Apa yang di maksud dengan tata pentas dalam pengertian teknik terbatas

tirto.id - Untuk merancang tata panggung yang baik, penting memperhatikan komposisi dan keseimbangan panggung. Selain itu, penataan panggung harus mengacu pada prinsip-prinsip dalam menata pentas.

Rancangan tata artistik sebuah pementasan terdiri atas perancangan tata panggung (pentas), tata busana, tata rias, tata cahaya, dan tata bunyi. Tata panggung atau tata pentas sendiri sering disebut sebagai scenery atau latar belakang tempat pentas lakon.

Pengertian Tata Panggung

Mengutip buku Seni Budaya Kemdikbud (2015), definisi tata panggung atau tata pentas terbagi dua, yakni secara luas dan teknik terbatas.

Tata pentas dalam pengertian luas adalah serangkaian elemen visual dan suasana gerak laku di atas panggung. Sedangkan tata pentas dalam pengertian teknik terbatas hanya meliputi benda yang menjadi latar belakang tempat dan yang membatasi lingkungan gerak laku.

Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tata pentas adalah semua latar belakang di panggung yang berfungsi untuk memperkuat pemeran dalam memainkan lakon.

Tata pentas harus mampu menggambarkan unsur ruang, waktu, dan suasana cerita dalam bentuk properti dan latar belakang panggung.

Tata pentas dapat dilakukan di luar ruangan maupun dalam ruangan. Pemilihan tempat tata pentas akan memengaruhi tata suara. Tata pentas di luar ruangan harus memiliki tata suara yang memadai agar dapat didengar oleh penonton dengan jelas.

Eko Santoso dalam buku Dasar Tata Artistik 2: Tata Cahaya dan Tata Panggung (2013: 48-53) mengatakan bahwa tata pentas harus memperhatikan dua hal, yakni komposisi dan keseimbangan panggung.

Komposisi merupakan pengaturan atau penyusunan properti di atas panggung. Pengaturan tata letak objek berfungsi untuk memberikan gambaran lokasi tempat pada penonton, memberikan efek suasana tertentu, dan memberikan ruang gerak yang memadai bagi pemeran untuk dapat melakukan pentas lakon.

Tata panggung dengan komposisi yang baik akan mampu untuk memperkuat gerak aksi yang dilakukan pemeran.

Sebaliknya, tata panggung dengan komposisi buruk umumnya akan membuat pemain tidak leluasa dalam melakukan lakon. Bahkan, gerak pemeran bisa menjadi terbatas karena panggung tidak memiliki komposisi yang pas.

Sementara itu, keseimbangan adalah pengaturan dekorasi panggung yang tidak timpang. Keseimbangan dekorasi didasarkan pada jumlah objek, volume objek, dan pembagian area panggung.

Langkah-Langkah Penataan Panggung

Area panggung pentas dibagi atas sembilan bagian yang terdiri atas bagian depan kanan, depan kiri, depan tengah, tengah kanan, tengah, tengah kiri, belakang kanan, belakang tengah, dan belakang kiri.

Pembagian area panggung berfungsi untuk mengatur dekorasi apa saja yang dapat diletakkan pada tiap bagian sehingga tidak ada bagian yang terlalu kosong atau terlalu penuh dekorasi.

Atas dasar tersebut, keseimbangan panggung dapat dicapai dengan mempertimbangkan ukuran dekorasi, jumlah dekorasi, tinggi dekorasi, pewarnaan dan pencahayaan dekorasi, serta area kanan, kiri, depan, dan belakang panggung.

Untuk dapat merancang tata panggung, ikutilah sejumlah langkah-langkah di bawah ini.

  1. Siapkan sebuah naskah lakon yang akan dipentaskan.
  2. Pelajari naskah tersebut.
  3. Identifikasi jumlah tempat yang diperlukan untuk membuat pertunjukan lakon tersebut.
  4. Selain itu, identifikasi properti yang diperlukan untuk menunjang pentas lakon. Pastikan properti dan tempat yang digunakan efisien dan efektif. Maksudnya, tata panggung haruslah sesuai dengan tuntutan pertunjukan dan memiliki fungsi yang jelas.
  5. Buat sketsa yang sesuai dengan keterangan yang ada dalam naskah lakon.
  6. Buat rancangan tata panggung beserta properti sekaligus ukuran yang dibutuhkan.
  7. Pastikan rancangan yang dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip menata panggung.
  8. Warnai rancangan tata panggung.

