Di bawah ini termasuk sampah yang mudah terurai/membusuk adalah

Di bawah ini termasuk sampah yang mudah terurai/membusuk adalah
ilustrasi sampah di laut. ©AFP

TRENDING | 18 Juni 2020 12:57 Reporter : Billy Adytya

Merdeka.com - Jenis jenis sampah terkadang perlu untuk Anda ketahui guna mencegah terjadinya pencemaran pada lingkungan sekitar. Beberapa waktu yang lalu, Indonesia sempat dicengangkan dengan penemuan seekor ikan paus yang terdampar di Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, paus ini ditemukan disekitar sampah plastik dan kayu-kayu yang mengelilinginya.

Mirisnya, ketika perut paus dengan panjang 9,5 meter itu dibelah, nyatanya didalamnya juga terdapat banyak sampah plastik yang beratnya hingga mencapai kurang lebih 6 kg. Banyaknya tumpukan sampah yang berakhir di lautan ternyata sangat berpengaruh bagi keseimbangan ekosistem laut lantaran memilik dampak buruk yang luar biasa.

Nah dengan adanya peristiwa tersebut maka Anda perlu mengetahui jenis jenis sampah. Dengan begitu, Anda dapat belajar dalam mengelola sampah dengan melakukan tiga metode yang disebut 3R yakni Reuse, Reduce dan Recycle. Berikut adalah 11 jenis jenis sampah berdasarkan sifat, bentuk dan sumbernya yang sudah dirangkum Merdeka.com dari berbagai sumber.

2 dari 6 halaman

Jenis jenis sampah berdasarkan sifatnya terbagi menjadi tiga yakni sampah organik atau degradable, sampah anorganik atau undegradable dan sampah beracun atau B3.

Organik (Degradable)

Sampah organik merupakan jenis sampah mudah membusuk misal sisa makanan, sayuran, daun kering dan lainnya. Kelebihan dari sampah ini dapat diolah sehingga dapat digunakan sebagai pupuk kompos.

Anorganik (Undegradable)

Selanjutnya adalah jenis sampah anorganik yang merupakan sampah tidak mudah membusuk, antara lain seperti plastik wadah, kertas, botol, gelas minuman, kayu, pembungkus makanan, dan masih banyak lagi. Sampah ini dapat Anda jadikan sampah komersial atau sampah yang pada nantinya laku dijual guna dijadikan produk lain. Dengan sampah ini Anda juga dapat membuat suatu kerajinan tangan seperti tas yang menarik.

Beracun (B3)

Berikutnya adalah sampah B3 atau beracun, biasanya sampah ini berasal dari limbah rumah sakit, limbah pabrik atau lainnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang termasuk sampah B3 ialah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Sampah B3 ini memiliki ciri lain yakni sampah yang belum dapat diolah dengan cara teknologi dan timbul secara periodik.

3 dari 6 halaman

Adapun jenis sampah yang terbagi berdasarkan dengan bentuknya. Terdapat 2 jenis sampah jika dilihat berdasarkan bentuknya yakni sampah padat dan sampah cair.

Padat

Sampah padat merupakan semua atau segala bahan buangan. Terkecuali, urin, kotoran manusia dan juga sampah cair lainnya.

Cair

Selanjutnya ada sampah cair yang merupakan sebuah bahan cairan yang sudah digunakan dan tak dibutuhkan kembali kemudian dibuah ke tempat pembuangan.

4 dari 6 halaman

Jenis jenis sampah berdasarkan sumbernya terbagi menjadi 6 bagian. Dilansir dari Liputan6.com, berikut adalah jenis-jenis sampah berdasarkan sumbernya:

- Sampah industri ialah sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri dari sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.

- Sampah konsumsi ialah sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.

- Sampah manusia ialah sampah hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

- Sampah pertambangan.

- Sampah alam sampah yang diproduksi di kehidupan liar dan melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah.

- Sampah nuklir ialah sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia.

5 dari 6 halaman

Di bawah ini termasuk sampah yang mudah terurai/membusuk adalah
©2012 Merdeka.com

Baterai

Baterai mengandung bahan kimia yang beracun seperti merkuri, nikel, dan kadmium. Jika baterai tersebut berakhir di tempat pembuangan sampah, bahan kimia tersebut dapat larut ke dalam tanah atau sistem air.

Untuk itu selalu bawalah baterai isi ulang ke pusat daur ulang lokal terdekat, yang dapat ditemukan di kota Anda. Kumpulkan limbah tersebut hingga cukup banyak untuk di daur ulang.

