Daerah mana saja di Indonesia yang mengalami bencana kekeringan

FieldValue
Publisher
Modified
Release Date
Frequency
Identifier

f0dd5887-0378-4a5a-941e-8886f2f21107

Language
License
Author
Public Access Level

ILUSTRASI. BMKG sebut ada potensi kekeringan meteorologis, ini daerah berstatus Siaga dan Awas. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.

Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan pantauan BMKG hingga akhir Agustus 2021, perkembangan musim kemarau tahun 2021 menunjukkan 85,1% wilayah Indonesia sedang mengalami musim kemarau. 

Dari monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut, beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami HTH dengan kategori sangat panjang (31-60 hari) dan extrem panjang (>60 hari). 

Selain NTB dan NTT, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi Urip Haryoko mengatakan, daerah yang mengalami HTH sangat panjang berada di Jawa dan Bali. 

"Sementara wilayah yang mengalami HTH ekstrem panjang meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dengan HTH terpanjang selama 149 hari terjadi di Oepoi, NTT," katanya dalam siaran pers, Senin (6/9).

Baca Juga: Waspada bencana! Musim hujan di Indonesia maju dan lebih besar

Peringatan dini kekeringan meteorologis

Mengacu pada monitoring HTH dan prediksi peluang hujan kategori rendah (<20>

Kategori Awas: 

  • Jawa Timur (Kab. Bangkalan, Kab. Bondowoso, Kota Surabaya, Kab. Pamekasan, Kab. Situbondo, Kab. Sumenep) 
  • NTB (Kab. Bima, Kab. Sumbawa) 
  • NTT (Kab. Alor, Kab. Belu, Kab. Ende, Kab. Flores Timur, Kotamadya Kupang, Kab. Kupang, Kab. Sumba Barat, Kab. Sumba Timur, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Timor Tengah Timur)

Baca Juga: Waspada! Cuaca ekstrem berpotensi terjadi di masa peralihan musim kemarau ke hujan

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Reporter: SS. Kurniawan
Editor: S.S. Kurniawan

Daerah mana saja di Indonesia yang mengalami bencana kekeringan

Berdasarkan hasil pemantauan curah hujan hingga tanggal 20 Juni 2019 dan prakiraan peluang curah hujan sangat rendah (< 20 mm/10 hari), telah terjadi hari tanpa hujan (HTH) berturutan pada beberapa wilayah yang berdampak pada potensi kekeringan meteorologis (iklim) dengan status SIAGA hingga AWAS di beberapa daerah antara lain:

Status AWAS (telah mengalami HTH >61 hari dan prospek peluang curah hujan rendah <20mm/dasarian pada 20 hari mendatang >80% )

  • Sebagian besar Yogyakarta
  • Jawa Timur (Sampang dan Malang)
  • Nusa Tenggara Timur
  • Jawa Barat (Indramayu), dan
  • Bali (Buleleng)

Status SIAGA (telah mengalami HTH >31 hari dan prospek peluang curah hujan rendah <20mm/dasarian pada 20 hari mendatang >80%)

  • Jakarta Utara
  • Banten (Lebak dan Tangerang)
  • Nusa Tenggara Barat
  • Sebagian besar Jawa Tengah

Monitoring terhadap perkembangan musim kemarau menunjukkan berdasarkan luasan wilayah, 35% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan 65% wilayah masih mengalami musim hujan.

Wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi pesisir utara dan timur Aceh, Sumatera Utara bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian tenggara, pesisir barat Sulawesi Selatan, pesisir utara Sulawesi Utara, pesisir dalam perairan Sulawesi Tengah, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.

Musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan sama sekali. Beberapa daerah diprediksikan masih berpeluang mendapatkan curah hujan. Pada umumnya prospek akumulasi curah hujan 10 harian ke depan, berada pada kategori Rendah (<50 mm dalam 10 hari).

Meski demikin beberapa daerah masih berpeluang mendapatkan curah hujan kategori memengah dan tinggi.

Curah hujan kriteria Menengah (50 - 150 dalam 10 hari) diprakirakan dapat terjadi di pesisir Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian barat, Jambi bagian barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah bagian utara, Sulawesi bagian tengah, Papua Barat bagian utara dan Papua bagian utara.

Curah hujan kriteria Tinggi (>150 dalam 10 hari) diprakirakan dapat terjadi di pesisir timur Sulawesi Tengah dan Papua bagian tengah.

