Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

risqyacintap risqyacintap

Jawaban:

sumeber daya alam di dki jakarta cenderung lebih sedikit, meskipun terletak di pulau jawa. sumber daya alam di dki jakarta pada umunya dapat ditemukan di daerah kepulauan seribu, yang berisikan bahan tambang, pohon bakau dan biota lautnya.

maaf kalo salah ^^

  • Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

  • Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

Jawaban:

karet,dan minyak bumi

Penjelasan:

semoga membantu

  • Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

  • Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

Sebagai kota pelabuhan, Jakarta pada mulanya bernama Sunda Kelapa. Kemudian, pada 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah datang dan mendirikan kota Jayakarta untuk mengganti Sunda Kelapa. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai saat berdiri kota Jakarta.

Kota Jayakarta berkembang sebagai kota pelabuhan yang sibuk, di mana para pedagang dari Cina, India, Arab, Eropa, serta negara-negara lain saling bertukar komoditas.

Pada 1619, VOC Belanda yang dipimpin Jan PieterszoonCoen menghancurkan Jayakarta, lalu membangun kota baru di bagian barat sungai Ciliwung yang dinamakan Batavia, diambil dari Batavieren, nenek moyang bangsa Belanda

Batavia direncanakan dan dibangun nyaris mirip dengan kota-kota di Belanda, yaitu dalam bentuk blok yang masing-masing dipisahkan oleh kanal, dilindungi oleh dinding sebagai benteng, serta parit. Selesai dibangun pada 1650, Batavia adalah tempat tinggal bangsa Eropa. Sementara bangsa Cina, Jawa, dan penduduk pribumi lainnya disingkirkan ke tempat lain.

Batavia digunakan untuk menyebut nama kota ini selama tiga abad lebih. Setidaknya bermula pada 1619, atau sumber lain mengatakan tahun 1621, hingga 1942. Sejalan dengan kebijakan de-Nederlandisasi oleh Pemerintah Jepang, nama kota sengaja diganti dengan bahasa Indonesia atau Jepang. Walhasil, pada 1942, nama Batavia berubah menjadi Djakarta sebagai akronim Djajakarta.  

Menurut Lasmijah Hardi dalam Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita (1987), pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya, pada 8 Desember 1942. Nama lengkap kota itu ialah Jakarta Tokubetsu Shi.

Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai dengan meninggalkan nama Jepang-nya.

Memasuki zaman Indonesia merdeka, Menteri Penerangan Republik Indonesia Serikat (RIS) saat itu, Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu, menegaskan, sejak 30 Desember 1949 tak ada lagi sebutan Batavia bagi kota ini. Sejak saat itu, nama Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta.

Pemberian nama Jakarta ini kembali dikukuhkan pada 22 Juni 1956 oleh Wali Kota Jakarta Sudiro (1953-1960). Saat itu, sebelum 1959, posisi Jakarta masih merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada 1959, status Jakarta diubah, dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat Satu yang dipimpin gubernur. Gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo. Pada 1961, status Jakarta diubah kembali, dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI).

Sedangkan penetapan tanggal lahir Jakarta didasarkan pada momen peristiwa kemenangan Fatahillah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527. Seperti diketahui, untuk memperingati momen itu, nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta. Hingga kini, setiap 22 Juni diperingati sebagai HUT Ibu Kota Republik Indonesia.

Apa sumber daya alam yang ada di DKI Jakarta?

Potensi Kekayaan Sumber Daya Alam Yang Ada Di Jakarta

  1. Ikan konsumsi, sumber daya alam hayati di Jakarta. Sebagaimana kita ketahui, wilayah Jakarta di bagian utara merupakan wilayah yang memiliki garis pantai dan laut.
  2. 2. Ikan hias.
  3. Minyak Bumi, sumber daya alam non hayati di Jakarta.
  4. 4. Gas alam.
  5. Ikan air tawar.
  6. 6. Garam.

Sumber daya alam apa yang dihasilkan di DKI Jakarta?

Sebagai kota pelabuhan, Jakarta pada mulanya bernama Sunda Kelapa. Kemudian, pada 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah datang dan mendirikan kota Jayakarta untuk mengganti Sunda Kelapa. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai saat berdiri kota Jakarta.

