Dengan rajin melaksanakan shalat kita akan terhindar dari perbuatan yang

Dengan rajin melaksanakan shalat kita akan terhindar dari perbuatan yang
  LIHAT VERSI CETAK

Diunggah hari Senin tanggal 03-09-2018 16:22:25 WITA

Dengan rajin melaksanakan shalat kita akan terhindar dari perbuatan yang

Marabahan (MTsN 5 Batola) – “Sholat yang kita lakukan sesungguhnya dapat mencegah dari pebuatan keji dan mungkar,” tegas Guru MTsN 5 Batola Gajali Rahman, S.Pd ketika memberikan kuliah tujuh menit (kultum) ba`da sholat dzuhur berjamaah, Kamis (30/08/18) di ruang mushalla madrasah.

Menurut Gajali sholat yang ditunaikan lima kali dalam sehari semalam merupakan ibadah yang mampu mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 45 yang artinya Sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Lebih lanjut Gajali menjelaskan sholat merupakan bentuk dzikir atau mengingat Allah SWT, dengan mengingat Allah , maka siswa tidak mungkin bermaksiat karena orang yang sholat dituntut untuk membawa nilai nilai sholat dalam kehidupan keseharianya,

“Karenanya orang yang shalatnya benar pasti ia akan terhindar untuk melakukan perbuatan yang dilarang agama, namun kalau masih ada orang yang shalat tapi masih gemar bermaksiat maka pasti ada masalah dengan cara melaksanakan sholatnya, mungkin karena tidak khusu, niatnya tidak lurus atau tidak memaknai ibadah sholat yang dilakukannya,” papar Gajali.

Sementara siswa kelas IX A Rabiataul adawiyah ketika dikonfirmasi usai kultum membenarkan shalat yang khusu dapat mencegah pelakuknya dari perbuatan keji dan mungkar. “Misalnya orang yang shaolatnya benar pasti tidak akan berpacaran karena berpacaran dapat menjadi jalan perbuatan Zinah dan perbuatan tersebut adalah dosa yang sangat besar,” katanya. (Rep: Basir/Ft: Razi)

Penulis :
Foto :
Editor / Redaktur : yanti

Shalat pada hakikatnya mencegah dari keji dan mungkar.

EPA/Ben Hajan

Ilustrasi jamaah shalat wanita

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, *Khusrur Rony Al Djufry 

Baca Juga

Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Akan datang pada manusia (umat Muhammad) suatu zaman, banyak orang yang merasakan dirinya shalat, padahal mereka sebenarnya tidak shalat.'' (HR Ahmad). Perintah shalat adalah untuk mengingat Allah SWT (Thaaha: 14). Dikatakan dalam surah an-Nisa' 43: ''Sehingga kamu mengetahui akan apa yang kamu ucapkan.'' 

Karena itu, dalam mengerjakan shalat tidak boleh lalai. Yang dimaksud lalai adalah tidak mengetahui maksud apa yang dibaca dan apa yang dikerjakan, apalagi jika kurang memperhatikan syarat rukun dan ketentuan-ketentuan shalat lainnya. Maka, yang diperoleh hanyalah payah dan letih. Rasulullah menyatakan, ''Berapa banyak orang yang shalat (malam), keuntungan yang diperoleh hanyalah payah dan letih.'' (HR Ibnu Majah).

Jadi, meskipun merasa dirinya shalat, tapi hakikatnya tidak shalat. Dan, ia tidak akan mendapatkan hikmah shalat. Shalatnya pun tidak menambah dekat kepada Allah, tapi justru sebaliknya. Rasulullah menegaskan, ''Barang siapa yang shalatnya tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, maka tiada bertambah baginya kecuali semakin jauh dari Allah.'' (HR Ali Ibnu Ma'bad).

Nah, zaman yang diprediksikan Rasulullah tadi tampaknya sudah terjadi kini. Isyaratnya, meskipun bangsa Indonesia mayoritas Muslim dan tentu saja banyak yang shalat, tapi tak sedikit pula di antara mereka yang masih tetap melakukan perbuatan keji dan munkar. Ironisnya, dari hari ke hari frekuensinya tidak semakin menurun, bahkan dari segi kuantitas maupun kualitasnya semakin meningkat, seperti tindak KKN, perzinahan, dan kejahatan lainnya.

Padahal, jika shalat bisa dikerjakan dengan baik dan benar, dengan memperhatikan syarat rukunnya, sah batalnya, dan kesunahannya, maka hikmahnya sangat besar, baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat. 

Misalnya saja, manifestasi dari rukun qauli (bacaan dalam shalat) akan menjadikan orang tidak mudah berkata bohong, memfitnah, dan berkata kotor lainnya. Manifestasi dari rukun fi'li (gerakan dalam shalat), tangan tidak akan digunakan untuk menjamah sesuatu yang dilarang agama, dan kaki pun tidak melangkah kecuali yang diridhai Allah. Demikian juga anggota tubuh lainnya. Sedangkan manifestasi dari rukun qalbi (kekhusukan hati), maka jiwanya tidak akan mudah dihinggapi penyakit rohani, seperti hasut, iri, dengki, dendam, dan sombong.

