Di atas tanah merayap (soil creep) terdapat gejala berupa pohon-pohon yang tumbuh miring

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Sumber: carlottaluke.com

Mungkin kita sering menemui di daerah perbukitan atau tanjakan sebuah tiang listrik yang telah dipasang bertahun-tahun tidak lagi pada tempatnya atau berdiri dengan tegak, seperti pada saat pemasangannya. Tidak hanya pada tiang listrik, terjadi pula hal serupa pada pohon dan bangunan yang menancap pada tanah di lokasi tersebut. Hal ini karena adanya rayapan tanah atau soil creep.

Soil creep atau rayapan tanah dalam geomorfologi termasuk ke dalam proses gerak massa batuan atau mass wasting. gerak massa batuan atau mass wasting adalah gerakan batuan atau puing-puing batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Jenis dari mass wasting adalah longsoran (slide), gerak jatuh bebas (fall), rayapan tanah (soil creep) dan aliran (flow).

Soil creep dapat dibedakan dari jenis gerak massa tanah yang lainnya berdasarkan kecepatan atau kurun waktu terjadinya longsor. Soil creep terjadi alam waktu bertahun-tahun lamanya tergantung pada kondisi tanah. Bencana soil creep tidak dapat terdeteksi karena terjadi sangat lambat. Setelah kurun waktu yang lama, objek seperti tiang listrik, bangunan, pagar, dan pohon  diatas lokasi mengalami kemiringan kearah bawah lereng. Tidak seperti longsor lainnya, rayapan tanah terjadi dalam waktu yang sangat panjang tanpa disadari telah mengenai suatu lokasi. Soil creep sering terjadi pada daerah pegunungan tetapi cukup landai dan terjadi dalam lingkup yang luas.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya soil creep adalah:

  1. Jenis tanah: Tanah sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya soil creep, tanah yang mudah mengalami bencana ini adalah yang memiliki porositas tinggi serta tidak terdapat batuan yang menahan tanah.
  2. Kemiringan lereng: Lahan yang miring menyebabkan gravitasi dengan mudah mengacaukan stabilitas lahan sehingga terjadi longsor.
  3. Kelembaban tanah: Kandungan air di dalam tanah akan menyebabkan beratanah meningkat dan tanah semakin mudah tergelincir kebawah.
  4. Kerapatan vegetasi: Banyaknya tanaman menyebabkan beban tanah meningkat sehingga tanah bergerak kebawah dengan lebih cepat. Selain itu, akar pada tanaman menyebabkan adanya rekahan-rekahan dalam tanah yang membuat lahan tersebut tidak kuat menahan beban diatas permukaannya.
  5. Kondisi iklim: Hujan yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi lembab dan memungkinkan adanya soil creep.

Seperti bencana longsor lainnya, soil creep dapat merusak objek bangunan diatasnya seperti tiang listrik, rumah, pohon dan lainnya. Pada awal terjadinya bencana soil creep tingkat bahaya sangat kecil, tetapi seiring waktu objek tahan semakin tampak turun. Objek diatasnya dapat kehilangan kestabilan sewaktu-waktu hingga menimpa apapun yang kebetulan lewat dibawahnya. Selain itu, tanah di daerah tersebut juga dapat kehilangan stabilitasnya dan mengalami rekahan yang menggangu aktivitas manusia. Jadi dapat dikatakan kemungkinan bencana longsor jenis ini terjadi dalam jangka panjang.

Daerah yang terkena soil creeping memiliki rekahan-rekahan di tanah maupun jalan aspal. Salah satu sisinya seperti patah kearah bawah. Tiang-tiang listrik juga mengalami kemiringan hingga pada suatu masa akan terjatuh atau terputus. Pada kaki lereng akan terjadi penimbunan hasil dari longsoran tanah diatasnya, tidak jarang sisi jalan raya tertimbun tanah sehingga menggangu jalur transportasi.

Soil creeping termasuk ke dalam bencana alam yang sulit untuk diprediksi. Langkah pencegahan yang terbaik adalah mitigasi bencana ketika terlihat anomali pada suatu lokasi. Serta mengurangi pembangunan pada daerah rawan longsor.