Prinsip-Prinsip dalam Menata Panggung

Tata panggung harus mampu menggambarkan latar suasana, waktu, dan tempat cerita pentas dengan baik.

Namun, tata panggung haruslah berpedoman pada prinsip-prinsip menata panggung.

Prinsip-prinsip menata panggung di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Dapat menggambarkan suasana lakon.
  2. Sederhana.
  3. Menarik.
  4. Memberi ruang gerak pada pemeran.
  5. Dapat dilihat dan dimengerti penonton.
  6. Rancangan mudah dibuat, disusun, dan dibawa.
  7. Dapat digunakan kembali dalam pementasan lain.
  8. Tiap elemen dalam rancangan visual harus saling berkaitan satu sama lain.

Baca juga:

  • Rangkuman Seni Budaya: Latihan Olah Tubuh Pemeranan Teater Modern
  • Pengertian Seni Teater dan Teknik Dasar Akting Teater
  • Persiapan Latihan Olah Vokal untuk Pemeran Teater Modern

Baca juga artikel terkait TATA PANGGUNG atau tulisan menarik lainnya Fatimatuzzahro
(tirto.id - zhr/ulf)


Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Maria Ulfa
Kontributor: Fatimatuzzahro

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Bioskop merupakan Pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar film yang disorot menggunakan lampu sehingga dapat bergerak berbicara KBBI, 2006:125. Sedangkan menurut Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976:303, gedung berarti bangunan rumah untuk kantor, rapattempat mempertunjukan hasil- hasilkesenian, sehingga bisa disimpulkan bahwa gedung bioskop merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk menampilkan pertunjukan film. Tata pentas bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar belakang Background tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam pengertian luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan. Tata pentas dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu latar belakang fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu pada definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tata pentas adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna menunjang seorang pemeran memainkan lakon. Pentas menurut Pramana Padmodarmaya Tata dan teknik pentas . 1988 ialah tempat pertunjukan dengan pertunjukan kesenian yang menggunakan manusia pemeran sebagai media utama. Dalam hal ini misalnya pertunjukan tari , teater tradisional ketoprak, ludruk, lenong, longser, randai makyong, mendu, mamanda, arja dan lain sebagainya, sandiwara atau drama nontradisi baik sandiwara baru maupun teater kontemporer. Webster mendefinisikan pentas sebagai suatu tempat yang tinggi dimana lakon-lakon drama dipentaskan atau suatu tempat dimana para aktor bermain. Sedang W.J.S. Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menerangkan pentas sebagai lantai yang agak ketinggian dirumah untuk tempat tidur ataupun di dapur untuk memasak. Dengan demikian kalau disimpulkan pentas adalah suatu tempat dimana para penari atau pemeran menampilkan seni pertunjukan dihadapan penonton.

Lihat dokumen lengkap (9 Halaman - 377.94KB)

Nama : Arum Yunita Murwaningsih NIM : 08209241024

MK : Karya Ilmiah

PENTINGNYA PENGETAHUAN TATA TEKNIK PENTAS

DALAM PROSES KOREOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tata Teknik Pentas adalah sebuah mata kuliah yang berisi pengetahuan tentang penataan pentas yang hendak dijadikan tempat untuk menampilkan sebuah karya tari, karena pada dasarnya sebuah karya tari memerlukan ruang pentas. Pengetahuan penataan pentas ini meliputi komposisi pentas, dekorasi pentas, tata rias dan busana, tata lampu, tata suara, property pentas, yang semuanya berkaitan langsung dengan keberhasilan penampilan sebuah karya tari. Oleh karena itu, semestinya mahasiswa mampu mengemas karya tari hasil ciptaannya dengan menerapkan pengetahuan Tata Teknik Pentas secara mandiri. Tetapi pada kenyataannya, banyak mahasiswa yang mengolah karya tarinya tersebut mengandalkan kemampuan orang lain. Mereka cenderung kurang percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki, sehingga mereka merasa lebih puas apabila penataan pentas karya tarinya ditangani oleh orang lain. Apabila mereka berani untuk menerapkan pengetahuannya tentang penataan pentas, maka hasil dari pergelaran karya tari tersebut pasti lebih bagus karena mereka lebih mengerti apa saja yang dimaksud, dikehendaki dan yang menjadi kebutuhannya untuk melengkapi dan mempercantik serta mengemas karyanya. Seperti yang dikemukakan oleh Bintang Hanggoro Putra (2004) dalam penelitiannya, bahwa pada dasarnya keberhasilan mahasiswa menyajikan sebuah karya seni dalam sebuah pergelaran tari sangat tergantung pada ketajaman interpretasi mahasiswa terhadap materi kuliah yang diberikan dosen pengampu.

