Dibawah ini yang bukan prinsip-prinsip amal saleh adalah

Oleh Hatib Rachmawan, S.Pd., S.Th.I.

A.    Pengertian Fiqih Ibadah

Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm, artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.

Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak dibebani dengan kewajiban. Seorang dianggap mukalaf setidaknya ada dua ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal. Cirinya adalah seseorang sudah dapat membedakan antara baik dan buruk, dan antara benar dan salah. Kedua, baligh, maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki sudah pernah ikhtilam (mimpi basah), sedangkan perempuan sudah haid.

Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (الطاعة); (2) tunduk (الخضوع); (3) hina (الذلّ); dan (التنسّك) pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah:

التقرب ألى الله بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل بما أذن به الشا رع وهي عامة وخاصة

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan arti khusus.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.

Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla Allah.

B.     Pengertian Syari’at

Pengertian lain yang mirip dengan fiqih adalah syari’at. Secara bahasa syari’ah artinya jalan (thariqah). Secara istilah adalah segala bentuk hukum baik perintah dan larangan yang terdapat dalam Islam, yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, secara praktis antara fiqih dan syari’at tidak jauh berbeda. Perbedaannya fiqih jauh lebih teoritik, sementara syariat lebih praktis.

Tujuan diciptakannya syari’at di dalam Islam adalah untuk;

  1. Memelihara agama (hifzud din)
  2. Meliharaan jiwa (hifzun nufus)
  3. Memelihara akal (hifzul aql)
  4. Memelihara keturunan (hifzun nasl)
  5. Memelihara harta (hifzul mal)
  6. Memelihara kehormatan (hifzul irdh)
  7. Mmelihara lingkungan (hifzul bi’ah)

Tujuh kriteria tersebut dapat dijadikan ukuran apakah syariat (hukum) yang diterapkan itu benar atau tidak. Jika hukum yang dikerjakan ternyata menabrak dari salah satu kriteria tersebut, maka keberadaan hukum tersebut perlu ditinjau kembali.

Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah yakni al-Qur’an dan as-Sunnah al-Maqbulah. As-Sunnah Al-Maqbulah artinya sunnah yang dapat diterima. Dalam kajian hadis sunnah al-Maqbulah dibagi menjadi dua, Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini disandarkan pada hadis berikut;

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku meninggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak akan tersesat jika berpegang pada keduanya, yakni: Kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunah Nabi.

 D.    Prinsip Ibadah

Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:

1.      Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥)

1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. yang menguasai di hari Pembalasan. 5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.

2.      Ikhlas (Al-Bayinah/98:5)

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

3.      Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

 4.      Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah

5.      Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

6.      Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

7.      Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit (Al-Baqarah/2:286)

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”

File bisa anda Download di sini

(Penulis adalah Anggota Majelis Tarjih PWM DIY (2011-2012), Anggota MPK PP. Muhamamdiyah (2011-2015), bekerja sebagai dosen Studi Islam di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta).

1 Prinsip-prinsip Beramal Shalih

2 Seorang muslim yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat tidak cukup dengan doa saja tetapi harus berusaha sungguh2 melakukan amal sholih sebanyak- banyaknya Iman bertambah dengan amal sholih Iman berkurang dengan maksiat

3 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An Nahl :97)

4 فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْ رِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا …Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS al Kahfi :110)

5 Penting menjaga amal sholih kita agar diterima Allah ta’ala dan tidak sia-sia

6 فاَ لَّذِيۡنَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُ وۡنَ اَنَّهُمۡ يُحۡسِنُوۡنَ صُنۡعًا‏ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS al Kahfi :104)

7 Prinsip-prinsip beramal shalih Ikhlas dan tujuannya Ridho Allah 1 Benar Cara Melaksanakannya 2 Tidak Merasa Telah Banyak Beramal Shaleh 3 Bersegera Melaksanakannya 4

8 وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّ ينَ حُنَفَاءَ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah deng an memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, …. (QS Al Bayyinah :5) 1. Ikhlas dan tujuannya ridho Allah

9 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْ ضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS Al Baqarah :207)

10 Amal Perbuatan Jasad Lisan Hati

11 Pentingnya ikhlas dan bahayanya ria. Saat di kubur kita tidak membawa apapun kecuali amal sholih. Amal sholih tidak semua bermanfaat hanya yang ikhlas yang diterima Allah ta’ala. Amal yang tidak ikhlas hanya menjadi bumerang Generasi salaf mengatakan bahwa keikhlasan yang paling berat. Karena niat itu berubah-ubah. Tidak ada yang mengetahui ria adalah kecuali orang yang ikhlas, memperhatikan gerak gerik hatinya. Orang yang tidak memperhatikan hatinya bisa jadi terjebak pada ria, ujub dll. Generasi salaf yang menyibukkan diri dengan beriman dan bertaqwa menyatakan “pada saat menyampaikan satu hadis saja membutuhkan niat yang yang banyak”.

12 Ikhlas artinya memurnikan ibadah kita semata-mata untuk Allah ta’ala Ikhlas lawannya adalah ria. Ria adalah syirik yang samar Misal seorang sedang sholat tiba-tiba menyadari ada yang memperhatikan maka dia membaguskan sholatnya, itulah ria. Ria merupakan penyakit yang menimpa orang yang beramal sholeh. Bisa jadi awalnya ikhlas, sepuluh menit kemuadian masuk ria

13 Empat perkara yang membuat kita waspada pada ria: 1.Merenungkan nasib orang yang ria di akhirat kelak (HR Bukhari) 2.Merenungkan nasib orang yang ria di dunia 3.Nasib orang yang memperhatikan sanjungan 22:10 4.Nasib orang yang ingin dipuji. Maka kita harus senantiasa memurnikan niat kita

14 Riya’ Akan Menghapus Dan Membatalkan Amal Shalih. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَ ىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekah mu dengan menyebut-nyebutnya & menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usaha kan, dan Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang kafir”. [QS al Baqarah : 264].

