Jenis usaha apa saja yang sesuai untuk daerah dataran tinggi

Jenis usaha apa saja yang sesuai untuk daerah dataran tinggi

 

Lokasi adalah satu poin penting yang perlu Kamu pertimbangkan ketika akan menjalani bisnis. Karena pada dasarnya, ide bisnis yang Kamu jalankan perlu disesuaikan dengan tempat tinggal Kamu. Apa jadinya jika Kamu menjual ice cream di daerah yang curah hujannya tinggi? Kemungkinan besar, barang daganganmu akan sulit terjual. Sebenarnya, setiap tempat memiliki potensi bisnisnya masing-masing, tidak tergantung pada daerah perkotaan ataupun pedesaan. Nah, apabila Kamu tinggal di daerah pegunungan, berikut ini terdapat beberapa jenis usaha yang bisa Kamu coba.

Karena udaranya yang dingin, para wisatawan di pegunungan cenderung suka menikmati makanan dan minuman panas. Jadi, Kamu dapat membuka warung kopi di pinggir jalan sehingga para wisatawan lebih mudah untuk berhenti dan mampir ke sana. Untuk lebih menarik pelanggan Kamu sebaiknya menyediakan kopi-kopi khas daerah serta berbagai camilan dan menu makanan lainnya.

Biasanya, para pengunjung di daerah pegunungan tidak langsung pulang di hari yang sama. Mereka akan menghabiskan beberapa hari untuk menikmati kesejukan di sana sebelum akhirnya harus kembali ke kota. Maka dari itu, Kamu pun dapat membuka usaha penginapan sebagai sarana akomodasi mereka. Meskipun Kamu tidak bisa membua tempat penginapan yang mewah, Kamu harus tetap membuatnya nyaman dan bersih.

Membuka usaha kuliner, terutama kuliner khas daerah adalah salah satu pilihan bisnis yang menjanjikan. Apalagi, makanan juga merupakan salah satu ikon tempat wisata dan dapat dijadikan sebagai oleh-oleh. Tentu saja, akan banyak wisatawan yang berburu oleh-oleh untuk dibawakan kepada kerabat maupun kenalan.

Tanah yang ada di pegunungan cenderung subur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik di sana. Apabila Kamu memiliki lahan kosong, tidak ada salahnya Kamu mencoba untuk menanam berbagai sayuran, buah, maupun sumber pangan lainnya. Hasil perkebunan ini nantinya bisa Kamu jual kepada para distributor.

Selain usaha perkebunan, Kamu juga bisa menjalankan usaha peternakan. Pertama-tama, cobalah untuk menentukan jenis hewan ternak mana yang cocok di tempat tinggalmu. Pada dasarnya usaha peternakan termasuk salah satu jenis usaha yang menjanjikan selama Kamu merawat hewan-hewan ternakmu dengan baik. 

Pegunungan dapat menjadi tempat yang menghasilkan banyak potensi usaha. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan tersebut dan gunakan juga aplikasi kasir gratis dari Cashlez untuk memudahkan Kamu bertransaksi.

Ilustrasi kegiatan masyarakat dataran tinggi, sumber foto: https://unsplash.com/

Aktivitas masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis yang ada di sekitarnya. Kondisi geografis suatu wilayah juga memengaruhi mata pencaharian masyarakat sekitar. Karena itu, setiap daerah memiliki aktivitas yang berbeda dan tentunya memiliki kegiatan ekonomi yang berbeda juga. Berikut adalah lima contoh aktivitas penduduk Indonesia di dataran tinggi.

Setiap masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya pasti akan melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan ekonomi. Dikutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas IV, Tim Tunas Karya Guru (2017: 8) kegiatan ekonomi adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan tempat tinggalnya. Perbedaan bentang alam dan kekayaan alam yang ada disuatu daerah akan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi di daerah tersebut.

Daerah pegunungan dan dataran tinggi yang memiliki udara yang sejuk dan tanah yang subur. Kegiatan ekonominya akan cenderung mengarah pada sektor pertanian. Dimana masyarakat pegunungan atau dataran tinggi kebanyakan akan menjadi petani dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada.

5 Contoh Aktivitas Penduduk Dataran Tinggi

Ilustrasi kegiatan masyarakat dataran tinggi, sumber foto: https://unsplash.com/

Dataran tinggi atau pegunungan sendiri adalah suatu wilayah atau daerah yang berada 500 meter di atas permukaan air laut. Berikut adalah contoh aktivitas yang berada di lingkungan wilayah dataran tinggi.

