Hormon apa saja yang dapat mempengaruhi proses oogenesis

Pengertian Oogenesis, Fungsi, Tahapan, dan Hormon yang Memengaruhinya

Amongguru.com. Manusia bereproduksi secara seksual dan pada saat-saat tertentu akan membentuk se-sel kelamin atau gamet.

Sel-sel kelamin yang dibentuk pria disebut sel sperma (spermatozoa), sedangkan sel kelamin yang dibentuk oleh seorang wanita dinamakan sel telur (ovum).

Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis dan proses pembentukan ovum disebut dengan oogenesis. Kedua proses tersebut mengawali terjadinya perkembangan pada manusia.

Pada kesempatan kali ini, admin akan membagikan informasi mengenai pengertian oogenesis, fungsi, tahapan, dan hormon yang memengaruhinya.

Oogenesis merupakan salah satu bagian penting dalam sistem reproduksi wanita. Dengan mempelajari materi ini, diharapkan akan dapat melengkapi informasi yang sudah Anda terima tentang Sistem Reproduksi Manusia.

A. Pengertian Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel telur atau ovum. Proses oogenesis terjadi di dalam ovarium.

Siklus oogenesis dimulai sejak bayi masih berada di dalam kandungan, ketika organ kelamin sudah terbentuk.

Ovum merupakan gamet pada wanita yang digunakan untuk proses reproduksi seksuat sehingga dihasilkan sebuah individu baru melalui proses pembuahan (fertilisasi) dengan sel sperma.

Ovum berisi satu set DNA haploid (n) dan mengandung 23 kromosom yang diperlukan sebagai kode penentu sifat dan fisik dari keturunannya.

Pada saat bertemu dengan gamet jantan (sperma) yang juga berisi satu set DNA haploid (n), maka akan terbentuk sebuah zigot yang selanjutnya berkemban menjadi embrio dan janin.

Baca juga : Pengertian, Fungsi, Tahapan,dan Faktor Proses Pembentukan Spermatogenesis.

Ovum adalah istilah jamak untuk sel telur yang jumlahnya banyak, sedangkan istilah satu sel telur disebut oosit.

Setiap wanita biasanya mempunyai persediaan ovum pada ovariumnya, Ketika persediaan ovum ini habis maka wanita tersebut akan masuk ke fase menopause dengan ditandai berhentinya siklus menstruasi.

B. Tahapan Oogenesis

Oogenesis sebenarnya sudah terjadi sejak bayi masih berusia 5 bulan dalam kandungan. Proses oogenesis berlanjut hingga oosit primer membelah secara meiosis pada saat bayi berusia 6 bulan.

Akan tetapi proses ini tidak dilanjutkan sehingga oosit primer dalam keadaan dorman (istirahat). Di dalam ovarium terdapat sel induk telur yang dinamakan oogonium.  

Oogonium merupakan sel induk dari sel telur yang terdapat pada sel folikel yang ada dalam ovarium.

Sel-sel oogonium bersifat diploid (2n) yang selanjutnya akan mengalami pembelahan secara mitosis menjadi oosit primer yang juga bersifat haploid (2n).

Setelah bayi dilahirkan, di dalam ovariumnya mengandung 1 hingga 2 juta oosit primer. Seiring berjalannya waktu, oosit primer yang dihasilkan mengalami kematian setiap harinya.

Kondisi ini berlangsung hingga manusia menginjak masa pubertas. Akibatnya, oosit primer yang tersisa hanya 200.000 hingga 400.000.

Menginjak masa pubertas, oosit primer melanjutkan fase pembelahan meiosis I. Pada fase ini, oosit primer membelah menjadi dua sel yang berbeda ukuran dan masing-masing bersifat haploid.

Satu sel yang berukuran besar dinamakan oosit sekunder, sedangkan sel yang lain dengan ukuran lebih kecil dinamakan badan kutub primer.

Pada fase berikutnya, oosit sekunder akan melanjutkan pada fase meiosis II. Fase ini dilakukan apabila ada fertilisasi.

Apabila tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder mengalami degenerasi. Akan tetapi, apabila ada fertilisasi, fase meiosis II dilanjutkan.

