Jepang membentuk peta dengan tujuan ....

PADA tahun 1942  pasukan Jepang mendarat di pulau Jawa. Jepang ingin menguasai Indonesia juga. Dengan cara menghasut rakyat Indonesia, Jepang berhasil mendapatkan simpati dari rakyat Indonesia.  Akhirnya Jepang melakukan perlawanan terhadap Belanda. Belanda pun kalah dan memilih mundur.

Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang yang di wakili oleh Letnan Jendral H. Ter Poorten (Belanda) kepada Letnan Jendral Hitoshi Imamura (Jepang). Sejak saat itu berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia. Masyarakat Indonesia menyambut Jepang dengan senang  karena telah membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Jepang membuat pemerintahan, juga tentara-tentara untuk memperkuat Jepang. Salah satunya Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA.

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) atau dalam bahasa Jepang bernama kyōdo bōei giyūgun adalah kesatuan militer yang di bentuk oleh Jepang pada masa kependudukannya di Indonesia. Pada awalnnya pemerintah Jepang di Indonesia, membentuk pemerintahan militer di Pulau Jawa yang bersifat sementara. PETA sendiri di bentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 di Blitar yang di umumkan oleh Panglima Tentara ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada. PETA dibuat bukan ide yang berasal dari pemerintahan Jepang, melaikan berasal dari pemerintahan Indonesia. Hal ini dibuktikan dari berita yang dimuat pada koran “Asia Raya” pada tanggal 13 September 1943.

Tujuan Jepang membentuk organisasi PETA ialah menarik simpati rakyat Indonesia agar rakyat indonesia memberikan bantuan kepada pasukan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Dan tujuan di bentuknya PETA untuk Indonesia ialah membangkitkan semangat juang para pemuda-pemuda Indonesia untuk para pemuda yang mengikuti organisasi PETA ini mengikuti latihan di kompleks militer Bogor, Jawa Barat yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai. PETA merupakan organisasi semi militer dan militer yang bertugas mempertahankan tanah air Indonesia dari serbuan musuh. Jumlah personel PETA ada 66 Batalyon di Jawa, 3 Batalyon di Bali, dan sekitar 20.000 orang di Sumatera Markas Bogor.

PETA membuat beberapa tingkat pangkat dalam organisasi ini:

  1. Daidanco (komandan batalyon) merupakan pegawai pemerintahan, pemimpin agama, pamng praja, politikus dan penegak hukum
  2. Cudanco (komandan kompi) merupakan guru dan juru tulis
  3. Shodanco (komandan peleton) pelajar dari sekolah lanjutan pertama dan atas
  4. Budanco (komanda regu) merupakan pemuda yang pernah bersekolah dasar
  5. Giyuhei (prajurit sukarela) pemuda yang belum pernah bersekolah

Dengan terbentuknya PETA membuat para anggotanya kecewa karena Jepang yang selalu berjanji untuk membuat masa depan yang lebih cerah, tinggi namun hanya membuat rakyat Indonesia hanya menderita. Dengan kondisi ini kemudian terjadi pemberontakan pada 14 februari 1945 dengan di pimpin oleh Supriyadi. Namun pada tanggal 18 agustus 1945, tentara Daidan Jepang untuk menyerah dengan memberikan senjata, dan esoknya Jepang meninggalkan Indonesia. Dengan adanya Sejarah PETA ini membuat perjuangan yang di berikan sangat luar biasa. |Dari berbagai sumber

Jepang membentuk peta dengan tujuan ....

Jepang membentuk peta dengan tujuan ....

Penulis: Syamsul Dwi Maarif
tirto.id - 17 Feb 2022 12:15 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Jepang membentuk peta dengan tujuan ....
PETA berisikan para pemuda Indonesia yang mendapatkan pendidikan militer modern.

tirto.id - Salah satu organ paramiliter yang didirikan ketika Jepang menduduki Indonesia adalah Pembela Tanah Air (PETA). Tentara sukarela ini dibentuk setelah dikeluarkannya peraturan Osamu Seirei No. 44 pada 3 Oktober 1943 oleh Gunseikan, pemimpin tertinggi pemerintahan militer Jepang yang berkedudukan di Jakarta.

PETA berisikan para pemuda Indonesia yang mendapatkan pendidikan militer modern. PETA dibentuk untuk membela tanah air dari serangan Sekutu yang juga merupakan lawan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

PETA dalam perkembangannya setelah kemerdekaan nantinya akan menjadi salah satu pilar utama dalam pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). TKR merupakan cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Latar Belakang PETA

Setelah berhasil menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai pada tanggal 8 Desember 1941, Jepang sukses menguasai wilayah-wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang waktu itu dijajah Belanda.

Jepang mendarat di Indonesia pada 11 Januari 1942 melalui Tarakan, pulau di timur laut Kalimantan. Sehari setelah pendaratannya, Jepang dengan ribuan pasukannya yang berada di bawah komando Shinzuo Sakaguchi berhasil merebut Tarakan dan Balikpapan usai memukul mundur pasukan Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL).

Pasukan Jepang kemudian terus melakukan penekanan kepada Belanda di Sumatera dan Jawa. Akhirnya tentara dan pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Perjanjian ini diwakili oleh Letnan Jendral H. Ter Poorten (Belanda) dan Letnan Jendral Hitoshi Imamura (Jepang). Perjanjian ini menandai berakhirnya kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia.