6 dari 6 halaman

Di bawah ini termasuk sampah yang mudah terurai/membusuk adalah
©www.euractiv.com

Pupuk taman berbasis kimia, herbisida, dan pestisida tidak boleh dicurahkan ke saluran pembuangan atau dibuang ke sampah, karena pestisida memiliki bahan yang amat berbahaya untuk makhluk hidup maupun ekosistem dalam cakupan luas.

Maka, Anda bisa membawa bahan kimia halaman ke fasilitas Limbah Berbahaya Rumah Tangga setempat untuk dibuang, atau lebih baik lagi, memberikannya kepada teman atau tetangga.

(mdk/bil)

Contoh limbah anorganik antara lain limbah kimia dari pabrik, logam dan produk-produk olahannya, plastik, kaca, keramik, hingga kain. Limbah jenis ini tidak bisa terurai oleh alam dan harus diolah dengan baik agar tidak jadi sumber penyakit.

24 Nov 2020|Nina Hertiwi Putri

Ditinjau olehdr. Reni Utari

Limbah anorganik adalah limbah yang tidak bisa terurai secara alami

Limbah atau sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah membusuk, dan umumnya bukan berasal dari tumbuhan dan hewan, seperti kaleng, botol kaca, plastik, kertas, maupun pembungkus makanan.Berbeda dari limbah organik yang bisa diurai oleh alam, sebagian besar limbah anorganik tidak bisa diurai secara alami. Kalaupun ada yang bisa diurai alami, sampah tersebut membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan dengan yang organik.Jika dibiarkan menumpuk, limbah anorganik bisa memicu berbagai penyakit berbahaya, seperti diare dan kolera. Selain itu, pencemaran lingkungan seperti pencemaran air dan tanah juga bisa terjadi.

Jenis-jenis limbah anorganik

Plastik termasuk salah satu jenis limbah anorganik

Pembagian jenis limbah menjadi organik dan anorganik, dilakukan berdasarkan sifatnya. Contoh limbah organik adalah limbah atau sampah yang mudah terurai sendirinya oleh alam, seperti daun kering, sisa sayuran, sisa makanan, maupun bahan lainnya.Sementara itu sebagian besar limbah anorganik tidak bisa diurai secara natural oleh alam. Munculnya limbah jenis ini bisa dari sisa pengolahan industri seperti limbah pabrik, hingga proses pengolahan rumahan. Contoh atau jenis limbah anorganik antara lain:
  • Botol kaca
  • Botol plastik
  • Bungkus makanan ringan
  • Kantong plastik
  • Kaleng
  • Kertas
  • Kain
  • Keramik
  • Logam
  • Detergen

Dampak limbah anorganik jika dibiarkan menumpuk

Tumpukan sampah anorganik bisa picu gangguan pencernaan

Jika limbah anorganik dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan yang baik, ada berbagai dampak negatif yang bisa muncul, seperti:Tumpukan sampah anorganik bisa jadi sumber awal munculnya penyebab penyakit, seperti bakteri, virus, jamur, maupun parasit lainnya. Beberapa penyakit yang dapat timbul akibat tumpukan sampah antara lain:Limbah anorganik, terutama yang berbentuk cairan, bisa meresap ke saluran air dan mencemari berbagai sumber air yang tersedia, mulai dari air tanah, sungai, hingga laut.Kondisi ini selain berbahaya bagi manusia, juga akan merusak ekosistem perairan yang ada. Ikan-ikan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Bahkan, kerusakan lingkungan tersebut berisiko menimbulkan kematian mendadak pada ikan.Selain itu, limbah anorganik yang dibuang ke air akan berubah menjadi asam dan gas cair organik yang berbau dan pada konsenterasi tinggi, bisa meledak.Dengan menurunnya kesehatan dan kualitas lingkungan, maka aspek sosial dan ekonomi masyarakat otomatis juga akan terdampak.Saat menderita penyakit yang muncul akibat lingkungan yang kurang bersih atau banyak sampah, Anda perlu mengeluarkan biaya pengobatan. Lingkungan yang kotor juga akan mengurangi rasa nyaman di sekitar tempat tinggal.