15 Riya’ Mewariskan Kehinaan Dan Kerendahan. “Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amal nya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendah kan dia dan menghinakannya”. [HR Thabrani]

16 Riya’ Mewariskan Kehinaan Dan Kerendahan. “Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amal nya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendah kan dia dan menghinakannya”. [HR Thabrani]

17 Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berp erang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang su paya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian di perintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah me nanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan di perlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allahberfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

18 Perkara amal tercampur ria -Jika ria muncul di awal -Jika ria muncul saat beramal -Jika ria muncul setelah beramal

19 قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ ال لَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ “Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian be nar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Ali Imron: 31) 2. Benar Cara Melaksanakannya

20 Ittiba Rasul saw -Mencintainya -Membenarkan kabar yang dibawanya -Taat pada perintahnya -Menjauhi larangannya -Hanya beribadah sesuai syariatnya

21 Rasulullah adalah guru kita, panduan kita Bagaimana kita beribadah, kita makan, kita minum …pelajari dulu bagaimana Rasulullah saw menco ntohkan -Tempat -Waktu -Jumlahnya Tidak boleh membuat aturan sendiri

22 Bid’ah hasanah hanya boleh dalam hal sarana Sebab-sebab Munculnya Amalan Tanpa Tuntunan Pertama: Tidak memahami dalil dengan benar. Kedua: Tidak mengetahui tujuan syari’at. Ketiga: Menganggap suatu amalan baik dengan akal semata. Keempat: Mengikuti hawa nafsu semata ketika beramal. Kelima: Berbicara tentang agama tanpa ilmu dan dalil. Keenam: Tidak mengetahui manakah hadits shahih dan dho’if (lemah), mana yang bisa diterima dan tidak. Ketujuh: Mengikuti ayat-ayat dan hadits yang masih samar. Kedelapan: Memutuskan hukum dari suatu amalan dengan cara yang keliru, tanpa petunjuk dari syari’at. Kesembilan: Bersikap ghuluw (ekstrim) terhadap person tertentu. Jadi apapun yang dikatakan panutannya (selain Nabi shallallahu ‘al aihi wa sallam), ia pun ikuti walaupun itu keliru dan menyelisih dalil.

23 Dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Beliau bersabda, “Tidak ada seorang pun yang berpuasa pada hari Kamis (Kamis pertama bulan Rajab), kemudian melakukan shalat antara setelah Isya dengan permulaan malam yakni pada malam Jum’at sebanyak 12 rak’at, di mana pada setiap rakaat dibacanya Al Fatihah sekali, Innaa anzalnaahu fii lailatil qadr 3x, Qulhuwallahu ahad 12x, setiap antara dua rak’at dipisah dengan salam, setelah selesai shalat bershalawat kepada ku 70x, ketika sujudnya mengucapkan “Suubuhun qudduusun Rabbul malaaikati war ruuh” 70x, lalu mengangkat kepalanya dan membaca sebanyak 70x “Rabbighfir warham, wa tajaawaz ‘ammaa ta’lam, innaka antal ‘aziizul a’zham”, kemudian sujud kedua dan mengucapkan seperti di sujud pertama. Setelah itu, ia meminta kepada Allah Ta’ala hajatnya, maka akan ditunaikan…Rasulullah SAW melanjutkan (sabda nya): “Demi Allah, yang diriku di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba laki-laki mau pun wanita melakukan shalat ini sekali saja kecuali Allah akan mengampuni semua dosanya meskipun sebanyak buih di lautan, sebanyak jumlah pasir, seberat gunung, sebanyak daun di pohon dan akan diberikan syafa’at untuk 700 orang keluarga nya yang seharusnya masuk neraka.” Namun hadits ini menurut para ulama adalah hadits yang maudhu’ (palsu). Read more https://yufidia.com/keutamaan-bulan-rajab-dalam-sorotan/https://yufidia.com/keutamaan-bulan-rajab-dalam-sorotan/

24 ومَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini ( urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim)

25 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. (QS Al Hujurat :13) 3. Tidak Merasa Telah Banyak Beramal Shaleh

26 Barangsiapa bisa menyembunyikan amal sholih maka lakukanlah Kalau manusia tidak merasa sudah banyak amal sholih yang dilakukan, maka dia akan terus berusaha memperbanyaknya.

27 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُ مْ ۚ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.(QS Al Hujurat :13) 4. Bersegera Melaksanakannya

28 Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Nabi SAW bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari]

29 Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Aku tidak menyerupakan masa muda kecuali dengan sesuatu yang menempel di lengan bajuku, lalu jatuh”. Abul-Walid al-Bâji rahimahullah berkata: “Jika aku telah meng etahui dengan sangat yakin, bahwa seluruh hidupku di dunia ini seperti satu jam di akhirat, maka mengapa aku tidak bakhil dengan waktu hidupku (untuk melakukan perkara yang sia-sia, Pen.), dan hanya kujadikan hidupku di dalam kebaikan dan ketaatan”.

30 Manusia tidak mengetahui kapan berakhirnya waktu yang di berikan untuknya. Wahai anak Adam, janganlah engkau menunda-nunda (amal an-amalan), karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok pagi belum tentu engkau memilikinya. Jika engkau bertemu besok hari, maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engkau tidak bertemu esok hari, engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini [Taqrib Zuhd IbnulMubarok, 1/28]

31 Alhamdulillah

32 Section Break Insert the title of your subtitle Here