Vaksin hepatitis b tahan berapa lama

Dr Samsuridjal Djauzi

Putri saya diterima di Fakultas Keperawatan. Saya pernah membaca di ruang konsultasi ini yang isinya menganjurkan agar dokter, dokter gigi, dan perawat sebelum kontak dengan pasien sudah mempunyai antibodi terhadap hepatitis B. Putri saya sudah pernah menjalani vaksinasi hepatitis B pada waktu SMP. Vaksinasinya tiga kali, dan dokter anaknya juga melakukan tes antibodi setelah tiga kali penyuntikan. Hasilnya, antibodinya tinggi sekali, mencapai hampir 1.000. Karena perawat perlu mempunyai antibodi hepatitis B, maka dia saya anjurkan periksa di laboratorium, ternyata antibodinya tinggal 100 saja. Mungkin menurun setelah pemeriksaan sekitar empat tahun yang lalu.

Apakah putri saya perlu menjalani vaksinasi hepatitis B kembali. Apakah penyuntikan perlu tiga kali seperti dulu agar antibodinya tinggi lagi. Selain itu, saya juga ingin menanyakan siapa saja yang perlu divaksinasi hepatitis B selain petugas kesehatan? Apakah sekarang juga sudah tersedia vaksin hepa- titis C?

Saya juga pernah membaca bahwa risiko hepatitis virus menjadi kronik lebih besar pada hepatitis C dibandingkan dengan hepatitis B. Benarkah begitu? Hal ini saya tanyakan karena saya punya teman sekantor yang menderita kanker hati, dan menurut dokter kanker tersebut disebabkan karena penyakit hepatitis B yang kronik. Tampaknya, sampai sekarang dia hanya minum obat penghilang sakit, belum ada obat penyembuh untuk kanker hati. Badannya menjadi amat kurus, perutnya buncit, dan keadaannya sudah amat lemah. Apakah istri dan anak-anak teman saya juga perlu divaksin hepatitis B?(M di B)

Jawaban

Petugas kesehatan terutama perawatan dalam pekerjaan sehari-harinya kontak erat dengan pasien serta kontak tersebut cukup lama. Dokter yang merawat pasien kontak dengan pasiennya mungkin di kamar operasi, di kamar bersalin, atau di ruang perawatan. Namun, kontak antara dokter dan pasien biasanya tak lama. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawatlah yang paling erat dan lama kontak dengan pasien. Karena itu, perawat harus melindungi diri dari penularan penyakit dari pasiennya, termasuk penyakit hepatitis B.

Risiko petugas kesehatan tertular hepatitis B jauh lebih besar daripada bukan petugas kesehatan. Karena itu, badan kesehatan sedunia, WHO, menganjurkan semua petugas kesehatan telah mempunyai kekebalan (antibodi terhadap hepatitis B) sebelum kontak dengan pasien. Karena pada umumnya sekarang baik di Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, maupun Fakultas Keperawatan kontak dengan pasien dimulai sejak awal pendidikan, maka sebaiknyalah mereka yang diterima dalam pendidikan telah divaksinasi atau punya kekebalan tubuh secara alamiah.

Seperti diketahui orang dapat punya kekebalan terhadap hepatitis B selain melalui vaksinasi juga dapat karena terpajan virus hepatitis B dan badannya membentuk antibodi yang mempunyai manfaat proteksi. Dulu setelah vaksinasi yang berhasil membentuk antibodi yang tinggi, setiap 5 tahun diperiksa kembali titer antibodi. Jika titer mulai rendah, dilakukan vaksinasi ulang satu kali saja. Namun, sekarang menurut para pakar penyakit hati jika setelah vaksinasi dinyatakan responder (berhasil membentuk antibodi yang kadarnya mencukupi) tidak diperlukan lagi ulangan vaksinasi. Jadi meskipun sekarang titer antibodi putri Anda hanya 100 I.U tak perlu dilakukan vaksinasi hepatitis B ulang.

Vaksin hepatitis C

Vaksin hepatitis C memang sudah lama dinantikan karena selain hepatitis B, hepatitis C pun dapat menjadi kronik. Bahkan, risiko hepatitis C menjadi kronik jauh lebih besar daripada hepatitis B. Kanker hati di Indonesia memang sebagian besar berkaitan dengan hepatitis B dan hepatitis C. Kanker hati dapat terjadi sebagai perjalanan hepatitis B kronik.

Sampai saat ini terapi kanker hati memang belum memuaskan. Mereka yang berisiko tertular hepatitis C dari anggota keluarga dianjurkan untuk menjalani vaksinasi hepatitis B apabila belum punya kekebalan terhadap hepatitis B. Virus hepatitis B dapat menular secara vertikal (dari ibu hamil ke bayinya) dan secara horizontal (dari orang ke orang lain), misalnya sesama murid sekolah.

Penularan virus hepatitis B terjadi melalui cairan tubuh. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini telah memasukkan vaksin hepatitis B ke dalam program vaksinasi anak. Artinya, semua anak Indonesia diharapkan dapat memperoleh vaksinasi hepatitis B. Namun, bagi anak atau orang dewasa yang tak termasuk program ini hendaknya secara aktif memeriksakan diri apakah mereka sudah mempunyai kekebalan, dan jika belum dianjurkan untuk menjalani vaksinasi hepatitis B.

