Keluar cairan putih susu saat hamil 5 bulan

09 Mar 2021|Dina Rahmawati

Ditinjau olehdr. Karlina Lestari

Keluar cairan bening saat hamil perlu diwaspadai

Berbagai perubahan yang terjadi saat hamil kadang mengundang pertanyaan, apakah perubahan tersebut termasuk normal atau tidak? Salah satu hal yang kerap dipertanyakan adalah penyebab cairan bening keluar saat hamil. Cairan bening yang keluar saat hamil bisa saja mengindikasikan ketuban pecah. Maka dari itu, tidak sedikit ibu hamil yang panik saat mengalaminya. Namun, ada baiknya Anda tidak panik terlebih dahulu karena kondisi ini juga bisa dianggap normal. Supaya tidak keliru, simak penjelasannya di bawah ini.

Penyebab cairan bening keluar saat hamil

Penyebab cairan bening keluar saat hamil umumnya menandakan dua kemungkinan, yakni:Keluarnya keputihan tipis bening yang tidak berbau atau hanya sedikit berbau (leukore) selama hamil, merupakan hal yang tidak perlu Anda khawatirkan alias normal. Kondisi ini dipicu oleh terjadinya perubahan hormon pada masa kehamilan.

Keluarnya keputihan bening dan tak berbau normal terjadi saat hamil

Cairan bening yang keluar membantu membersihkan sel-sel mati di vagina sehingga menjaga keseimbangan bakteri sehat di jalan lahir. Peningkatan volume cairan ini juga membantu mengurangi risiko infeksi vagina dan rahim yang bisa membahayakan ibu hamil maupun janinnya.Pada minggu-minggu akhir kehamilan, cairan bening yang keluar bahkan menjadi lebih banyak dengan tambahan sedikit lendir berwarna merah muda. Lendir yang menyerupai jeli tersebut menandakan bahwa tubuh Anda sedang mempersiapkan kelahiran.Penyebab cairan bening keluar saat hamil yang harus diwaspadai adalah ketuban pecah. Air ketuban berfungsi untuk melindungi janin dari benturan, memberi ruang gerak, mencegah infeksi, hingga mendukung perkembangan Si Kecil di dalam kandungan.

Ketuban pecah menyebabkan cairan merembes ke celana dalam

Ketika cairan ketuban pecah, Anda akan mengalami sensasi meletup di area vagina dan kemudian diikuti oleh air ketuban yang menetes terus-menerus, mengalir ke kaki atau merembes ke celana dalama, dan warnanya menyerupai urine pucat (kekuningan). Terkadang, air ketuban juga berwarna cokelat kehijauan yang menunjukkan bahwa cairan tersebut telah tercampur dengan feses janin. Jika terjadi pecah ketuban, ini merupakan keadaan gawat darurat Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter kandungan.Dengan memahami perbedaan keduanya, Anda dapat memastikan cairan bening yang keluar saat hamil termasuk normal atau tidak. Namun, jika Anda masih merasa khawatir, jangan ragu untuk menghubungi dokter.

Baca Juga

Bagaimana Pengaruh Polip Rahim dan Polip Serviks pada Kehamilan?Ketuban Pecah Dini, Ini Tanda-tanda dan Cara MengatasinyaIbu Hamil Positif COVID-19, Bagaimana Efeknya ke Kandungan dan Janin?

Menjaga kesehatan vagina saat hamil

Cairan bening keluar saat hamil dapat membuat Anda merasa tidak nyaman. Apalagi vagina menjadi terasa lebih lembap. Guna menjaga kesehatan vagina saat hamil, berikut adalah sejumah hal yang bisa Anda lakukan.

Bersihkan miss V dengan tepat agar terhindar dari infeksi

Saat mandi atau setelah buang air, basuh vagina dengan menyekanya dari depan ke belakang. Keringkan menggunakan handuk lembut secara menyeluruh agar tidak lembap. Hindari membersihkan anus terlebih dahulu karena bisa menyebabkan bakteri dari anus pindah ke vagina. Sabun mandi beraroma dan pembersih area kewanitaan dapat mengganggu keseimbangan pH vagina. Akibatnya, Anda lebih berisiko mengalami infeksi yang menyebabkan terjadinya keputihan abnormal.Douching dapat mengganggu keseimbangan flora di vagina sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri berlebih. Hal ini tentu bisa memicu terjadinya infeksi yang berpotensi berbahaya bagi Anda maupun janin.