Misal lainnya adalah sujud. Sujud merupakan simbol penghambaan (ketaatan) tertinggi seorang Muslim. Karena posisi sujud adalah meletakkan kepala di lantai (tanah). Orang yang bersujud berarti telah rela meletakkan kepalanya yang terhormat ke lantai yang diinjak oleh kaki.

Ini artinya orang yang sujud itu telah bersedia mematuhi ketetapan-ketetapan hukum (syariat Islam) secara totalitas dalam semua aspek kehidupan. Dengan begitu, secara kontekstual ia pun harus bersujud dalam segala bentuk aktivitas kehidupannya sehari-hari.

Misalnya, jika berbisnis harus jujur, tidak menipu, dan tidak mencuri takaran atau timbangan. Jika berpolitik harus mengedepankan moral dengan tujuan memperjuangkan kaum lemah. Dan, jika menjadi pemimpin ia berusaha mengemban amanah. Rasulullah mengumpamakan orang yang mengerjakan shalat lima kali sehari semalam itu seperti orang yang mandi untuk membersihkan kotoran yang ada di badan.

Kata Rasulullah, ''Bagaimana pendapatmu jika ada sungai di depan rumahmu, lantas kamu mandi di situ sehari lima kali, apa masih kotor badanmu?'' Para sahabat menjawab, tidak ada kotorannya sama sekali. Kemudian beliau bersabda, ''Maka, seperti itu juga shalat lima waktu, maka Allah akan menghapus dosa-dosa dengan shalat.'' (Bukhari-Muslim). 

  • shalat
  • keutamaan shalat
  • shalat khusyu
  • cara shalat khusyu'
  • rasulullah saw

Dengan rajin melaksanakan shalat kita akan terhindar dari perbuatan yang

sumber : Harian Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Manfaat shalat membuat individu yang disiplin.

Republika/ Wihdan Hidayat

Shalat berjamaah (ilustrasi)

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, * Ahmad Agus Fitriawan 

Baca Juga

Shalat sebagai tiang agama, penyangga bangunan megah lagi perkasa. Ia sebagai cahaya terang ke yakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala problem yang membelenggu langkah-langkah kehidupan manusia. Oleh karena itu, shalat dapat mencegah perilaku keji dan munkar (QS al-Ankabur 19:45).

Ibadah shalat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan yang terkandung dalam shalat banyak mengandung hikmah, yang di antaranya menuntut kepada orang yang shalat untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.

Sayangnya shalat sering dipandang hanya dalam bentuk formal ritual, mulai dari takbir, rukuk, sujud, dan sa lam. Sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan fikih, tanpa ada kemauan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang terkandung di dalam simbol-simbol shalat. 

Berikut ini adalah beberapa aspek lain dari shalat yang terkandung dalam proses menjalankan ibadah shalat. Pertama, latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu.  

Kedua, latihan kebersihan, sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudhu atau bertayamum.

Hal ini mengandung pengertian, shalat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci. Kebersihan yang dituntut bukanlah secara fisik semata, tetapi meliputi aspek nonfisik. Orang yang terbiasa melakukan shalat akan bersih secara lahir ataupun batin.  

Ketiga, latihan konsentrasi. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan takbir, secara serentak tangan diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, bersamaan dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan shalat.  

Keempat, latihan sugesti kebaikan. Bacaan-bacaan di dalam shalat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehing ga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati dan tidak sombong. 

Kelima, latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan sha lat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah.Shalat Jamaah lebih utama 27 kali dibandingkan shalat sendiri (HR Bukhari dan Muslim). Dari sisi psikologis, shalat ber jamaah memberikan aspek terapi yang bersifat preventif ataupun kuratif. Seseorang dapat menghin darkan diri dari gangguan kejiwaan.

Shalat buka sekadar ritual formal, melainkan ada muatan aktual, yaitu bukti nyata yang dirasakan. Alangkah naifnya seseorang yang shalat, tetapi bibirnya penuh ucapan kebohongan. Alangkah tak berharganya makna shalat apabila tidak memberikan imbas untuk menjadi manusia yang bermanfaat dan menjauhi yang mungkar.

Inilah yang dimaksudkan dengan shalat kafah. Muatan moral yang dipresentasikan oleh shalat membe kas di kalbu dan membentuk kecerdasan rohani yang sangat tajam yang kemudian melahirkan amal saleh, mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar. 

  • shalat
  • manfaat shalat
  • faedah shalat
  • keutamaan shalat
  • shalat berjamaah

Dengan rajin melaksanakan shalat kita akan terhindar dari perbuatan yang

sumber : Harian Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...