Citraan yang terdapat pada penggalan puisi di bawah adalah

Citraan yang terdapat pada penggalan puisi di bawah adalah


20 Soal tentang Isi dan Citraan Puisi. Puisi adalah salah satu karya sastra yang sering dipelajari di bangku sekolah. Banyak puisi yang menggunakan kata kias sehingga harus bisa dianalisis dan diterjemahkan isinya. Dalam memahami puisi, pembaca harus memiliki banyak kosa kata. Tak jarang, materi puisi menjadi momok bagi para pelajar.

Nah, dapurImajinasi kali ini memosting soal tentang puisi. Berikut adalah 20 soal tentang isi dan citraan puisi beserta kunci jawabannya.

1. Perhatikan penggalan puisi berikut!

Bunyi 

Karya Restoe Prawironegoro Ibrahim

          ketika sangkakala berbunyi pertama

bumi hancur!

bunyi kedua bangkit mahkluk dari liang kubur

di Padang Mahsar

menanti nasib

Penggalan puisi tersebut menggambarkan apa?

Jawaban:

Hari kiamat

2. Perhatikan puisi berikut!

Di Tengah Lautan

Karya Noor Amanah

aku

sampan di tengah lautan

sendiri dimainkan gelombang

berhari hari belum kulihat pulau

kerinduan melihat pantai

bersahutan dalam ombak

adakah pulau 

di tengah lautan ini

Pencitraan apakah yang digunakan dalam puisi tersebut!

Jawaban:

Citraan penglihatan

Petikan puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 3-5!

Bendera Kuning

Karya Dian Hardiana

Serak gagak 

takluk menawar maut

membawamu kembali

Bendera kuning luluhkan pertemuan 

langit memerah

melayu bunga yang rekah di dasar dada. 

Air mata mengalir dari tepian tebing

hingga mata memutih

tulang ini terasa perih

3. Tentukan tema petikan puisi tersebut!

Jawaban:

Kematian

4. Tentukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi!

Jawaban:

Sedih

5. Tentukan indra yang digunakan dalam petikan puisi tersebut!

Jawaban:

- Indra pendengaran

- Indra penglihatan

6. Sebutkan larik pada petikan puisi berikut yang menggunakan citraan gerak sekaligus pendengaran!

Ziarah Waktu

Karya Tjahjono Widarmanto

berlari mengetuk jendela-jendela. jam berdetak

lantas merayap serupa belatung

aku menggigil

di antara sunyi yang merambati

tebing-tebing pantai dengan jerit camarnya

menghempaskan dalam terjal  karangMU 

angin tertawa.bersiutan.

dzikirku yang sia-sia tersungkur di padang api

Jawaban:

berlari mengetuk jendela-jendela. jam berdetak

7. Tentukan larik-larik pada puisi berikut  yang menggunakan citraan gerak!

Bayangan Hujan

Karya Alex R Nainggolan

bayangan hujan singgah di retina

dirapalnya sisa doa dan duka kemarau

merebut helai-helai angin yang gelisah

kerumun orang membelah arah

lupa pada pangkal rumah

menyisiri sisa letih

dari lompatan cemas yang dingin

lalu kota pun merebut riuh

lengang dihempas genangan

tiba-tiba rinduku runcing padamu

Jawaban:

- kerumun orang membelah arah

- menyisiri sisa letih

- dari lompatan cemas yang dingin

8. Tunjukkan larik-larik puisi berikut  yang menggunakan citraan penciuman!

Tanpa Ada Jawaban

 Karya Taufiz Ht

sedang apa kamu disini? 

mengulang pesta kematian 

dengan  aroma  daging cincang 

yang dipesan di pasar ikan, persis;

tidur-tiduran menunggu esok pagi yang semerbak 

atau entah di senja hari 

dengan kilauannya yang kebiru-biruan 

"kita calon arang yang berpetualang 

memaknai kesendirian dalam keterasingan 

jangan lagi nyanyian kondang pernah terjadi, atau; 

kebaikan yang di puja-puja 

tapi keburukan yang terpendam, gelisah;

berdiam  untuk  berkreasi 

adalah ilustrasi pendirian yang sejati

barangakali kau pun tahu dalam hikayat kehidupan

Jawaban:

- tidur-tiduran menunggu esok pagi yang semerbak 

- dengan  aroma  daging cincang 

9. Perhatikan puisi berikut!

Janji

Karya Aan Frimadona Roza

Seperti janji yang kau ucap malam tadi

Dan tentang cahaya bulan yang belum pergi

Kepada lelaki mendaki mimpi

Dalam perjalanan sunyi

Kita akan nanti.

