Di rumah sakit bayi yang baru lahir dihangatkan di dalam inkubator

Ilustrasi bayi lahir prematur. (Foto: Thinkstock)

Bayi yang lahir prematur sejatinya harus diberikan perawatan intensif untuk mencegah hal yang tak diinginkan. Pertumbuhan bayi yang belum sempurna menyebabkan kondisi bayi rentan terhadap gangguan kesehatan. Bahkan, terlambat menanganinya sebentar saja bisa membuat nyawa buah hati tidak tertolong.

Usia bayi prematur yang belum cukup bulan membuat mereka harus hidup dengan didukung oleh alat inkubator yang bisa membuat mereka tetap nyaman dan tenang. Karena bagaimanapun, bayi prematur belum bisa melakukan transisi dengan dunia luar sehingga inkubator akan menolong mereka agar diselimuti dengan suhu serta kelembaban yang sesuai seperti saat berada di dalam rahim ibu.

"Bayi prematur itu belum siap dengan dunia luar sehingga mereka harus dibuat seperti layaknya berada di rahim ibu, misalnya suhu serta kelembabannya harus diatur menyesuaikan dengan suhu saat berada di dalam kandungan. Oleh karena itu, penanganannya haruslah intensif," tutur DR. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K) kepada kumparan (kumparan.com) saat ditemui di Hotel Fairmont Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/11).

Bayi lahir prematur harus dibantu dengan inkubator (Foto: Thinkstock)

Meski harus berada di inkubator, dr. Rina menyarankan agar bayi prematur tak boleh terlalu lama berada di alat tersebut. Karena menurutnya, sentuhan ibu adalah inkubator alami untuk bayi.

"Inkubator itu sebenarnya digunakan saat perlu saja, jika kondisi bayi tidak memungkinkan maka perlu bantuan inkubator. Semakin kecil ukuran bayi, maka semakin lama ia harus berada di inkubator. Tapi jika bayi lahir mendekati usia yang cukup bulan, tidak perlu berlama-lama di inkubator," ungkap dokter yang juga menjabat sebagai staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Cipto Mangunkusumo itu.

"Bayi harus cepat dikembalikan ke ibunya. Saat kondisi ibu sudah stabil, maka bayi harus menerima sentuhan sang ibu dengan cara ditempelkan di dada," tambahnya

dr. Rina menyebutkan sentuhan ibu sebagai inkubator alami akan membuat bayi mendapatkan kehangatan serta perasaan nyaman karena bayi bisa merasakan langsung detak jantung sang ibu yang sudah dikenalnya saat masih berada di dalam kandungan.

Bayi yang terlalu lama dijauhkan dengan ibunya justru bisa mengalami trauma perpisahan yang cukup dalam sehingga diharapkan ibu bisa cepat pulih dari pasca melahirkan.

"Kebanyakan ibu-ibu yang baru melahirkan itu takut untuk menggendong anaknya, apalagi bayi prematur yang lahir dengan ukuran yang lebih kecil. Umumnya kejadian ini berlangsung sekitar dua hari," katanya.

Sentuhan ibu sebagai 'inkubator alami'. (Foto: Thinkstock)

Lantas, kapan bayi prematur boleh dibawa pulang?

Parameter seorang bayi prematur diizinkan pulang bukan diukur dari berat badan yang cukup tapi dari kesiapan mental ibunya. Perawatan bayi prematur yang jauh lebih susah menuntut ibu untuk bisa merawat bayinya dengan sepenuh hati.

Ibu juga harus selalu ada untuk anaknya, bahkan selama 24 jam penuh agar kondisi bayi bisa cepat pulih. Perlu diingat, hanya ibu yang sehat yang boleh menggendong anaknya. Jika ibu tersebut mempunyai penyakit yang bisa menular lewat udara, seperti TBC atau flu maka, dr. Rina tidak menyarankan ibu untuk mendekap buah hatinya.

Stimulasi dalam mengasah otak juga perlu diberikan untuk menunjang kemampuan otak si kecil mengingat pertumbuhan organ tubuhnya belum sempurna. Semua itu dilakukan agar bayi tetap bisa melihat, mendengar, dan merasakan kehangatan ibu.

"Bayi prematur itu bisa dibentuk menjadi orang yang excellent nantinya, jadi stimulasi itu penting karena tak ada pembeda antara bayi prematur dengan bayi yang dilahirkan saat usia cukup bulan," tutup dr. Rina mengakhiri perbincangan.