Kenakan celana dalam berbahan katun

Kenakan pakaian yang nyaman saat hamil, termasuk celana dalam. Anda bisa menggunakan celana dalam berbahan katun karena bisa menyerap keringat dengan lebih baik sehingga miss V tidak lembap dan menjadi tempat untuk tumbuhnya bakteri.Hindari menggunakan jeans yang ketat saat hamil. Selain menyebabkan rasa tidak nyaman, celana jeans ketat bisa meningkatkan risiko infeksi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kelembapan pada vagina yang ditimbulkannya.Makanan yang terlalu banyak mengandung gula dapat mendorong pertumbuhan jamur sehingga memicu terjadinya infeksi. Sebaiknya, konsumsil makanan sehat dan bergizi seimbang. Anda juga bisa mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik untuk mencegah ketidakseimbangan bakteri di miss V.Jika cairan yang keluar berbau tak sedap dan memiliki warna yang tak biasa, misalnya kuning atau hijau dengan tekstur yang tebal, Kondisi ini bisa mengindikasikan adanya infeksi. Dokter kemungkinan akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi masalah tersebut.Tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ bagi Anda yang ingin bertanya lebih lanjut seputar penyebab cairan bening keluar saat hamil. Anda juga bisa memantau perkembangan kehamilan menggunakan Kalkulator Kehamilan SehatQ GRATIS!Download sekarang di App Store dan Google Play.

kehamilanmasalah kehamilankeputihan

Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/323433#vaginal-discharge-during-pregnancy
Diakses pada 23 Februari 2021
What to Expect. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/your-health/watery-discharge-during-pregnancy/
Diakses pada 23 Februari 2021

USG kehamilan adalah pemeriksaan yang berguna untuk mengetahui tumbuh kembang janin di dalam rahim. Hal yang bisa dicek pada skrining ini adalah ukuran bayi hingga detak jantungnya.

22 Okt 2019|Azelia Trifiana

Trimester 3 adalah masa akhir kehamilan saat bayi siap dilahirkan ke dunia. Persiapkan hari persalinan Anda dengan baik dan waspadai komplikasi pendarahan hingga preeklampsia.

20 Jan 2021|Larastining Retno Wulandari

Mual muntah saat hamil pertanda janin kuat adalah anggapan yang kerap dipercaya. Namun, ternyata anggapan ini tidak sepenuhnya bisa dipastikan, sebab penyebab mual saat hamil adalah meningkatnya hormon hCG.

20 Jul 2020|Dina Rahmawati

Dijawab Oleh dr. Veranita

Dijawab Oleh dr. Nadieda Ayu

Dijawab Oleh dr. Nadieda Ayu

Meski keputihan ketika hamil tergolong wajar, Anda tetap harus jeli melihat penampilannya, apakah normal atau tidak.

Cairan keputihan normal seharusnya berupa lendir agak kental dan lengket berwarna bening atau putih susu jernih dan tidak berbau menyengat.

Jumlah cairan yang keluar biasanya sedikit, tidak sampai membasahi celana dalam. Namun semakin tua usia kehamilan, lambat laun volume keputihan juga cenderung makin banyak.

Ini bertujuan untuk mempersiapkan tubuh, terutama vagina dalam menghadapi proses melahirkan

Di sisi lain, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang bisa menyebabkan keputihan saat hamil jadi tidak normal.

Berikut sejumlah masalah kesehatan selama kehamilan yang memengaruhi kesehatan vagina:

1. Keputihan tanda infeksi jamur (candidiasis)

Keputihan ketika hamil bisa jadi tanda terkena infeksi jamur vagina (candidiasis) apabila teksturnya berbongkah-bongkah disertai cairan kental berbusa dan berbau menyengat.

Infeksi jamur candidiasis juga menyebabkan vagina terasa gatal atau panas karena terirititasi.

Dikutip dari Virtua, dokter spesialis kandung dr. Eric Grossman mengatakan sekitar satu dari empat wanita akan mengalami infeksi jamur vagina. Akan tetapi tenang saja karena kebanyakan kondisi ini tidak membahayakan bayi.

Meski infeksi jamur bisa mudah diobati dengan obat-obatan di apotek, ibu hamil tidak disarankan untuk asal beli dan pakai. Sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter mengenai rekomendasi untuk mengatasinya.

Untuk menghindari infeksi jamur, Anda bisa melakukan upaya pencegahan, yaitu:

  • Memakai pakaian longgar agar kulit bisa bernapas
  • Mengeringkan vagina setelah mandi, berenang, dan olahraga agar tidak lembap
  • Mengonsumsi makanan fermentasi untuk memelihara bakteri baik di dalam tubuh.

Keputihan yang tidak normal juga menandakan komplikasi kehamilan. Segera hubungi dokter untuk konsultasi lebih lanjut karena bisa menjadi tanda palsenta previa atau plasenta abruptio.

