Hal yang perlu Dihindari guru dalam pembelajaran tematik

Baik pada kesempatan kali ini Metodeee akan memposting Hal hal yang harus dihindari oleh guru saat didalam kelas, yang dimana informasi ini termasuk informasi yang penting bagi seorang guru saat dalam pembelajaran berlangsung. guru saat didalam kelas terkadang mereka dapat berbuat terlalu jauh dalam proses pembelajaran berlangsung.

Hal yang perlu Dihindari guru dalam pembelajaran tematik
Guru mengajar
Tulisan ini sebenarnya hanyalah untuk bercermin, apakah kita selama ini dalam mengelola kelas sudah baik atau sebaliknya. dimana guru kadang sering berbuat hal yang kelewat batas, mungkin menurut guru itu benar namun perlu dilihat dari siswanya juga apakah hal yang kita lakukan itu baik atau tidak saat kita bertindak hal hal tersebut. Berikut keliruan yang perlu dihindari dalam mempraktekan keterampilan mengelola kelas adalah: Tanda tandanya yakni guru terlalu berlebihan dalam mengomentari hal hal yang dilakukan siswa, atau mencampuri urusan siswa dan guru memaksakan dirinya masuk dalam kegiatan siswa.
Disini yang dimaksud adalah kelenyapan dilihat pada tingkah laku guru yang gagal dalam melengkapi suatu instruksi  atau perintah, jadi penyajiannya menjadi terhenti sementara sehingga menjadikan ini menggangu.
Hal ini biasa terjadi karena guru memulai sesuatu aktifitas atau perbuatan tanpa mengakhiri secara tuntas, seperti dia menghentikan kegiatan yang pertama dan memulai kegiatan yang berikutnya, lalu dia kembali lagi keperbuatan pertamanya (tidak sistematis).
Yang dimaksud disini adalah penyimpangan yang dilakukan guru saat dia sedemikian asyik membicarakan suatu kegiatan dan pembicaraan itu terlalu melebar sehingga pembicaraannya dapat keluar dari tujuan pembelajaran.
  1. Kesalahan ini bisa terjadi karena guru; 
  2. Selalu mengulang ulang hal tertentu,
  3. Memperpanjang keterangan, 
  4. Mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi suatu ocehan yang berkepanjangan
Keliruan ini ditandai oleh kegiatan guru yang membagi petunjuk secara terpisah dalam setiap kelompok, yang sebenarnya petunjuk tersebut dapat diberikan secara klasikal.
Melihat sedemikian kompleksnya keterampilan mengelola kelas, maka penguasaan atau pemahaman komponen keterampilan mengunakannya harus dikerjakan dan dilatih secara itensif.

Tugas utama seorang guru adalah membantu siswa belajar dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Namun, banyak guru gagal membantu siswa mereka untuk mendapatkan hasil terbaik dalam pembelajaran. Berikut adalah lima kesalahan yang harus dihindari oleh guru ketika mengajar siswa di kelas.

Kesalahan Yang Harus di Hindari Oleh Seorang Guru

1. Berpikir egosentris. 

Guru harus berpikir seperti yang dirasakan oleh siswa mereka karena siswa harus mencapai tujuan pembelajaran. Jika guru egois, mereka tidak akan mengerti apa yang dirasakan siswa. Akibatnya, para guru tidak dapat membantu siswa mereka untuk mengatasi masalah. Guru harus fokus pada siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

2. Mengabaikan suasana kelas. 

Suasana kelas sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Suasana kelas yang kondusif dapat membantu siswa belajar dengan baik dan karenanya mereka akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Sebaliknya, ruang kelas yang bising akan mengganggu atau menghambat proses belajar. Guru harus memperhatikan suasana kelas, bukan mengabaikannya. Dengan demikian, mereka dapat segera mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Berkomunikasi tidak efektif. 

Komunikasi adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam komunikasi, pesan disampaikan; ada pengirim pesan dan ada juga penerima pesan. Komunikasi yang tidak efektif akan berdampak pada kegagalan pengiriman pesan. Dalam proses pembelajaran, jika guru tidak mengkomunikasikan pelajaran secara efektif, siswa tidak akan dapat menerima pelajaran secara keseluruhan. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Karena itu, guru harus menghindari komunikasi yang tidak efektif.

Hal yang perlu Dihindari guru dalam pembelajaran tematik


4. Mengajar tanpa persiapan. 

Persiapan untuk mengajar seperti skenario untuk film. Tanpa skenario yang baik, tidak akan ada film yang bagus untuk ditonton. Demikian pula, tidak akan ada pengajaran yang berhasil tanpa persiapan yang tepat. Sebagian besar guru dilaporkan enggan melakukan persiapan yang tepat. Akibatnya, mengajar di kelas tampaknya berlangsung tanpa arah. Guru adalah profesional. Salah satu karakteristik guru profesional adalah membuat persiapan yang baik untuk mengajar.

