Hal apa yang terjadi pada tanggal 27 oktober 1945

#PENABURSmartGenSetiap tanggal 10 November, Bangsa Indonesia memperingati hari Pahlawan Nasional. 

Peringatan Hari Pahlawan Nasional didasari oleh pertempuran yang terjadi di Surabaya yaitu para pejuang dan rakyat Surabaya melawan sekutu, dan perang tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 10 November 1945.


Pada tanggal 15 September 1945, Pasukan Sekutu, yakni Inggris dan Belanda telah sampai di  Jakarta, setelah berhasil memenangkan Perang Asia Timur Raya.

Dan kemudian pada tanggal 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu, berada di Surabaya. Pasukan tersebut, tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) yang memiliki tujuan untuk melakukan bantuan rehabilitasi tawanan perang dan adanya interniran dalam melucuti senjata tentara Jepang. Semenjak kedatangan pasukan sekutu di Surabaya, terjadi banyak gesekan antara orang-orang sekutu dan para pejuang bersama rakyat Surabaya. Sebelumnya, pada tanggal 19 September 1945, para pemuda dan pejuang di Surabaya menurunkan dan merobek warna biru dalam triwarna bendera Belanda yang dikibarkan di Hotel Yamato, sehingga menyisakan bendera berwarna merah dan putih.

Banyaknya gesekan yang terjadi antara pihak sekutu dan para pejuang di Surabaya, menyebabkan pecahnya perang untuk pertama kalinya, yakni pada tanggal 27-30 Oktober 1945. Dalam peristiwa tersebut pemimpin pasukan sekutu di Jawa Timur, yakni Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby tewas dalam suatu insiden pada tanggal 30 Oktober 1945. Kedudukan Mallaby kemudian diambil alih oleh Mayor Jenderal Robert Mansergh dari Komandan Divisi 5 Inggris.

 

Pada tanggal 9 November 1945, Mayor Jenderal Robet Manserg mengeluarkan sebuah ultimatum kepada rakyat Surabaya. Isi dari ultimatum tersebut sebagai berikut: Seluruh pemimpin Indonesia di Surabaya harus melaporkan diri. Seluruh senjata yang dimiliki pihak Indonesia di Surabaya harus diserahkan kepada Inggris. Para pemimpin Indonesia di Surabaya harus bersedia menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Nampaknya, ultimatum Mayor Jenderal Robet Manserg tidak disambut baik oleh para pejuang, arek-arek Surabaya, dan segenap rakyat Surabaya. Sehingga, meletuslah perang besar yang dikenal dengan Peristiwa 10 November 1945. Pertempuran tersebut, menelan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak dan menyebabkan kota Surabaya menjadi hancur. Tercatat peristiwa bersejarah tersebut menewaskan sekitar 6.000-16.000 orang dari pihak Indonesia. Sementara itu, juga menewaskan 600-2.000 pasukan dari sekutu. Sebagai upaya untuk mengingat perjuangan para pahlawan bangsa yang telah gugur, Presiden Sukarno kemudian menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional dalam Rapat Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia (BPKRI) di Yogyakarta pada tanggal 4 Oktober 1946.EA

(disadur dari beberapa sumber)

Hal apa yang terjadi pada tanggal 27 oktober 1945

Hari Pahlawan tahun ini mengangkat tema “Pahlawanku Sepanjang Masa” yang diperingati tanggal 10 November 2020. Peringatan Hari Pahlawan tidak bisa dilepaskan dari sejarah Pertempuran Surabaya yang berpuncak pada 10 November 1945.

“Kalau dulu kita berjuang dengan mengangkat senjata, maka sekarang kita berjuang melawan berbagai permasalahan bangsa, seperti kemiskinan, bencana alam, narkoba, paham-paham radikal dan termasuk berjuang melawan pandemi COVID-19 yang saat ini melanda dunia,” tulis Kemensos.