B. Rumusan Masalah

o Bagaimana pengaruh pengetahuan tentang tata teknik pentas yang dikuasai oleh mahasiswa dalam proses koreografi? o Apa saja faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam proses penciptaan dan penataan pentas sebuah karya tari?

C. Tujuan

Tujuan diadakan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tata teknik pentas terhadap proses koreografi mahasiswa. Dan bagaimana mahasiswa mampu mengemas karya tari mereka berdasar pengetahuan tata teknis pentas mereka. Dan untuk mengetahui apa saja factor pendorong dan penghambat proses penataan pentas pada sebuah hasil koreografi sebuah karya tari.

BAB II LANDASAN TEORI


Tata pentas bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar belakang (Background) tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam pengertian luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan. Tata pentas dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu latar belakang fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu pada definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tata pentas adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna menunjang seorang pemeran memainkan lakon. ( Heru Subagiyo, S.Sn. : http://teaterku.wordpress.com/2010/03/24/tata-panggung/) Tata teknik pentas adalah sebuah mata kuliah yang berisi pengetahuan penataan sebuah pentas, yang meliputi penguasaan penataan sebuah panggung, komposisi pentas, penataan dekorasi panggung, penataan rias dan busana, penataan lampu untuk panggung (lighting), dan penataan suara (soundsystem). Pentas adalah suatu tempat yang tinggi dimana lakon-lakon drama dipentaskan, atau suatu tempat para aktor bermain (Webster dalam Lathief 1986: 1). menurut Purwadarminta (dalam Lathief 1986: 10), pentas adalah lantai yang agak ketinggian di rumah (untuk tempat tidur) ataupun di dapur (untuk masak-memasak). Pengertian panggung menurut Purwadarminta (Lathief 1986: 2) adalah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi dan atau lantai yang mempunyai ketinggian untuk bermain sandiwara, balkon atau podium. Komposisi pentas adalah penyusunan yang berarti dan artistik atas bahan-bahan perlengkapan pentas (Lathief 1986: 60). Perlengkapan-perlengkapan yang dimaksud adalah perlengkapan kasat mata yang statis misalnya aktor atau penari dan perlengkapan yang tidak bergerak yaitu dekorasi, property dan lain-lain. Prinsip komposisi pentas adalah aspek motif komposisi, aspek teknis komposisi, aspek piktorial komposisi dan control of attention. Aspek motif komposisi meliputi: (1) komposisi harus nampak wajar, komposisi hendaklah menceritakan suatu kisah, (2) komposisi hendaklah menggambarkan suatu emosi,dan (3) ada hubungan antara satu tokoh dengan tokoh yang lain.
  • Penataan Dekorasi Panggung
Dekorasi panggung terbagi menjadi 5, yaitu: (1) natural background yaitu penggunaan latar belakang panggung dalam suatu pementasan dengan warna yang netral yaitu hitam (backdrop) dan terang (cyclorama), (2) decorative scenery yaitu perlengkapan panggung yang mempergunakan peralatan imitasi atau tiruan untuk dapat memberikan suasana, (3) descriptive scenery yaitu perlengkapan panggung menggunakan benda aslinya untuk menghias panggung agar dapat mewakili suasana, (4) atmosphere scenery yaitu perlengkapan panggung yang menggunakan kombinasi antara descriptive dan decorative yaitu sebagian menggunakan hiasan panggung (benda asli) dan sebagian imitasi, dan (5) Active background yaitu latar belakang yang aktif (bergerak) sehingga dapat menopang suasana.
