Daun, tempat berlanjutnya fotosintesis pada tumbuhan. Show
Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-], "cahaya," dan σύνθεσις [sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") yaitu suatu bagian biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilaksanakan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis yaitu alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan cairan serta bantuan energi cahaya matahari.[1] Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilaksanakan dengan memanfaatkan karbondioksida dan cairan serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting bagi seluruh kehidupan aerobik di Bumi karena selain sebagai menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber energi bagi nyaris seluruh kehidupan di Bumi, baik secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka),[2] kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt,[3] atau sekitar enam kali semakin mulia daripada makanan energi peradaban manusia.[4] Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon bagi seluruh senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap tahunnya.[5][6] Walaupun fotosintesis dapat berlanjut dalam beragam cara pada beragam spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, bagiannya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam wujud adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya dipergunakan sebagai memisahkan elektron dari zat seperti cairan. Elektron ini dipergunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilaksanakan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis hadir adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi bagian abur yang disebut fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis. Organisme fotosintesis pertama kemungkinan berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika seluruh wujud kehidupan di Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer hadir sejumlah mulia karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida--bukan air--sebagai sumber elektron.[7] Cyanobacteria muncul akhir, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam.[8] Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada kesudahannya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga.[9] Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.[10] Sejarah penemuanWalaupun masih hadir langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.[11] Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan berbakat kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), memperagakan percobaan sebagai mengetahui faktor apa yang mengakibatkan massa tumbuhan semakin dari masa ke masa.[11] Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan semakin hanya karena pemberian cairan.[11] Namun, pada tahun 1727, berbakat botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti hadir faktor lain selain cairan yang memerankan. Beliau mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam bagian tertentu.[11] Pada masa itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1] Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang berbakat kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika beliau menutupi sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar.[12] Beliau akhir menemukan bila beliau meletak tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan mengakibatkan matinya tikus.[12] Beliau akhir menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan.[12] Beliau juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.[12] Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.[13] Beliau memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak".[14] Beliau juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada kondisi gelap sehingga beliau lalu menyarankan supaya tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari sebagai mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.[14] Kesudahannya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu yaitu karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.[1] Tidak lama akhir, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan selang hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara.[1] Beliau menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian cairan.[1] Melewati serangkaian eksperimen inilah kesudahannya para berbakat berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa). Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan bagian kimia fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia menjadi ilmuwan pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis merupakan reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi karbondioksida. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas Tumbuhan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Dengan hanya cahaya merah, reaksi cahayanya dapat ditekan. Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, akibatnya menjadi banyakan. Dengan demikian, hadir dua protosistem, yang satu menyerap sampai panjang gelombang 600 nm, lainnyanya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sbg PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil a dan klorofil b, di selang pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang merupakan pigmen merah dan biru pada alga merah dan biru, serta fukoksantol sebagai alga coklat dan diatom. Bagian ini paling produktif ketika penyerapan kuantanya seimbang sebagai PSII dan PSI, menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi selang sistem PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakan fotosintesis.[6] Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke kitokrom b6 (kini plastokinon), lainnyanya dari kitokrom f ke satu tahap dalam mekanisme penghasilan karbohidrat. Seluruh itu dihubungkan oleh plastokinon, yang membutuhkan energi sebagai mengurangi kitokrom f karena itu merupakan reduktan yang baik. Percobaan semakin lanjut yang membuktikan bahwa oksigen berkembang pada fotosintesis Tumbuhan hijau dilaksanakan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh mata-mata negara asing pengurang tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau benzokinon setelah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Reaksi Hill yaitu sbg berikut: 2 H2O + 2 CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O62 + O2yang mana A yaitu penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan, penerima elektron terkurangi dan oksigen berkembang. Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif sebagai menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari cairan. Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham, menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada Tumbuhan. Siklus reduksi karbon sekarang dikenal sbg siklus Calvin, yang mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan menyebut siklus ini sbg Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan beberapa bahkan menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB). Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, berhasil menemukan fungsi dan ciri utama dari rantai pengangkutan elektron. Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum yang membagi CO2, diaktifkan oleh respirasi.[15] Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu cahaya, mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) akan menyerap cahaya lainnya, namun akan mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu hadir dalam satu rangkaian. Perangkat fotosintesisStruktur kloroplas:1. membran luar2. ruang antar membran3. membran dalam (1+2+3: bagian amplop)4. stroma5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)6. membran tilakoid7. granum (kumpulan tilakoid) 8. tilakoid (lamella) 9. pati10. ribosom11. DNA plastida12. plastoglobula PigmenBagian fotosintesis tidak dapat berlanjut pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik.[16] Sel yang absen pigmen fotosintetik ini tidak bisa memperagakan bagian fotosintesis.[16] Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan.[14] Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[14] Di samping hadirnya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda yaitu kemampuan daun dalam menyerap beragam spektrum cahaya yang berbeda tersebut.[14] Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap beragam spektrum cahaya tersebut diakibatkan hadirnya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.[14] Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.[17] Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.[17] Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang memerankan penting dalam menyerap energi matahari.[17] Dari seluruh radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan sebagai bagian fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm).[18] Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm), dan violet (< 400 nm).[19] Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis.[19] Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis.[19] Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang hadir panjang gelombang tertentu.[19] Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda.[19] Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sbg contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a memerankan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung memerankan dalam reaksi terang.[19] Bagian absorpsi energi cahaya mengakibatkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang berikutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron.[20] Bagian ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis. KloroplasHasil mikroskop elektron dari kloroplas Kloroplas terdapat pada seluruh bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum dewasa.[21] Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang memerankan dalam bagian fotosintesis.[22] Kloroplas hadir wujud seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma.[21] Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.[21] Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.[21] Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).[21] Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di selang membran tilakoid.[21] Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.[23] Secara keseluruhan, stroma hadir intinya protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga (Cu).[17] Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.[17] Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlanjut dalam tilakoid dengan produk kesudahan berupa glukosa yang diwujudkan di dalam stroma.[17] Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sbg fotosistem.[17] FotosistemFotosistem yaitu suatu unit yang bisa menangkap energi cahaya Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron.[17] Di dalam kloroplas terdapat beberapa jenis klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna kuning sampai jingga.[17] Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang memerankan penting dalam fotosintesis.[24] Klorofil a berada dalam bagian pusat reaksi.[20] Klorofil ini memerankan dalam menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron.[20] Elektron ini berikutnya masuk ke sistem siklus elektron.[20] Elektron yang dilepaskan klorofil a hadir energi tinggi karena mendapat energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antena.[24] Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.[24] Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilaksanakan oleh klorofil a yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a disebut juga P700.[25] Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena.[25] Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilaksanakan oleh klorofil a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680.[26] P680 yang teroksidasi merupakan mata-mata negara asing pengoksidasi yang semakin kuat daripada P700.[26] Dengan potensial redoks yang semakin mulia, akan cukup elektron negatif sebagai mendapat elektron dari molekul-molekul cairan.[17] Membran dan organel fotosintesisProtein yang mengumpulkan cahaya sebagai fotosintesis dilengkapi dengan membran sel. Cara yang paling sederhana terdapat pada bakteri, yang mana protein-protein ini tersimpan di dalam mebran plasma.[27] Akan tetapi, membran ini dapat terlipat dengan rapat menjadi lembaran silinder yang disebut tilakoid, atau terkumpul menjadi vesikel yang disebut membran intrakitoplasma.[29] Struktur ini dapat mengisi sebagian mulia bagian dalam sel, menjadikan membran itu hadir area permukaan yang luas dan dengan demikian meningkatkan banyak cahaya yang dapat diserap oleh bakteri. Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di organel yang disebut kloroplas. Satu sel tumbuhan kebanyakan hadir sekitar 10 sampai 100 kloroplas. Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran dalam fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran selang kedua membran itu. Di dalam membran terdapat cairan yang disebut stroma. Stroma mengandung tumpukan (grana) tilakoid, yang merupakan tempat berlanjutnya fotosintesis. Tilakoid hadir wujud cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis yaitu membran tilakoid, yang mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal, termasuk membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem. Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan pigmen klorofil, yang merupakan argumen kenapa sebagian mulia tumbuhan hadir warna hijau. Selain klorofil, tumbuhan juga menggunakan pigmen seperi karoten dan xantofil.[30] Alga juga menggunakan klorofil, namun hadir beragam pigmen lainnya, misalnya fikosianin, karoten, dan xantofil pada alga hijau, fikoeritrin pada alga merah (rhodophyta) dan fukoksantin pada alga cokelat dan diatom yang menghasilkan warna yang beragam pula. Pigmen-pigmen ini terdapat pada tumbuhan dan alga pada protein antena khusus. Pada protein tersebut seluruh pigmen bekerja bersama-sama secara teratur. Protein semacam itu disebut kompleks panen cahaya. Walaupun seluruh sel pada bagian hijau pada tumbuhan hadir kloroplas, sebagian mulia energinya diserap di dalam daun. Sel pada jaringan dalam daun, disebut mesofil, dapat mengandung selang 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada setiap milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara sergam tertutupi oleh kutikula lilin yang tahan cairan yang melindungi daun dari penguapan yang amat sangat dan mengurangi penyerapan sinar biru atau ultraviolet sebagai mengurangi pemanasan. Lapisan epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya sebagai masuk melewati sel mesofil palisade tempat sebagian mulia fotosintesis berlanjut. Fotosintesis pada tumbuhanTumbuhan bersifat autotrof.[13] Autotrof gunanya dapat mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik.[13] Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan cairan sebagai menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sbg makanannya. Energi sebagai menjalankan bagian ini berasal dari fotosintesis. Berikut ini yaitu persamaan reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa: Glukosa dapat dipergunakan sebagai membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula dipergunakan sbg bahan bakar.[13] Bagian ini berlanjut melewati respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan.[13] Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas.[13] Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen sebagai menghasilkan karbon dioksida, cairan, dan energi kimia.[13] Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.[13] Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.[13] klorofil menyerap cahaya yang akan dipergunakan dalam fotosintesis.[13] Walaupun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian mulia energi dihasilkan di daun.[13] Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.[13] Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian mulia bagian fotosintesis.[13] Permukaan daun kebanyakan dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti cairan sebagai mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari ataupun penguapan cairan yang amat sangat.[13] Fotosintesis pada alga dan bakteriAlga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel.[31] Walaupun alga absen struktur sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan cara yang sama.[31] Hanya saja karena alga hadir beragam jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun semakin bervariasi.[31] Seluruh alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.[31] Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berfaedah bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.[31] BagianFotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan cairan serta pelepasan oksigen, dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah karbon dioksida menjadi gula. Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih hadir sejumlah tahap yang belum dapat diterangkan, walaupun sudah sangat banyak yang diketahui tentang bagian vital ini.[32] Bagian fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan seluruh cabang ilmu pengetahuan dunia utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.[32] Pada tumbuhan, organ utama tempat berlanjutnya fotosintesis yaitu daun.[32] Namun secara umum, seluruh sel yang hadir kloroplas berpotensi sebagai melangsungkan reaksi ini.[33] Di organel inilah tempat berlanjutnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma.[32] Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) kebanyakan dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.[32] Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena membutuhkan cahaya) dan reaksi gelap (tidak membutuhkan cahaya tetapi membutuhkan karbon dioksida).[18] Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.[18] Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).[18] Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH).[18] Energi yang dipergunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.[18] Pada bagian reaksi gelap tidak diperlukan cahaya Matahari. Reaksi gelap bertujuan sebagai mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula.[18] Organisme fotosintesis itu autotrof, yang berfaedah bahwa mereka menyimpan energi, mereka dapat menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, cairan, dan menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sbg bagian dari energi potensial mereka. Akan tetapi, tidak seluruh organisme menggunakan cahaya sbg sumber energi sebagai melaksanakan fotosintesis, karena fotoheterotrof menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sbg sumber energi.[2] Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan oksigen. Ini disebut fotosintesis oksigen. Walaupun hadir beberapa perbedaan selang fotosintesis oksigen pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, secara umum bagiannya cukup mirip pada organisme-organisme tersebut. Akan tetapi, hadir beberapa jenis bakteri yang memperagakan fotosintesis anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan oksigen. Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu bagian yang disebut fiksasi karbon. Fiksasi karbon yaitu reaksi redoks, jadi fotosintesis membutuhkan sumber energi sebagai memperagakan bagian ini, dan elektron yang diperlukan sebagai mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yang merupaan reaksi reduksi. Secara umum, fotosintesis yaitu kebalikan dari respirasi sel, yang mana glukosa dan senyawa lainnya teroksidasi sebagai menghasilkan karbondioksia, cairan, dan menghasilkan energi kimia. Namun, dua bagian itu berlanjut melewati rangkaian reaksi kimia yang berbeda dan pada kompartemen sel yang berbeda. Persamaan umum sebagai fotosintesis yaitu sbg berikut: 2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n + 2n DOKarbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor elektron teroksidasi Pada fotosintesis okesigen cairan yaitu donor elektron dan, karena merupakan hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan sebagai bagian ini adalah: 2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2Okarbondioksida + cairan + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + cairanSeringkali 2n molekul cairan dibatalkan pada kedua pihak, sehingga menghasilkan: 2n CO2 + 2n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2karbondioksida + cairan + energi cahaya → karbohidrat + oksigenBagian lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit) dengan cairan pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari sebagai mengoksidasi arsenit menjadi arsenat:[34] Persamaan sebagai reaksinya yaitu sbg berikut: CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO [35]karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida (digunakan sebagai membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, reaksi terang atau reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya sebagai menghasilkan molekul penyimpan energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap menggunakan produk ini sebagai menyerap dan mengurangi karondioksida. Sebagian mulia organisme yang memperagakan fotosintesis sebagai menghasilkan oksigen menggunakan cahaya nampak sebagai memperagakannya, walaupun setidaknya tiga menggunakan radiasi inframerah.[36] Reaksi terangReaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid Reaksi terang yaitu bagian sebagai menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[37] Reaksi ini membutuhkan molekul cairan dan cahaya Matahari. Bagian diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sbg antena.[37] Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.[38] Fotosistem I (PS I) hadir intinya pusat reaksi P700, yang berfaedah bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) hadir intinya pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[38] Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan mengakibatkan muatan menjadi tidak stabil.[38] Sebagai menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O yang hadir disekitarnya. Molekul cairan akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang memerankan sbg enzim.[38] Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari cairan, berikutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.[38] Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.[37] Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II yaitu[38]:
Skema ZPada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan menggunakan energi cahaya sebagai menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang hadir dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II mendapat energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, melewati sebuah bagian yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan melewati rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awalnya berfungsi sebagai menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis sebagai menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH yaitu produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan sebagai menurunkan energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron dipergunakan sebagai menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen. Elektron dipergunakan sebagai mereduksi koenzim NADP, yang hadir fungsi pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada wujudnya karena hanya menghasilkan ATP, dan absen NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlanjut pada fotosistem I. Setelah elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus. Fotolisis cairanNADPH yaitu mata-mata negara asing pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit elektron (teroksidasi), yang mesti diperoleh dari beberapa mata-mata negara asing pereduksi lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini dialihkan dari rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Akan tetapi, karena fotosistem II meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan sebagai mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria yaitu cairan. Dua molekul cairan teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga terus-menerus oleh fotosistem II sebagai menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke residu tirosin redoks-aktif yang akhir mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang bermanfaat sbg donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II. Oksidasi cairan terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu struktur redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul cairan dan menyimpan empat padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan sebagai memperagakan reaksi oksidasi cairan. Fotosistem II yaitu satu-satunya enzim biologi yang diketahui melaksanakan oksidasi cairan ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen yaitu produk ampas dari reaksi cahaya, namun sebagian mulia organisme di Bumi menggunakan oksigen sebagai respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.[39][40] Reaksi gelapReaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melewati dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack.[41] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan banyak atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.[41] Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melewati jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.[41] Penambatan CO2 sbg sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.[41] Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 yaitu oksaloasetat yang hadir empat atom karbon. Enzim yang memerankan yaitu phosphoenolpyruvate carboxilase.[41] Siklus Calvin-BensonSiklus Calvin-Benson Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[41] RuBP merupakan enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH.[41] Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sbg ion H+, jika kloroplas diberi cahaya.[41] Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.[41] Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.[20] Fikasasi CO2 melewati bagian karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.[42] Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat(3-PGA).[42] Akhir pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).[42] Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.[42] ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan.[42] Bahan pereduksi yang sebenarnya yaitu NADPH, yang menyumbang 2 elektron.[42] Secara bersamaan, Pi dilepas dan dipergunakan kembali sebagai mengubah ADP menjadi ATP.[42] Pada fase regenerasi, yang diregenerasi yaitu RuBP yang diperlukan sebagai bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melewati stomata.[43] Pada kesudahan reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2 yang ditambat, dipergunakan sebagai mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, akhir daur dimulai lagi.[43] Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk kesudahannya yaitu 1,3-Pgaldehida.[20] Sebagian dipergunakan kloroplas sebagai membentuk pati, sebagian lainnya dibawa keluar.[20] Sistem ini membuat banyak total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi mengakibatkan munculnya triosafosfat di sitosol.[20] Triosa fosfat dipergunakan sitosol sebagai membentuk sukrosa.[20][43] Siklus Hatch-SlackSiklus Hatch-Slack Berlandaskan cara menghasilkan glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan C4.[44] Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah subtropis.[44] Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 melewati siklus Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sbg penambat CO2.[44] Tumbuhan C3 membutuhkan 3 ATP sebagai menghasilkan molekul glukosa.[44] Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa.[45] Hal ini dapat terjadi jika hadir fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi menambat O2.[45] Tumbuhan C4 yaitu tumbuhan yang umumnya ditemukan di daerah tropis.[45] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa.[45] Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) yaitu enzim yang akan mengikat CO2 dari udara dan akhir akan menjadi oksaloasetat.[45] Oksaloasetat akan diubah menjadi malat.[45] Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2.[45] Piruvat akan kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang berlanjut di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP.[45] Bagian ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil.[46] Dalam keseluruhan bagian ini, dipergunakan 5 ATP.[46] Urutan dan kinetikaBagian forosintesis terjadi melewati empat tahap:[6]
EfisiensiTumbuhan kebanyakan mengubah cahaya menjadi energi kimia dengan efisiensi fotosintesis sekitar 3–6%.[47] Efisiensi fotosintesis yang sebenarnya, beragam tergantung pada frekuensi cahaya yang diserap, suhu dan banyak karbondioksida di atmosfer, dan dapat bervariasi mulai dari 0.1% sampai 8%.[48] Sbg perbadningan, panel surya mengubah cahaya menjadi energi listrik dengan efisiensi ekitar 6-20 % sebagai panel yang dihasilkan massal, dan di atas 40% sebagai panel laboratoium. EvolusiSistem fotosintesis awal, seperti misalnya pada bakteri sulfur hijau dan bakteri sulfur ungu serta baktero nonsulfur hujau dan bakteri nonsulfur ungu, dipercaya sbg anoksigenik, menggunakan beragam molekul sbg donor elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya menggunakan hidrogen dan sulfur sbg donor elektron. Bakteri nonsulfur hijau menggunakan beragam asam amino dan asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu menggunakan beragam molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul ini konsisten dengan bukti geologi bahwa atmosfer sangat terkurangi pada masa itu. Fosil yang dipercaya sbg organisme fotosintesis filamen diperirakan berasal dari 3,4 miliar tahun silam.[49][50] Sumber utama oksigen di atmosfer yaitu fotosintesis oksigen, dan kemunculan pertamanya seringkali disebut sbg katastropi oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis oksigen, seperti misalnya pada cyanobacteria, menjadi penting selama era Paleoproterozoikum sekitar 2 miliar tahun silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan sebagian mulia prokariota fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen menggunakan cairan sbg donor elektron, yang teroksidasi menjadi oksigen molekuker (O2) di pusat reaksi fotosintesis. Simbiosis dan asal mula kloroplasBeberapa golongan hewan membentuk hubungan simbiosis dengan alga fotosintesis. Ini banyak terdapat pada koral, spons, dan anemon laut. Diperkirakan bahwa ini yaitu akhir suatu peristiwa dari rangka tubuh mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang luas dibandingkan volume tubuh mereka.[51] Selain itu, beberapa moluska, yaitu Elysia viridis dan Elysia chlorotica, juga hadir hubungan simbiosis dengan kloroplas yang mereka angkat dari alga yang mereka makan dan akhir disimpan di dalam tubuh mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya dengan memperagakan fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu masa.[52][53] Beberapa gen dari nukleus sel Tumbuhan ini ditransfer ke siput sehingga kloroplas dapat disuplai dengan protein yang mereka gunakan sebagai bertahan hidup.[54] Wujud simbiosis yang bahkan semakin tidak jauh dapat menjelaskan asal usul kloroplas. Kloroplas mungkin hadir banyak kesamaaan dengan bakteri fotosintesis, termasuk kromosom bundar, ribosom berjenis prokariota, dan protein serupa di pusat reaksi fotosintesis.[55][56] Teori endosimbiotik menunjukkan bahwa bakteri fotosintesis diperoleh (melalui endositosis) oleh sel Eukariota sebagai membentuk sel Tumbuhan awal. Dengan demikian, kloroplas kemungkinan merupakan bakteri fotosintesis yang beradaptasi sebagai hidup di dalam sel Tumbuhan. Seperti mitokondria, kloroplas masih hadir DNA mereka sendiri, terpisah dari DNA nukleus pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas ini mirip dengan yang terdapat pada cyanobacteria.[57] DNA di kloroplas menyandi sebagai protein redoks seperti pusat reaksi fotosintesis. Hipotesis CoRR mengusulkan bahwa lokasi Co-lokasi ni diperlukan sebagai Regulasi Redoks. Cyanobacteria dan evolus fotosintesisKapasitas biokimia sebagai menggunakan cairan sbg sumber elektron dalam fotosintesis berevolusi sekali, pada nenek moyang bersama dari cyanobacteria yang masih hadir. Rekaman geologi mengindikasikan bahwa peritiwa perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi, setidaknya 2450–2320 juta tahun silam, bahkan diperkirakan jauh semakin awal dari itu.[58] Bukti yang tersedia dari studi geologi mengenai batu sedimen Archean (>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa kehidupan tersebut hadir sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan mengenai kapan fotosintesis oksigen berevolusi masih belum terjawab. Jendela patologi yang jelas sebagai evolusi cyanobacteria membuka sekitar 200 juta tahun silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah beragam. Cyanobacteria tetap menjadi produsen primer utama di sepanjang masa Eon Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena struktur redoks di laut semakin memudahkan fotoautotrof yang bisa memperagakan fiksasi nirogen. Alga hijau mengikuti hijau-biru sbg produsen utama di rak kontinental tidak jauh dengan kesudahan masa Pretozoikum, namun hanya dengan radiasi dinoflagelata, kokolitoforid, dan diatom pada masa Messozoikum (251-65 juta tahun silam) produksi primer pada perairan tonjolan kelautan mulai hadir wujud modernnya. Cyanobacteria tetap menjadi penting bagi ekosistem laut sbg produsen utama dalam pilin samudra, sbg mata-mata negara asing fiksasi nitrogen biologis, dan, dalam wujud yang termodifikasi, sbg plastid alga laut.[59] Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti di Universitas Tel Aviv menemukan bahwa hornet oriental (Vespa orientalis) mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan suatu pigmen yang disebut xantopterin. Ini merupakan bukti ilmiah pertama mengenai bagian kerajaan hewan yang memperagakan fotosintesis.[60] Faktor penentu laju fotosintesisBagian fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat memengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi bagian fotosintesis.[1] Bagian fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2).[1] Faktor lingkungan tersebut dikenal juga sbg faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.[61] Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis sampai kondisi optimum walaupun kondisi lain sebagai fotosintesis telah ditingkatkan, inilah karenanya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.[61] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.[62] Berikut yaitu beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis[62]:
Intensitas cahaya (pancaran), panjang gelombang dan suhuPada awal seratus tahun ke-120, Frederick Frost Blackman bersama dengan Albert Einstein menyelidiki pengaruh intensitas cahaya (pemancaran) dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin penting: Pertama, dari penelitian ini diketahui bahwa, secara umum, reaksi fotokimia tidak dipengaruhi oleh suhu. Akan tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi tingkat asimilasi karbon, jadi pasti hadir dua rangkaian reaksi pada bagian lengkap asimilasi karbon. Ini yaitu tahap 'fotokimia' bergantung cahaya dan tahap bergantung suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman menunjukkan pemikiran faktor pembatas. Faktor pembatas lainnya yaitu panjang gelombang cahaya. Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak dapat mendapat panjang gelombang yang tepat yang diperlukan sebagai menghasilkan pemisahan berkemampuan fotoinduksi pada pigmen fotosintesis konvensional. Sebagai mengatasi permasalahan ini, serangkaian protein dengan pigmen-pigmen berbeda mengelilingi pusat reaksi. Unit ini disebut fikobilisome. Tingkat karbondioksi dan fotorespirasiKetika konsentrasi karbondioksi meningkat, tingkat yang mana gula dihasilkan oleh reaksi bergantung cahaya meningkat hingga dibatasi oleh faktor-faktor lainnya. RuBisCO, enzim yang mengkat karbondioksida pada reaksi tidak terikat cahaya, hadir afinitas pengikatan sebagai karbon dan oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida tinggi, RuBisCO akan memfiksasi karbondioksida. Akan tetapi, jika konsentrasi karbondioksida rendah, RuBisCO akan mengikat oksigen dan bukan karbondioksida. Bagian ini, yang dsiebut fotorespirasi, menggunakan energi, tapi tidak menghasilkan gula. Aktivitas oksigenase RuBisCO tidak menguntungkan bagi Tumbuhan karena beberapa argumen berikut:
Penggunaan jalur sebagai produk dari aktivitas oksigenase RuBisCO oxygenase semakin dikenal sbg fotorespirasi, karena dicirikan dengan makanan oksigen bergantung pada cahaya dan pelepasan karbondioksida. Lihat juga
Referensi
Tautan luar
edunitas.com Page 2Daun, tempat berlanjutnya fotosintesis pada tumbuhan. Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-], "cahaya," dan σύνθεσις [sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") yaitu suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis yaitu alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari.[1] Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka mampu membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting untuk semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga adalah sumber energi untuk nyaris semua kehidupan di Bumi, benar secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka),[2] kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt,[3] atau kira-kira enam kali semakin agung daripada makanan energi peradaban manusia.[4] Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon untuk semua senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap tahunnya.[5][6] Meskipun fotosintesis mampu berlanjut dalam berbagai kegiatan pada berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam wujud adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya dipakai untuk memisahkan elektron dari zat seperti air. Elektron ini dipakai dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berlainan ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi yang mampu menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis. Organisme fotosintesis pertama probabilitas berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua wujud kehidupan di Bumi adalah mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah agung karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida--bukan air--sebagai sumber elektron.[7] Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam.[8] Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada belakangnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga.[9] Kloroplas pada Tumbuhan modern adalah keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.[10] Sejarah penemuanMeskipun sedang benar langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah dikenal semenjak tahun 1800-an.[11] Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan berbakat kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang proses dari Belgia), melaksanakan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan massa tumbuhan semakin dari masa ke masa.[11] Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan semakin hanya karena pemberian air.[11] Namun, pada tahun 1727, berbakat botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti benar faktor lain selain air yang memerankan. Dia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu.[11] Pada ketika itu belum dikenal bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1] Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang berbakat kimia dan pendeta warga negara Inggris, menemukan bahwa ketika dia menutupi sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya hendak mati sebelum lilinnya habis terbakar.[12] Dia kemudian menemukan bila dia meletak tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu hendak mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan mengakibatkan matinya tikus.[12] Dia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut mampu “dipulihkan” oleh tumbuhan.[12] Dia juga menunjukkan bahwa tikus mampu tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.[12] Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.[13] Dia memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga mampu "memulihkan" udara yang "rusak".[14] Dia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada kondisi gelap sehingga dia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah probabilitas meracuni penghuninya.[14] Belakangnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu yaitu karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.[1] Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure sukses menunjukkan hubungan selang hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara.[1] Dia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air.[1] Menempuh serangkaian eksperimen inilah belakangnya para berbakat sukses menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa). Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses kimia fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia menjadi ilmuwan pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis adalah reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi karbondioksida. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas Tumbuhan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Dengan hanya cahaya merah, reaksi cahayanya mampu ditekan. Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi semakin banyak. Dengan demikian, benar dua protosistem, yang satu menyerap sampai panjang gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil a dan klorofil b, di selang pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang adalah pigmen merah dan biru pada alga merah dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom. Proses ini paling produktif ketika penyerapan kuantanya seimbang untuk PSII dan PSI, menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi selang sistem PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakan fotosintesis.[6] Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke kitokrom b6 (kini plastokinon), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap dalam mekanisme penghasilan karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh plastokinon, yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f karenanya adalah reduktan yang benar. Percobaan semakin lanjut yang membuktikan bahwa oksigen mengembang pada fotosintesis Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh kaki tangan pengurang tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau benzokinon sesudah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Reaksi Hill yaitu sebagai berikut: 2 H2O + 2 CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O62 + O2yang mana A yaitu penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan, penerima elektron terkurangi dan oksigen mengembang. Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari air. Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham, menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada Tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan menyebut siklus ini sebagai Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan beberapa bahkan menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB). Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, sukses menemukan fungsi dan definisi dari rantai pengangkutan elektron. Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum yang membagi CO2, diaktifkan oleh respirasi.[15] Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu cahaya, mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) hendak menyerap cahaya lainnya, namun hendak mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu benar dalam satu rangkaian. Perangkat fotosintesisBangun kloroplas:1. membran luar2. ruang antar membran3. membran dalam (1+2+3: proses amplop)4. stroma5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)6. membran tilakoid7. granum (kumpulan tilakoid) 8. tilakoid (lamella) 9. pati10. ribosom11. DNA plastida12. plastoglobula PigmenProses fotosintesis tidak mampu berlanjut pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik.[16] Sel yang tidak benar pigmen fotosintetik ini tidak dapat melaksanakan proses fotosintesis.[16] Pada percobaan Jan Ingenhousz, mampu dikenal bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan.[14] Hal ini mampu terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[14] Di samping hal benar perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda yaitu kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berlainan tersebut.[14] Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan hal benar perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.[14] Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.[17] Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.[17] Pigmen ini adalah salah satu dari pigmen fotosintesis yang memerankan penting dalam menyerap energi matahari.