Jika ditarik jauh ke belakang, munculnya peringatan Hari Pahlawan bermula dari rangkaian peperangan dalam Pertempuran Surabaya melawan Sekutu yang mencapai puncaknya pada 10 November 1945. Berikut ini kronologi sejarahnya:

31 Agustus 1945 atau kurang lebih setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah menyerukan bahwa mulai 1 September 1945, bendera merah putih dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia.

19 September 1945 Para pemuda dan pejuang Surabaya menurunkan dan merobek warna biru dalam triwarna bendera Belanda yang dikibarkan di Hotel Yamato. Bendera tersebut kemudian dinaikkan kembali dengan menyisakan warna merah dan putih yang merupakan warna bendera Indonesia.

25 Oktober 1945 Rombongan pasukan Sekutu, termasuk Inggris dan Belanda yang sebelumnya telah tiba di Jakarta pada 15 September 1945, mulai memasuki Kota Surabaya tanggal 25 Oktober 1945. Pasukan ini tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran untuk melucuti senjata tentara Jepang.

27-30 Oktober 1945 Perang pertama antara militer dan arek-arek Surabaya melawan pasukan Sekutu atau Inggris terjadi. Pemimpin pasukan Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby, tewas dalam suatu insiden, pada 30 Oktober 1945. Posisi Mallaby sebagai pemimpin pasukan di Jawa Timur kemudian digantikan oleh Mayor Jenderal Robert Mansergh yang juga Komandan Divisi 5 Inggris.

9 November 1945 Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya. Isinya antara lain bahwa:

  1. Seluruh pemimpin Indonesia di Surabaya harus melaporkan diri.
  2. Seluruh senjata yang dimiliki pihak Indonesia di Surabaya harus diserahkan kepada Inggris.
  3. Para pemimpin Indonesia di Surabaya harus bersedia menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.

10 November 1945 Para pemimpin perjuangan, arek-arek Surabaya, dan segenap rakyat tidak mengindahkan ancaman Inggris. Maka, terjadilah pertempuran besar di Surabaya pada 10 November 1945. Pertempuran ini menelan korban nyawa hingga ribuan jiwa, Kota Surabaya pun hancur lebur. Salah satu pejuang yang berperan besar mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini adalah Bung Tomo.

10 November 1946 Presiden Sukarno menetapkan bahwa setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan dan diperingati hingga saat ini.

Oleh: Iswara N Raditya – 10 November 2020 (https://tirto.id/hari-pahlawan-10-november-2020-sejarah-pertempuran-surabaya-1945-f6QT)

Surabaya - Kota Surabaya pada tahun 1945 pernah mengalami sejumlah pertempuran. Puncak pertempuran Surabaya ini terjadi pada 10 November 1945. Namun sebelum pecah, beberapa pertempuran-pertempuran kecil meletus antara arek-arek Suroboyo dengan tentara Inggris.

Ada 3 pertempuran penting yang tercatat dalam sejarah dan terjadi di Surabaya pada tahun 1945. Pertempuran ini kemudian memantik perang yang lebih besar pada 10 November 1945.

Berikut 3 pertempuran yang pernah antara arek-arek Suroboyo melawan sekutu/Inggris:

1. Pertempuran 3 Hari

Pertempuran ini terjadi setelah tentara sekutu di bawah pimpinan Inggris mendarat di Tanjung Perak pada tanggal 25 Oktober 1945. Kedatangan sekutu ini mempunyai misi utama melucuti tentara Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II.

Namun kedatangannya sekutu untuk melucuti tentara Jepang hanya isapan jempol belaka. Sebab beberapa hari setelah mendarat, sekutu ternyata memasuki penjara Kalisosok dan memaksa membebaskan tahanan interniran Belanda.

Pada tanggal 27 Oktober 1945, sebuah pesawat militer dari Jakarta terbang di langit Surabaya menyebarkan ribuan pamflet. Isinya yakni sekutu akan menguasai Surabaya, lalu rakyat yang membawa senjata harus diserahkan dalam waktu 48 jam atau akan ditembak mati.