Indikasinya, oosit sekunder membelah menjadi dua sel, yakni satu berukuran besar dan satu berukuran lebih kecil.

Sel yang berukuran besar di namakan ootid, sementara sel berukuran kecil dinamakan badan kutub sekunder.

Secara bersamaan, badan kutub primer juga membelah menjadi dua. Oleh karenanya, fase meiosis II menghasilkan satu ootid dan tiga badan kutub sekunder.

Kemudian, satu ootid yang dihasilkan tersebut berkembang menjadi sel telur (ovum) yang matang. Sementara itu, badan kutub hancur atau palosit (mengalami kematian).

Hormon apa saja yang dapat mempengaruhi proses oogenesis
Gambar proses oogenesis

Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan ovulasi. Setiap ovulasi hanya memiliki satu sel telur yang matang sehingga dapat hidup selama 24 jam.

Apabila sel telur yang matang tersebut tidak dibuahi, maka sel telur akan mati dan luruh bersama dinding rahim pada awal siklus menstruasi.

C. Faktor yang Mempengaruhi Oogenesis

Proses oogenesis seorang wanita akan dipengaruhi hormon-hormon yang ada di dalam tubuh, khususnya hormon reproduksi.

Hormon-hormon reproduksi yang berpengaruh terhadap proses oogenesis adalah sebagai berikut.

  • Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone); berfungsi untuk merangsang terjadinya ovulasi (proses pengeluaran sel telur atau ovum).
  • Hormon LH (Luteinizing Hormone); berfungsi sebagai merangsang ovulasi (proses pengeluaran sel telur).
  • Hormon Estrogen; berfungsi untuk membantu pematangan folikel dan merangsang pertumbuhan alat kelamin sekunder.
  • Hormon Progesteron, berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium yang berperan dalam peluruhan ovum (menstruasi).

Demikian ulasan mengenai pengertian oogenesis, fungsi, tahapan, dan hormon yang memengaruhinya. Semoga bermanfaat.

Sistem reproduksi wanita merupakan salah satu bagian terpenting dalam tubuh untuk melanjutkan keturunan. Agar terjadi kehamilan, wanita membutuhkan sel telur yang matang sehingga siap dibuahi. Sebelumnya, ada pula proses oogenesis yang menjadi tahap awal agar sel telur terbentuk. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Hormon apa saja yang dapat mempengaruhi proses oogenesis

Mengutip dari laman Fertilitypedia, pengertian oogenesis adalah proses pembentukan dan pematangan sel telur (ovum) pada wanita, yang terjadi di dalam ovarium (indung telur).

Sel telur di dalam tubuh wanita sudah ada sejak masih berusia 8 hingga 20 minggu di dalam kandungan. Ovarium yang ada di embrio memiliki sekitar 600 ribu sel oogonium.

Oogonium atau sel induk telur memperbanyak diri dengan cara mitosis (membelah diri) hingga jumlahnya mencapai lebih dari 7 juta oosit primer.

Sayangnya, jumlah oosit primer yang banyak ini akan terus berkurang sampai janin lahir.

Oosit adalah sel telur yang belum matang dan nantinya berkembang sekaligus matang di lapisan luar ovarium.

Awalnya, jumlah oosit primer lebih dari 7 juta. Lalu, jumlah ini pun menurun dan tersisa sekitar 1–2 juta setelah bayi perempuan lahir.

Sel-sel telur ini juga akan berhenti berkembang sementara hingga memasuki usia pubertas pada masa remaja.

Setelah masa puber inilah oogonium atau sel induk telur akan aktif bekerja lagi mengikuti siklus menstruasi.

Dari 2 juta oosit primer yang ada hanya sekitar 400 saja yang bisa bertahan hingga menjadi folikel matang.

Folikel matang adalah kantong kecil yang memiliki dinding sel dan di dalamnya terdapat satu sel telur. Sel telur ini yang kemudian akan dilepaskan selama masa subur atau reproduksi.

Maka dari itu, proses oogenesis ini diperlukan agar sel telur menjadi matang, sehingga pembuahan pun bisa terjadi.