Page 2

Mungkin kita sering menemui di daerah perbukitan atau tanjakan sebuah tiang listrik yang telah dipasang bertahun-tahun tidak lagi pada tempatnya atau berdiri dengan tegak, seperti pada saat pemasangannya. Tidak hanya pada tiang listrik, terjadi pula hal serupa pada pohon dan bangunan yang menancap pada tanah di lokasi tersebut. Hal ini karena adanya rayapan tanah atau soil creep.

Soil creep atau rayapan tanah dalam geomorfologi termasuk ke dalam proses gerak massa batuan atau mass wasting. gerak massa batuan atau mass wasting adalah gerakan batuan atau puing-puing batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Jenis dari mass wasting adalah longsoran (slide), gerak jatuh bebas (fall), rayapan tanah (soil creep) dan aliran (flow).

Soil creep dapat dibedakan dari jenis gerak massa tanah yang lainnya berdasarkan kecepatan atau kurun waktu terjadinya longsor. Soil creep terjadi alam waktu bertahun-tahun lamanya tergantung pada kondisi tanah. Bencana soil creep tidak dapat terdeteksi karena terjadi sangat lambat. Setelah kurun waktu yang lama, objek seperti tiang listrik, bangunan, pagar, dan pohon  diatas lokasi mengalami kemiringan kearah bawah lereng. Tidak seperti longsor lainnya, rayapan tanah terjadi dalam waktu yang sangat panjang tanpa disadari telah mengenai suatu lokasi. Soil creep sering terjadi pada daerah pegunungan tetapi cukup landai dan terjadi dalam lingkup yang luas.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya soil creep adalah:

  1. Jenis tanah: Tanah sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya soil creep, tanah yang mudah mengalami bencana ini adalah yang memiliki porositas tinggi serta tidak terdapat batuan yang menahan tanah.
  2. Kemiringan lereng: Lahan yang miring menyebabkan gravitasi dengan mudah mengacaukan stabilitas lahan sehingga terjadi longsor.
  3. Kelembaban tanah: Kandungan air di dalam tanah akan menyebabkan beratanah meningkat dan tanah semakin mudah tergelincir kebawah.
  4. Kerapatan vegetasi: Banyaknya tanaman menyebabkan beban tanah meningkat sehingga tanah bergerak kebawah dengan lebih cepat. Selain itu, akar pada tanaman menyebabkan adanya rekahan-rekahan dalam tanah yang membuat lahan tersebut tidak kuat menahan beban diatas permukaannya.
  5. Kondisi iklim: Hujan yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi lembab dan memungkinkan adanya soil creep.

Seperti bencana longsor lainnya, soil creep dapat merusak objek bangunan diatasnya seperti tiang listrik, rumah, pohon dan lainnya. Pada awal terjadinya bencana soil creep tingkat bahaya sangat kecil, tetapi seiring waktu objek tahan semakin tampak turun. Objek diatasnya dapat kehilangan kestabilan sewaktu-waktu hingga menimpa apapun yang kebetulan lewat dibawahnya. Selain itu, tanah di daerah tersebut juga dapat kehilangan stabilitasnya dan mengalami rekahan yang menggangu aktivitas manusia. Jadi dapat dikatakan kemungkinan bencana longsor jenis ini terjadi dalam jangka panjang.

Daerah yang terkena soil creeping memiliki rekahan-rekahan di tanah maupun jalan aspal. Salah satu sisinya seperti patah kearah bawah. Tiang-tiang listrik juga mengalami kemiringan hingga pada suatu masa akan terjatuh atau terputus. Pada kaki lereng akan terjadi penimbunan hasil dari longsoran tanah diatasnya, tidak jarang sisi jalan raya tertimbun tanah sehingga menggangu jalur transportasi.

Soil creeping termasuk ke dalam bencana alam yang sulit untuk diprediksi. Langkah pencegahan yang terbaik adalah mitigasi bencana ketika terlihat anomali pada suatu lokasi. Serta mengurangi pembangunan pada daerah rawan longsor.