  • Penataan Rias dan Busana Panggung
Rias muka maksudnya adalah menghias muka atau memperindah muka dengan tujuan untuk memperkuat watak tarian atau tokoh yang diperankan (Bastomi 1985: 30). Menurut Kehoe (terj. Aliff 1986: 221), make up untuk panggung atau pentas maksudnya adalah untuk mengimbangi efek-efek jarak antar penonton dan para pemain atau pelaku mengenai jelas terangnya rupa muka dan untuk mengimbangi intensitas cahaya lampu-lampu diatas pentas yang seakan-akan menyapu bersih warna-warna aslinya pada muka dan menyebabkan bentuk-bentuk pada muka para pelaku menjadi datar saja Rias panggung harus memperhatikan penataan lampu dan jarak antara pemain dan penonton. Fungsi pokok tata rias adalah mengubah penampilan seorang pemain dari karakternya sendiri menjadi karakter tertentu yang merupakan tuntutan skenario dengan bantuan rias wajah. Rias busana adalah seluruh kostum/busana yang dipakai dalam pergelaran. Pemakaian busana dimaksudkan untuk memperindah tubuh, disamping itu juga untuk mendukung isi tarian. Tujuan dan fungsi busana adalah membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi pemegang peran dan memperlihatkan adanya hubungan perasaan antara satu pemain dengan pemain lain terutama peran-peran kelompok. Tujuan lampu panggung adalah: (1) menyinari dan menerangi, (2) mengingatkan efek lighting alamiah maksudnya adalah menentukan keadaan jam, musim dan cuaca, (3) membantu melukis dekor/scenery dalam menambah nilai, warna sehingga tercapai adanya sinar dan bayangan, lukisan tersebut akan menjadi dekor selama dipakai pertunjukan tetapi bila tidak dipakai tidak menjadi dekor, dan (4) membantu permainan lakon dan dalam melambangkan maksudnya dan memperkuat kejiwaannya. Dalam penataan lampu panggung perlu diperhatikan beberapa masalah, yaitu: masalah fisikal dan masalah mekanikal dan masalah artistik. Masalah fisikal dan mekanikal adalah masalah yang berkaitan dengan teknik pemasangan dan operasional lampu yaitu lighting unit macam apa yang dipakai; dimana alat-alat tersebut ditempatkan, mengapa dan kenapa lampu tersebut ditempatkan di tempat tersebut, pengerjaan instalasi yang aman dan sempurna, dan cara pengontrolan lampu yang baik.
  • Penataan Suara (Sound System)
Penataan suara adalah pengaturan bunyi dalam sebuah pertunjukan. Gunanya adalah untuk memperluas volume suara dari sumber suara baik secara langsung maupun tidak langsung, agar penonton dan penari dapat dengan jelas menangkap lagu yang disampaikan yang akan membantu suasana, dinamika, dramatik pertunjukan, sehingga akan menarik perhatian penonton. Dalam menata sound system perlu memperhatikan peralatan, akustik gedung, luasnya gedung, auditorium, dan keseimbangan bunyi. Satu set peralatan sound system terdiri dari tape dalam bentuk pita kaset, pita rel dan piringan hitam, amplifier dan mixer, equalizer, expander, surround, speaker dan.headphone. Koreografi adalah proses penciptaan tari kelompok atau komposisi kelompok yang dapat dipahami sebagai seni cooperative sesama penari Di dalam koreografi kelompok, diantara