[17] Dari semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm).[18] Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm), dan violet (< 400 nm).[19] Masing-masing jenis cahaya berlainan pengaruhnya terhadap fotosintesis.[19] Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang memainkan pekerjaan dalam fotosintesis.[19] Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.[19] Pigmen yang berlainan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berlainan.[19] Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a memerankan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung memerankan dalam reaksi terang.[19] Proses absorpsi energi cahaya mengakibatkan lepas sama sekalinya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang kemudian hendak disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron.[20] Proses ini adalah awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis. KloroplasHasil mikroskop elektron dari kloroplas Kloroplas terdapat pada semua proses tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum dewasa.[21] Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang memerankan dalam proses fotosintesis.[22] Kloroplas benar wujud seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma.[21] Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.[21] Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.[21] Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).[21] Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang adalah tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang adalah ruang di selang membran tilakoid.[21] Bila sebuah granum disayat karenanya hendak dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.[23] Secara semuanya, stroma mengandung protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga (Cu).[17] Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.[17] Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlanjut dalam tilakoid dengan produk kesudahan berupa glukosa yang diwujudkan di dalam stroma.[17] Klorofil sendiri sebenarnya hanya adalah sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.[17] FotosistemFotosistem yaitu suatu unit yang dapat menangkap energi cahaya Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron.[17] Di dalam kloroplas terdapat beberapa jenis klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna kuning sampai jingga.[17] Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang memerankan penting dalam fotosintesis.[24] Klorofil a berada dalam proses pusat reaksi.[20] Klorofil ini memerankan dalam menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron.[20] Elektron ini kemudian masuk ke sistem siklus elektron.[20] Elektron yang dilepaskan klorofil a benar energi tinggi karena mendapat energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antena.[24] Fotosistem sendiri mampu dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.[24] Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a disebut juga P700.[25] Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena.[25] Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680.[26] P680 yang teroksidasi adalah kaki tangan pengoksidasi yang semakin kuat daripada P700.[26] Dengan potensial redoks yang semakin agung, hendak cukup elektron negatif untuk mendapat elektron dari molekul-molekul air.[17] Membran dan organel fotosintesisProtein yang mengumpulkan cahaya untuk fotosintesis dilengkapi dengan membran sel. Kegiatan yang paling sederhana terdapat pada bakteri, yang mana protein-protein ini tersimpan di dalam mebran plasma.[27] Hendak tetapi, membran ini mampu terlipat dengan rapat menjadi lembaran silinder yang disebut tilakoid, atau terkumpul menjadi vesikel yang disebut membran intrakitoplasma.[29] Bangun ini mampu mengisi sebagian agung proses dalam sel, menjadikan membran itu memiliki area permukaan yang lapang dan dengan demikian meningkatkan banyak cahaya yang mampu diserap oleh bakteri. Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di organel yang disebut kloroplas. Satu sel tumbuhan kebanyakan memiliki sekitar 10 sampai 100 kloroplas. Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran dalam fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran selang kedua membran itu. Di dalam membran terdapat air yang disebut stroma. Stroma mengandung tumpukan (grana) tilakoid, yang adalah tempat berlanjutnya fotosintesis. Tilakoid berwujud cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis yaitu membran tilakoid, yang mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal, termasuk membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem. Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan pigmen klorofil, yang adalah gagasan kenapa sebagian agung tumbuhan memiliki warna hijau. Selain klorofil, tumbuhan juga menggunakan pigmen seperi karoten dan xantofil.[30] Alga juga menggunakan klorofil, namun memiliki beragam pigmen lainnya, misalnya fikosianin, karoten, dan xantofil pada alga hijau, fikoeritrin pada alga merah (rhodophyta) dan fukoksantin pada alga cokelat dan diatom yang menghasilkan warna yang beragam pula. Pigmen-pigmen ini terdapat pada tumbuhan dan alga pada protein antena khusus. Pada protein tersebut semua pigmen memainkan pekerjaan bersama-sama secara teratur. Protein semacam itu disebut kompleks panen cahaya. Walaupun semua sel pada proses hijau pada tumbuhan memiliki kloroplas, sebagian agung energinya diserap di dalam daun. Sel pada jaringan dalam daun, disebut mesofil, mampu mengandung selang 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada setiap milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara sergam tertutupi oleh kutikula lilin yang tahan air yang melindungi daun dari penguapan yang amat sangat dan mengurangi penyerapan sinar biru atau ultraviolet untuk mengurangi pemanasan. Lapisan epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya untuk masuk menempuh sel mesofil palisade tempat sebagian agung fotosintesis berlanjut. Fotosintesis pada tumbuhanTumbuhan bersifat autotrof.[13] Autotrof berfaedah mampu mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik.[13] Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Berikut ini yaitu persamaan reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa: Glukosa mampu dipakai untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan mampu pula dipakai sebagai bahan bakar.[13] Proses ini berlanjut menempuh respirasi seluler yang terjadi benar pada binatang maupun tumbuhan.[13] Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas.[13] Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain hendak bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.[13] Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.[13] Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.[13] klorofil menyerap cahaya yang hendak dipakai dalam fotosintesis.[13] Meskipun seluruh proses tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian agung energi dihasilkan di daun.[13] Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.[13] Cahaya hendak melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian agung proses fotosintesis.[13] Permukaan daun kebanyakan dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari ataupun penguapan air yang amat sangat.[13] Fotosintesis pada alga dan bakteriAlga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang sampai alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel.[31] Meskipun alga tidak memiliki bangun sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan kegiatan yang sama.[31] Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, karenanya panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun semakin bervariasi.[31] Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.[31] Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berfaedah bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.[31] ProsesFotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen, dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah karbon dioksida menjadi gula. Sampai sekarang fotosintesis sedang terus dipelajari karena sedang benar sejumlah tahap yang belum dapat diterangkan, meskipun sudah sangat banyak yang dikenal tentang proses vital ini.[32] Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu ilmu lingkungan kehidupan utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.[32] Pada tumbuhan, organ utama tempat berlanjutnya fotosintesis yaitu daun.[32] Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.[33] Di organel inilah tempat berlanjutnya fotosintesis, tepatnya pada proses stroma.[32] Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) kebanyakan dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.[32] Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis mampu dibagi menjadi dua proses utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).[18] Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.[18] Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).[18] Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH).[18] Energi yang dipakai dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.[18] Pada proses reaksi gelap tidak diperlukan cahaya Matahari. Reaksi gelap benar tujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula.[18] Organisme fotosintesis itu autotrof, yang berfaedah bahwa mereka menyimpan energi, mereka mampu menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, air, dan menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai proses dari energi potensial mereka. Hendak tetapi, tidak semua organisme menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk menerapkan fotosintesis, karena fotoheterotrof menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai sumber energi.[2] Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan oksigen. Ini disebut fotosintesis oksigen. Walaupun benar beberapa perbedaan selang fotosintesis oksigen pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, secara umum prosesnya cukup mirip pada organisme-organisme tersebut. Hendak tetapi, benar beberapa jenis bakteri yang melaksanakan fotosintesis anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan oksigen. Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu proses yang disebut fiksasi karbon. Fiksasi karbon yaitu reaksi redoks, aci fotosintesis memerlukan sumber energi untuk melaksanakan proses ini, dan elektron yang diperlukan untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yang merupaan reaksi reduksi. Secara umum, fotosintesis yaitu kebalikan dari respirasi sel, yang mana glukosa dan senyawa lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan menghasilkan energi kimia. Namun, dua proses itu berlanjut menempuh rangkaian reaksi kimia yang berlainan dan pada kompartemen sel yang berlainan. Persamaan umum untuk fotosintesis yaitu sebagai berikut: 2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n + 2n DOKarbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor elektron teroksidasi Pada fotosintesis okesigen air yaitu donor elektron dan, karena adalah hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan untuk proses ini adalah: 2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2Okarbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + airSeringkali 2n molekul air dibatalkan pada kedua pihak, sehingga menghasilkan: 2n CO2 + 2n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigenProses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit) dengan air pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari untuk mengoksidasi arsenit menjadi arsenat:[34] Persamaan untuk reaksinya yaitu sebagai berikut: CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO [35]karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida (digunakan untuk membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, reaksi terang atau reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan molekul penyimpan energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap menggunakan produk ini untuk menyerap dan mengurangi karondioksida. Sebagian agung organisme yang melaksanakan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen menggunakan cahaya nampak untuk melaksanakannya, meskipun setidaknya tiga menggunakan radiasi inframerah.[36] Reaksi terangReaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid Reaksi terang yaitu proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[37] Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.[37] Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling memainkan pekerjaan sama, yaitu fotosistem I dan II.[38] Fotosistem I (PS I) mengandung pusat reaksi P700, yang berfaedah bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) mengandung pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[38] Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan mengakibatkan muatan menjadi tidak stabil.[38] Untuk menstabilkan kembali, PS II hendak mengambil elektron dari molekul H2O yang benar disekitarnya. Molekul air hendak dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim.[38] Hal ini hendak mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air, kemudian PS II hendak mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.[38] Plastokuinon adalah molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini hendak mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.[37] Reaksi semuanya yang terjadi di PS II yaitu[38]:
Skema ZPada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II mendapat energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu elektron hendak dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, menempuh sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan menempuh rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awal mulanya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH yaitu produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk menurunkan energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron dipakai untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen. Elektron dipakai untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berlainan pada wujudnya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak benar NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlanjut pada fotosistem I. Sesudah elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awal mulanya elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus. Fotolisis airNADPH yaitu kaki tangan pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik untuk reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa kaki tangan pereduksi lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini dialihkan dari rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Hendak tetapi, karena fotosistem II meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria yaitu air. Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga beruntun oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke residu tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berjasa sebagai donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II. Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu bangun redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melaksanakan reaksi oksidasi air. Fotosistem II yaitu satu-satunya enzim biologi yang dikenal menerapkan oksidasi air ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen yaitu produk ampas dari reaksi cahaya, namun sebagian agung organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.[39][40] Reaksi gelapReaksi gelap pada tumbuhan mampu terjadi menempuh dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack.[41] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan banyak atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.[41] Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap menempuh jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.[41] Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.[41] Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk sesudah penambatan CO2 yaitu oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang memerankan yaitu phosphoenolpyruvate carboxilase.[41] Siklus Calvin-BensonSiklus Calvin-Benson Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[41] RuBP adalah enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH.[41] Bila kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, bila kloroplas diberi cahaya.[41] Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.[41] Fiksasi CO2 ini adalah reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.[20] Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.[42] Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat(3-PGA).[42] Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).[42] Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.[42] ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan.[42] Bahan pereduksi yang sebenarnya yaitu NADPH, yang menyumbang 2 elektron.[42] Secara bersamaan, Pi dilepas dan dipakai kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.[42] Pada fase regenerasi, yang diregenerasi yaitu RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan menempuh stomata.[43] Pada kesudahan reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan untuk tiap molekul CO2 yang ditambat, dipakai untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.[43] Tiga putaran daur hendak menambatkan 3 molekul CO2 dan produk belakangnya yaitu 1,3-Pgaldehida.[20] Sebagian dipakai kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa keluar.[20] Sistem ini membuat banyak total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi mengakibatkan munculnya triosafosfat di sitosol.[20] Triosa fosfat dipakai sitosol untuk membentuk sukrosa.[20][43] Siklus Hatch-SlackSiklus Hatch-Slack Berdasarkan kegiatan menghasilkan glukosa, tumbuhan mampu dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan C4.[44] Tumbuhan C3 adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan subtropis.[44] Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 menempuh siklus Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.[44] Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa.[44] Namun, ATP ini mampu terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa.[45] Hal ini mampu terjadi bila benar fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi menambat O2.[45] Tumbuhan C4 yaitu tumbuhan yang umumnya ditemukan di kawasan tropis.[45] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa.[45] Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) yaitu enzim yang hendak mengikat CO2 dari udara dan kemudian hendak menjadi oksaloasetat.[45] Oksaloasetat hendak diubah menjadi malat.[45] Malat hendak terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2.[45] Piruvat hendak kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 hendak masuk ke dalam siklus Calvin yang berlanjut di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP.[45] Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil.[46] Dalam semuanya proses ini, dipakai 5 ATP.[46] Urutan dan kinetikaProses forosintesis terjadi menempuh empat tahap:[6]
EfisiensiTumbuhan kebanyakan mengubah cahaya menjadi energi kimia dengan efisiensi fotosintesis sekitar 3–6%.[47] Efisiensi fotosintesis yang sebenarnya, beragam tergantung pada frekuensi cahaya yang diserap, suhu dan banyak karbondioksida di atmosfer, dan mampu bervariasi mulai dari 0.1% sampai 8%.[48] Sebagai perbadningan, panel surya mengubah cahaya menjadi energi listrik dengan efisiensi ekitar 6-20 % untuk panel yang dihasilkan massal, dan di atas 40% untuk panel laboratoium. EvolusiSistem fotosintesis awal, seperti misalnya pada bakteri sulfur hijau dan bakteri sulfur ungu serta baktero nonsulfur hujau dan bakteri nonsulfur ungu, dipercaya sebagai anoksigenik, menggunakan beragam molekul sebagai donor elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya menggunakan hidrogen dan sulfur sebagai donor elektron. Bakteri nonsulfur hijau menggunakan beragam asam amino dan asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu menggunakan beragam molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul ini konsisten dengan bukti geologi bahwa atmosfer sangat terkurangi pada masa itu. Fosil yang dipercaya sebagai organisme fotosintesis filamen diperirakan berasal dari 3,4 miliar tahun silam.[49][50] Sumber utama oksigen di atmosfer yaitu fotosintesis oksigen, dan kemunculan pertamanya seringkali disebut sebagai katastropi oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis oksigen, seperti misalnya pada cyanobacteria, menjadi penting selama era Paleoproterozoikum sekitar 2 miliar tahun silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan sebagian agung prokariota fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen menggunakan air sebagai donor elektron, yang teroksidasi menjadi oksigen molekuker (O2) di pusat reaksi fotosintesis. Simbiosis dan asal mula kloroplasBeberapa kumpulan binatang membentuk hubungan simbiosis dengan alga fotosintesis. Ini banyak terdapat pada koral, spons, dan anemon laut. Dianggarkan bahwa ini yaitu dampak dari rangka tubuh mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang lapang dibandingkan volume tubuh mereka.[51] Selain itu, beberapa moluska, yaitu Elysia viridis dan Elysia chlorotica, juga memiliki hubungan simbiosis dengan kloroplas yang mereka bawa dari alga yang mereka makan dan kemudian disimpan di dalam tubuh mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya dengan melaksanakan fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu masa.[52][53] Beberapa gen dari nukleus sel Tumbuhan ini ditransfer ke siput sehingga kloroplas mampu disuplai dengan protein yang mereka gunakan untuk bertahan hidup.[54] Wujud simbiosis yang bahkan semakin dekat mampu menjelaskan asal usul kloroplas. Kloroplas mungkin memiliki banyak kesamaaan dengan bakteri fotosintesis, termasuk kromosom bundar, ribosom berjenis prokariota, dan protein serupa di pusat reaksi fotosintesis.[55][56] Teori endosimbiotik menunjukkan bahwa bakteri fotosintesis didapat (melalui endositosis) oleh sel Eukariota untuk membentuk sel Tumbuhan awal. Dengan demikian, kloroplas probabilitas adalah bakteri fotosintesis yang beradaptasi untuk hidup di dalam sel Tumbuhan. Seperti mitokondria, kloroplas sedang memiliki DNA mereka sendiri, terpisah dari DNA nukleus pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas ini mirip dengan yang terdapat pada cyanobacteria.[57] DNA di kloroplas menyandi untuk protein redoks seperti pusat reaksi fotosintesis. Hipotesis CoRR mengusulkan bahwa lokasi Co-lokasi ni diperlukan untuk Regulasi Redoks. Cyanobacteria dan evolus fotosintesisKapasitas biokimia untuk menggunakan air sebagai sumber elektron dalam fotosintesis berevolusi sekali, pada nenek moyang bersama dari cyanobacteria yang sedang benar. Rekaman geologi mengindikasikan bahwa peritiwa perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi, setidaknya 2450–2320 juta tahun silam, bahkan dianggarkan jauh semakin awal dari itu.[58] Bukti yang tersedia dari studi geologi tentang batu sedimen Archean (>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa kehidupan tersebut benar sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan tentang kapan fotosintesis oksigen berevolusi sedang belum terjawab. Jendela patologi yang jelas untuk evolusi cyanobacteria buka sekitar 200 juta tahun silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah beragam. Cyanobacteria tetap menjadi produsen primer utama di sepanjang masa Eon Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena bangun redoks di laut semakin memudahkan fotoautotrof yang dapat melaksanakan fiksasi nirogen. Alga hijau mengikuti hijau-biru sebagai produsen utama di rak kontinental dekat dengan kesudahan masa Pretozoikum, namun hanya dengan radiasi dinoflagelata, kokolitoforid, dan diatom pada masa Messozoikum (251-65 juta tahun silam) produksi primer pada perairan tonjolan kelautan mulai memiliki wujud modernnya. Cyanobacteria tetap menjadi penting untuk ekosistem laut sebagai produsen utama dalam pilin samudra, sebagai kaki tangan fiksasi nitrogen biologis, dan, dalam wujud yang termodifikasi, sebagai plastid alga laut.[59] Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti di Universitas Tel Aviv menemukan bahwa hornet oriental (Vespa orientalis) mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan suatu pigmen yang disebut xantopterin. Ini adalah bukti ilmiah pertama tentang proses kerajaan binatang yang melaksanakan fotosintesis.[60] Faktor penentu laju fotosintesisProses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang mampu memengaruhi secara langsung seperti kondisi sekeliling yang terkait maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting untuk proses fotosintesis.[1] Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi sekeliling yang terkait meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu sekeliling yang terkait, konsentrasi karbondioksida (CO2).[1] Faktor sekeliling yang terkait tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung untuk laju fotosintesis.[61] Faktor pembatas tersebut mampu mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah karenanya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.[61] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.[62] Berikut yaitu beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis[62]:
Intensitas cahaya (pancaran), panjang gelombang dan suhuPada awal masa seratus tahun ke-120, Frederick Frost Blackman bersama dengan Albert Einstein menyelidiki pengaruh intensitas cahaya (pemancaran) dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin penting: Pertama, dari penelitian ini dikenal bahwa, secara umum, reaksi fotokimia tidak dipengaruhi oleh suhu. Hendak tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi tingkat asimilasi karbon, aci pasti benar dua rangkaian reaksi pada proses lengkap asimilasi karbon. Ini yaitu tahap 'fotokimia' bergantung cahaya dan tahap bergantung suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman menunjukkan pemikiran faktor pembatas. Faktor pembatas lainnya yaitu panjang gelombang cahaya. Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak mampu mendapat panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk menghasilkan pemisahan berkekuatan fotoinduksi pada pigmen fotosintesis konvensional. Untuk mengatasi permasalahan ini, serangkaian protein dengan pigmen-pigmen berlainan mengelilingi pusat reaksi. Unit ini disebut fikobilisome. Tingkat karbondioksi dan fotorespirasiKetika konsentrasi karbondioksi meningkat, tingkat yang mana gula dihasilkan oleh reaksi bergantung cahaya meningkat sampai dibatasi oleh faktor-faktor lainnya. RuBisCO, enzim yang mengkat karbondioksida pada reaksi lepas sama sekali cahaya, memiliki afinitas pengikatan untuk karbon dan oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida tinggi, RuBisCO hendak memfiksasi karbondioksida. Hendak tetapi, bila konsentrasi karbondioksida rendah, RuBisCO hendak mengikat oksigen dan bukan karbondioksida. Proses ini, yang dsiebut fotorespirasi, menggunakan energi, tapi tidak menghasilkan gula. Kegiatan oksigenase RuBisCO tidak menguntungkan untuk Tumbuhan karena beberapa gagasan berikut:
Penggunaan jalur untuk produk dari kegiatan oksigenase RuBisCO oxygenase semakin dikenal sebagai fotorespirasi, karena dicirikan dengan makanan oksigen bergantung pada cahaya dan pelepasan karbondioksida. Lihat juga
Pustaka
Tautan luar
edunitas.com Page 3Daun, tempat berlanjutnya fotosintesis pada tumbuhan. Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-], "cahaya," dan σύνθεσις [sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari.[1] Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting untuk semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber energi untuk nyaris semua kehidupan di Bumi, benar secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka),[2] kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt,[3] atau kira-kira enam kali semakin agung daripada makanan energi peradaban manusia.[4] Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon untuk semua senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap tahunnya.[5][6] Meskipun fotosintesis dapat berlanjut dalam berbagai kegiatan pada berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam wujud adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya digunakan untuk memisahkan elektron dari zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berlainan ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis. Organisme fotosintesis pertama probabilitas berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua wujud kehidupan di Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah agung karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida--bukan air--sebagai sumber elektron.[7] Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam.[8] Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada belakangnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga.[9] Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.[10] Sejarah penemuanMeskipun sedang benar langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah dikenal sejak tahun 1800-an.[11] Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan berbakat kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang proses dari Belgia), melaksanakan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan massa tumbuhan semakin dari saat ke saat.[11] Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan semakin hanya karena pemberian air.[11] Namun, pada tahun 1727, berbakat botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti benar faktor lain selain air yang memerankan. Dia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu.[11] Pada ketika itu belum dikenal bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1] Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang berbakat kimia dan pendeta warga negara Inggris, menemukan bahwa ketika dia menutupi sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya hendak mati sebelum lilinnya habis terbakar.[12] Dia kemudian menemukan bila dia meletak tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu hendak mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan mengakibatkan matinya tikus.[12] Dia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan.[12] Dia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.[12] Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.[13] Dia memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak".[14] Dia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga dia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah probabilitas meracuni penghuninya.[14] Belakangnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.[1] Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure sukses menunjukkan hubungan selang hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara.[1] Dia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air.[1] Menempuh serangkaian eksperimen inilah belakangnya para berbakat sukses menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa). Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses kimia fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia menjadi ilmuwan pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis merupakan reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi karbondioksida. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas Tumbuhan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Dengan hanya cahaya merah, reaksi cahayanya dapat ditekan. Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi semakin banyak. Dengan demikian, benar dua protosistem, yang satu menyerap sampai panjang gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil a dan klorofil b, di selang pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang merupakan pigmen merah dan biru pada alga merah dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom. Proses ini paling produktif ketika penyerapan kuantanya seimbang untuk PSII dan PSI, menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi selang sistem PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakan fotosintesis.[6] Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke kitokrom b6 (kini plastokinon), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap dalam mekanisme penghasilan karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh plastokinon, yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f karena itu merupakan reduktan yang benar. Percobaan semakin lanjut yang membuktikan bahwa oksigen mengembang pada fotosintesis Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh kaki tangan pengurang tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau benzokinon setelah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Reaksi Hill adalah sebagai berikut: 2 H2O + 2 CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O62 + O2yang mana A adalah penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan, penerima elektron terkurangi dan oksigen mengembang. Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari air. Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham, menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada Tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan menyebut siklus ini sebagai Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan beberapa bahkan menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB). Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, sukses menemukan fungsi dan ciri utama dari rantai pengangkutan elektron. Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum yang membagi CO2, diaktifkan oleh respirasi.[15] Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu cahaya, mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) hendak menyerap cahaya lainnya, namun hendak mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu benar dalam satu rangkaian. Perangkat fotosintesisBangun kloroplas:1. membran luar2. ruang antar membran3. membran dalam (1+2+3: proses amplop)4. stroma5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)6. membran tilakoid7. granum (kumpulan tilakoid) 8. tilakoid (lamella) 9. pati10. ribosom11. DNA plastida12. plastoglobula PigmenProses fotosintesis tidak dapat berlanjut pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik.[16] Sel yang tidak benar pigmen fotosintetik ini tidak mampu melaksanakan proses fotosintesis.[16] Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat dikenal bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan.[14] Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[14] Di samping hal benar perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berlainan tersebut.[14] Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan hal benar perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.[14] Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.[17] Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.[17] Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang memerankan penting dalam menyerap energi matahari.[17] Dari semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm).[18] Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm), dan violet (< 400 nm).[19] Masing-masing jenis cahaya berlainan pengaruhnya terhadap fotosintesis.[19] Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang memainkan pekerjaan dalam fotosintesis.[19] Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.[19] Pigmen yang berlainan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berlainan.[19] Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a memerankan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung memerankan dalam reaksi terang.[19] Proses absorpsi energi cahaya mengakibatkan lepas sama sekalinya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang kemudian hendak disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron.[20] Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis. KloroplasHasil mikroskop elektron dari kloroplas Kloroplas terdapat pada semua proses tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum dewasa.[21] Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang memerankan dalam proses fotosintesis.[22] Kloroplas benar wujud seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma.[21] Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.[21] Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.[21] Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).[21] Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di selang membran tilakoid.[21] Bila sebuah granum disayat maka hendak dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.[23] Secara semuanya, stroma mengandung protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga (Cu).[17] Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.[17] Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlanjut dalam tilakoid dengan produk kesudahan berupa glukosa yang diwujudkan di dalam stroma.[17] Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.[17] FotosistemFotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron.[17] Di dalam kloroplas terdapat beberapa jenis klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna kuning sampai jingga.[17] Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang memerankan penting dalam fotosintesis.[24] Klorofil a berada dalam proses pusat reaksi.[20] Klorofil ini memerankan dalam menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron.[20] Elektron ini kemudian masuk ke sistem siklus elektron.[20] Elektron yang dilepaskan klorofil a benar energi tinggi sebab memperoleh energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antena.[24] Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.[24] Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a disebut juga P700.[25] Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena.[25] Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680.[26] P680 yang teroksidasi merupakan kaki tangan pengoksidasi yang semakin kuat daripada P700.[26] Dengan potensial redoks yang semakin agung, hendak cukup elektron negatif untuk memperoleh elektron dari molekul-molekul air.[17] Membran dan organel fotosintesisProtein yang mengumpulkan cahaya untuk fotosintesis dilengkapi dengan membran sel. Kegiatan yang paling sederhana terdapat pada bakteri, yang mana protein-protein ini tersimpan di dalam mebran plasma.[27] Hendak tetapi, membran ini dapat terlipat dengan rapat menjadi lembaran silinder yang disebut tilakoid, atau terkumpul menjadi vesikel yang disebut membran intrakitoplasma.[29] Bangun ini dapat mengisi sebagian agung proses dalam sel, menjadikan membran itu memiliki area permukaan yang lapang dan dengan demikian meningkatkan banyak cahaya yang dapat diserap oleh bakteri. Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di organel yang disebut kloroplas. Satu sel tumbuhan kebanyakan memiliki sekitar 10 sampai 100 kloroplas. Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran dalam fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran selang kedua membran itu. Di dalam membran terdapat air yang disebut stroma. Stroma mengandung tumpukan (grana) tilakoid, yang merupakan tempat berlanjutnya fotosintesis. Tilakoid berwujud cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis adalah membran tilakoid, yang mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal, termasuk membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem. Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan pigmen klorofil, yang merupakan gagasan kenapa sebagian agung tumbuhan memiliki warna hijau. Selain klorofil, tumbuhan juga menggunakan pigmen seperi karoten dan xantofil.[30] Alga juga menggunakan klorofil, namun memiliki beragam pigmen lainnya, misalnya fikosianin, karoten, dan xantofil pada alga hijau, fikoeritrin pada alga merah (rhodophyta) dan fukoksantin pada alga cokelat dan diatom yang menghasilkan warna yang beragam pula. Pigmen-pigmen ini terdapat pada tumbuhan dan alga pada protein antena khusus. Pada protein tersebut semua pigmen memainkan pekerjaan bersama-sama secara teratur. Protein semacam itu disebut kompleks panen cahaya. Walaupun semua sel pada proses hijau pada tumbuhan memiliki kloroplas, sebagian agung energinya diserap di dalam daun. Sel pada jaringan dalam daun, disebut mesofil, dapat mengandung selang 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada setiap milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara sergam tertutupi oleh kutikula lilin yang tahan air yang melindungi daun dari penguapan yang amat sangat dan mengurangi penyerapan sinar biru atau ultraviolet untuk mengurangi pemanasan. Lapisan epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya untuk masuk menempuh sel mesofil palisade tempat sebagian agung fotosintesis berlanjut. Fotosintesis pada tumbuhanTumbuhan bersifat autotrof.[13] Autotrof gunanya dapat mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik.[13] Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Berikut ini adalah persamaan reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa: Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar.[13] Proses ini berlanjut menempuh respirasi seluler yang terjadi benar pada binatang maupun tumbuhan.[13] Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas.[13] Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain hendak bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.[13] Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.[13] Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.[13] klorofil menyerap cahaya yang hendak digunakan dalam fotosintesis.[13] Meskipun seluruh proses tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian agung energi dihasilkan di daun.[13] Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.[13] Cahaya hendak melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian agung proses fotosintesis.[13] Permukaan daun kebanyakan dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari ataupun penguapan air yang amat sangat.[13] Fotosintesis pada alga dan bakteriAlga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang sampai alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel.[31] Meskipun alga tidak memiliki bangun sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan kegiatan yang sama.[31] Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun semakin bervariasi.[31] Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.[31] Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berfaedah bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.[31] ProsesFotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen, dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah karbon dioksida menjadi gula. Sampai sekarang fotosintesis sedang terus dipelajari karena sedang benar sejumlah tahap yang belum bisa diterangkan, meskipun sudah sangat banyak yang dikenal tentang proses vital ini.[32] Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu ilmu lingkungan kehidupan utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.[32] Pada tumbuhan, organ utama tempat berlanjutnya fotosintesis adalah daun.[32] Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.[33] Di organel inilah tempat berlanjutnya fotosintesis, tepatnya pada proses stroma.[32] Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) kebanyakan dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.[32] Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua proses utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).[18] Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.[18] Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).[18] Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH).[18] Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.[18] Pada proses reaksi gelap tidak diperlukan cahaya Matahari. Reaksi gelap benar tujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula.[18] Organisme fotosintesis itu autotrof, yang berfaedah bahwa mereka menyimpan energi, mereka dapat menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, air, dan menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai proses dari energi potensial mereka. Hendak tetapi, tidak semua organisme menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk menerapkan fotosintesis, karena fotoheterotrof menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai sumber energi.[2] Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan oksigen. Ini disebut fotosintesis oksigen. Walaupun benar beberapa perbedaan selang fotosintesis oksigen pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, secara umum prosesnya cukup mirip pada organisme-organisme tersebut. Hendak tetapi, benar beberapa jenis bakteri yang melaksanakan fotosintesis anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan oksigen. Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu proses yang disebut fiksasi karbon. Fiksasi karbon adalah reaksi redoks, aci fotosintesis memerlukan sumber energi untuk melaksanakan proses ini, dan elektron yang diperlukan untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yang merupaan reaksi reduksi. Secara umum, fotosintesis adalah kebalikan dari respirasi sel, yang mana glukosa dan senyawa lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan menghasilkan energi kimia. Namun, dua proses itu berlanjut menempuh rangkaian reaksi kimia yang berlainan dan pada kompartemen sel yang berlainan. Persamaan umum untuk fotosintesis adalah sebagai berikut: 2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n + 2n DOKarbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor elektron teroksidasi Pada fotosintesis okesigen air adalah donor elektron dan, karena merupakan hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan untuk proses ini adalah: 2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2Okarbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + airSeringkali 2n molekul air dibatalkan pada kedua pihak, sehingga menghasilkan: 2n CO2 + 2n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigenProses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit) dengan air pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari untuk mengoksidasi arsenit menjadi arsenat:[34] Persamaan untuk reaksinya adalah sebagai berikut: CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO [35]karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida (digunakan untuk membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, reaksi terang atau reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan molekul penyimpan energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap menggunakan produk ini untuk menyerap dan mengurangi karondioksida. Sebagian agung organisme yang melaksanakan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen menggunakan cahaya nampak untuk melaksanakannya, meskipun setidaknya tiga menggunakan radiasi inframerah.[36] Reaksi terangReaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[37] Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.[37] Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling memainkan pekerjaan sama, yaitu fotosistem I dan II.[38] Fotosistem I (PS I) mengandung pusat reaksi P700, yang berfaedah bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) mengandung pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[38] Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan mengakibatkan muatan menjadi tidak stabil.[38] Untuk menstabilkan kembali, PS II hendak mengambil elektron dari molekul H2O yang benar disekitarnya. Molekul air hendak dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang berperan sebagai enzim.[38] Hal ini hendak mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air, kemudian PS II hendak mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.[38] Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini hendak mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.[37] Reaksi semuanya yang terjadi di PS II adalah[38]:
Skema ZPada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu elektron hendak dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, menempuh sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan menempuh rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awal mulanya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH adalah produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk menurunkan energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron digunakan untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen. Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berlainan pada wujudnya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak benar NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlanjut pada fotosistem I. Setelah elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awal mulanya elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus. Fotolisis airNADPH adalah kaki tangan pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik untuk reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa kaki tangan pereduksi lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini dialihkan dari rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Hendak tetapi, karena fotosistem II meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air. Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga beruntun oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke residu tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berjasa sebagai donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II. Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu bangun redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melaksanakan reaksi oksidasi air. Fotosistem II adalah satu-satunya enzim biologi yang dikenal menerapkan oksidasi air ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen adalah produk ampas dari reaksi cahaya, namun sebagian agung organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.[39][40] Reaksi gelapReaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi menempuh dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack.[41] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan banyak atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.[41] Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap menempuh jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.[41] Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.[41] Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang memerankan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.[41] Siklus Calvin-BensonSiklus Calvin-Benson Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[41] RuBP merupakan enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH.[41] Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi cahaya.[41] Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.[41] Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.[20] Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.[42] Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat(3-PGA).[42] Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).[42] Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.[42] ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan.[42] Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang menyumbang 2 elektron.[42] Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.[42] Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan menempuh stomata.[43] Pada kesudahan reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan untuk tiap molekul CO2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.[43] Tiga putaran daur hendak menambatkan 3 molekul CO2 dan produk belakangnya adalah 1,3-Pgaldehida.[20] Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa keluar.[20] Sistem ini membuat banyak total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi mengakibatkan munculnya triosafosfat di sitosol.[20] Triosa fosfat digunakan sitosol untuk membentuk sukrosa.[20][43] Siklus Hatch-SlackSiklus Hatch-Slack Berdasarkan kegiatan menghasilkan glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan C4.[44] Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari kawasan subtropis.[44] Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 menempuh siklus Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.[44] Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa.[44] Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa.[45] Hal ini dapat terjadi jika benar fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi menambat O2.[45] Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang umumnya ditemukan di kawasan tropis.[45] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa.[45] Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah enzim yang hendak mengikat CO2 dari udara dan kemudian hendak menjadi oksaloasetat.[45] Oksaloasetat hendak diubah menjadi malat.[45] Malat hendak terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2.[45] Piruvat hendak kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 hendak masuk ke dalam siklus Calvin yang berlanjut di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP.[45] Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil.[46] Dalam semuanya proses ini, digunakan 5 ATP.[46] Urutan dan kinetikaProses forosintesis terjadi menempuh empat tahap:[6]
EfisiensiTumbuhan kebanyakan mengubah cahaya menjadi energi kimia dengan efisiensi fotosintesis sekitar 3–6%.[47] Efisiensi fotosintesis yang sebenarnya, beragam tergantung pada frekuensi cahaya yang diserap, suhu dan banyak karbondioksida di atmosfer, dan dapat bervariasi mulai dari 0.1% sampai 8%.[48] Sebagai perbadningan, panel surya mengubah cahaya menjadi energi listrik dengan efisiensi ekitar 6-20 % untuk panel yang dihasilkan massal, dan di atas 40% untuk panel laboratoium. EvolusiSistem fotosintesis awal, seperti misalnya pada bakteri sulfur hijau dan bakteri sulfur ungu serta baktero nonsulfur hujau dan bakteri nonsulfur ungu, dipercaya sebagai anoksigenik, menggunakan beragam molekul sebagai donor elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya menggunakan hidrogen dan sulfur sebagai donor elektron. Bakteri nonsulfur hijau menggunakan beragam asam amino dan asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu menggunakan beragam molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul ini konsisten dengan bukti geologi bahwa atmosfer sangat terkurangi pada masa itu. Fosil yang dipercaya sebagai organisme fotosintesis filamen diperirakan berasal dari 3,4 miliar tahun silam.[49][50] Sumber utama oksigen di atmosfer adalah fotosintesis oksigen, dan kemunculan pertamanya seringkali disebut sebagai katastropi oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis oksigen, seperti misalnya pada cyanobacteria, menjadi penting selama era Paleoproterozoikum sekitar 2 miliar tahun silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan sebagian agung prokariota fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen menggunakan air sebagai donor elektron, yang teroksidasi menjadi oksigen molekuker (O2) di pusat reaksi fotosintesis. Simbiosis dan asal mula kloroplasBeberapa kumpulan binatang membentuk hubungan simbiosis dengan alga fotosintesis. Ini banyak terdapat pada koral, spons, dan anemon laut. Dianggarkan bahwa ini adalah dampak dari rangka tubuh mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang lapang dibandingkan volume tubuh mereka.[51] Selain itu, beberapa moluska, yaitu Elysia viridis dan Elysia chlorotica, juga memiliki hubungan simbiosis dengan kloroplas yang mereka bawa dari alga yang mereka makan dan kemudian disimpan di dalam tubuh mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya dengan melaksanakan fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu saat.[52][53] Beberapa gen dari nukleus sel Tumbuhan ini ditransfer ke siput sehingga kloroplas dapat disuplai dengan protein yang mereka gunakan untuk bertahan hidup.[54] Wujud simbiosis yang bahkan semakin tidak jauh dapat menjelaskan asal usul kloroplas. Kloroplas mungkin memiliki banyak kesamaaan dengan bakteri fotosintesis, termasuk kromosom bundar, ribosom berjenis prokariota, dan protein serupa di pusat reaksi fotosintesis.[55][56] Teori endosimbiotik menunjukkan bahwa bakteri fotosintesis didapat (melalui endositosis) oleh sel Eukariota untuk membentuk sel Tumbuhan awal. Dengan demikian, kloroplas probabilitas merupakan bakteri fotosintesis yang beradaptasi untuk hidup di dalam sel Tumbuhan. Seperti mitokondria, kloroplas sedang memiliki DNA mereka sendiri, terpisah dari DNA nukleus pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas ini mirip dengan yang terdapat pada cyanobacteria.[57] DNA di kloroplas menyandi untuk protein redoks seperti pusat reaksi fotosintesis. Hipotesis CoRR mengusulkan bahwa lokasi Co-lokasi ni diperlukan untuk Regulasi Redoks. Cyanobacteria dan evolus fotosintesisKapasitas biokimia untuk menggunakan air sebagai sumber elektron dalam fotosintesis berevolusi sekali, pada nenek moyang bersama dari cyanobacteria yang sedang benar. Rekaman geologi mengindikasikan bahwa peritiwa perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi, setidaknya 2450–2320 juta tahun silam, bahkan dianggarkan jauh semakin awal dari itu.[58] Bukti yang tersedia dari studi geologi tentang batu sedimen Archean (>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa kehidupan tersebut benar sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan tentang kapan fotosintesis oksigen berevolusi sedang belum terjawab. Jendela patologi yang jelas untuk evolusi cyanobacteria buka sekitar 200 juta tahun silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah beragam. Cyanobacteria tetap menjadi produsen primer utama di sepanjang masa Eon Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena bangun redoks di laut semakin memudahkan fotoautotrof yang mampu melaksanakan fiksasi nirogen. Alga hijau mengikuti hijau-biru sebagai produsen utama di rak kontinental tidak jauh dengan kesudahan masa Pretozoikum, namun hanya dengan radiasi dinoflagelata, kokolitoforid, dan diatom pada masa Messozoikum (251-65 juta tahun silam) produksi primer pada perairan tonjolan kelautan mulai memiliki wujud modernnya. Cyanobacteria tetap menjadi penting untuk ekosistem laut sebagai produsen utama dalam pilin samudra, sebagai kaki tangan fiksasi nitrogen biologis, dan, dalam wujud yang termodifikasi, sebagai plastid alga laut.[59] Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti di Universitas Tel Aviv menemukan bahwa hornet oriental (Vespa orientalis) mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan suatu pigmen yang disebut xantopterin. Ini merupakan bukti ilmiah pertama tentang proses kerajaan binatang yang melaksanakan fotosintesis.[60] Faktor penentu laju fotosintesisProses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat memengaruhi secara langsung seperti kondisi sekeliling yang terkait maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting untuk proses fotosintesis.[1] Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi sekeliling yang terkait meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu sekeliling yang terkait, konsentrasi karbondioksida (CO2).[1] Faktor sekeliling yang terkait tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung untuk laju fotosintesis.[61] Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.[61] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.[62] Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis[62]:
Intensitas cahaya (pancaran), panjang gelombang dan suhuPada awal masa seratus tahun ke-120, Frederick Frost Blackman bersama dengan Albert Einstein menyelidiki pengaruh intensitas cahaya (pemancaran) dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin penting: Pertama, dari penelitian ini dikenal bahwa, secara umum, reaksi fotokimia tidak dipengaruhi oleh suhu. Hendak tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi tingkat asimilasi karbon, aci pasti benar dua rangkaian reaksi pada proses lengkap asimilasi karbon. Ini adalah tahap 'fotokimia' bergantung cahaya dan tahap bergantung suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman menunjukkan pemikiran faktor pembatas. Faktor pembatas lainnya adalah panjang gelombang cahaya. Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak dapat memperoleh panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk menghasilkan pemisahan berkekuatan fotoinduksi pada pigmen fotosintesis konvensional. Untuk mengatasi permasalahan ini, serangkaian protein dengan pigmen-pigmen berlainan mengelilingi pusat reaksi. Unit ini disebut fikobilisome. Tingkat karbondioksi dan fotorespirasiKetika konsentrasi karbondioksi meningkat, tingkat yang mana gula dihasilkan oleh reaksi bergantung cahaya meningkat sampai dibatasi oleh faktor-faktor lainnya. RuBisCO, enzim yang mengkat karbondioksida pada reaksi lepas sama sekali cahaya, memiliki afinitas pengikatan untuk karbon dan oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida tinggi, RuBisCO hendak memfiksasi karbondioksida. Hendak tetapi, jika konsentrasi karbondioksida rendah, RuBisCO hendak mengikat oksigen dan bukan karbondioksida. Proses ini, yang dsiebut fotorespirasi, menggunakan energi, tapi tidak menghasilkan gula. Kegiatan oksigenase RuBisCO tidak menguntungkan untuk Tumbuhan karena beberapa gagasan berikut:
Penggunaan jalur untuk produk dari kegiatan oksigenase RuBisCO oxygenase semakin dikenal sebagai fotorespirasi, karena dicirikan dengan makanan oksigen bergantung pada cahaya dan pelepasan karbondioksida. Lihat pula
Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 4Daun, tempat berlanjutnya fotosintesis pada tumbuhan. Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-], "cahaya," dan σύνθεσις [sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari.[1] Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting untuk semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber energi untuk nyaris semua kehidupan di Bumi, benar secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka),[2] kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt,[3] atau kira-kira enam kali semakin agung daripada makanan energi peradaban manusia.[4] Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon untuk semua senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap tahunnya.[5][6] Meskipun fotosintesis dapat berlanjut dalam berbagai kegiatan pada berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam wujud adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya digunakan untuk memisahkan elektron dari zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berlainan ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis. Organisme fotosintesis pertama probabilitas berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua wujud kehidupan di Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah agung karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida--bukan air--sebagai sumber elektron.[7] Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam.[8] Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada belakangnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga.[9] Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.[10] Sejarah penemuanMeskipun sedang benar langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah dikenal sejak tahun 1800-an.[11] Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan berbakat kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang proses dari Belgia), melaksanakan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan massa tumbuhan semakin dari saat ke saat.[11] Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan semakin hanya karena pemberian air.[11] Namun, pada tahun 1727, berbakat botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti benar faktor lain selain air yang memerankan. Dia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu.[11] Pada ketika itu belum dikenal bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1] Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang berbakat kimia dan pendeta warga negara Inggris, menemukan bahwa ketika dia menutupi sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya hendak mati sebelum lilinnya habis terbakar.[12] Dia kemudian menemukan bila dia meletak tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu hendak mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan mengakibatkan matinya tikus.[12] Dia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan.[12] Dia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.[12] Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.[13] Dia memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak".[14] Dia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga dia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah probabilitas meracuni penghuninya.[14] Belakangnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.[1] Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure sukses menunjukkan hubungan selang hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara.[1] Dia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air.[1] Menempuh serangkaian eksperimen inilah belakangnya para berbakat sukses menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa). Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses kimia fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia menjadi ilmuwan pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis merupakan reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi karbondioksida. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas Tumbuhan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Dengan hanya cahaya merah, reaksi cahayanya dapat ditekan. Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi semakin banyak. Dengan demikian, benar dua protosistem, yang satu menyerap sampai panjang gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil a dan klorofil b, di selang pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang merupakan pigmen merah dan biru pada alga merah dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom. Proses ini paling produktif ketika penyerapan kuantanya seimbang untuk PSII dan PSI, menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi selang sistem PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakan fotosintesis.[6] Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke kitokrom b6 (kini plastokinon), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap dalam mekanisme penghasilan karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh plastokinon, yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f karena itu merupakan reduktan yang benar. Percobaan semakin lanjut yang membuktikan bahwa oksigen mengembang pada fotosintesis Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh kaki tangan pengurang tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau benzokinon setelah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Reaksi Hill adalah sebagai berikut: 2 H2O + 2 CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O62 + O2yang mana A adalah penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan, penerima elektron terkurangi dan oksigen mengembang. Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari air. Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham, menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada Tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan menyebut siklus ini sebagai Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan beberapa bahkan menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB). Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, sukses menemukan fungsi dan ciri utama dari rantai pengangkutan elektron. Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum yang membagi CO2, diaktifkan oleh respirasi.[15] Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu cahaya, mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) hendak menyerap cahaya lainnya, namun hendak mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu benar dalam satu rangkaian. Perangkat fotosintesisBangun kloroplas:1. membran luar2. ruang antar membran3. membran dalam (1+2+3: proses amplop)4. stroma5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)6. membran tilakoid7. granum (kumpulan tilakoid) 8. tilakoid (lamella) 9. pati10. ribosom11. DNA plastida12. plastoglobula PigmenProses fotosintesis tidak dapat berlanjut pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik.[16] Sel yang tidak benar pigmen fotosintetik ini tidak mampu melaksanakan proses fotosintesis.[16] Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat dikenal bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan.[14] Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[14] Di samping hal benar perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berlainan tersebut.[14] Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan hal benar perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.[14] Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.[17] Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.[17] Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang memerankan penting dalam menyerap energi matahari.[17] Dari semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm).[18] Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm), dan violet (< 400 nm).[19] Masing-masing jenis cahaya berlainan pengaruhnya terhadap fotosintesis.[19] Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang memainkan pekerjaan dalam fotosintesis.[19] Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.[19] Pigmen yang berlainan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berlainan.[19] Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a memerankan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung memerankan dalam reaksi terang.[19] Proses absorpsi energi cahaya mengakibatkan lepas sama sekalinya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang kemudian hendak disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron.[20] Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis. KloroplasHasil mikroskop elektron dari kloroplas Kloroplas terdapat pada semua proses tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum dewasa.[21] Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang memerankan dalam proses fotosintesis.[22] Kloroplas benar wujud seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma.[21] Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.[21] Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.[21] Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).[21] Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di selang membran tilakoid.[21] Bila sebuah granum disayat maka hendak dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.[23] Secara semuanya, stroma mengandung protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga (Cu).[17] Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.[17] Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlanjut dalam tilakoid dengan produk kesudahan berupa glukosa yang diwujudkan di dalam stroma.[17] Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.[17] FotosistemFotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron.[17] Di dalam kloroplas terdapat beberapa jenis klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna kuning sampai jingga.[17] Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang memerankan penting dalam fotosintesis.[24] Klorofil a berada dalam proses pusat reaksi.[20] Klorofil ini memerankan dalam menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron.[20] Elektron ini kemudian masuk ke sistem siklus elektron.[20] Elektron yang dilepaskan klorofil a benar energi tinggi sebab memperoleh energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antena.[24] Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.[24] Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a disebut juga P700.[25] Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena.[25] Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680.[26] P680 yang teroksidasi merupakan kaki tangan pengoksidasi yang semakin kuat daripada P700.[26] Dengan potensial redoks yang semakin agung, hendak cukup elektron negatif untuk memperoleh elektron dari molekul-molekul air.[17] Membran dan organel fotosintesisProtein yang mengumpulkan cahaya untuk fotosintesis dilengkapi dengan membran sel. Kegiatan yang paling sederhana terdapat pada bakteri, yang mana protein-protein ini tersimpan di dalam mebran plasma.[27] Hendak tetapi, membran ini dapat terlipat dengan rapat menjadi lembaran silinder yang disebut tilakoid, atau terkumpul menjadi vesikel yang disebut membran intrakitoplasma.[29] Bangun ini dapat mengisi sebagian agung proses dalam sel, menjadikan membran itu memiliki area permukaan yang lapang dan dengan demikian meningkatkan banyak cahaya yang dapat diserap oleh bakteri. Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di organel yang disebut kloroplas. Satu sel tumbuhan kebanyakan memiliki sekitar 10 sampai 100 kloroplas. Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran dalam fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran selang kedua membran itu. Di dalam membran terdapat air yang disebut stroma. Stroma mengandung tumpukan (grana) tilakoid, yang merupakan tempat berlanjutnya fotosintesis. Tilakoid berwujud cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis adalah membran tilakoid, yang mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal, termasuk membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem. Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan pigmen klorofil, yang merupakan gagasan kenapa sebagian agung tumbuhan memiliki warna hijau. Selain klorofil, tumbuhan juga menggunakan pigmen seperi karoten dan xantofil.[30] Alga juga menggunakan klorofil, namun memiliki beragam pigmen lainnya, misalnya fikosianin, karoten, dan xantofil pada alga hijau, fikoeritrin pada alga merah (rhodophyta) dan fukoksantin pada alga cokelat dan diatom yang menghasilkan warna yang beragam pula. Pigmen-pigmen ini terdapat pada tumbuhan dan alga pada protein antena khusus. Pada protein tersebut semua pigmen memainkan pekerjaan bersama-sama secara teratur. Protein semacam itu disebut kompleks panen cahaya. Walaupun semua sel pada proses hijau pada tumbuhan memiliki kloroplas, sebagian agung energinya diserap di dalam daun. Sel pada jaringan dalam daun, disebut mesofil, dapat mengandung selang 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada setiap milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara sergam tertutupi oleh kutikula lilin yang tahan air yang melindungi daun dari penguapan yang amat sangat dan mengurangi penyerapan sinar biru atau ultraviolet untuk mengurangi pemanasan. Lapisan epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya untuk masuk menempuh sel mesofil palisade tempat sebagian agung fotosintesis berlanjut. Fotosintesis pada tumbuhanTumbuhan bersifat autotrof.[13] Autotrof gunanya dapat mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik.[13] Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Berikut ini adalah persamaan reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa: Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar.[13] Proses ini berlanjut menempuh respirasi seluler yang terjadi benar pada binatang maupun tumbuhan.[13] Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas.[13] Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain hendak bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.[13] Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.[13] Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.[13] klorofil menyerap cahaya yang hendak digunakan dalam fotosintesis.[13] Meskipun seluruh proses tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian agung energi dihasilkan di daun.[13] Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.[13] Cahaya hendak melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian agung proses fotosintesis.[13] Permukaan daun kebanyakan dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari ataupun penguapan air yang amat sangat.[13] Fotosintesis pada alga dan bakteriAlga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang sampai alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel.[31] Meskipun alga tidak memiliki bangun sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan kegiatan yang sama.[31] Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun semakin bervariasi.[31] Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.[31] Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berfaedah bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.[31] ProsesFotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen, dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah karbon dioksida menjadi gula. Sampai sekarang fotosintesis sedang terus dipelajari karena sedang benar sejumlah tahap yang belum bisa diterangkan, meskipun sudah sangat banyak yang dikenal tentang proses vital ini.[32] Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu ilmu lingkungan kehidupan utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.[32] Pada tumbuhan, organ utama tempat berlanjutnya fotosintesis adalah daun.[32] Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.[33] Di organel inilah tempat berlanjutnya fotosintesis, tepatnya pada proses stroma.[32] Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) kebanyakan dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.[32] Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua proses utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).[18] Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.[18] Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).[18] Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH).[18] Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.[18] Pada proses reaksi gelap tidak diperlukan cahaya Matahari. Reaksi gelap benar tujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula.[18] Organisme fotosintesis itu autotrof, yang berfaedah bahwa mereka menyimpan energi, mereka dapat menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, air, dan menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai proses dari energi potensial mereka. Hendak tetapi, tidak semua organisme menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk menerapkan fotosintesis, karena fotoheterotrof menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai sumber energi.[2] Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan oksigen. Ini disebut fotosintesis oksigen. Walaupun benar beberapa perbedaan selang fotosintesis oksigen pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, secara umum prosesnya cukup mirip pada organisme-organisme tersebut. Hendak tetapi, benar beberapa jenis bakteri yang melaksanakan fotosintesis anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan oksigen. Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu proses yang disebut fiksasi karbon. Fiksasi karbon adalah reaksi redoks, aci fotosintesis memerlukan sumber energi untuk melaksanakan proses ini, dan elektron yang diperlukan untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yang merupaan reaksi reduksi. Secara umum, fotosintesis adalah kebalikan dari respirasi sel, yang mana glukosa dan senyawa lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan menghasilkan energi kimia. Namun, dua proses itu berlanjut menempuh rangkaian reaksi kimia yang berlainan dan pada kompartemen sel yang berlainan. Persamaan umum untuk fotosintesis adalah sebagai berikut: 2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n + 2n DOKarbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor elektron teroksidasi Pada fotosintesis okesigen air adalah donor elektron dan, karena merupakan hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan untuk proses ini adalah: 2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2Okarbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + airSeringkali 2n molekul air dibatalkan pada kedua pihak, sehingga menghasilkan: 2n CO2 + 2n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigenProses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit) dengan air pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari untuk mengoksidasi arsenit menjadi arsenat:[34] Persamaan untuk reaksinya adalah sebagai berikut: CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO [35]karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida (digunakan untuk membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, reaksi terang atau reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan molekul penyimpan energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap menggunakan produk ini untuk menyerap dan mengurangi karondioksida. Sebagian agung organisme yang melaksanakan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen menggunakan cahaya nampak untuk melaksanakannya, meskipun setidaknya tiga menggunakan radiasi inframerah.[36] Reaksi terangReaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[37] Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.[37] Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling memainkan pekerjaan sama, yaitu fotosistem I dan II.[38] Fotosistem I (PS I) mengandung pusat reaksi P700, yang berfaedah bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) mengandung pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[38] Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan mengakibatkan muatan menjadi tidak stabil.[38] Untuk menstabilkan kembali, PS II hendak mengambil elektron dari molekul H2O yang benar disekitarnya. Molekul air hendak dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang berperan sebagai enzim.[38] Hal ini hendak mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air, kemudian PS II hendak mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.[38] Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini hendak mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.[37] Reaksi semuanya yang terjadi di PS II adalah[38]:
Skema ZPada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu elektron hendak dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, menempuh sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan menempuh rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awal mulanya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH adalah produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk menurunkan energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron digunakan untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen. Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berlainan pada wujudnya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak benar NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlanjut pada fotosistem I. Setelah elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awal mulanya elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus. Fotolisis airNADPH adalah kaki tangan pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik untuk reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa kaki tangan pereduksi lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini dialihkan dari rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Hendak tetapi, karena fotosistem II meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air. Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga beruntun oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke residu tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berjasa sebagai donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II. Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu bangun redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melaksanakan reaksi oksidasi air. Fotosistem II adalah satu-satunya enzim biologi yang dikenal menerapkan oksidasi air ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen adalah produk ampas dari reaksi cahaya, namun sebagian agung organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.[39][40] Reaksi gelapReaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi menempuh dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack.[41] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan banyak atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.[41] Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap menempuh jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.[41] Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.[41] Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang memerankan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.[41] Siklus Calvin-BensonSiklus Calvin-Benson Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[41] RuBP merupakan enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH.[41] Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi cahaya.[41] Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.[41] Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.[20] Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.[42] Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat(3-PGA).[42] Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).[42] Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.[42] ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan.[42] Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang menyumbang 2 elektron.[42] Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.[42] Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan menempuh stomata.[43] Pada kesudahan reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan untuk tiap molekul CO2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.[43] Tiga putaran daur hendak menambatkan 3 molekul CO2 dan produk belakangnya adalah 1,3-Pgaldehida.[20] Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa keluar.[20] Sistem ini membuat banyak total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi mengakibatkan munculnya triosafosfat di sitosol.[20] Triosa fosfat digunakan sitosol untuk membentuk sukrosa.[20][43] Siklus Hatch-SlackSiklus Hatch-Slack Berdasarkan kegiatan menghasilkan glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan C4.[44] Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari kawasan subtropis.[44] Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 menempuh siklus Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.[44] Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa.[44] Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa.[45] Hal ini dapat terjadi jika benar fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi menambat O2.[45] Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang umumnya ditemukan di kawasan tropis.[45] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa.[45] Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah enzim yang hendak mengikat CO2 dari udara dan kemudian hendak menjadi oksaloasetat.[45] Oksaloasetat hendak diubah menjadi malat.[45] Malat hendak terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2.[45] Piruvat hendak kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 hendak masuk ke dalam siklus Calvin yang berlanjut di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP.[45] Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil.[46] Dalam semuanya proses ini, digunakan 5 ATP.[46] Urutan dan kinetikaProses forosintesis terjadi menempuh empat tahap:[6]