Cara mengolah limbah anorganik yang baik

Limbah anorganik perlu didaur ulang

Untuk bisa menghindari dampak negatif dari limbah anorganik, kita perlu melakukan langkah-langkah pemanfaatan yang tepat. Salah satu cara yang paling baik adalah dengan melakukan daur ulang sampah anorganik menjadi barang yang bisa digunakan kembali.Sebelum itu, ada satu langkah penting yang perlu Anda lakukan, yaitu memisahkan sampah organik dan anorganik di rumah. Dengan begitu, sampah yang masih bisa didaur ulang bisa lebih mudah diolah. Berikut ini beberapa jenis sampah yang dapat dimanfaatkan ulang berdasarkan Kementerian Kesehatan RI:Langkah paling sederhana dari pengelolaan sampah kertas yang bisa Anda lakukan di rumah adalah mengumpulkan buku-buku atau kertas bekas dan memberikannya ke bank sampah atau pengumpul kertas bekas di tempat-tempat daur ulang.Dibanding hanya menumpuk dan terbuang ke laut, sisa-sisa kertas bisa diolah menjadi kertas daur ulang, tas, topeng, patung, maupun kerajinan tangan lainnya.Sampah kaleng adalah salah satu jenis limbah yang tidak akan terurai meski ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Oleh karena itu, sebisa mungkin Anda memanfaatkannya sebagai bahan daur ulang agar volume sampah tidak terus bertambah.Cara paling sederhananya adalah dengan menggunakan kaleng-kaleng bekas minuman atau cat, sebagai pot bunga maupun wadah untuk menyimpan barang-barang yang lain.Di tempat pengolahan sampah atau daur ulang sampah, limbah anorganik jenis botol biasanya akan diolah lagi menjadi botol baru. Botol yang dimaksud di sini adalah botol kaca.Sampah plastik, seperti bekas kemasan makanan dan minuman, saat ini sudah banyak diolah menjadi berbagai kerajinan, seperti tas tangan, dompet, tempat tisu, bahkan pakaian.Oleh karena itu jika menemukan sampah plastik di rumah, sebaiknya jangan langsung membuangnya begitu saja. Pisahkan dan bersihkan dari sampah lainnya, lalu Anda bisa menyumbangkannya ke bank sampah ataupun tempat daur ulang di lingkungan sekitar.Satu jenis limbah anorganik yang keberadaannya sering kita abaikan adalah sampah kain. Pakaian-pakaian yang sudah tidak terpakai, banyak yang menumpuk begitu saja di lemari.Untuk memanfaatkannya, Anda bisa mengubah kegunaannya, dari pakaian menjadi lap dapur, kain pel, atau menyumbangkannya ke orang yang membutuhkan, jika baju tersebut memang masih layak pakai.Sementara itu, di tempat pengrajin sampah anorganik, sampah kain sudah sering didaur ulang menjadi taplak meja, tutup dispenser, hingga selimut.

Baca Juga

Cara Mencuci Bantal yang Tepat untuk Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Ketika TidurMasker N95 yang Efektif Cegah Polusi, Bagaimana Cara Pakainya?Polusi Udara Dalam Ruangan Ternyata Dapat Mengancam Kesehatan AndaLimbah anorganik adalah sumber pencemaran lingkungan yang perlu diperhatikan keberadaannya. Mengingat dampaknya terhadap kesehatan juga tidaklah enteng, Anda pun perlu memperhatikan kebersihan linkungan sekitar rumah. Jangan sampai ada limbah yang menumpuk dan tak tertangani dengan baik.Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang kesehatan lingkungan serta dampak sampah atau limbah bagi kesehatan, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

alergi lingkunganpolusi udara

Kementerian Kesehatan RI. https://promkes.kemkes.go.id/download/dqjl/files280203-LINGKUNGAN-kedaruratan.pdf
Diakses pada 11 November 2020
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo. https://dlh.kulonprogokab.go.id/files/Bab%202_%20Permukiman%20-%20Akhir.pdf
Diakses pada 11 November 2020
Kementerian Kesehatan RI. http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/pengelolaansampah/mi-1c%20modul%20prinsip%20pengelolaan%20sampah.pdf
Diakses pada 11 November 2020

Tujuan dan manfaat menanam pohon tidak hanya baik untuk lingkungan tapi juga kesehatan seperti mencegah stres. Ini tips menanam pohon yang baik di halaman rumah.

06 Mar 2020|Nina Hertiwi Putri

Asap knalpot disebut dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan hingga dapat mengancam keselamatan jiwa. Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh asap knalpot?

14 Mei 2020|Aditya Prasanda

Ada sejumlah manfaat daun karet kebo yang bisa Anda dapatkan, di antaranya mengurangi polusi udara, menurunkan risiko alergi, mengatasi nyeri dan peradangan, hingga menjaga kesehatan pencernaan.

Dijawab Oleh dr. Sylvia V

Dijawab Oleh dr. Sri Wulantini

Dijawab Oleh dr. Elsinda Eka Sari