This Paper A short summary of this paper 37 Full PDFs related to this paper
Lihat Foto Kemendikbud RI Ilustrasi Masuknya Islam di Nusantara KOMPAS.com - Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut agama Hindu dan Buddha. Kehidupan masyarakat pada masa itu memakai konsep Hindu-Buddha, seperti sistem kasta yang ada di masyarakat. Islam yang masuk ke Indonesia mampu memengaruhi dan membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu contoh perubahan yang terjadi dalam bidang sosial sejak masuknya Islam setelah masa Hindu-Buddha adalah pudarnya penggolongan masyarakat berdasarkan kasta. Di bidang sosial, masuknya Islam ke Indonesia membuat sistem kasta yang ada di masyarakat tidak diterapkan lagi. Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Buddha, dan Masa Islam [2019] karya Tri Worosetyaningsih, pada masa Hindu-Buddha masyarakat Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waista, dan kasta Sudra. Di luar kasta tersebut masih ada golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam kasta, yaitu mereka yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta BrahmanaKasta Brahmana merupakan kasta tertinggi. Kaum Brahmana bertugas menjalankan upacara- upacara keagamaan. Kasta KsatriaKasta Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan. Golongan kasta ksatria seperti raja, bangsawan, dan prajurit masuk dalam kelompok tersebut. Pengaruh Islam terhadap Masyarakat di Indonesia, masuknya pengaruh Islam ke Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Perubahan-perubahan itu antara lain tampak dalam bidang-bidang berikut ini. Bidang PolitikSebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan tersebut kemudian mengalami kemunduran dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan Islam. Pada masa Islam, konsep kerajaan berubah menjadi kesultanan. Dalam sistem kesultanan nilai-nilai Islam menjadi dasar dalam pengendalian kekuasaan. Bidang SosialPada masa Hindu-Buddha terjadi pembedaan yang tegas antar kelompok masyarakat, pembedaan ini disebut dengan sistem kasta.Sistem ini membedakan masyarakat menjadi golongan Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.Setelah Islam masuk, sistem kasta menjadi pudar karena ajaran Islam tidak menerapkan sistem kasta.Meskipun demikian, pada masa Islam masih terdapat penggolongan kelompok masyarakat.Di Jawa misalnya,seorang ulama diberi gelar Kyai, sebuah gelar yang menunjukkan ketinggian derajat pada struktur sosial di masyarakat.Begitu pula dengan para penyebar agama Islam yang diberi gelar Sunan, gelar ini menujukkan status sosial yang tinggi. Bidang AgamaPada masa Islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat yang menganut agama Hindu, Buddha, atau menganut kepercayaan terhadap roh halus. Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam. Berkembangnya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia tidak serta merta menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Kebudayaan Islam mengakomodasi kebudayaan yang sudah ada, tentunya dengan modifikasi dan penyesuaian agar tetap sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil akulturasi tersebut antara lain sebagai berikut. Seni BangunanBentuk bangunan masjid kuno memiliki unsur kemiripan dengan kebudayaan Hindu-Buddha.Kemiripan ini terlihat pada hal-hal berikut. Atap TumpangAtap tumpang merupakan atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil, tingkat yang paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpeng itu selalu ganjil, biasanya 3 sampai 5 tingkat. Atap tumpang serupa dengan arsitektur Hindu. Atap tumpang sampai saat ini masih banyak kita temukan di Bali. Namanya meru, dan khusus digunakan sebagai atap bangunan-bangunan suci di dalam pura. Contoh masjid yang menggunakan atap tumpang adalah Masjid Demak dan Masjid Banten. MenaraMenara merupakan bagian bangunan masjid yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan ketika waktu shalat telah tiba. Pada masjid Kudus bentuk menara mirip sekali dengan bentuk bangunan Candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya dan diberi atap tumpang. Pembangunan makam bagi sebagian umat Islam di Indonesia dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Di Indonesia banyak ditemukan makan yang terletak di bukit atau dataran tinggi.Misalnya makam Sunan Gunung Jati di gunung Sembung atau kompleks pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri. Makam-makam yang terletak di tempat-tempat tinggi atau di atas bukit masih menunjukkan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan kepada roh nenek moyang dan merupakan bentuk perwujudan pendirian punden berundak megalithik.
Seni UkirSeni ukir yang berkembang pada masa Islam merupakan modifikasi dari masa sebelumnya.Dalam ajaran Islam ada larangan untuk membuat patung atau melukis makhluk hidup apalagi dalam bentuk manusia. Meskipun demikian, seni ukir terus berkembang dengan menggunakan ragam hias yang terdiri dari pola-pola daun-daunan, bunga-bungaan [teratai], bukit-bukit karang, pemandangan, dan garis-garis geometri. Ragam hias ini kemudian ditambah dengan ragam hias huruf arab [kaligrafi] yang kerap kali digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup. Dalam bidang budaya pengaruh Islam tampak dalam bidang seni tari dan musik yakni debus, Seudati dan zapin. Diyakini sebagai kesenian asli masyarakat Banten, yang berkembang sejak masa-masa awal Islam [selama pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin], debus menjadi salah satu sarana penyebaran agama Islam. Pertunjukan debus ini diawali oleh nyanyian atau pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al-quran serta salam kepada Nabi Muhammad. Dewasa ini debus sebagai seni bela diri dan banyak di pertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat. Kesenian debus yang sering dipertontonkan diantaranya membakar tubuh dengan apri, menaiki atau menduduki susunan golok tajam, dan bergulingan di atas serpihan kaca atau beling. Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berati saksi/bersaksi “Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah”. Dalam Tari Seudati, para penari menyanyikan lagu tertentu yang isinya berupa salawat terhadap Nabi Muhammad. Sementara itu, zapin merupakan khazanah tarian rumpun melayu yang mendapat pengaruh Arab, Persia dan India sejak abad XIII. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islam melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Berdasarkan penjelasan di atas maka jawabannya adalah pengaruh Islam dalam bidang budaya tampak dalam bidang seni tari dan musik yaitu debus, seudati dan zapin. Lalu dalam bidang seni rupa adalah adanya teknik stiliasi serta berkembangnya seni kaligrafi. Masuknya kebudayaan Islam memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Indonesia. Perpaduan kebudayaan lokal dan Islam menghasilkan akulturasi dalam berbagai bidang kehidupan di Indonesia. Salah satu pengaruh kebudayaan Islam di bidang kebudayaan yaitu nampak pada akulturasi antara adat istiadat dengan budaya Islam. Dengan demikian, pengaruh kebudayaan Islam terhadap kebudayaan Indonesia nampak dalam pertunjukan wayang yang disisipkan nilai kandungan Islam. Video yang berhubungan |