Lihat Lingkungan Selengkapnya


Page 3

Mungkin kita sering menemui di daerah perbukitan atau tanjakan sebuah tiang listrik yang telah dipasang bertahun-tahun tidak lagi pada tempatnya atau berdiri dengan tegak, seperti pada saat pemasangannya. Tidak hanya pada tiang listrik, terjadi pula hal serupa pada pohon dan bangunan yang menancap pada tanah di lokasi tersebut. Hal ini karena adanya rayapan tanah atau soil creep.

Soil creep atau rayapan tanah dalam geomorfologi termasuk ke dalam proses gerak massa batuan atau mass wasting. gerak massa batuan atau mass wasting adalah gerakan batuan atau puing-puing batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Jenis dari mass wasting adalah longsoran (slide), gerak jatuh bebas (fall), rayapan tanah (soil creep) dan aliran (flow).

Soil creep dapat dibedakan dari jenis gerak massa tanah yang lainnya berdasarkan kecepatan atau kurun waktu terjadinya longsor. Soil creep terjadi alam waktu bertahun-tahun lamanya tergantung pada kondisi tanah. Bencana soil creep tidak dapat terdeteksi karena terjadi sangat lambat. Setelah kurun waktu yang lama, objek seperti tiang listrik, bangunan, pagar, dan pohon  diatas lokasi mengalami kemiringan kearah bawah lereng. Tidak seperti longsor lainnya, rayapan tanah terjadi dalam waktu yang sangat panjang tanpa disadari telah mengenai suatu lokasi. Soil creep sering terjadi pada daerah pegunungan tetapi cukup landai dan terjadi dalam lingkup yang luas.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya soil creep adalah:

  1. Jenis tanah: Tanah sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya soil creep, tanah yang mudah mengalami bencana ini adalah yang memiliki porositas tinggi serta tidak terdapat batuan yang menahan tanah.
  2. Kemiringan lereng: Lahan yang miring menyebabkan gravitasi dengan mudah mengacaukan stabilitas lahan sehingga terjadi longsor.
  3. Kelembaban tanah: Kandungan air di dalam tanah akan menyebabkan beratanah meningkat dan tanah semakin mudah tergelincir kebawah.
  4. Kerapatan vegetasi: Banyaknya tanaman menyebabkan beban tanah meningkat sehingga tanah bergerak kebawah dengan lebih cepat. Selain itu, akar pada tanaman menyebabkan adanya rekahan-rekahan dalam tanah yang membuat lahan tersebut tidak kuat menahan beban diatas permukaannya.
  5. Kondisi iklim: Hujan yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi lembab dan memungkinkan adanya soil creep.

Seperti bencana longsor lainnya, soil creep dapat merusak objek bangunan diatasnya seperti tiang listrik, rumah, pohon dan lainnya. Pada awal terjadinya bencana soil creep tingkat bahaya sangat kecil, tetapi seiring waktu objek tahan semakin tampak turun. Objek diatasnya dapat kehilangan kestabilan sewaktu-waktu hingga menimpa apapun yang kebetulan lewat dibawahnya. Selain itu, tanah di daerah tersebut juga dapat kehilangan stabilitasnya dan mengalami rekahan yang menggangu aktivitas manusia. Jadi dapat dikatakan kemungkinan bencana longsor jenis ini terjadi dalam jangka panjang.

Daerah yang terkena soil creeping memiliki rekahan-rekahan di tanah maupun jalan aspal. Salah satu sisinya seperti patah kearah bawah. Tiang-tiang listrik juga mengalami kemiringan hingga pada suatu masa akan terjatuh atau terputus. Pada kaki lereng akan terjadi penimbunan hasil dari longsoran tanah diatasnya, tidak jarang sisi jalan raya tertimbun tanah sehingga menggangu jalur transportasi.

Soil creeping termasuk ke dalam bencana alam yang sulit untuk diprediksi. Langkah pencegahan yang terbaik adalah mitigasi bencana ketika terlihat anomali pada suatu lokasi. Serta mengurangi pembangunan pada daerah rawan longsor.