Perlu dipahami bahwa seiring bertambahnya usia, maka kualitas serta kuantitas sel telur mengalami penurunan dan ini adalah hal yang normal terjadi.

Sebelum proses terjadinya kehamilan, tubuh membutuhkan proses oogenesis terlebih dahulu karena berkaitan dengan fungsi reproduksi.

Dalam proses ini, bakal sel telur akan terbagi menjadi beberapa jenis sesuai tahapannya, yaitu sebagai berikut.

  • Oogonium.
  • Folikel primordial.
  • Oosit primer.
  • Oosit sekunder.
  • Sel telur matang.

Berikut adalah proses oogenesis atau terbentuknya sel telur pada tubuh wanita.

Proses oogenesis dimulai dengan adanya mitosis dan meiosis. Mitosis adalah proses pembelahan sel yang menghasilkan dua gamet (sel anak) yang identik.

Sementara itu, meiosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan empat gamet yang masing-masingnya memiliki jumlah kromosom setengah dari sel induknya.

Oogonium atau sel induk telur akan matang dan bermitosis menjadi oosit primer (sel telur menjadi besar).

Oosit primer sendiri nantinya akan terbelah menjadi dua bagian menghasilkan oosit sekunder (hasil dari pembelahan).

Pembelahan ini akan mulai terjadi saat tubuh memasuki usia pubertas, yakni umumnya sekitar usia 12 tahun.

2. Fase perkembangan

Berbeda dengan proses spermatogenesis, pembelahan sel telur pertama pada proses oogenesis mengalami perkembangan sitoplasma (bagian sel) yang tidak seimbang.

Akibatnya, ada satu oosit (sel telur yang belum matang) yang memiliki banyak sitoplasma, sedangkan oosit lainnya tidak memiliki sitoplasma.

Oosit yang memiliki banyak sitoplasma berukuran lebih besar daripada oosit yang tidak mempunyai sitoplasma. Oosit yang lebih kecil inilah yang disebut dengan badan polar pertama.

3. Fase pematangan

Setelah itu, oosit sekunder yang berukuran lebih besar akan mengalami pembelahan sel telur kedua yang menghasilkan ootid.

Sementara, badan polar pertama juga akan membelah menjadi dua badan polar kedua.

Dapat dikatakan bahwa ovulasi atau kematangan sel terjadi ketika oosit telah mencapai tahap perkembangan ootid.

Selama masa hidupnya, diperkirakan setiap wanita bisa memiliki sekitar 400 sel matang.

Lalu, setelah pembuahan, maka ootid sudah melewati tahap akhir pematangan dan bisa menjadi sel telur.

Ootid kemudian akan berkembang menjadi sel telur apabila bertemu dengan spermatozoa alias sel sperma.

Jika oosit atau ootid bertemu dengan sel sperma dan pembuahan tidak terjadi, siklus oogenesis terulang kembali.

Namun, tidak hanya itu saja, sel telur yang tidak jadi berkembang akan luruh dari dinding rahim dan menjadi darah menstruasi.

Proses ini nantinya bisa mengalami degenerasi atau perubahan, tergantung faktor-faktor dalam tubuh yang bisa memengaruhi siklus haid ini.

Hormon apa saja yang dapat mempengaruhi proses oogenesis

Saat proses oogenesis atau pematangan sel telur wanita berhasil, hal ini yang membuat Anda mengalami ovulasi setiap bulannya.

Perlu diketahui pula bahwa saat mengalami ovulasi, hanya akan ada satu sel telur saja yang matang.

Proses oogenesis ini bisa terjadi karena adanya bantuan dan dipengaruhi oleh hormon lainnya yaitu hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone).

Dikutip dari Medline Plus, hormon FSH dapat merangsang pertumbuhan folikel di ovarium (indung telur) sebelum pelepasan sel telur pada proses oogenesis.

Sementara hormon LH mempunyai manfaat untuk memicu terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur dari indung telur.

Akibat banyaknya jenis hormon yang bisa memengaruhi proses oogenesis, siklus reproduksi wanita juga sering kali mengalami perubahan.