EfisiensiTumbuhan kebanyakan mengubah cahaya menjadi energi kimia dengan efisiensi fotosintesis sekitar 3–6%.[47] Efisiensi fotosintesis yang sebenarnya, beragam tergantung pada frekuensi cahaya yang diserap, suhu dan banyak karbondioksida di atmosfer, dan dapat bervariasi mulai dari 0.1% sampai 8%.[48] Sebagai perbadningan, panel surya mengubah cahaya menjadi energi listrik dengan efisiensi ekitar 6-20 % untuk panel yang dihasilkan massal, dan di atas 40% untuk panel laboratoium. EvolusiSistem fotosintesis awal, seperti misalnya pada bakteri sulfur hijau dan bakteri sulfur ungu serta baktero nonsulfur hujau dan bakteri nonsulfur ungu, dipercaya sebagai anoksigenik, menggunakan beragam molekul sebagai donor elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya menggunakan hidrogen dan sulfur sebagai donor elektron. Bakteri nonsulfur hijau menggunakan beragam asam amino dan asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu menggunakan beragam molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul ini konsisten dengan bukti geologi bahwa atmosfer sangat terkurangi pada masa itu. Fosil yang dipercaya sebagai organisme fotosintesis filamen diperirakan berasal dari 3,4 miliar tahun silam.[49][50] Sumber utama oksigen di atmosfer adalah fotosintesis oksigen, dan kemunculan pertamanya seringkali disebut sebagai katastropi oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis oksigen, seperti misalnya pada cyanobacteria, menjadi penting selama era Paleoproterozoikum sekitar 2 miliar tahun silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan sebagian agung prokariota fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen menggunakan air sebagai donor elektron, yang teroksidasi menjadi oksigen molekuker (O2) di pusat reaksi fotosintesis. Simbiosis dan asal mula kloroplasBeberapa kumpulan binatang membentuk hubungan simbiosis dengan alga fotosintesis. Ini banyak terdapat pada koral, spons, dan anemon laut. Dianggarkan bahwa ini adalah dampak dari rangka tubuh mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang lapang dibandingkan volume tubuh mereka.[51] Selain itu, beberapa moluska, yaitu Elysia viridis dan Elysia chlorotica, juga memiliki hubungan simbiosis dengan kloroplas yang mereka bawa dari alga yang mereka makan dan kemudian disimpan di dalam tubuh mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya dengan melaksanakan fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu saat.[52][53] Beberapa gen dari nukleus sel Tumbuhan ini ditransfer ke siput sehingga kloroplas dapat disuplai dengan protein yang mereka gunakan untuk bertahan hidup.[54] Wujud simbiosis yang bahkan semakin tidak jauh dapat menjelaskan asal usul kloroplas. Kloroplas mungkin memiliki banyak kesamaaan dengan bakteri fotosintesis, termasuk kromosom bundar, ribosom berjenis prokariota, dan protein serupa di pusat reaksi fotosintesis.[55][56] Teori endosimbiotik menunjukkan bahwa bakteri fotosintesis didapat (melalui endositosis) oleh sel Eukariota untuk membentuk sel Tumbuhan awal. Dengan demikian, kloroplas probabilitas merupakan bakteri fotosintesis yang beradaptasi untuk hidup di dalam sel Tumbuhan. Seperti mitokondria, kloroplas sedang memiliki DNA mereka sendiri, terpisah dari DNA nukleus pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas ini mirip dengan yang terdapat pada cyanobacteria.[57] DNA di kloroplas menyandi untuk protein redoks seperti pusat reaksi fotosintesis. Hipotesis CoRR mengusulkan bahwa lokasi Co-lokasi ni diperlukan untuk Regulasi Redoks. Cyanobacteria dan evolus fotosintesisKapasitas biokimia untuk menggunakan air sebagai sumber elektron dalam fotosintesis berevolusi sekali, pada nenek moyang bersama dari cyanobacteria yang sedang benar. Rekaman geologi mengindikasikan bahwa peritiwa perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi, setidaknya 2450–2320 juta tahun silam, bahkan dianggarkan jauh semakin awal dari itu.[58] Bukti yang tersedia dari studi geologi tentang batu sedimen Archean (>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa kehidupan tersebut benar sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan tentang kapan fotosintesis oksigen berevolusi sedang belum terjawab. Jendela patologi yang jelas untuk evolusi cyanobacteria buka sekitar 200 juta tahun silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah beragam. Cyanobacteria tetap menjadi produsen primer utama di sepanjang masa Eon Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena bangun redoks di laut semakin memudahkan fotoautotrof yang mampu melaksanakan fiksasi nirogen. Alga hijau mengikuti hijau-biru sebagai produsen utama di rak kontinental tidak jauh dengan kesudahan masa Pretozoikum, namun hanya dengan radiasi dinoflagelata, kokolitoforid, dan diatom pada masa Messozoikum (251-65 juta tahun silam) produksi primer pada perairan tonjolan kelautan mulai memiliki wujud modernnya. Cyanobacteria tetap menjadi penting untuk ekosistem laut sebagai produsen utama dalam pilin samudra, sebagai kaki tangan fiksasi nitrogen biologis, dan, dalam wujud yang termodifikasi, sebagai plastid alga laut.[59] Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti di Universitas Tel Aviv menemukan bahwa hornet oriental (Vespa orientalis) mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan suatu pigmen yang disebut xantopterin. Ini merupakan bukti ilmiah pertama tentang proses kerajaan binatang yang melaksanakan fotosintesis.[60] Faktor penentu laju fotosintesisProses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat memengaruhi secara langsung seperti kondisi sekeliling yang terkait maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting untuk proses fotosintesis.[1] Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi sekeliling yang terkait meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu sekeliling yang terkait, konsentrasi karbondioksida (CO2).[1] Faktor sekeliling yang terkait tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung untuk laju fotosintesis.[61] Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.[61] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.[62] Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis[62]:
Intensitas cahaya (pancaran), panjang gelombang dan suhuPada awal masa seratus tahun ke-120, Frederick Frost Blackman bersama dengan Albert Einstein menyelidiki pengaruh intensitas cahaya (pemancaran) dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin penting: Pertama, dari penelitian ini dikenal bahwa, secara umum, reaksi fotokimia tidak dipengaruhi oleh suhu. Hendak tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi tingkat asimilasi karbon, aci pasti benar dua rangkaian reaksi pada proses lengkap asimilasi karbon. Ini adalah tahap 'fotokimia' bergantung cahaya dan tahap bergantung suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman menunjukkan pemikiran faktor pembatas. Faktor pembatas lainnya adalah panjang gelombang cahaya. Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak dapat memperoleh panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk menghasilkan pemisahan berkekuatan fotoinduksi pada pigmen fotosintesis konvensional. Untuk mengatasi permasalahan ini, serangkaian protein dengan pigmen-pigmen berlainan mengelilingi pusat reaksi. Unit ini disebut fikobilisome. Tingkat karbondioksi dan fotorespirasiKetika konsentrasi karbondioksi meningkat, tingkat yang mana gula dihasilkan oleh reaksi bergantung cahaya meningkat sampai dibatasi oleh faktor-faktor lainnya. RuBisCO, enzim yang mengkat karbondioksida pada reaksi lepas sama sekali cahaya, memiliki afinitas pengikatan untuk karbon dan oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida tinggi, RuBisCO hendak memfiksasi karbondioksida. Hendak tetapi, jika konsentrasi karbondioksida rendah, RuBisCO hendak mengikat oksigen dan bukan karbondioksida. Proses ini, yang dsiebut fotorespirasi, menggunakan energi, tapi tidak menghasilkan gula. Kegiatan oksigenase RuBisCO tidak menguntungkan untuk Tumbuhan karena beberapa gagasan berikut:
Penggunaan jalur untuk produk dari kegiatan oksigenase RuBisCO oxygenase semakin dikenal sebagai fotorespirasi, karena dicirikan dengan makanan oksigen bergantung pada cahaya dan pelepasan karbondioksida. Lihat pula
Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 5Daun, tempat berlanjutnya fotosintesis pada tumbuhan. Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-], "cahaya," dan σύνθεσις [sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") yaitu suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis yaitu alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari.[1] Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka mampu membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting untuk semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga adalah sumber energi untuk nyaris semua kehidupan di Bumi, benar secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam makanan mereka),[2] kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt,[3] atau kira-kira enam kali semakin agung daripada makanan energi peradaban manusia.[4] Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon untuk semua senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap tahunnya.[5][6] Meskipun fotosintesis mampu berlanjut dalam berbagai kegiatan pada berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam wujud adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya dipakai untuk memisahkan elektron dari zat seperti air. Elektron ini dipakai dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berlainan ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi yang mampu menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis. Organisme fotosintesis pertama probabilitas berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua wujud kehidupan di Bumi adalah mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah agung karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida--bukan air--sebagai sumber elektron.[7] Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam.[8] Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada belakangnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga.[9] Kloroplas pada Tumbuhan modern adalah keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.[10] Sejarah penemuanMeskipun sedang benar langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah dikenal semenjak tahun 1800-an.[11] Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan berbakat kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang proses dari Belgia), melaksanakan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan massa tumbuhan semakin dari masa ke masa.[11] Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan semakin hanya karena pemberian air.[11] Namun, pada tahun 1727, berbakat botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti benar faktor lain selain air yang memerankan. Dia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu.[11] Pada ketika itu belum dikenal bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1] Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang berbakat kimia dan pendeta warga negara Inggris, menemukan bahwa ketika dia menutupi sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya hendak mati sebelum lilinnya habis terbakar.[12] Dia kemudian menemukan bila dia meletak tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu hendak mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan mengakibatkan matinya tikus.[12] Dia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut mampu “dipulihkan” oleh tumbuhan.[12] Dia juga menunjukkan bahwa tikus mampu tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.[12] Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.[13] Dia memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga mampu "memulihkan" udara yang "rusak".[14] Dia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada kondisi gelap sehingga dia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah probabilitas meracuni penghuninya.[14] Belakangnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu yaitu karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.[1] Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure sukses menunjukkan hubungan selang hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara.[1] Dia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air.[1] Menempuh serangkaian eksperimen inilah belakangnya para berbakat sukses menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa). Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses kimia fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia menjadi ilmuwan pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis adalah reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi karbondioksida. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas Tumbuhan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Dengan hanya cahaya merah, reaksi cahayanya mampu ditekan. Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi semakin banyak. Dengan demikian, benar dua protosistem, yang satu menyerap sampai panjang gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil a dan klorofil b, di selang pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang adalah pigmen merah dan biru pada alga merah dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom. Proses ini paling produktif ketika penyerapan kuantanya seimbang untuk PSII dan PSI, menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi selang sistem PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakan fotosintesis.[6] Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke kitokrom b6 (kini plastokinon), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap dalam mekanisme penghasilan karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh plastokinon, yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f karenanya adalah reduktan yang benar. Percobaan semakin lanjut yang membuktikan bahwa oksigen mengembang pada fotosintesis Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh kaki tangan pengurang tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau benzokinon sesudah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Reaksi Hill yaitu sebagai berikut: 2 H2O + 2 CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O62 + O2yang mana A yaitu penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan, penerima elektron terkurangi dan oksigen mengembang. Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari air. Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham, menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada Tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan menyebut siklus ini sebagai Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan beberapa bahkan menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB). Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, sukses menemukan fungsi dan definisi dari rantai pengangkutan elektron. Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum yang membagi CO2, diaktifkan oleh respirasi.[15] Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu cahaya, mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) hendak menyerap cahaya lainnya, namun hendak mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu benar dalam satu rangkaian. Perangkat fotosintesisBangun kloroplas:1. membran luar2. ruang antar membran3. membran dalam (1+2+3: proses amplop)4. stroma5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)6. membran tilakoid7. granum (kumpulan tilakoid) 8. tilakoid (lamella) 9. pati10. ribosom11. DNA plastida12. plastoglobula PigmenProses fotosintesis tidak mampu berlanjut pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik.[16] Sel yang tidak benar pigmen fotosintetik ini tidak dapat melaksanakan proses fotosintesis.[16] Pada percobaan Jan Ingenhousz, mampu dikenal bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan.[14] Hal ini mampu terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[14] Di samping hal benar perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda yaitu kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berlainan tersebut.[14] Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan hal benar perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.[14] Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.[17] Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.[17] Pigmen ini adalah salah satu dari pigmen fotosintesis yang memerankan penting dalam menyerap energi matahari.[17] Dari semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm).[18] Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm), dan violet (< 400 nm).[19] Masing-masing jenis cahaya berlainan pengaruhnya terhadap fotosintesis.[19] Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang memainkan pekerjaan dalam fotosintesis.[19] Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.[19] Pigmen yang berlainan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berlainan.[19] Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a memerankan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung memerankan dalam reaksi terang.[19] Proses absorpsi energi cahaya mengakibatkan lepas sama sekalinya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang kemudian hendak disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron.[20] Proses ini adalah awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis. KloroplasHasil mikroskop elektron dari kloroplas Kloroplas terdapat pada semua proses tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum dewasa.[21] Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang memerankan dalam proses fotosintesis.[22] Kloroplas benar wujud seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma.[21] Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.[21] Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.[21] Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).[21] Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang adalah tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang adalah ruang di selang membran tilakoid.[21] Bila sebuah granum disayat karenanya hendak dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.[23] Secara semuanya, stroma mengandung protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga (Cu).[17] Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.[17] Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlanjut dalam tilakoid dengan produk kesudahan berupa glukosa yang diwujudkan di dalam stroma.[17] Klorofil sendiri sebenarnya hanya adalah sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.[17] FotosistemFotosistem yaitu suatu unit yang dapat menangkap energi cahaya Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron.[17] Di dalam kloroplas terdapat beberapa jenis klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna kuning sampai jingga.[17] Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang memerankan penting dalam fotosintesis.[24] Klorofil a berada dalam proses pusat reaksi.[20] Klorofil ini memerankan dalam menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron.[20] Elektron ini kemudian masuk ke sistem siklus elektron.[20] Elektron yang dilepaskan klorofil a benar energi tinggi karena mendapat energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antena.[24] Fotosistem sendiri mampu dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.[24] Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a disebut juga P700.[25] Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena.[25] Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680.[26] P680 yang teroksidasi adalah kaki tangan pengoksidasi yang semakin kuat daripada P700.[26] Dengan potensial redoks yang semakin agung, hendak cukup elektron negatif untuk mendapat elektron dari molekul-molekul air.[17] Membran dan organel fotosintesisProtein yang mengumpulkan cahaya untuk fotosintesis dilengkapi dengan membran sel. Kegiatan yang paling sederhana terdapat pada bakteri, yang mana protein-protein ini tersimpan di dalam mebran plasma.[27] Hendak tetapi, membran ini mampu terlipat dengan rapat menjadi lembaran silinder yang disebut tilakoid, atau terkumpul menjadi vesikel yang disebut membran intrakitoplasma.[29] Bangun ini mampu mengisi sebagian agung proses dalam sel, menjadikan membran itu memiliki area permukaan yang lapang dan dengan demikian meningkatkan banyak cahaya yang mampu diserap oleh bakteri. Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di organel yang disebut kloroplas. Satu sel tumbuhan kebanyakan memiliki sekitar 10 sampai 100 kloroplas. Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran dalam fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran selang kedua membran itu. Di dalam membran terdapat air yang disebut stroma. Stroma mengandung tumpukan (grana) tilakoid, yang adalah tempat berlanjutnya fotosintesis. Tilakoid berwujud cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis yaitu membran tilakoid, yang mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal, termasuk membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem. Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan pigmen klorofil, yang adalah gagasan kenapa sebagian agung tumbuhan memiliki warna hijau. Selain klorofil, tumbuhan juga menggunakan pigmen seperi karoten dan xantofil.[30] Alga juga menggunakan klorofil, namun memiliki beragam pigmen lainnya, misalnya fikosianin, karoten, dan xantofil pada alga hijau, fikoeritrin pada alga merah (rhodophyta) dan fukoksantin pada alga cokelat dan diatom yang menghasilkan warna yang beragam pula. Pigmen-pigmen ini terdapat pada tumbuhan dan alga pada protein antena khusus. Pada protein tersebut semua pigmen memainkan pekerjaan bersama-sama secara teratur. Protein semacam itu disebut kompleks panen cahaya. Walaupun semua sel pada proses hijau pada tumbuhan memiliki kloroplas, sebagian agung energinya diserap di dalam daun. Sel pada jaringan dalam daun, disebut mesofil, mampu mengandung selang 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada setiap milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara sergam tertutupi oleh kutikula lilin yang tahan air yang melindungi daun dari penguapan yang amat sangat dan mengurangi penyerapan sinar biru atau ultraviolet untuk mengurangi pemanasan. Lapisan epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya untuk masuk menempuh sel mesofil palisade tempat sebagian agung fotosintesis berlanjut. Fotosintesis pada tumbuhanTumbuhan bersifat autotrof.[13] Autotrof berfaedah mampu mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik.[13] Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Berikut ini yaitu persamaan reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa: Glukosa mampu dipakai untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan mampu pula dipakai sebagai bahan bakar.[13] Proses ini berlanjut menempuh respirasi seluler yang terjadi benar pada binatang maupun tumbuhan.[13] Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas.[13] Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain hendak bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.[13] Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.[13] Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.[13] klorofil menyerap cahaya yang hendak dipakai dalam fotosintesis.[13] Meskipun seluruh proses tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian agung energi dihasilkan di daun.[13] Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.[13] Cahaya hendak melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian agung proses fotosintesis.[13] Permukaan daun kebanyakan dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari ataupun penguapan air yang amat sangat.[13] Fotosintesis pada alga dan bakteriAlga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang sampai alga mikroskopik yang hanya terdiri dari satu sel.[31] Meskipun alga tidak memiliki bangun sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan kegiatan yang sama.[31] Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, karenanya panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun semakin bervariasi.[31] Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.[31] Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berfaedah bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme lain.[31] ProsesFotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen, dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah karbon dioksida menjadi gula. Sampai sekarang fotosintesis sedang terus dipelajari karena sedang benar sejumlah tahap yang belum dapat diterangkan, meskipun sudah sangat banyak yang dikenal tentang proses vital ini.[32] Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu ilmu lingkungan kehidupan utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.[32] Pada tumbuhan, organ utama tempat berlanjutnya fotosintesis yaitu daun.