Kondisi fisik dataran tinggi yang berhawa sejuk dan letaknya yang relatif tinggi ( > 600 m di atas permukaan laut ) cocok untuk usaha perkebunan teh, kina, cengkih, kopi, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Jenis tanaman ini akan tumbuh subur di daerah dataran tinggi. Hanya perlu hati-hati dalam pengolahan lahan untuk perkebunan. Kondisi fisik dataran tinggi rentan terhadap erosi tanah.

Selain perkebunan, kegiatan ekonomi yang dapat diusahakan di dataran tinggi adalah pertanian hortikultura. Sistem pertanian ini dilakukan dengan cara memperbanyak jenis tanaman yang di tanam pada lahan pertanian. Dengan cara ini hasil panen akan meningkat, kegagalan panen dapat diperkecil, dan lahan tetap hijau ditumbuhi tanaman sehingga erosi tanah dapat dicegah. Pertanian hortikultura banyak diusahakan di Pulau Jawa dan Sumatra.

Hutan akan tumbuh baik di dataran tinggi. Di Indonesia, hutan masih banyak tumbuh di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan sebagian kecil Jawa. Perekonomian penduduk Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa, masih tergantung dari hasil hutan. Selain memanfaatkan berbagai jenis kayu, seperti jati, ulin, kruing, dan bangkirai, penduduk juga mengambil hasil hutan lainnya seperti rotan, damar, dan getah-getahan.

Di dataran tinggi yang berhawa sejuk dan dingin juga cocok untuk usaha peternakan. Jenis hewan yang diternakan atau dikembangbiakan adalah hewan yang mempunyai bulu tebal sehingga dapat mengatasi udara dingin.

Dengan memanfaatkan kondisi alam maka daerah dataran tinggi memiliki potensi yang luar biasa untuk dijadikan sebagai tempat wisata.

Demikian pembahasan mengenai contoh kegiatan di dataran tinggi. (WWN)


Page 2

Temperatur dan kelembaban yang konstan adalah keadaan ideal untuk pertumbuhan tanaman teh. Kondisi tersebut dapat ditemukan di wilayah iklim tropis dan subtropis di Asia tempat lebih dari 60% teh dunia diproduksi. Dataran tinggi yang dingin merupakan tempat paling baik untuk memproduksi daun teh berkualitas tinggi. Tanaman teh dapat dipanen untuk pertama kalinya setelah mencapai usia kira-kira empat tahun. Ketika panen, hanya daun-daun muda yang dipilih, mengimplikasikan bahwa pemetikan manual lebih efisien dibandingkan menggunakan peralatan mesin. Karenanya, produksi teh adalah bisnis padat tenaga kerja.

Dua negara yang mendominasi produksi teh global adalah Cina dan India. Bersama-sama kedua negara ini berkontribusi untuk hampir setengah dari produksi teh dunia.

Negara Produsen Teh Terbesar pada Tahun 2014:

1. Cina       1,980,000
2. India       1,184,800
3. Kenia         445,105
4. Sri Lanka         338,032 
7. Indonesia         132,000

dalam ton metrik
Sumber: Statista

Teh di Indonesia

Produksi dan Ekspor Teh Indonesia

Indonesia saat ini adalah produsen teh terbesar ketujuh di dunia. Kendati begitu, karena prospek bisnis yang menguntungkan dari kelapa sawit, hasil produksi teh telah menurun di beberapa tahun terakhir karena beberapa perkebunan teh telah diubah menjadi perkebunan kelapa sawit, sementara perkebunan-perkebunan teh yang lain telah menghentikan produksi untuk memproduksi sayuran atau produk pertanian lain yang lebih menguntungkan. Meskipun ada penurunan luas lahan, jumlah produksi teh tetap relatif stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan-perkebunan teh yang tersisa menjadi lebih produktif.

Produksi & Ekspor Indonesia:

     2008    2009    2010    2011    2012  
   2013    2014    2015
Produksi Teh
(dlm ton metrik)
153,971  156,900 156,600 150,800 150,900 152,700 146,682 130,000
Ekspor Teh
(dlm ton metrik)
 91,700  92,300  87,100  75,500  70,100  70,800    62,700

Sumber: Food and Agriculture Organization of the United Nations

Provinsi-provinsi yang memproduksi teh paling banyak di Indonesia adalah:

1.