5. Mengevaluasi siswa secara tidak lengkap. 

Evaluasi pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Instrumen harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen evaluasi harus valid dan dapat diandalkan. Evaluasi yang lengkap di sini berarti bahwa konstruksi evaluasi pembelajaran harus mencakup setidaknya bentuk-bentuk seperti: pilihan ganda, isian, jawaban singkat. Bukan hanya pilihan ganda, atau hanya isian. Evaluasi harus mencakup semua materi yang diajarkan (setidaknya satu kompetensi dasar). Untuk mengakhiri artikel ini, saya akan mencatat kesalahan yang harus dihindari dalam mengajar. Mereka berpikir egosentris, mengabaikan suasana kelas, berkomunikasi tidak efektif, mengajar tanpa persiapan, dan mengevaluasi siswa secara tidak lengkap. Dengan menghindari kelima kesalahan di atas, pengajaran Anda akan berjalan dengan baik dan siswa Anda akan mendapatkan hasil terbaik dalam belajar.

Demikianlah artikel tentang Lima Kesalahan Yang Harus Dihindari dalam Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Tulisan ini saya buat karena terinspirasi oleh banyaknya rekan- rekan sesama guru seringkali terjebak pada kesalahan- kesalahan subtansial yang seharusnya dihindari oleh seorang guru, jikalau mereka memang benar- benar berniat menyandang gelar tenaga pendidik profesional. Saya memang belum cukup referensi untuk menulis artikel tentang hal ini secara mendetail dan komprehensif, akan tetapi saya akan mencoba memberikan gambaran secara umum mengapa guru sering gagal mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, efisien dan efektif. Tujuan tulisan saya ini bukanlah untuk menggurui apalagi mendikte para pendidik profesional, yang saya sampaikan hanyalah sebuah upaya untuk saling menasehati dan memperbaiki diri kita masing- masing agar kita bisa menjadi guru yang bertanggungjawab baik didunia maupun di akhirat kelak.

Kegagalan guru dalam mengajar seringkali terjadi sebagai akibat kesalahan- kesalahan mendasar yang tidak disadari telah dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Tentu saja ini adalah pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman mengajar penulis dan juga pengamatan terhadap rekan-rekan sejawat yang menyampaikan keluhan tentang kegagalan murid-muridnya dalam mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan serta nilai- nilai amaliyah yang harusnya melekat pada jiwa murid- murid berkaitan dengan nilai- nilai moral seakan- akan tidak membumi sama sekali.

Kami berharap melalui tulisan ini para guru terinspirasi untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang akan dijelaskan di bawah, sekaligus mampu melakukan koreksi diri secara reflektif serta tentunya disertai sikap obyektif dan keikhlasan dalam melakukan perbaikan berkesinambungan sehingga pada gilirannya nanti akan mampu memberikan yang terbaik buat peserta didik yang diampunya dan ini sekaligus menjadi autocritic buat kita semua.

Sebetulnya setiap guru memiliki potensi untuk berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Ini tidak lepas dari adanya adagium bahwa setiap orang memiliki karakteristik, keunikan dan kemampuan (capability) yang berbeda- beda. Keberhasilan seorang pendidik secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid-murid ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan pembelajaran dan dapat membiasakan diri dengan sesuatu yang baik yang telah diajarkan. Tanpa keberhasilan murid, maka apa pun yang dilakukan guru tidak ada nilainya, everything is nothing. Terlebih penting bagi seorang pendidik adalah bagaimana mempersiapkan peserta didiknya mampu berdikari, mandiri, kompeten, capable, bertanggungjawab dan berakhlak mulia, inilah sesungguhnya tantangan terberat dari profesi pendidik, maka memang diperlukan pendidik yang mendidik dengan panggilan hati, bukan atas semata- mata atas dasar panggilan besarnya nilai gaji apalagi tunjangan sertifikasi.

Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?

Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum). Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas. Maka dalam hal ini seorang pendidik perlu melengkapi diri dengan pemahaman karakteristik masing- masing murid serta pemahaman nilai- nilai pemahaman pengelolaan manajemen kelompok belajar. Dan hal terpenting adalah bagaimana seorang pendidik mampu menempatkan ketegasan pada peserta didik, tanpa harus dibumbui dengan perilaku anarkis dan destruktif yang justru membuat peserta didik enggan untuk kembali pada suasana pembelajaran selanjutnya.

Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kamu tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja, “Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya. Menghindari bahasa yang berlebih-lebihan atau bahkan mengancam, mengintimidasi peserta didik hanya akan membuahkan sindrom ketakutan bagi peserta didik disatu sisi, disisi yang lain hanya akan menjustifikasi diri kita sebagai seorang guru yang diktator dan otoriter. Penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan sikap proaktif dari peserta didik untuk selalu fokus dan terbiasa untuk melakukan perkataan, perbuatan yang efektif dan efisien.

Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan. Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang teman yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda). Selain itu diperlukan kesiapan referensi yang setidaknya berkaitan dengan apa yang hendak kita diskusikan keesokkan harinya, adalah suatu yang naif apabila seorang guru tidak melek informasi dan melek teknologi, setidaknya jangan sampai terjadi adalah situasi one step behind, guru kalah penguasaan materi dan referensi dengan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik tatkala pembelajaran berlangsung.


Page 2


Tulisan ini saya buat karena terinspirasi oleh banyaknya rekan- rekan sesama guru seringkali terjebak pada kesalahan- kesalahan subtansial yang seharusnya dihindari oleh seorang guru, jikalau mereka memang benar- benar berniat menyandang gelar tenaga pendidik profesional. Saya memang belum cukup referensi untuk menulis artikel tentang hal ini secara mendetail dan komprehensif, akan tetapi saya akan mencoba memberikan gambaran secara umum mengapa guru sering gagal mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, efisien dan efektif. Tujuan tulisan saya ini bukanlah untuk menggurui apalagi mendikte para pendidik profesional, yang saya sampaikan hanyalah sebuah upaya untuk saling menasehati dan memperbaiki diri kita masing- masing agar kita bisa menjadi guru yang bertanggungjawab baik didunia maupun di akhirat kelak.

Kegagalan guru dalam mengajar seringkali terjadi sebagai akibat kesalahan- kesalahan mendasar yang tidak disadari telah dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Tentu saja ini adalah pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman mengajar penulis dan juga pengamatan terhadap rekan-rekan sejawat yang menyampaikan keluhan tentang kegagalan murid-muridnya dalam mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan serta nilai- nilai amaliyah yang harusnya melekat pada jiwa murid- murid berkaitan dengan nilai- nilai moral seakan- akan tidak membumi sama sekali.

Kami berharap melalui tulisan ini para guru terinspirasi untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang akan dijelaskan di bawah, sekaligus mampu melakukan koreksi diri secara reflektif serta tentunya disertai sikap obyektif dan keikhlasan dalam melakukan perbaikan berkesinambungan sehingga pada gilirannya nanti akan mampu memberikan yang terbaik buat peserta didik yang diampunya dan ini sekaligus menjadi autocritic buat kita semua.

Sebetulnya setiap guru memiliki potensi untuk berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Ini tidak lepas dari adanya adagium bahwa setiap orang memiliki karakteristik, keunikan dan kemampuan (capability) yang berbeda- beda. Keberhasilan seorang pendidik secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid-murid ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan pembelajaran dan dapat membiasakan diri dengan sesuatu yang baik yang telah diajarkan. Tanpa keberhasilan murid, maka apa pun yang dilakukan guru tidak ada nilainya, everything is nothing. Terlebih penting bagi seorang pendidik adalah bagaimana mempersiapkan peserta didiknya mampu berdikari, mandiri, kompeten, capable, bertanggungjawab dan berakhlak mulia, inilah sesungguhnya tantangan terberat dari profesi pendidik, maka memang diperlukan pendidik yang mendidik dengan panggilan hati, bukan atas semata- mata atas dasar panggilan besarnya nilai gaji apalagi tunjangan sertifikasi.

Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?

Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum). Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas. Maka dalam hal ini seorang pendidik perlu melengkapi diri dengan pemahaman karakteristik masing- masing murid serta pemahaman nilai- nilai pemahaman pengelolaan manajemen kelompok belajar. Dan hal terpenting adalah bagaimana seorang pendidik mampu menempatkan ketegasan pada peserta didik, tanpa harus dibumbui dengan perilaku anarkis dan destruktif yang justru membuat peserta didik enggan untuk kembali pada suasana pembelajaran selanjutnya.

Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kamu tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja, “Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya. Menghindari bahasa yang berlebih-lebihan atau bahkan mengancam, mengintimidasi peserta didik hanya akan membuahkan sindrom ketakutan bagi peserta didik disatu sisi, disisi yang lain hanya akan menjustifikasi diri kita sebagai seorang guru yang diktator dan otoriter. Penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan sikap proaktif dari peserta didik untuk selalu fokus dan terbiasa untuk melakukan perkataan, perbuatan yang efektif dan efisien.

Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan. Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang teman yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda). Selain itu diperlukan kesiapan referensi yang setidaknya berkaitan dengan apa yang hendak kita diskusikan keesokkan harinya, adalah suatu yang naif apabila seorang guru tidak melek informasi dan melek teknologi, setidaknya jangan sampai terjadi adalah situasi one step behind, guru kalah penguasaan materi dan referensi dengan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik tatkala pembelajaran berlangsung.


Hal yang perlu Dihindari guru dalam pembelajaran tematik

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 3


Tulisan ini saya buat karena terinspirasi oleh banyaknya rekan- rekan sesama guru seringkali terjebak pada kesalahan- kesalahan subtansial yang seharusnya dihindari oleh seorang guru, jikalau mereka memang benar- benar berniat menyandang gelar tenaga pendidik profesional. Saya memang belum cukup referensi untuk menulis artikel tentang hal ini secara mendetail dan komprehensif, akan tetapi saya akan mencoba memberikan gambaran secara umum mengapa guru sering gagal mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, efisien dan efektif. Tujuan tulisan saya ini bukanlah untuk menggurui apalagi mendikte para pendidik profesional, yang saya sampaikan hanyalah sebuah upaya untuk saling menasehati dan memperbaiki diri kita masing- masing agar kita bisa menjadi guru yang bertanggungjawab baik didunia maupun di akhirat kelak.

Kegagalan guru dalam mengajar seringkali terjadi sebagai akibat kesalahan- kesalahan mendasar yang tidak disadari telah dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Tentu saja ini adalah pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman mengajar penulis dan juga pengamatan terhadap rekan-rekan sejawat yang menyampaikan keluhan tentang kegagalan murid-muridnya dalam mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan serta nilai- nilai amaliyah yang harusnya melekat pada jiwa murid- murid berkaitan dengan nilai- nilai moral seakan- akan tidak membumi sama sekali.

Kami berharap melalui tulisan ini para guru terinspirasi untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang akan dijelaskan di bawah, sekaligus mampu melakukan koreksi diri secara reflektif serta tentunya disertai sikap obyektif dan keikhlasan dalam melakukan perbaikan berkesinambungan sehingga pada gilirannya nanti akan mampu memberikan yang terbaik buat peserta didik yang diampunya dan ini sekaligus menjadi autocritic buat kita semua.

Sebetulnya setiap guru memiliki potensi untuk berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Ini tidak lepas dari adanya adagium bahwa setiap orang memiliki karakteristik, keunikan dan kemampuan (capability) yang berbeda- beda. Keberhasilan seorang pendidik secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid-murid ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan pembelajaran dan dapat membiasakan diri dengan sesuatu yang baik yang telah diajarkan. Tanpa keberhasilan murid, maka apa pun yang dilakukan guru tidak ada nilainya, everything is nothing. Terlebih penting bagi seorang pendidik adalah bagaimana mempersiapkan peserta didiknya mampu berdikari, mandiri, kompeten, capable, bertanggungjawab dan berakhlak mulia, inilah sesungguhnya tantangan terberat dari profesi pendidik, maka memang diperlukan pendidik yang mendidik dengan panggilan hati, bukan atas semata- mata atas dasar panggilan besarnya nilai gaji apalagi tunjangan sertifikasi.

Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?

Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum). Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas. Maka dalam hal ini seorang pendidik perlu melengkapi diri dengan pemahaman karakteristik masing- masing murid serta pemahaman nilai- nilai pemahaman pengelolaan manajemen kelompok belajar. Dan hal terpenting adalah bagaimana seorang pendidik mampu menempatkan ketegasan pada peserta didik, tanpa harus dibumbui dengan perilaku anarkis dan destruktif yang justru membuat peserta didik enggan untuk kembali pada suasana pembelajaran selanjutnya.

Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kamu tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja, “Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya. Menghindari bahasa yang berlebih-lebihan atau bahkan mengancam, mengintimidasi peserta didik hanya akan membuahkan sindrom ketakutan bagi peserta didik disatu sisi, disisi yang lain hanya akan menjustifikasi diri kita sebagai seorang guru yang diktator dan otoriter. Penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan sikap proaktif dari peserta didik untuk selalu fokus dan terbiasa untuk melakukan perkataan, perbuatan yang efektif dan efisien.

Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan. Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang teman yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda). Selain itu diperlukan kesiapan referensi yang setidaknya berkaitan dengan apa yang hendak kita diskusikan keesokkan harinya, adalah suatu yang naif apabila seorang guru tidak melek informasi dan melek teknologi, setidaknya jangan sampai terjadi adalah situasi one step behind, guru kalah penguasaan materi dan referensi dengan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik tatkala pembelajaran berlangsung.


Hal yang perlu Dihindari guru dalam pembelajaran tematik

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 4


Tulisan ini saya buat karena terinspirasi oleh banyaknya rekan- rekan sesama guru seringkali terjebak pada kesalahan- kesalahan subtansial yang seharusnya dihindari oleh seorang guru, jikalau mereka memang benar- benar berniat menyandang gelar tenaga pendidik profesional. Saya memang belum cukup referensi untuk menulis artikel tentang hal ini secara mendetail dan komprehensif, akan tetapi saya akan mencoba memberikan gambaran secara umum mengapa guru sering gagal mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, efisien dan efektif. Tujuan tulisan saya ini bukanlah untuk menggurui apalagi mendikte para pendidik profesional, yang saya sampaikan hanyalah sebuah upaya untuk saling menasehati dan memperbaiki diri kita masing- masing agar kita bisa menjadi guru yang bertanggungjawab baik didunia maupun di akhirat kelak.

Kegagalan guru dalam mengajar seringkali terjadi sebagai akibat kesalahan- kesalahan mendasar yang tidak disadari telah dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Tentu saja ini adalah pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman mengajar penulis dan juga pengamatan terhadap rekan-rekan sejawat yang menyampaikan keluhan tentang kegagalan murid-muridnya dalam mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan serta nilai- nilai amaliyah yang harusnya melekat pada jiwa murid- murid berkaitan dengan nilai- nilai moral seakan- akan tidak membumi sama sekali.

Kami berharap melalui tulisan ini para guru terinspirasi untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang akan dijelaskan di bawah, sekaligus mampu melakukan koreksi diri secara reflektif serta tentunya disertai sikap obyektif dan keikhlasan dalam melakukan perbaikan berkesinambungan sehingga pada gilirannya nanti akan mampu memberikan yang terbaik buat peserta didik yang diampunya dan ini sekaligus menjadi autocritic buat kita semua.

Sebetulnya setiap guru memiliki potensi untuk berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Ini tidak lepas dari adanya adagium bahwa setiap orang memiliki karakteristik, keunikan dan kemampuan (capability) yang berbeda- beda. Keberhasilan seorang pendidik secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan murid-murid ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan pembelajaran dan dapat membiasakan diri dengan sesuatu yang baik yang telah diajarkan. Tanpa keberhasilan murid, maka apa pun yang dilakukan guru tidak ada nilainya, everything is nothing. Terlebih penting bagi seorang pendidik adalah bagaimana mempersiapkan peserta didiknya mampu berdikari, mandiri, kompeten, capable, bertanggungjawab dan berakhlak mulia, inilah sesungguhnya tantangan terberat dari profesi pendidik, maka memang diperlukan pendidik yang mendidik dengan panggilan hati, bukan atas semata- mata atas dasar panggilan besarnya nilai gaji apalagi tunjangan sertifikasi.

Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?

Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum). Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas. Maka dalam hal ini seorang pendidik perlu melengkapi diri dengan pemahaman karakteristik masing- masing murid serta pemahaman nilai- nilai pemahaman pengelolaan manajemen kelompok belajar. Dan hal terpenting adalah bagaimana seorang pendidik mampu menempatkan ketegasan pada peserta didik, tanpa harus dibumbui dengan perilaku anarkis dan destruktif yang justru membuat peserta didik enggan untuk kembali pada suasana pembelajaran selanjutnya.

Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kamu tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja, “Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya. Menghindari bahasa yang berlebih-lebihan atau bahkan mengancam, mengintimidasi peserta didik hanya akan membuahkan sindrom ketakutan bagi peserta didik disatu sisi, disisi yang lain hanya akan menjustifikasi diri kita sebagai seorang guru yang diktator dan otoriter. Penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan sikap proaktif dari peserta didik untuk selalu fokus dan terbiasa untuk melakukan perkataan, perbuatan yang efektif dan efisien.

Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan. Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang teman yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda). Selain itu diperlukan kesiapan referensi yang setidaknya berkaitan dengan apa yang hendak kita diskusikan keesokkan harinya, adalah suatu yang naif apabila seorang guru tidak melek informasi dan melek teknologi, setidaknya jangan sampai terjadi adalah situasi one step behind, guru kalah penguasaan materi dan referensi dengan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik tatkala pembelajaran berlangsung.


Hal yang perlu Dihindari guru dalam pembelajaran tematik

Lihat Edukasi Selengkapnya