Dilansir dari tulisan Suhartono dalam Sejarah Pergerakan Nasional: 1908-1945 (2001), Perundingan di Kalijati pada 8 Maret 1942 menyepakati bahwa angkatan perang Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

Alasan Pembentukan PETA

Pada saat Jepang menduduki Indonesia, Perang Asia Timur Raya masih terus berlangsung. Keadaan ini tentunya memaksa Jepang untuk mencari bala bantuan dalam berperang terutama melawan Sekutu. Kondisi ini kemudian menyasar diperlukannya penduduk Indonesia, terutama para pemuda sebagai pasukan tambahan Jepang.

Dikutip dari Kepemimpinan ABRI dalam Perspektif Sejarah karya Suyatno Kartodirdjo (1997), mobilitas penduduk oleh pemerintah Jepang mempercepat proses penyerapan dan pengetahuan tentang kemiliteran yang dimiliki Jepang.

Alasan pembentukan PETA bagi kedua belah pihak secara mendasar ini berbeda. Indonesia telah mendambakan adanya pelatihan militer bagi penduduknya sejak zaman penjajahan Belanda. Berbeda dengan Jepang, Belanda merasa takut apabila rakyat Indonesia dilatih militer justru akan membuat keberadaannya sewaktu-waktu dapat dihancurkan.

Jepang membentuk PETA didasarkan dengan adanya kebutuhan akan tambahan pasukan terlatih dalam bidang militer sebagai tindakan antisipasi untuk menghadapi Sekutu apabila menyerang wilayah Indonesia.

Infografik SC Tujuan Pembentukan PETA. tirto.id/Sabit

Terbentuknya PETA

Pada saat menjelang pelatihan kemiliteran Jepang kedua, keluarlah perintah surat pembentukan PETA (Kyodo Boei Giyugun). Dikutip dari modul Stop, Kami Tak Mau Dijajah Lagi oleh Im Sodiawati (2018:9), Letjen Kamakici Harada memutuskan agar pembentukan PETA bukan inisiatif pemerintah Jepang, melainkan inisiatif bangsa Indonesia.

Pemerintah tentara Jepang kemudian mengutus Gatot Mangunpraja untuk menulis sebuah surat yang berisikan permohonan pembentukan tentara PETA. Surat ini nantinya akan dikirim ke Gunseikan, pemimpin tertinggi pemerintahan militer Jepang yang berkedudukan di Jakarta pada tanggal 7 September 1943.

Dilansir dari buku Api Sejarah Jilid II oleh Ahmad Mansyur Suryanegara (2006), bahwa keinginan untuk membentuk PETA dari pihak Indonesia kemudian dikuatkan dengan surat dari Gatot Mangkoepradja kepada Gunseikan.

Surat Gatot Mangkoepradja berisikan permintaan supaya Jepang memberikan perintah untuk membentuk barisan pemuda Indonesia yang berguna dalam membela tanah air dari ancaman Sekutu selama terjadinya Perang Asia Timur Raya.

“... bangsa Indonesia bukan saja tinggal di belakang dan memperkuat garis belakang, akan tetapi juga turut terjun ke medan perang, ikut melawan dan meruntuhkan kekuasaan Inggris, Amerika, dan sekutunya," tulisnya dikutip dari Surat Gatot Mangkoepradja Dipersembahkan ke Hadapan Padoeka Jang Moelja Tuan Gunseikan di Djakarta (1943).

Menurut Nugroho Notosusanto dalam Tentara PETA pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia (1979), bahwa prakarsa untuk membentuk pasukan tambahan yang terdiri dari orang-orang lokal memang harus datang dari seorang pemimpin Indonesia.

Surat permohonan yang telah dikirim oleh Gatot Mangunpraja kemudian dikabulkan oleh Gunseikan melalui dikeluarkannya peraturan Osamu Seirei No. 44.

Dikutip dari laman Universitas Malahayati, PETA sendiri dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 di Blitar yang diumumkan oleh Panglima Tentara ke-16, Letnan Jendral Kumakivhi Harada.

Tujuan Pembentukan PETA

Tujuan pembentukan PETA dapat dilihat melalui dua sudut pandang. Pembentukan PETA bagi pemerintah Jepang tentu membawa angin segar, yakni adanya bantuan pasukan dari rakyat Indonesia dalam Perang Asia Timur Raya.

Kemudian, PETA sesuai dengan namanya adalah pasukan yang memiliki tugas untuk membela tanah air dari ancaman pasukan Sekutu.

Sementara bagi bangsa Indonesia, terbentuknya PETA adalah suatu usaha dalam membangkitkan semangat juang para pemuda supaya dapat terlatih dalam bidang militer.

Selain itu, PETA juga dipersiapkan sebagai bentuk kekuatan militer apabila Indonesia sewaktu-waktu memproklamirkan kemerdekaan.

Baca juga artikel terkait TENTARA PETA atau tulisan menarik lainnya Syamsul Dwi Maarif
(tirto.id - sym/dip)

Penulis: Syamsul Dwi Maarif Editor: Dipna Videlia Putsanra Kontributor: Syamsul Dwi Maarif

© 2022 tirto.id - All Rights Reserved.