Indikator biologi yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya polusi air adalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita memerlukan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan berbagai keperluan lain. Sayangnya, seiring dengan kemajuan zaman maupun modernisasi bidang industri pencemaran lingkungan tidak dapat dihindari. Salah satunya pencemaran air, sehingga berpengaruh pada ketersediaan air bersih.

Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup atau zat lain ke dalam air yang menyebabkan kualitas air menurun ke tingkat tertentu sehingga tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, tetapi masyarakat desa sudah mulai merasakan kondisi air yang tercemar.

Pada dasarnya, air yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari harus memenuhi syarat/ parameter baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Jika dilihat secara kuantitas maka rata-rata keperluan air per hari per kapita sebanyak 100 liter.

Namun, jika melihat secara kualitas maka air yang sehat harus memenuhi berbagai syarat/ parameter untuk menentukan tercemar atau tidaknya suatu badan perairan yang dilihat dari parameter fisika, kimia, dan biologi agar tidak merugikan kesehatan.

Parameter Fisika

Meliputi kandungan partikel padat, zat padat terlarut, kekeruhan, warna, bau, suhu, dan pH. Air normal yang dapat dikonsumsi memiliki sifat tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Air normal memiliki pH sekitar 6,5 – 7,5.

Baca juga: Penanggulangan Pencemaran Udara

Parameter Kimia

Meliputi kandungan BOD (biochemical oxygen demand), COD (chemical oxygen demand), DO (dissolved oxygen), ammonia, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor, organik, fosfor anorganik, sulfat, klorida, belerang, logam, dan gas.

BOD adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik di dalam air. COD adalah ukuran kandungan oksigen yang diperlukan agar bahan buangan di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (biasanya digunakan dalam indikator limbah cair industry). Sementara itu, DO adalah ukuran kandungan oksigen terlarut dalam air.

Parameter Biologi

Parameter biologi digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme air yang dapat menyebabkan penyakit. Contohnya; Escherichia coli, Vibrio cholera, Salmonella typhosa, entamoeba histolyca, dan lain sebagainya.

Indikator biologi yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya polusi air adalah

ITB Kampus Ganesha

Jl. Ganesa 10 Bandung - Jawa Barat, Indonesia


Bila kita perhatikan, kondisi air yang tercemar akan berubah dan mempunyai beberapa ciri khusus yang membedakan dengan air bersih. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (PP.No.82 tahun 2001).

Beberapa literatur menuliskan ciri air tercemar ini, diantaranya (Djajadiningrat, 1992), menyatakan bahwa badan air yang tercemar ditandai dengan warna gelap, berbau, menimbulkan gas, mengandung bahan organik tinggi, kadar oksigen terlarut rendah, matinya kehidupan di dalam air umumnya ikan dan air tidak lagi dapat dipergunakan sebagai bahan baku air minum Sedangkan menurut Wardana (1999), indikator atau tanda air telah tercemar adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

1-Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH yang lebih besar akan bersifat basa, Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.

2- Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dari air limbah dapat larut dan terdegradasi maka bahan buangan dalam air limbah dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna air. Bau timbul akibat aktifitas mikroba dalam air merombak bahan buangan organik terutama gugus protein, secara biodegradasi menjadi bahan mudah menguap dan berbau.

3-Perubahan Suhu Air.
Air Sungai suhunya naik mengganggu kehidupan hewan air dan organisme lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas, oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air, semakin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

4-Timbulnya Endapan, Koloidal dan bahan terlarut

Indikator biologi yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya polusi air adalah
Pencemaran Air

Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap didasar sungai dan dapat larut sebagian menjadi koloidal, endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari sedangkan sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis.

Bahan buangan industri yang dibuang ke lingkungan perairan akan di degradasi oleh mikroorganisme, berarti mikroorganisme akan berkembang biak tidak menutup kemungkinan mikroorganisme pathogen juga ikut berkembang biak. Mikroorganisme pathogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit.

Sebelum ada alat pendeteksi tingkat polusi, ternyata ada banyak organisme hidup di sekitar kita yang dapat mendeteksi adanya polusi di suatu wilayah. Para peneliti menyebutnya sebagai bioindikator, yaitu organisme hidup yang memberikan kita gambaran tentang kondisi kesehatan suatu ekosistem. Ada banyak bioindikator di sekitar kita, berikut adalah 4 bioindikator yang sering kita jumpai.