Lihat Lingkungan Selengkapnya


Page 4

Mungkin kita sering menemui di daerah perbukitan atau tanjakan sebuah tiang listrik yang telah dipasang bertahun-tahun tidak lagi pada tempatnya atau berdiri dengan tegak, seperti pada saat pemasangannya. Tidak hanya pada tiang listrik, terjadi pula hal serupa pada pohon dan bangunan yang menancap pada tanah di lokasi tersebut. Hal ini karena adanya rayapan tanah atau soil creep.

Soil creep atau rayapan tanah dalam geomorfologi termasuk ke dalam proses gerak massa batuan atau mass wasting. gerak massa batuan atau mass wasting adalah gerakan batuan atau puing-puing batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Jenis dari mass wasting adalah longsoran (slide), gerak jatuh bebas (fall), rayapan tanah (soil creep) dan aliran (flow).

Soil creep dapat dibedakan dari jenis gerak massa tanah yang lainnya berdasarkan kecepatan atau kurun waktu terjadinya longsor. Soil creep terjadi alam waktu bertahun-tahun lamanya tergantung pada kondisi tanah. Bencana soil creep tidak dapat terdeteksi karena terjadi sangat lambat. Setelah kurun waktu yang lama, objek seperti tiang listrik, bangunan, pagar, dan pohon  diatas lokasi mengalami kemiringan kearah bawah lereng. Tidak seperti longsor lainnya, rayapan tanah terjadi dalam waktu yang sangat panjang tanpa disadari telah mengenai suatu lokasi. Soil creep sering terjadi pada daerah pegunungan tetapi cukup landai dan terjadi dalam lingkup yang luas.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya soil creep adalah:

  1. Jenis tanah: Tanah sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya soil creep, tanah yang mudah mengalami bencana ini adalah yang memiliki porositas tinggi serta tidak terdapat batuan yang menahan tanah.
  2. Kemiringan lereng: Lahan yang miring menyebabkan gravitasi dengan mudah mengacaukan stabilitas lahan sehingga terjadi longsor.
  3. Kelembaban tanah: Kandungan air di dalam tanah akan menyebabkan beratanah meningkat dan tanah semakin mudah tergelincir kebawah.
  4. Kerapatan vegetasi: Banyaknya tanaman menyebabkan beban tanah meningkat sehingga tanah bergerak kebawah dengan lebih cepat. Selain itu, akar pada tanaman menyebabkan adanya rekahan-rekahan dalam tanah yang membuat lahan tersebut tidak kuat menahan beban diatas permukaannya.
  5. Kondisi iklim: Hujan yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi lembab dan memungkinkan adanya soil creep.

Seperti bencana longsor lainnya, soil creep dapat merusak objek bangunan diatasnya seperti tiang listrik, rumah, pohon dan lainnya. Pada awal terjadinya bencana soil creep tingkat bahaya sangat kecil, tetapi seiring waktu objek tahan semakin tampak turun. Objek diatasnya dapat kehilangan kestabilan sewaktu-waktu hingga menimpa apapun yang kebetulan lewat dibawahnya. Selain itu, tanah di daerah tersebut juga dapat kehilangan stabilitasnya dan mengalami rekahan yang menggangu aktivitas manusia. Jadi dapat dikatakan kemungkinan bencana longsor jenis ini terjadi dalam jangka panjang.

Daerah yang terkena soil creeping memiliki rekahan-rekahan di tanah maupun jalan aspal. Salah satu sisinya seperti patah kearah bawah. Tiang-tiang listrik juga mengalami kemiringan hingga pada suatu masa akan terjatuh atau terputus. Pada kaki lereng akan terjadi penimbunan hasil dari longsoran tanah diatasnya, tidak jarang sisi jalan raya tertimbun tanah sehingga menggangu jalur transportasi.

Soil creeping termasuk ke dalam bencana alam yang sulit untuk diprediksi. Langkah pencegahan yang terbaik adalah mitigasi bencana ketika terlihat anomali pada suatu lokasi. Serta mengurangi pembangunan pada daerah rawan longsor.


Lihat Lingkungan Selengkapnya