penari harus ada kerjasama, saling ketergantungan atau terkait satu dengan yang lain. Masing-masing penari mempunyai pendelegasian tugas atau fungsi. Bentuk koreografi ini semata-mata hampir menyandarkan diri pada keutuhan kerja sama sebagai wahana komunikasi. Berbeda dengan koreografi kelompok, koreografi tunggal adalah proses penciptaan tari tunggal dimana seorang penari bebas menari sendiri. Seorang penari tunggal di atas panggung sewaktu-waktu dapat melakukan gerak secara spontanitas atau improvisasi secara mendadak karena lupa susunan atau komposisi gerakan yang seharusnya dilakukan. Bagi penari yang terampil, hasilnya akan baik dan penonton tidak akan tahu bahwa gerakan itu,spontanitas(Hadi1996:1).
  • Pertimbangan Jumlah Penari
Pertimbangan jumlah penari dalam kelompok dapat dibedakan menjadi dua yaitu penari jumlah gasal dan penari jumlah genap. Jumlah penari gasal memberikan kesan adanya pemisahan kelompok menjadi dua pusat perhatian atau focus on two points sehingga menjadi asimetris atau tidak seimbang. Sedangkan jumlah penari genap secara harmonis menyatu atau memberi kesan simetris atau seragam (Smith 1985: 55)
  • Pertimbangan Jenis Kelamin dan Postur Tubuh
Tipe dramatik juga dimungkinkan terjadinya perubahan karakter oleh seorang penari atau seorang penari memerankan berbagai macam tokoh dalam satu rangkaian kejadian dramatik di atas stage tanpa keluar masuk panggung. Disamping mempertimbangkan jenis kelamin dalam komposisi kelompok hendaknya juga mempertimbangkan figur atau postur tubuh penari, seperti misalnya gemuk-kurus, tinggi-pendek atau besar-kecil. Terutama garapan dengan bentuk literal mengandung tema cerita tertentu dan tipenya lebih kepada laku dramatari, jenis kelamin putra atau putri tergantung pada karakter atau tokohnya Ruang adalah sesuatu yang tidak bergerak dan diam sampai gerakan yang terjadi di dalamnya mengintrodusir waktu, dan dengan demikian mewujudkan ruang sebagai suatu bentuk, suatu ekspresi khusus yang berhubungan dengan waktu yang dinamis dari gerakan (Hadi 1996: 13). Arah merupakan aspek ruang yang mempengaruhi efek estetis ketika bergerak melewati ruang selama tarian itu berlangsung, sehingga ditemukan pola-polanya, dan sering dipahami sebagai pola lantai. Pola lantai adalah pola atau wujud yang dilintasi atau ditempati oleh gerak-gerak para penari di atas lantai dari ruang tari tertentu (Meri 1965: 17). Struktur waktu dalam tari dapat dipahami dari aspek-aspek tempo, ritme, dan durasi. Aspek tempo merupakan kecepatan atau kelambatan sebuah gerak. Jarak antara cepat terlalu cepat, dan terlalu lambat dari lambat menentukan energi atau rasa geraknya. Tempo-tempo seperti itu tersedia apabila seorang penari menginginkan dan mampu menjangkau. Aspek ritme dipahami dalam gerak sebagai pola hubungan timbal balik atau perbedaan dari jarak waktu cepat atau lambat. Pengulangan yang sederhana dengan interval-interval berjarak waktu yang sama, perubahannya atau pengulangannya menimbulkan pengaliran energi yang ajeg dan sama. Tekanan atau laku-laku itu mempunyai rasa keteraturan dan sering disebut dengan ritme ajeg atau even rhytm. Apabila pengulangan jarak waktunya bervariasi, sehingga intervalnya tidak sama perubahannya, maka ritme semacam itu tidak ajeg atau uneven rhytm (Smith 1985: 69).