Di rumah sakit bayi yang baru lahir dihangatkan di dalam inkubator

Tergerak dari keinginan untuk membantu bayi prematur yang memerlukan inkubator yang aman dan murah, Prof. Dr. Ir. Raldi Artono Koestoer, D.E.A. berinisiatif merancang inkubator rumahan yang dapat digunakan oleh orang tua bayi di rumah. Pria yang lahir pada 21 September 1954 ini berharap orang tua yang mempunyai bayi prematur akan terbantu dan tidak merasa takut dengan biaya perawatan bayi prematur yang mahal.

Ketertarikannya bermula pada 1989. Saat itu, Prof. Raldi berkunjung ke kediaman kakaknya yang berprofesi sebagai dokter anak. Di sana ia melihat sebuah inkubator yang sudah rusak. Menurut keterangan, sebelumnya ada bayi terpanggang di dalam inkubator bayi tersebut. Penyebabnya adalah suhu yang terlalu tinggi di dalam inkubator sehingga bayi mengalami overheating. Saat itu ia mencoba menganalisa apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Dengan latar belakang pendidikan Teknik Mesin, ia lalu tertantang untuk membuat inkubator bayi rumahan yang sederhana dan murah pembuatannya.

Pada 1994, ia mulai membuat penelitian dengan bahan kardus dan triplek yang dirancang sebesar ukuran inkubator bayi. Kendala yang dihadapi pada saat itu adalah dalam mengendalikan suhu di inkubator, sementara alat pengontrol elektronik buatan Eropa dan Jepang harganya cukup mahal. Pada 2006, ia melanjutkan penelitian tersebut di Laboratorium Perpindahan Kalor Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) untuk program Appropriate Technology Implementation (ATI) IMHERE yang didanai oleh DIKTI.

Menurut Prof. Raldi, bayi yang lahir prematur mengalami hipotermia sehingga harus langsung diletakkan di inkubator bayi untuk dihangatkan. Bayi memerlukan temperatur suhu lingkungan yang mendekati suhu kandungan ibunya. Berat bayi prematur, rata-rata 1,2 kg, sangat kecil dibandingkan bayi normal. Saat baru dilahirkan, bayi belum memiliki energi yang cukup untuk beradaptasi dengan perubahan suhu tersebut. Jika tidak cepat ditangani, bayi akan gemetar kedinginan.

Teknologi pada inkubator bayi tersebut dirancang pada suhu 33-34°C, lebih rendah sedikit dari suhu dalam kandungan yaitu 37° C. Teknologinya menggunakan sirkulasi dan konveksi alamiah. Cara kerjanya yaitu udara dari bawah mengalir ke atas tanpa kipas angin dengan system ducting khusus dan sistem lubang fresh air.

Pemanas yang digunakan yaitu lampu dengan watt kecil, yang telah diukur dengan kebutuhan kalor di ruang bayi. Inkubator bayi rumahan tersebut tidak menggunakan kipas angin sehingga bayi dapat merasa tenang karena tidak ada suara apapun di dalam inkubator. Bahan penyusunnya yaitu kayu yang bersifat isolatif terhadap kalor, juga aman dari kebocoran listrik. Sementara itu, kebutuhan listrik yang digunakan juga 10 kali lebih kecil dari inkubator pada umumnya yang digunakan di rumah sakit. Itulah alasannya mengapa inkubator ini dapat digunakan di rumah. Prof. Raldi menyarankan kepada orang tua untuk tidak menggunakan AC di kamar bayi agar bayi tetap berada pada keadaan hangat.

Profesor yang gemar bermain musik dan menyanyi ini tidak mempermasalahkan jika inkubator bayi miliknya ditiru orang lain. Ia justru senang karena berarti semakin banyak bayi yang mendapat menfaat inkubator bayi yang harganya terjangkau. Ia mengaku, saat ini kendala besar yang dihadapi orang tua bayi prematur adalah mahalnya biaya perawatan bayi pascapersalinan di rumah sakit.

Ke depan, ia ingin menjalin kerja sama dengan instansi rumah sakit di seluruh Indonesia agar inkubatornya dapat tersebar secara luas. Saat ini, sudah puluhan bayi prematur yang mendapatkan manfaat inkubator bayi rumahan. Prof. Raldi menyediakan layanan peminjaman inkubator rancangannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Ia pun bersedia mengantarkan inkubator bayi tersebut ke rumah orang tua bayi di kawasan Jakarta Selatan dan Depok. Orang tua bayi tidak dikenakan biaya seperser pun. Kebanyakan, orang tua bayi mendapat informasi tentang peminjaman inkubator bayi, di blog http://koestoer.wordpress.com/ milik Prof. Raldi. Selain meminjamkan, Prof. Raldi juga memantau perkembangan bayi dari orang tuanya.

Jika memerlukan peminjaman inkubator bayi gratis, orang tua dapat menghubungi Prof. Raldi melalui nomor 08161992186 dan surel di alamat . (KHN)