[32] Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.[33] Di organel inilah tempat berlanjutnya fotosintesis, tepatnya pada proses stroma.[32] Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) kebanyakan dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.[32] Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis mampu dibagi menjadi dua proses utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).[18] Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.[18] Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).[18] Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH).[18] Energi yang dipakai dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.[18] Pada proses reaksi gelap tidak diperlukan cahaya Matahari. Reaksi gelap benar tujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula.[18] Organisme fotosintesis itu autotrof, yang berfaedah bahwa mereka menyimpan energi, mereka mampu menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, air, dan menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai proses dari energi potensial mereka. Hendak tetapi, tidak semua organisme menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk menerapkan fotosintesis, karena fotoheterotrof menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai sumber energi.[2] Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan oksigen. Ini disebut fotosintesis oksigen. Walaupun benar beberapa perbedaan selang fotosintesis oksigen pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, secara umum prosesnya cukup mirip pada organisme-organisme tersebut. Hendak tetapi, benar beberapa jenis bakteri yang melaksanakan fotosintesis anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan oksigen. Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu proses yang disebut fiksasi karbon. Fiksasi karbon yaitu reaksi redoks, aci fotosintesis memerlukan sumber energi untuk melaksanakan proses ini, dan elektron yang diperlukan untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yang merupaan reaksi reduksi. Secara umum, fotosintesis yaitu kebalikan dari respirasi sel, yang mana glukosa dan senyawa lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan menghasilkan energi kimia. Namun, dua proses itu berlanjut menempuh rangkaian reaksi kimia yang berlainan dan pada kompartemen sel yang berlainan. Persamaan umum untuk fotosintesis yaitu sebagai berikut: 2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n + 2n DOKarbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor elektron teroksidasi Pada fotosintesis okesigen air yaitu donor elektron dan, karena adalah hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan untuk proses ini adalah: 2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2Okarbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + airSeringkali 2n molekul air dibatalkan pada kedua pihak, sehingga menghasilkan: 2n CO2 + 2n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigenProses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit) dengan air pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari untuk mengoksidasi arsenit menjadi arsenat:[34] Persamaan untuk reaksinya yaitu sebagai berikut: CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO [35]karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida (digunakan untuk membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, reaksi terang atau reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan molekul penyimpan energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap menggunakan produk ini untuk menyerap dan mengurangi karondioksida. Sebagian agung organisme yang melaksanakan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen menggunakan cahaya nampak untuk melaksanakannya, meskipun setidaknya tiga menggunakan radiasi inframerah.[36] Reaksi terangReaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid Reaksi terang yaitu proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[37] Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.[37] Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling memainkan pekerjaan sama, yaitu fotosistem I dan II.[38] Fotosistem I (PS I) mengandung pusat reaksi P700, yang berfaedah bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) mengandung pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[38] Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan mengakibatkan muatan menjadi tidak stabil.[38] Untuk menstabilkan kembali, PS II hendak mengambil elektron dari molekul H2O yang benar disekitarnya. Molekul air hendak dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim.[38] Hal ini hendak mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air, kemudian PS II hendak mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.[38] Plastokuinon adalah molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini hendak mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.[37] Reaksi semuanya yang terjadi di PS II yaitu[38]:
Skema ZPada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II mendapat energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu elektron hendak dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, menempuh sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan menempuh rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awal mulanya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH yaitu produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk menurunkan energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron dipakai untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen. Elektron dipakai untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berlainan pada wujudnya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak benar NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlanjut pada fotosistem I. Sesudah elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awal mulanya elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus. Fotolisis airNADPH yaitu kaki tangan pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik untuk reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa kaki tangan pereduksi lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini dialihkan dari rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Hendak tetapi, karena fotosistem II meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria yaitu air. Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga beruntun oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke residu tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berjasa sebagai donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II. Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu bangun redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melaksanakan reaksi oksidasi air. Fotosistem II yaitu satu-satunya enzim biologi yang dikenal menerapkan oksidasi air ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen yaitu produk ampas dari reaksi cahaya, namun sebagian agung organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.[39][40] Reaksi gelapReaksi gelap pada tumbuhan mampu terjadi menempuh dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack.[41] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan banyak atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.[41] Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap menempuh jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.[41] Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.[41] Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk sesudah penambatan CO2 yaitu oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang memerankan yaitu phosphoenolpyruvate carboxilase.[41] Siklus Calvin-BensonSiklus Calvin-Benson Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[41] RuBP adalah enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH.[41] Bila kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, bila kloroplas diberi cahaya.[41] Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.[41] Fiksasi CO2 ini adalah reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.[20] Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.[42] Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat(3-PGA).[42] Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).[42] Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.[42] ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan.[42] Bahan pereduksi yang sebenarnya yaitu NADPH, yang menyumbang 2 elektron.[42] Secara bersamaan, Pi dilepas dan dipakai kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.[42] Pada fase regenerasi, yang diregenerasi yaitu RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan menempuh stomata.[43] Pada kesudahan reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan untuk tiap molekul CO2 yang ditambat, dipakai untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.[43] Tiga putaran daur hendak menambatkan 3 molekul CO2 dan produk belakangnya yaitu 1,3-Pgaldehida.[20] Sebagian dipakai kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa keluar.[20] Sistem ini membuat banyak total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi mengakibatkan munculnya triosafosfat di sitosol.[20] Triosa fosfat dipakai sitosol untuk membentuk sukrosa.[20][43] Siklus Hatch-SlackSiklus Hatch-Slack Berdasarkan kegiatan menghasilkan glukosa, tumbuhan mampu dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan C4.[44] Tumbuhan C3 adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan subtropis.[44] Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 menempuh siklus Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.[44] Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa.[44] Namun, ATP ini mampu terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa.[45] Hal ini mampu terjadi bila benar fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi menambat O2.[45] Tumbuhan C4 yaitu tumbuhan yang umumnya ditemukan di kawasan tropis.[45] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa.[45] Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) yaitu enzim yang hendak mengikat CO2 dari udara dan kemudian hendak menjadi oksaloasetat.[45] Oksaloasetat hendak diubah menjadi malat.[45] Malat hendak terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2.[45] Piruvat hendak kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 hendak masuk ke dalam siklus Calvin yang berlanjut di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP.[45] Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil.[46] Dalam semuanya proses ini, dipakai 5 ATP.[46] Urutan dan kinetikaProses forosintesis terjadi menempuh empat tahap:[6]
EfisiensiTumbuhan kebanyakan mengubah cahaya menjadi energi kimia dengan efisiensi fotosintesis sekitar 3–6%.[47] Efisiensi fotosintesis yang sebenarnya, beragam tergantung pada frekuensi cahaya yang diserap, suhu dan banyak karbondioksida di atmosfer, dan mampu bervariasi mulai dari 0.1% sampai 8%.[48] Sebagai perbadningan, panel surya mengubah cahaya menjadi energi listrik dengan efisiensi ekitar 6-20 % untuk panel yang dihasilkan massal, dan di atas 40% untuk panel laboratoium. EvolusiSistem fotosintesis awal, seperti misalnya pada bakteri sulfur hijau dan bakteri sulfur ungu serta baktero nonsulfur hujau dan bakteri nonsulfur ungu, dipercaya sebagai anoksigenik, menggunakan beragam molekul sebagai donor elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya menggunakan hidrogen dan sulfur sebagai donor elektron. Bakteri nonsulfur hijau menggunakan beragam asam amino dan asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu menggunakan beragam molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul ini konsisten dengan bukti geologi bahwa atmosfer sangat terkurangi pada masa itu. Fosil yang dipercaya sebagai organisme fotosintesis filamen diperirakan berasal dari 3,4 miliar tahun silam.[49][50] Sumber utama oksigen di atmosfer yaitu fotosintesis oksigen, dan kemunculan pertamanya seringkali disebut sebagai katastropi oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis oksigen, seperti misalnya pada cyanobacteria, menjadi penting selama era Paleoproterozoikum sekitar 2 miliar tahun silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan sebagian agung prokariota fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen menggunakan air sebagai donor elektron, yang teroksidasi menjadi oksigen molekuker (O2) di pusat reaksi fotosintesis. Simbiosis dan asal mula kloroplasBeberapa kumpulan binatang membentuk hubungan simbiosis dengan alga fotosintesis. Ini banyak terdapat pada koral, spons, dan anemon laut. Dianggarkan bahwa ini yaitu dampak dari rangka tubuh mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang lapang dibandingkan volume tubuh mereka.[51] Selain itu, beberapa moluska, yaitu Elysia viridis dan Elysia chlorotica, juga memiliki hubungan simbiosis dengan kloroplas yang mereka bawa dari alga yang mereka makan dan kemudian disimpan di dalam tubuh mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya dengan melaksanakan fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu masa.[52][53] Beberapa gen dari nukleus sel Tumbuhan ini ditransfer ke siput sehingga kloroplas mampu disuplai dengan protein yang mereka gunakan untuk bertahan hidup.[54] Wujud simbiosis yang bahkan semakin dekat mampu menjelaskan asal usul kloroplas. Kloroplas mungkin memiliki banyak kesamaaan dengan bakteri fotosintesis, termasuk kromosom bundar, ribosom berjenis prokariota, dan protein serupa di pusat reaksi fotosintesis.[55][56] Teori endosimbiotik menunjukkan bahwa bakteri fotosintesis didapat (melalui endositosis) oleh sel Eukariota untuk membentuk sel Tumbuhan awal. Dengan demikian, kloroplas probabilitas adalah bakteri fotosintesis yang beradaptasi untuk hidup di dalam sel Tumbuhan. Seperti mitokondria, kloroplas sedang memiliki DNA mereka sendiri, terpisah dari DNA nukleus pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas ini mirip dengan yang terdapat pada cyanobacteria.[57] DNA di kloroplas menyandi untuk protein redoks seperti pusat reaksi fotosintesis. Hipotesis CoRR mengusulkan bahwa lokasi Co-lokasi ni diperlukan untuk Regulasi Redoks. Cyanobacteria dan evolus fotosintesisKapasitas biokimia untuk menggunakan air sebagai sumber elektron dalam fotosintesis berevolusi sekali, pada nenek moyang bersama dari cyanobacteria yang sedang benar. Rekaman geologi mengindikasikan bahwa peritiwa perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi, setidaknya 2450–2320 juta tahun silam, bahkan dianggarkan jauh semakin awal dari itu.[58] Bukti yang tersedia dari studi geologi tentang batu sedimen Archean (>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa kehidupan tersebut benar sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan tentang kapan fotosintesis oksigen berevolusi sedang belum terjawab. Jendela patologi yang jelas untuk evolusi cyanobacteria buka sekitar 200 juta tahun silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah beragam. Cyanobacteria tetap menjadi produsen primer utama di sepanjang masa Eon Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena bangun redoks di laut semakin memudahkan fotoautotrof yang dapat melaksanakan fiksasi nirogen. Alga hijau mengikuti hijau-biru sebagai produsen utama di rak kontinental dekat dengan kesudahan masa Pretozoikum, namun hanya dengan radiasi dinoflagelata, kokolitoforid, dan diatom pada masa Messozoikum (251-65 juta tahun silam) produksi primer pada perairan tonjolan kelautan mulai memiliki wujud modernnya. Cyanobacteria tetap menjadi penting untuk ekosistem laut sebagai produsen utama dalam pilin samudra, sebagai kaki tangan fiksasi nitrogen biologis, dan, dalam wujud yang termodifikasi, sebagai plastid alga laut.[59] Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti di Universitas Tel Aviv menemukan bahwa hornet oriental (Vespa orientalis) mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan suatu pigmen yang disebut xantopterin. Ini adalah bukti ilmiah pertama tentang proses kerajaan binatang yang melaksanakan fotosintesis.[60] Faktor penentu laju fotosintesisProses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang mampu memengaruhi secara langsung seperti kondisi sekeliling yang terkait maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting untuk proses fotosintesis.[1] Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi sekeliling yang terkait meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu sekeliling yang terkait, konsentrasi karbondioksida (CO2).[1] Faktor sekeliling yang terkait tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung untuk laju fotosintesis.[61] Faktor pembatas tersebut mampu mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah karenanya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.[61] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.[62] Berikut yaitu beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis[62]:
Intensitas cahaya (pancaran), panjang gelombang dan suhuPada awal masa seratus tahun ke-120, Frederick Frost Blackman bersama dengan Albert Einstein menyelidiki pengaruh intensitas cahaya (pemancaran) dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin penting: Pertama, dari penelitian ini dikenal bahwa, secara umum, reaksi fotokimia tidak dipengaruhi oleh suhu. Hendak tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi tingkat asimilasi karbon, aci pasti benar dua rangkaian reaksi pada proses lengkap asimilasi karbon. Ini yaitu tahap 'fotokimia' bergantung cahaya dan tahap bergantung suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman menunjukkan pemikiran faktor pembatas. Faktor pembatas lainnya yaitu panjang gelombang cahaya. Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak mampu mendapat panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk menghasilkan pemisahan berkekuatan fotoinduksi pada pigmen fotosintesis konvensional. Untuk mengatasi permasalahan ini, serangkaian protein dengan pigmen-pigmen berlainan mengelilingi pusat reaksi. Unit ini disebut fikobilisome. Tingkat karbondioksi dan fotorespirasiKetika konsentrasi karbondioksi meningkat, tingkat yang mana gula dihasilkan oleh reaksi bergantung cahaya meningkat sampai dibatasi oleh faktor-faktor lainnya. RuBisCO, enzim yang mengkat karbondioksida pada reaksi lepas sama sekali cahaya, memiliki afinitas pengikatan untuk karbon dan oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida tinggi, RuBisCO hendak memfiksasi karbondioksida. Hendak tetapi, bila konsentrasi karbondioksida rendah, RuBisCO hendak mengikat oksigen dan bukan karbondioksida. Proses ini, yang dsiebut fotorespirasi, menggunakan energi, tapi tidak menghasilkan gula. Kegiatan oksigenase RuBisCO tidak menguntungkan untuk Tumbuhan karena beberapa gagasan berikut:
Penggunaan jalur untuk produk dari kegiatan oksigenase RuBisCO oxygenase semakin dikenal sebagai fotorespirasi, karena dicirikan dengan makanan oksigen bergantung pada cahaya dan pelepasan karbondioksida. Lihat juga
Pustaka
Tautan luar
edunitas.com Page 6
Page 7Tags (tagged): portal, film, articles, choice, articles choice, unkris, telah akan, menjadi, artikel pilihan portal, sesuatu, ada, hubungannya film artikel, harus, bukan, merupakan, artikel rintisan artikel, pilihan saat, 2010, kandidat belum dijadwalkan, artikel telah, center, of studies potter, and the, half, blood prince sci, fi lihat, pula, artikel portal Page 8Tags (tagged): portal, film, articles, choice, articles choice, unkris, film setiap, pengguna, mengajukan artikel pilihannya, merupakan artikel, rintisan, artikel pilihan saat, 2, film artikel pilihan, 12 27, februari, 28 3, 2010, juli 2010, rumah, dara 8 portal, film artikel, pilihan, 7, center of, studies roman, twilight, film 28 thriller, rumah dara, sutradara Page 9Tags (tagged): portal, film, artikel, pilihan, artikel pilihan, unkris, film setiap, pengguna, mengajukan artikel pilihannya, merupakan artikel, rintisan, artikel pilihan saat, 2, film artikel pilihan, 12 27, februari, 28 3, 2010, juli 2010, rumah, dara 8 portal, film artikel, 7, pusat ilmu, pengetahuan roman, twilight, film 28 thriller, rumah dara, sutradara Page 10Tags (tagged): portal, film, artikel, pilihan, artikel pilihan, unkris, telah akan, menjadi, artikel pilihan portal, sesuatu, ada, hubungannya film artikel, harus, bukan, merupakan, artikel rintisan artikel, pilihan saat, 2010, kandidat belum dijadwalkan, artikel telah, pusat, ilmu pengetahuan potter, and the, half, blood prince sci, fi lihat, pula, artikel portal Page 11
Page 12
Page 13
Page 14Tags (tagged): portal, film, articles, choice, articles choice, unkris, film setiap, pengguna, mengajukan artikel pilihannya, merupakan artikel, rintisan, artikel pilihan saat, 2, film artikel pilihan, 12 27, februari, 28 3, 2010, juli 2010, rumah, dara 8 portal, film artikel, pilihan, 7, center of, studies roman, twilight, film 28 thriller, rumah dara, sutradara Page 15Tags (tagged): portal, film, articles, choice, articles choice, unkris, telah akan, menjadi, artikel pilihan portal, sesuatu, ada, hubungannya film artikel, harus, bukan, merupakan, artikel rintisan artikel, pilihan saat, 2010, kandidat belum dijadwalkan, artikel telah, center, of studies potter, and the, half, blood prince sci, fi lihat, pula, artikel portal Page 16Tags (tagged): portal, film, artikel, pilihan, artikel pilihan, unkris, telah akan, menjadi, artikel pilihan portal, sesuatu, ada, hubungannya film artikel, harus, bukan, merupakan, artikel rintisan artikel, pilihan saat, 2010, kandidat belum dijadwalkan, artikel telah, pusat, ilmu pengetahuan potter, and the, half, blood prince sci, fi lihat, pula, artikel portal Page 17Tags (tagged): portal, film, artikel, pilihan, artikel pilihan, unkris, film setiap, pengguna, mengajukan artikel pilihannya, merupakan artikel, rintisan, artikel pilihan saat, 2, film artikel pilihan, 12 27, februari, 28 3, 2010, juli 2010, rumah, dara 8 portal, film artikel, 7, pusat ilmu, pengetahuan roman, twilight, film 28 thriller, rumah dara, sutradara Page 18
Page 19
Page 20
Page 21
Page 22
edunitas.com Page 23
edunitas.com Page 24
edunitas.com Page 25
edunitas.com Page 26Tags (tagged): portal, oseania, unkris, berada samudra, pasifik, sekitarnya oseania, penguasa, kolonial mereka, telah, mendapatkan, roa pulau, terkenal banyaknya, patung, patung moai, australia, bangunan struktur, polinesia, perancis, pusat ilmu, pengetahuan kepulauan, marshall, mikronesia nauru palau, melanesia fiji |