Penularan HIV/AIDS melalui bermacam cairan tubuh. GridHEALTH.id – Masih banyak orang bertanya-tanya tentang bagaimana sebenarnya penyebaran virus HIV penyebab AIDS, termasuk waktu bertahan hidup virus ini di luar tubuh. Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Risiko Operasi Sesar Meningkat Pada Ibu 35 Tahun ke Atas World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia) telah memastikan bahwa virus HIV tidak dapat bertahan lama di luar tubuh, dan ia tidak dapat mereplikasi tanpa tubuh manusia. Tetapi tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan berapa lama HIV dapat bertahan hidup di luar tubuh, karena itu tergantung pada cairan virus itu. Perlu diketahui, hanya cairan tubuh tertentu, termasuk air mani, darah, cairan vagina, dan ASI, yang dapat membawa HIV. Sementara jawaban untuk waktu bertahan hidup HIV di luar tubuh, yang jelas HIV hanya dapat bertahan hidup dalam cairan dan kondisi tubuh tertentu. Penularan dapat terjadi ketika cairan yang berisi virus HIV ini bersentuhan dengan selaput lendir, seperti yang ada di dalam rektum, vagina, dan mulut, dan cairan pada penis. Baca Juga: Mengatasi Demam Ringan, Dari Tidur Cukup Hingga Konsumsi Obat Bebas Tidak ada waktu yang ditentukan, tetapi dalam kondisi tertentu, virus dapat bertahan selama beberapa minggu. Rencana Tiket Masuk Taman Nasional Komodo Rp3,75 Juta, Sudah Tepat? pada 12 Feb 2013, 17:31 WIB Diperbarui 12 Feb 2013, 17:31 WIB Meski penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV AIDS) bukan disebarkan oleh nyamuk, namun banyak masyarakat yang percaya nyamuk yang habis menggigit penderita HIV bisa menularkan HIV kalau nyamuk menggigit lagi orang lain.Ketua kelompok kerja (pokja) HIV AIDS, Dr. Alex K. Gintings, Sp.P, FCCP menegaskan nyamuk sudah menggigit penderita HIV tidak akan menularkan penyakit HIV ke orang lain. "HIV bukan disebabkan oleh nyamuk. Virus HIV tersebar bukan di hemoglobin (sel darah merah), tapi di Leukosit (sel darah putih)," jelas Dr Alex di sela-sela acara pertemuan ilmiah di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta (12/2/2013).Hal ini menurut Dr Alex berbeda dengan malaria yang memang penularannya bisa melalui nyamuk. Jadi gigitan nyamuk malaria memang berkembang di sel darah merah. Dalam kasus tingginya jumlah penyakit HIV AIDS dan Malaria di Papua, menurut Dr Alex bukan karena keduanya ditularkan pada media yang sama yakni nyamuk.Menurut Dr Alex tingginya kasus virus HIV dan malaria di Papua berjalan beriringan tapi bukan disebabkan nyamuk."Di Papua, HIV disebabkan oleh kehidupan seksual yang tidak aman dan malaria karena memang daerahnya epidemik, masih banyak hutan. Jadi HIV bukan karena nyamuk," jelasnya. Penderita penyakit HIV juga makin banyak seiring meningkatnya kasus narkoba, hubungan seksual dengan gonta ganti pasangan dan tingkat ekonomi dan sosial yang kurang mendukung."Perbedaannya virus ini dengan dulu adalah, kalau dulu virus HIV hanya dibawa pelaku, tapi kalau sekarang pergerakan virus bukan hanya di pelaku tapi juga ke anak dan istri," kata Alex.Saat ini pemerintah terus berupaya untuk menurunkan risiko HIV AIDS. Pemerintah sendiri harus bisa menurunkan angka penderita HIV AIDS untuk mencapai target Millenium Developmnet Goals (MDG's) pada tahun 2015. Maka itu pemerintah gencar membuat banyak program-program kesehatan seperti tes HIV bagi sejumlah orang di Indonesia dan sebagainya. (Igw) POPULER
Berita Terbaru
|