2. Keputihan tanda infeksi bakteri (bacterial vaginosis)

Keputihan ketika sedang hamil yang menandakan bacterial vaginosis biasanya berupa lendir berwarna putih keruh, abu-abu, atau kuning pekat dengan aroma yang amis atau asam.

Kadang kondisi ini juga disertai vagina yang terasa gatal dan kemerahan. Sekitar 10-40 persen wanita hamil yang terinfeksi bacterial vaginosis berisiko mengalami persalinan prematur dan infeksi berupa cairan ketuban.

Oleh karena itu, jangan abaikan keputihan yang Anda alami ketika hamil jika warna dan teksturnya tak seperti biasanya.

3. Keputihan tanda keguguran

Keputihan saat hamil yang keluar dapat menandakan gejala keguguran atau kehamilan ektopik jika berupa lendir berwarna kecoklatan atau disertai bercak darah. Dua komplikasi kehamilan ini berpotensi bahaya bagi ibu dan bayi.

Meski bercak darah bisa jadi ciri hamil, keputihan disertai dengan kondisi tersebut juga mungkin menandakan serviks yang terluka dari hubungan seksual saat hamil.

Kemungkinan lainnya bisa juga akibat pemeriksaan panggul, seperti pap smear saat hamil.

Jika disebabkan oleh dua hal ini, keputihan yang disertai bercak darah masih bisa dikatakan normal. Bercak darah ini akan perlahan menghilang seiring waktu.

4. Keputihan tanda penyakit menular seksual

Cairan keputihan saat hamil yang berwarna kuning atau kehijauan dengan bau tidak sedap mungkin menandakan gejala trikomoniasis.

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur dan berat bayi rendah saat baru lahir (BBLR). Sementara itu, keputihan saat hamil dengan warna kuning keruh berawan menandakan gonore.

Bagaimana cara mengatasi keputihan saat hamil?

Keputihan sering membuat risih dan mengganggu aktivitas. Bagaimana cara mengatasinya? Pertama, pastikan dulu keputihan saat hamil masih tergolong normal.

Anda juga disarankan untuk menjaga kebersihan diri dan area kewanitaan dengan:

  • Membiasakan mencuci tangan terlebih dulu sebelum menyentuh area vagina.
  • Membilas vagina dengan air bersih (tidak usah pakai pembersih vagina) dari depan ke belakang setiap kali habis kencing.
  • Hindari penggunaan tisu pembersih vagina (feminine wipes) dan vaginal douche karena dapat mengiritasi kulit vagina.
  • Hindari pakai baju terlalu ketat saat hamil agar area intim tetap bisa “bernapas”.
  • Rutin ganti celana dalam dan pantyliner saat keputihan yang keluar ketika hamil cukup banyak.
  • Mengeringkan daerah intim usai mandi, berenang, buang air, dan berolahraga agar tidak terus-terusan lembap.

Bila ragu, konsultasikan dengan dokter kandungan untuk memastikan kondisi keputihan yang dialami memang tidak berbahaya.

Bagaimana cara mencegah keputihan saat hamil?

Mencegah keputihan ketika hamil tidak mungkin dilakukan karena keputihan merupakan hal yang normal. Namun, Anda bisa melakukan sesuatu untuk mencegah kemunculan infeksi vagina.

Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi vagina karena keputihan:

  • Tidak menggunakan pantyliner setiap hari selama keputihan karena bisa mengiritasi area vagina.
  • Tidak menggunakan tampon karena bisa memasukkan kuman baru ke dalam vagina.
  • Gunakan deterjen tanpa pewangi untuk mencuci pakaian dalam Anda. Bilas cucian sampai benar-benar bersih.
  • Hindari menggunakan sabun wangi atau cairan antiseptik yang ditambahkan ke dalam bak mandi.
  • Cuci tangan sebelum maupun sesudah menyentuh kemaluan.
  • Pastikan vagina dilumasi dengan baik sebelum melakukan hubungan seksual untuk mencegah iritasi.
  • Pilih celana dalam dari bahan katun sehingga mudah menyerap keringat.
  • Pilih juga celana panjang, celana pendek, atau rok yang longgar untuk dipakai sehingga keringat tidak menumpuk di area sekitar vagina.
  • Bersihkan vagina dari depan ke belakang sehingga kuman atau bakteri yang ada di sekitar anus tidak tersebar ke daerah vagina.
  • Berhenti merokok karena merokok membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi vagina.
  • Konsumsilah makanan tinggi probiotik, seperti yoghurt karena probiotik dapat membantu menjaga keseimbangan bakteri baik dalam vagina.

Jangan anggap remeh ketika cairan keputihan berwarna aneh dan berbau amis, menyengat, dan tidak sedap.

Sebaiknya, segera periksakan ke dokter dan hindari menggunakan obat-obatan yang dijual bebas kecuali atas saran dokter.