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian meliputi: kemampuan mahasiswa dalam menguasai pengetahuan tata teknik pentas, kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan tata teknik pentas dalam proses koreografi, hasil dari penerapan pengetahuan tata teknik pentas dalam proses penciptaan tari, faktor-faktor yang menghambat proses penciptaan karya tari. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa seni tari FBS UNY semester VIII. Sampel penelitian ini berjumlah 20 mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Tata Tehnik Pentas. Dengan melakukan Observasi langsung, observasi partisipatif dan wawancara di lapangan terhadap mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah tata tehnik pentas dan mata kuliah Koreografi (Tugas Akhir) Data tentang faktor-faktor penghambat dan pendorong dalam proses penataan pentas sebuah karya tari didapatkan dengan menggunakan wawancara terarah dan tidak terarah. Wawancara terarah digunakan untuk mewancarai mahasiswa, dosen pengampu dan penonton. Wawancara tidak terarah digunakan untuk mengungkap data-data yang tidak ditemukan didalam wawancara terarah. Sedangkan observasi partisipan digunakan untuk melihat reaksi penonton terhadap pementasan karya tari mahasiswa.

BAB IV

PEMBAHASAN


I. Hasil Penataan Pentas Sebuah Karya Tari Yang Dilakukan Mahasiswa Berdasarkan Pengetahuan Tata Teknik Pentas

A. Penataan Panggung

Panggung yang digunakan oleh mahasiswa semester VIII dalam ujian mata kuliah Koreografi bentuknya adalah proscenium. Panggung prosenium merupakan panggung konvensional yang memiliki ruang prosenium atau suatu bingkai gambar melalui mana penonton menyaksikan pertunjukan. Hubungan antara panggung dan auditorium dipisahkan atau dibatasi oleh dinding atau lubang prosenium. Sedangkan sisi atau tepi lubang prosenium bisa berupa garis lengkung atau garis lurus yang dapat disebut dengan pelengkung prosenium (Proscenium Arch) Panggung prosenium dibuat untuk membatasi daerah pemeranan dengan penonton. Arah dari panggung ini hanya satu jurusan yaitu kearah penonton saja, agar pandangan penonton lebih terpusat kearah pertunjukan. Para pemeran diatas panggung juga agar lebih jelas dan memusatkan perhatian penonton. Dalam kesadaran itulah maka keadaan pentas prosenium harus dapat memenuhi fungsi melayani pertunjukan dengan sebaik-baiknya. Dengan kesadaran bahwa penonton yang datang hanya bermaksud untuk menonton pertunjukan, oleh karena itu harus dihindarikan sejauh mungkin apa yang nampak dalam pentas prosenium yang sifatnya bukan pertunjukan. Maka dipasanglah layar-layar (curtain) dan sebeng-sebeng (Side wing). Maksudnya agar segala persiapan pertunjukan dibelakang pentas yang sifatnya bukan pertunjukan tidak dilihat oleh penonton. Pentas prosenium tidak seakrab pentas arena, karena memang ada kesengajaan atau kesadaran membuat pertunjukan dengan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu dari pertunjukan itu kemudian menjadi konvensi. Maka dari itu pertunjukan yang melakukan konvensi demikian disebut dengan pertunjukan konvensional.

1.1 Contoh Panggung Proscenium


B. Komposisi Pentas Komposisi adalah penyusunan yang berarti dan artistik bahan-bahan perlengkapan pentas. Perlengkapan yang dimaksud disini adalah aktor, dekorasi dan property lain. Dalam pergelaran tari tersebut, mahasiswa mampu membuat komposisi pentas dengan baik, dinamis dan menarik melalui pola-pola gerak, pola lantai, desain gerak, yang dibuat oleh penari.

C. Penataan Dekorasi Panggung

Pementasan bentuk tari oleh mahasiswa seni tari semester VIII diikuti oleh penataan dekorasi panggung. Panggung diberi dekorasi tambahan baik berupa pepohonan, hiasan dan pagar yang dapat memperjelas tema tari.Selain itu kekuatan gerak dan kekompakan penari dapat diandalkan untuk menjadi pusat perhatian penonton.

D. Penataan Rias dan Busana Panggung

Rias dan busana panggung yang dikenakan oleh mahasiswa semester VIII dalam membawakan tari sudah baik dan sesuai dengan tema tari. Rias yang dipakai adalah riasa cantik dan bagus. Busana yang dikenakan penari putri cenderung lebih banyak berwarna merah dan orange dengan model kostum modern. Model penataan rambut lebih banyak berbentuk sanggul modern yang diberi asesoris. Sedangkan untuk bentuk tari klasik, memakai kain lereng dan mekak, dan rambut memakai irah-irahan. Untuk penari putra, memakai celana sebatas betis, kain lereng sebatas betis dengan model pemakaian sapit urang, bertelanjang dada, memakai ikat kepala. Warna kostum yang dipakai adalah merah, hitam, hijau, kuning dan orange.Hal ini terjadi kerena pentas Koreografi berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Tata Busana UNY.

E. Penataan Lampu

Lampu berfungsi sebagai penyinaran panggung dan menciptakan effek alamiah serta membantu mempertajam suasana atau karakter yang diinginkan sebuah tari. Jenis-jenis lampu yang dipakai oleh mahasiswa semester VIII adalah lampu kaki, lampu spot dan lampu general. Lampu-lampu ini sebetulnya tidak strandart, sehingga hasilnya tidak maksimal. Pemakaian lampu tersebut dikendalikan pada satu pusat yang disebut dimmer sehingga penari tinggal membuat script lighting yang kemudian diserahkan kepada bagian operasional lampu. Bagian operasional lampu inilah yang bertugas menterjemahkan script lighting yang dibuat oleh koreografer.Dimmer yang dipakai untuk mengontrol jatuhnya arah sinar inipun tidak lengkap sehingga sinar yang dihasilkan hanya bisa fade in (menyala secara tiba-tiba) dan fade out (mati dengan tiba-tiba). Warna lampu yang dipakai adalah merah, kuning, hijau dan biru. Secara keseluruhan hasilnya kurang bagus sebab pemunculan sinar dalam setiap bentuk tari monoton, tidak menyesuaikan dengan tema tarinya, sehingga kesannya dipaksakan.