Negara kita luas dan penduduknya banyak, karena itu diperlukan tenaga kesehatan yang mencukupi untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Menurut data Kementerian Kesehatan, sekitar 20 persen puskesmas kita belum mempunyai tenaga dokter. Penyebaran tenaga dokter, dokter gigi, dan perawat di negeri kita memang belumlah merata. Mudah-mudahan dengan semakin banyaknya tenaga kesehatan serta meningkatnya kepedulian terhadap kesehatan saudara-saudara kita di daerah terpencil, penyebaran tenaga kesehatan kita akan semakin merata.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Halodoc, Jakarta - Hepatitis B merupakan penyakit yang menyerang organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka 1–2 bulan, jika terjadi dalam intensitas yang rendah. Jika penyakit tidak dapat membaik selama dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan, maka infeksi ini akan memicu peradangan kronis pada organ hari, bahkan gagal hati.

Infeksi tersebut umum terjadi pada bayi. Gejala biasanya tidak akan muncul saat virus hanya berdiam diri dalam tubuh. Meski hanya berdiam diri, tetapi pengidap bisa menularkan virus ini pada orang lain. Lantas, kapan waktu yang tepat untuk melakukan vaksin hepatitis B? Begini penjelasan selengkapnya.

Baca juga: Ini Alasan Pengidap Hepatitis B Butuh Tes Serologi

Waktu yang Tepat Melakukan Vaksin Hepatitis B

Vaksin hepatitis B dapat diberikan kapan pun dan pada siapa pun. Meski dapat diberikan kapan pun, tetapi vaksin ini wajib diberikan pada bayi yang baru lahir, 12 jam setelah kelahirannya. Vaksin menjadi hal yang wajib dilakukan, karena sistem kekebalan tubuh bayi belum memiliki kemampuan dalam melawan virus hepatitis B seperti orang dewasa. Jika bayi sudah terinfeksi, maka ia akan mengalaminya seumur hidup.

Bukan itu saja, anak juga berisiko mengalami kematian di usia 5 tahun pertamanya, karena penyakit hati yang dialami, termasuk gagal hati dan kanker hati. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pemberian vaksin diwajibkan. Seperti pada penjelasan sebelumnya, vaksin pertama paling baik diberikan dalam kurun waktu 12 jam pertama setelah persalinan.

Vitamin K diperoleh terlebih dulu, selanjutnya disusul dengan pemberian vaksin setelah 30 menit kemudian. Jenis vaksin hepatitis B diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Vaksin HB monovalen berikan saat anak berusia 0, 1, dan 6 bulan.
  • Vaksin HB yang ditambah dengan immunoglobulin hepatitis B (HBIg), jika bayi terlahir dari ibu yang positif mengidap hepatitis B. 
  • Vaksin HB yang dikombinasikan dengan DTPw (difteri, tetanus, pertusis), yang didahului dengan pemberian vaksin HB monovalen saat anak berusia 0 bulan. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian vaksin HB kombinasi DTPw saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.
  • Vaksin HB yang dikombinasikan dengan DTPa (difteri, tetanus, pertusis), yang didahului dengan pemberian vaksin HB monovalen saat anak berusia 0 bulan. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian vaksin HB kombinasi DTPa saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan.

Meskipun dilakukan sebagai langkah pencegahan hepatitis B, tetapi vaksinasi juga dapat menimbulkan efek samping yang berdampak ringan, seperti demam, dan rasa nyeri pada area suntikan. Vaksin ini memang wajib diberikan 12 jam setelah anak lahir, tetapi jika bobot tubuhnya sudah mencapai 2000 gram.

Baca juga: 5 Cara Mencegah Penyebaran Hepatitis B

Ini yang Menjadi Gejala Hepatitis B pada Bayi

Virus hepatitis B menular melalui cairan tubuh, seperti air liur, darah, sperma, dan cairan vagina. Hepatitis B pada pada bayi ditularkan oleh ibu yang juga memiliki penyakit yang sama. Bukan itu saja, faktor mengidap hepatitis B akan semakin tinggi jika seseorang tinggal di satu tempat dengan pengidap, menerima donor darah dari pengidap, serta masuknya air liur ke dalam tubuh melalui gigitan.

Pada bayi, gejala akan muncul 12–180 hari setelah terpapar virus. Gejala yang umum terjadi adalah:

  • Mengalami bagian tubuh menguning (khususnya pada kulit dan mata).
  • Mengalami lemas dan lunglai.
  • Mengalami sakit perut sebelah kanan atas.
  • Mengalami penurunan nafsu untuk menyusu.
  • Mengalami muntah-muntah.
  • Mengalami demam.
  • Mengalami gatal-gatal.
  • Mengalami ruam kulit.

Baca juga: Berapa Lama Hepatitis B Dapat Disembuhkan?

Saat ditemukan sejumlah gejalanya, atau kamu adalah seorang pengidap hepatitis B, segera periksakan diri di rumah sakit terdekat sebelum merencanakan kehamilan, ya! Hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang dapat membahayakan nyawa pengidapnya. Jadi, waspadai gejala yang muncul.

Vaksin hepatitis b tahan berapa lama

Referensi:
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses pada 2020. JADWAL IMUNISASI 2017.
Medical News Today. Diakses pada 2020. Benefits of the hepatitis B vaccine for newborns.
Children's Hospital of Pittsburgh. Diakses pada 2020. Hepatitis B in Children: Symptoms and Treatment.