Jawa Barat (menyumbang sekitar 70% dari produksi teh nasional)
2. Jawa Tengah
3. Sumatra Utara

Jenis usaha apa saja yang sesuai untuk daerah dataran tinggi

Hampir setengah dari produksi teh Indonesia diekspor keluar negeri. Pasar ekspor utamanya adalah Rusia, Inggris, dan Pakistan. Teh Indonesia yang diekspor terutama berasal dari perkebunan-perkebunan besar di negara ini, baik yang dimiliki negara maupun swasta (biasanya menghasilkan teh bermutu tinggi atau premium), sementara mayoritas petani kecil lebih berorientasi kepada pasar domestik (karena teh yang dihasilkan berkualitas lebih rendah dan karenanya memiliki harga penjualan yang lebih murah). Petani-petani kecil ini, yang kebanyakan menggunakan teknologi lama dan metode-metode pertanian yang sederhana, biasanya tidak memiliki fasilitas pengolahan. Pasar domestik teh tidaklah besar, direfleksikan oleh tingkat konsumsi teh per kapita Indonesia yang rendah. Pada tahun 2014, penduduk Indonesia mengkonsumsi rata-rata 0,32 kilogram teh per orang per hari (rata-rata dunia adalah 0,57 kilogram in 2014, sementara Turki jelas merupakan pengkonsumsi terbesar dengan 7,54 kilogram).

Perkebunan-perkebunan teh yang besar di Indonesia biasanya dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (contohnya Perkebunan Nusantara). Beberapa contoh dari pembudidaya teh swasta yang besar adalah Kabepe Chakra dan Gunung Slamat. Perusahaan barang konsumen Unilever Indonesia membeli bahan mentah tehnya dari perkebunan-perkebunan milik negara atau swasta untuk memproduksi produk-produk tehnya.

Dibandingkan dengan negara-negara utama penghasil teh lainnya, hasil produksi (per hektar) Indonesia rendah karena kebanyakan petani kecil kekurangan kemampuan finansial dan keahlian untuk mengoptimalkan produksi, sementara sebagian besar dari teh Indonesia ditumbuhkan dari biji dan bukannya dari hasil stek daun teh.

Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia adalah teh hitam, diikuti oleh teh hijau.

Mirip dengan komoditi-komoditi lain, Indonesia bergantung pada ekspor teh produk primer (hulu). Kurang berkembangnya industri hilir teh Indonesia mengurangi daya saing industri teh Indonesia di pasar internasional. Ekspor produk-produk hilir teh berkontribusi hanya untuk kira-kira 6% dari total eskpor teh.

Jenis usaha apa saja yang sesuai untuk daerah dataran tinggi

Prospek Masa Mendatang Industri Teh

Konsumsi teh global diproyeksikan akan meningkat hampir 3% setiap tahunnya selama satu dekade mendatang. Menskipun konsumsi teh domestik Indonesia telah bertumbuh subur selama dekade-dekade yang lalu, konsumsi teh per kapita tetaplah rendah (terlebih lagi kelas menengah urban Indonesia semakin mengembangkan “gaya hidup konsumsi kopi”). Kendati begitu konsumsi minuman teh dingin telah bertumbuh dengan kuat di beberapa tahun terakhir. Impor teh, meskipun berasal dari jumlah yang kecil, telah meningkat di periode Reformasi (terutama dari Vietnam). Impor-impor semacam ini dipandang sebagai ancaman untuk penjualan dan margin keuntungan para produsen lokal dan karenanya penting untuk mendongkrak produksi teh di Indonesia.

Kementerian Pertanian Indonesia mengumumkan di tahun 2014 bahwa kementerian ini akan menduakalilipatkan anggaran untuk merevitalisasi perkebunan-perkebunan teh negara ini (terutama di Jawa Barat karena sekitar 60% perkebunan teh di Indonesia berlokasi disana) dalam rangka mendongkrak hasil produksi teh Indonesia. Anggaran ini akan digunakan untuk program intensifikasi (yang termasuk distribusi pupuk) untuk 1.700 hektar dan program rehabilitasi (yang mencakup distribusi biji dan pupuk) untuk 1.500 hektar perkebunan teh.

Meskipun biaya tenaga kerja masih relatif rendah di Indonesia, upah minimum telah bertumbuh dengan cepat selama beberapa tahun terakhir. Sebagai industri yang padat tenaga kerja (pemetikan biasanya dilakukan manual), biaya tenaga kerja merupakan komponen terbesar dari biaya operasional produsen teh. Oleh karena itu, peningkatan gaji minimum yang cepat menimbulkan kekuatiran.

Kekuatiran yang lain adalah infrastruktur. Indonesia memiliki karakteristik infrastruktur yang lemah (baik kuantitas maupun kualitas). Situasi ini menyebabkan biaya-biaya logistik meningkat tajam, membuat biaya transportasi teh dari perkebunan menuju fasilitas pengolahan dan kemudian ke outlet retail lebih mahal dari seharusnya.

Updated pada 22 November 2015