Ota Jayakarta berkembang sebagai kota pelabuhan yang sibuk, di mana para pedagang dari Cina, India, Arab, Eropa, serta negara-negara lain saling bertukar komoditas. Pada 1619, VOC Belanda yang dipimpin Jan PieterszoonCoen menghancurkan Jayakarta, lalu membangun kota baru di bagian barat sungai Ciliwung yang dinamakan Batavia, diambil dari Batavieren, nenek moyang bangsa Belanda Batavia direncanakan dan dibangun nyaris mirip dengan kota-kota di Belanda, yaitu dalam bentuk blok yang masing-masing dipisahkan oleh kanal, dilindungi oleh dinding sebagai benteng, serta parit.

Selesai dibangun pada 1650, Batavia adalah tempat tinggal bangsa Eropa. Sementara bangsa Cina, Jawa, dan penduduk pribumi lainnya disingkirkan ke tempat lain. Batavia digunakan untuk menyebut nama kota ini selama tiga abad lebih. Setidaknya bermula pada 1619, atau sumber lain mengatakan tahun 1621, hingga 1942.

Sejalan dengan kebijakan de-Nederlandisasi oleh Pemerintah Jepang, nama kota sengaja diganti dengan bahasa Indonesia atau Jepang. Walhasil, pada 1942, nama Batavia berubah menjadi Djakarta sebagai akronim Djajakarta. Menurut Lasmijah Hardi dalam Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita (1987), pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya, pada 8 Desember 1942.

Nama lengkap kota itu ialah Jakarta Tokubetsu Shi, Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai dengan meninggalkan nama Jepang-nya. Memasuki zaman Indonesia merdeka, Menteri Penerangan Republik Indonesia Serikat (RIS) saat itu, Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu, menegaskan, sejak 30 Desember 1949 tak ada lagi sebutan Batavia bagi kota ini.

See also:  Jakarta kabupaten apa?

Sejak saat itu, nama Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta. Pemberian nama Jakarta ini kembali dikukuhkan pada 22 Juni 1956 oleh Wali Kota Jakarta Sudiro (1953-1960). Saat itu, sebelum 1959, posisi Jakarta masih merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada 1959, status Jakarta diubah, dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat Satu yang dipimpin gubernur.

Gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo. Pada 1961, status Jakarta diubah kembali, dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI). Sedangkan penetapan tanggal lahir Jakarta didasarkan pada momen peristiwa kemenangan Fatahillah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527.

Seperti diketahui, untuk memperingati momen itu, nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta. Hingga kini, setiap 22 Juni diperingati sebagai HUT Ibu Kota Republik Indonesia. Jakarta dengan kondisi geografis lautan yang lebih luas daripada daratan memiliki potensi sumber daya laut yang cukup besar, yakni berupa sumber daya mineral dan hasil laut.

Sumber daya mineral yang dihasilkan, tepatnya di Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu, berupa minyak bumi dan gas mulai dieksploitasi sejak 2000, dengan rata-rata kapasitas produksi sekitar 4 juta barel per tahun.

DKI Jakarta dibagi menjadi berapa?

Pada tahun 1966, Jakarta memperoleh nama resmi Ibukota Republik Indonesia. Nama Jakarta pernah mengalami banyak perubahan, yaitu: Abad ke-14 bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran.

    • 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta (tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta keputusan DPR kota sementara No.6/D/K/1956)
    • 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah kota bernama Stad Batavia

      1 April 1905 berubah nama menjadi ‘Gemeente Batavia’

      8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia

      8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi

      September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta

      20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan. Pre Federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia

    • 24 Maret 1950 diganti menjadi Kota Praj’a Jakarta
    • 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai Daerah swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya
    • Tahun 1961 dengan PP No.2 tahun 1961 jo UU No.2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya
    • 31 Agustus 1964 dengan UU No.10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta
    • Tahun1999, melalaui uu no 34 tahun 1999 tentang pemerintah provinsi daerah khusus ibukota negara republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadi pemerintah provinsi dki Jakarta, dengan otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan bukan pada wilyah kota, selain itu wiolyah dki Jakarta dibagi menjadi 6 ( 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administrative kepulauan seribu)
    • Undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700)
    • Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6°12′ Lintang Selatan dan 106°48′ Bujur Timur. Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 Tahun 1989, luas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km2, terdiri dari daratan seluas 661,52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km2. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif, yakni: Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kotamadya Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.