F. Penataan Suara

Penataan suara adalah pengaturan bunyi dalam sebuah pertunjukan. Penataan bunyi yang ideal terdiri dari pita kaset, amplifier dan mixer, equaliser, expander, surround, speaker, mic dan headphone. Perangkat suara ini ditata secara permanen di dalam gedung sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan selalu siap. Dalam pergelaran yang dilakukan oleh mahasiswa seni tari , sound system yang digunakan adalah tidak permanen. Pita kaset , amplifier, mixer, equalizer diletakkan di bagian dalam panggung untuk memudahkan penari menyerahkan kaset untuk diputar. Sedangkan speaker diletakkan didepan panggung. Hasilnya bagus karena rata-rata para koreografi menggunakan alat music secara langsung.

II. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Yang Dialami Dalam Proses Penciptaan dan Penataan Pentas Sebuah Karya Tari.

Faktor pendorong mahasiswa seni tari dalam proses penciptaan tari adalah adanya kebebasan ide dalam berkreasi. Mahasiswa diberikan kebebasan dalam mengemas kembali bentuk tari berdasarkan aspek-aspek dalam koreografi kelompok dan aspek-aspek tata teknik pentas. Meskipun demikian, tidak boleh meninggalkan ide dasar penciptaan tari tersebut. Faktor penghambat adalah terbatasnya persediaan bahan dan peralatan dalam proses penciptaan dan penataan pentas. Misalnya, dalam hal lampu yang kurang lengkap dan tidak standart dan perlatan tata suara yang permanen juga tidak ada, sehingga pada saat dibutuhkan harus menata terlebih dahulu.

BAB V

PENUTUP

SIMPULAN DAN SARAN 

Teknik mengemas bentuk tari yang dilakukan oleh mahasiswa seni tari sudah sesuai dengan aspek-aspek dalam koreografi kelompok dan teknik penataan pentasnya juga sesuai dengan pengetahuan tata teknik pentas. Faktor pendorong dalam proses penciptaan dan penataan pentas sebuah karya tari adalah adanya kebebasan dalam berkreasi untuk menuangkan ekspresi jiwa dengan media gerak. Faktor penghambat dalam proses penciptaan dan penataan tari adalah terbatasnya persediaan bahan dan peralatan yang tersedia di kampus sehingga mahasiswa harus meminjam dari luar kampus. Bahan dan peralatan tersebut meliputi lampu dan sound system.
1.Mahasiswa diharapkan lebih mendalami pengetahuan tata teknik pentas dan berani menerapkannya dalam proses penciptaan tari. 2.Dosen pengampu matakuliah tata teknik pentas dan koreografi diharapkan lebih intensif dalam memberikan pengetahuan, bimbingan dan pengarahan terhadap mahasiswa dalam proses penciptaan dan penataan tari. 3.Jurusan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni diharapkan dapat menambah tersedianya bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses penciptaan dan penataan tari sehingga dapat membantu mahasiswa dalam berkarya

DAFTAR PUSTAKA

Bastomi, Suwaji. 1995. Seni Rupa Dalam Pagelaran Tari. Semarang: Aji Jaya Offset. Hadi, Y. Sumandiyo. 1996. Aspek-aspek Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Manthili. Kehoe, Vincent J.R. 1986. The Technique of Film and Television : Make Up for Color and Black and White. (terj. Aliff). Jakarta: Yayasan Citra. Lathief, Halilintar. 1986. Pentas Sebuah Perkenalan. Yogyakarta: Legaligo. Hawkins, Alma M. 1988. Creating Through Dance . New Jersy: Princeton Book Company. Meri, La. 1965. Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetts: Jacob’s Pillow Dance Festival, Inc. Putra, Bintang Hanggoro. 2004. Pengembangan Materi Pergelaran Tari dan Musik dengan Model Tutorial Analitik Demokratik. Laporan Penelitian. Semarang: LEMLIT. Smith, Jacqueline M. 1985. Dance Composition : A Practical Guide for Teachers. London: A & Black. Kusumastuti, Eny.Staf Pengajar Seni Tari, Sendratasik, FBS UNNES


Page 2