengan bahasa yang sopan dan santun

Islam menganjurkan agar kita memberikan nasehat dengan bahasa yang sopan dan santun. Sebagaimana diterangkan dalam hadits bahwasannya Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka katakanlah yang baik atau berdiam diri.” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Memberikan nasehat sesuai dengan ilmu yang dimilikif

Jika kita ingin memberikan nasehat, sebisa mungkin sesuai dengan ilmu yang telah kita pelajari dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Isra yang artinya

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kami ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra: 36).

4. Dilarang memberikan nasehat di depan orang banyak

Kita dilarang untuk memberikan nasehat di depan orang banyak karena akan dianggap mempermalukan orang yang dinasehati. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Imam Syafie: "Berilah aku nasihat ketika aku sendiri, dan jauhilah nasihat di tengah keramaian karena nasihat di tengah manusia adalah salah satu jenis caci maki yang tidak suka aku dengarkan."

5. Tetap bersabar jika nasehat diberi respon negatif

Kita disarankan untuk tetap memberikan nasehat walaupun tidak diminta. Terlebih jika nasehat itu bertujuan agar terhindar dari keburukan atau kenistaan.

Namun, kita juga harus bersabar dan siap menerima respon negatif dan kesan kurang baik dari orang yang diberi nasehat. Karena tak jarang, mereka akan menganggap bahwa kita ikut campur, sok tahu, dan lain sebagainya.