Hal ini membuat marah rakyat Surabaya dan membuat kontak senjata antara arek-arek Suroboyo dan sekutu. Kontak senjata ini semakin meluas hingga terjadi selama 2 hari hingga membuat sekutu terjepit serta hampir terbunuh seluruhnya.

M.C Ricklefs dalam "Sejarah Indonesia Modern 1200-2008" menjelaskan posisi pemuda Surabaya saat itu kuat karena unggul jumlah. Tak hanya itu mereka juga didukung dan disuplai senjata Jepang yang telah menyatakan kalah perang.

Ricklefs memaparkan saat mendarat di Surabaya, sekutu berjumlah sekitar 6000 tentara dari Divisi ke-5, Brigade 49 di bawah pimpinan Brigjen AWS Mallaby. Sedangkan pemuda Surabaya yakni antara 10-20 ribu anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) serta 70-140 ribu milisi dari rakyat kampung.

"Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. panglima senior Jepang di sana, Laksamana Madya Shibata Yaichiro memihak republik dan membuka pintu gudang persenjataan Jepang kepada orang-orang Indonesia

Sadar kian terjepit dan terpojok, Sekutu kemudian meminta Soekarno-Hatta di Jakarta untuk meminta penghentian pertempuran ini. Tanggal 30 Oktober 1945, Dwitunggal itu kemudian datang ke Surabaya untuk menetapkan gencatan senjata.

2. Pertempuran Jembatan Merah

Gencatan senjata antara arek-arek Suroboyo dan sekutu tak berlangsung lama. Sebab pertempuran kembali pecah di sekitar Jembatan Merah atau di depan halaman Gedung Internatio pada tanggal 30 Oktober 1945 sore.

Saat itu, tembak menembak terjadi antara sekutu dan arek-arek Suroboyo. Ini terjadi saat proses perundingan gencatan senjata tengah dilakukan di Gedung Internatio. Tak jelas siapa yang memulai tembakan pada saat itu. Namun akibat pertempuran singkat ini, Brigjen AWS Mallaby tewas.

Tewasnya perwira Inggris ini lantas membuat sekutu murka dan memberi ultimatum agar pemuda Surabaya menyerahkan diri serta senjata yang dikuasainya. Jika tidak, maka sekutu akan menggempur Surabaya melalui laut udara dan darat.

Ultimatum ini sempat membuat Surabaya dilanda kecemasan luar biasa. Sebab sekutu akan mengerahkan sebanyak 24 tentara dan merupakan pemenang Perang Dunia II. Namun hingga detik-detik terakhir, pimpinan di Jawa Timur dan Surabaya akhirnya memutuskan untuk menghadapi tentara sekutu.

3. Pertempuran 10 November

Puncak pertempuran yang terjadi akhirnya pecah pada 10 November 1945 usai dipicu oleh tewasnya Brigjen Mallaby. 24 ribu tentara Inggris dikerahkan untuk menggempur Surabaya di bawah komando Mayjen Robert Eric Carden Mansergh.

Pihak sekutu memprediksi Kota Surabaya akan dapat dikuasai selama tiga hari. Namun sengitnya pertempuran membuat pertempuran molor menjadi tiga pekan. Akhir November, Inggris akhirnya bisa menguasai Kota Surabaya dengan harga yang mahal.

Jumlah korban pada pertempuran ini dalam sejumlah catatan disebutkan ada 6 ribu bahkan hingga 160 ribu orang di pihak Indonesia yang gugur. Sedangkan korban Inggris menelan sekitar 600 tentaranya. Dahsyatnya pertempuran ini oleh pihak Inggris disebut sebagai inferno atau neraka.

Pertempuran Surabaya ini kemudian ditetapkan oleh Presiden Soekarno sebagai Hari Pahlawan. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Presiden NO. 316 tahun 1959. Ini dilakukan untuk mengenang jasa-jasa para pejuang yang telah bertempur mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Simak Video "Balasan dari Sandiaga Usai Disentil Elite Gerindra"



(abq/sun)