Tahukah kamu jika amfibi seperti katak dan kodok adalah bioindikator? Yup, kodok dan katak dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu wilayah masih dalam kondisi baik atau tidak. Keberadaan dan jumlah populasi kodok dan katak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

Normalnya, setiap 1000 tahun sekali ada 1 spesies amfibi yang punah. Namun selama 20.000 tahun terakhir setidaknya 168 spesies amfibi telah punah secara global. Alasan utama punahnya spesies amfibi adalah hilangnya habitat tempat tinggal mereka, meningkatnya tingkat polusi, adanya patogen, dan masuknya spesies asing.

Mengapa katak dan kodok begitu rentan? Hal ini karena katak dan kodok memiliki kulit permeable yang mudah terpapar dan menyerap zat beracun. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup mereka sangat mencerminkan kondisi lingkungan mereka, terutama kualitas air, vegetasi, dan habitat pemijahan. Maka tingkat kepunahan katak dan kodok yang tinggi mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan di sekitar kita.

Katak. Gambar oleh Capri23auto dari Pixabay

Lumut umumnya ditemukan pada batang pohon dan batuan yang tersusun dari alga dan jamur, dan sangat sensitif terhadap racun di udara. Lumut memperoleh nutrisi dari udara bersih untuk berkembang sehingga menjadi bioindikator kualitas udara di sekitarnya. Lumut bereaksi terhadap perubahan ekologis di hutan, termasuk kualitas udara hutan dan iklim. Hilangnya lumut dari lingkungan menunjukkan stress pada lingkungan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar polutan seperti sulfur dioksida SO2, polutan belerang dan nitrogen N2.

Lumut sering digunakan untuk memantau kondisi hutan dengan alasan karena lumut adalah organisme sederhana yang tidak memiliki akar dan kulit. Kondisi hutan yang masih sangat baik ditandai dengan keberadaan lumut yang melimpah. Sedangkan hutan yang rusak ditandai dengan hilangnya keberadaan lumut.

Lumut. Gambar oleh woong hoe dari Pixabay

Bivalvia atau kerang-kerangan merupakan biota yang sering digunakan sebagai indikator pencemaran pesisir laut. Hal ini disebabkan karena kehidupan bivalvia berhubungan dengan sedimen, kebiasaan makan yang mampu menyaring bahan makanan atau filter feeder, dan kemampuannya yang dapat mengumpulkan bahan pencemar dalam tubuhnya.

Bivalvia telah diteliti untuk memantau tingkat pencemaran berbagai macam polutan di laut diantaranya radionuklida buatan, hidrokarbon terklorinasi, dan logam. Di Indonesia, jenis bivalvia yang sering digunakan untuk mendeteksi polutan di laut adalah jenis kerang hijau. Selain sebagai indikator polutan, kerang hijau juga dapat digunakan untuk menjernihkan air laut, hal ini dapat dilakukan karena kerang merupakan filter feeder atau filter alami yang dapat memperbaiki kualitas air laut.

Karena kemampuan filter feeder dan kemampuan mengumpulkan polutan dalam tubuh kerang, maka bagian lunak kerang sering terkontaminasi oleh polutan logam berat. Maka sebelum mengkonsumsi kerang ada baiknya diperhatikan kembali dari mana kerang tersebut diperoleh. Hindari mengkonsumsi kerang yang berasal dari perairan yang sangat tercemar.

Kerang Hijau. Gambar oleh RitaE dari Pixabay

Cacing tanah adalah organisme penting dalam sistem tanah, terutama karena efeknya yang menguntungkan untuk kesuburan tanah. Cacing tanah dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah dengan membentuk lapisan bahan organik di tanah lapisan atas. Karena fungsi inilah cacing tanah dikenal sebagai bioindikator yang sangat baik untuk mendeteksi polusi tanah.

Sebuah pengamatan dilakukan di Bavaria selama 20 tahun, menunjukkan adanya peningkatan jumlah cacing tanah secara signifikan pada tanah yang subur. Peningkatan populasi cacing tanah tersebut disebabkan karena aktivitas manajemen pengolahan tanah yang baik. Penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi bahan kimia dalam tubuh cacing tanah dapat menjadi indikator tingkat polusi tanah. Dari sini dapat kita amati bahwa cacing tanah adalah organisme yang tepat untuk mengevaluasi dampak aktivitas manusia terhadap tanah. Coba perhatikan tanah kebun di sekitarmu, jika kamu tidak menemukan cacing tanah, mungkin itu adalah indikasi tanah kebunmu kurang subur atau telah tercemar polusi.

Cacing Tanah. Gambar oleh Natfot dari Pixabay

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/21553769.2016.1162753

https://www.sciencelearn.org.nz/resources/1538-bioindicators


Page 2