Pantauan BMKG dan beberapa Lembaga Internasional terhadap kejadian anomali iklim global di Samudera Pasifik menunjukkan kondisi El Nino Lemah. Sedangkan Anomali SST di wilayah Samudera Hindia menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Oktober November Desember (OND) 2019.

Masyarakat diimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan yang bisa berdampak pada :

  • Sektor pertanian dengan sistem tadah hujan.
  • Pengurangan ketersediaan air tanah (kelangkaan air bersih).
  • Peningkatan potensi kemudahan terjadinya kebakaran.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG membuka layanan informasi, yaitu melalui:

  • http://www.bmkg.go.id;
  • follow @infobmkg;
  • atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Jakarta, 25 Juni 2019

Deputi Bidang Klimatologi
Drs. Herizal, M.Si.

  • Tags
  • #Siaran Pers #Klimatologi #Musim Kemarau #Kekeringan

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofi sika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami kekeringan meteorologis. Pun langkah antisipatif perlu dilakukan, seperti menghemat penggunaan air bersih serta mewaspadai kebakaran hutan, lahan, dan semak pada musim kemarau mendatang.

Demikian dikatakan Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, kemarin. Menurutnya, pada dasarian III Agustus 2020, prakiraan curah hujan di bawah 20 mm dengan peluang lebih dari 70% terjadi di sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Kondisi serupa juga kemungkinan terjadi di sebagian kecil Bengkulu, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Maluku, serta sebagian kecil Papua. “Sejumlah daerah itu penting mengatisipasi guna mengatasi kekeringan. Misalnya, budi daya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air. Paling penting menghemat air bersih” ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat Deni Ramdan membeberkan bencana kekeringan di wilayah Jabar mulai terjadi di Bogor, Indramayu, dan Cirebon.

Bahkan, sejak 2 Agustus lalu, Pemerintah Provinsi Jabar menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran hutan. Hal itu lantaran adanya temuan kasus kekeringan di beberapa desa dan kecamatan.

“Dengan adanya status itu, kita artinya sudah menyiapkan alokasi anggaran dan ada lokasi yang sekarang mulai terdampak akan segera bergerak. Karena berdasarkan laporan yang masuk ke BPBD Provinsi Jabar, ada lima desa di Bogor telah mengalami kekeringan,” ujarnya.

Laporan kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terang dia, terjadi di Gunung Ciremai. Kasusnya pun dianggap masih dalam skala kecil dan berhasil ditangani petugas TNI, Polri, serta masyarakat setempat.

“Kekeringan yang terjadi biasanya di wilayah pantura, seperti di Indramayu, Karawang, Cirebon. Kalau di selatan ada sedikit di Bogor dan Tasikmalaya, tapi intensitasnya tak seluas di utara,” tukas Deni.

Krisis air

Kemarau panjang mengakibatkan hampir semua wilayah kecamatan di Kabupaten Sikka, NTT, mengalami kekeringan. BPBD Sikka kemudian mulai melakukan droping air untuk daerah-daerah yang kesulitan mendapatkan air bersih. “Kita telah mengerahkan semua tangki air milik pemerintah untuk mengantar air bersih ke rumah warga. Setiap hari kita droping air bersih,” kata Kepala BPBD Sikka Muhammad Daeng Bakir.

Selain itu, sambung dia, pihaknya juga telah menyiapkan surat pernyataan darurat bencana yang akan dikeluarkan Bupati Sikka dan membentuk tim penanganan bencana yang melibatkan dinas teknis.

Kondisi serupa juga dialami warga di 49 desa di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kepala Pelaksana BPBD Klaten Sip Anwar menuturkan sejauh ini baru tujuh desa saja yang menerima bantuan air bersih.

“Hingga Rabu (26/8), BPBD Klaten telah mengirim bantuan air bersih sebanyak 272 tangki, masing-masing berkapasitas 5.000 liter ke tujuh desa di Kecamatan Jatinom dan Kemalang.”

Senada dikemukakan Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Mikron Antariksa. Menurut dia, ada beberapa kecamatan di Pangkalpinang yang merupakan daerah rawan kekeringan kini mengalami krisis air bersih. Bahkan, dua dari tujuh kecamatan, yaitu Bukit Intan dan Girimaya, saat musim kemarau selalu dilanda masalah tersebut.

BPBD Babel juga rutin menyiapkan armada mobil tangki ataupun mobil damkar untuk membantu suplai air bersih kepada masyarakat di sana. “Hal ini disebabkan letak dua kecamatan itu lebih tinggi dari kecamatan lain di Babel sehingga sumur-sumur warga rentan mengalami kekeringan,” tutup Mikron. (AD/GL/JS/RF/J-2)