Tentukan pencitraan pada puisi di atas!

Jawaban

Citraan pendengaran, penglihatan, dan gerak

Petikan puisi berikut digunakan untuk menjawab soal 10-11!

Pulang

Karya Restoe Prawironegoro Ibrahim

tegak rindang meneduhi

tambatan insan di bumi

bila daun di pohon luruh

bertulis namaku

pulang diri ke alam baka

10. Tentukan isi puisi tersebut!

Jawaban:

 Isi puisi tersebut menceritakan tentang kematian

11. Tentukan citraan yang terdapat dalam petikan puisi di atas!

Jawaban:

Citraan penglihatan dan gerak

Puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 12-13!

Di Atas Perahu

Karya Benny Arnas

ibu, doamu adalah perahu

besar dan luas memuat masa depan

dalam lindap samudera kau

menyusup ke celah di bilah-bilah sunyi

suaraku

memanggil-Mu

12. Apa maksud puisi di atas!

Jawaban:

Doa ibu menjadi restu untuk meraih cita di masa depan. Doa ibu adalah doa yang mustajab.

13. Tentukan realitas kehidupan yang terdapat dalam puisi di atas!

Jawaban:

Realitas sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, adalah keluarga. Banyak orang yang jarang meminta restu/doa dari ibunya, padahal doa ibu adalah doa yang mustajab.

14. Sebutkan realitas kehidupan pada petikan puisi berikut!

Duduk di Beranda

Karya Alexander GB

mengamati hujan yang menari-nari di halaman.

sebuah genangan air dibuyarkan roda motor.

seekor burung gereja menggigil.

sekuntum mawar memamerkan kelopaknya yang merah,

yang semula berbalut debu.

tak ada kupu-kupu ketika hujan turun.

dua jam sudah aku menunggu hujan

tak kunjung reda.

sekilas tatapan dan senyummu kini

menari-nari di halaman:

menjelma hujan.

Jawaban:

Realitas alam.

Puisi di atas menceritakan seseorang yang duduk di beranda rumah dan mengamati halaman ketika sedang turun hujan. Ketika itu, orang tersebut merindukan seseorang. 

Puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 15-17!

 Jakarta

Karya Gita Nuari

kota ini berkaki seribu jembatan

para urban memasang tenda 

di bawahnya ada manusia menjelma tikus 

ada tikus menjelma srigala 

pada saat berkumpul, 

bingunglah aku sebab tak bisa 

membedakan satu sama lainnya 

15. Kata tikus  dalam puisi tersebut melambangkan ….

Jawaban:

Penjahat

16. Puisi tersebut mengungkapkan ….

Jawaban:

Keadaan sosial masyarakat di Jakarta

17. Tentukan realitas yang terkandung dalam petikan puisi di atas!

Jawaban:

Kehidupan masyarakat.

Masyarakat Jakarta sangat heterogen karena banyak orang dari berbagai daerah yang berurbanisasi ke Jakarta. Beberapa orang yang terdesak kebutuhan ekonomi, akhirnya banyak yang melakukan tindakan kriminal di Jakarta.

Puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor  18-20!

Membaca Tanda-Tanda 

Karya Taufiq Ismail

Kita saksikan gunung memompa abu,

Abu membawa batu,

Batu membawa lindu,

Lindu membawa longsor,

Longsor membawa air,

Air membawa banjir,

Banjir membawa air, Air Mata

18. Apa maksud kata lindu pada puisi di atas?

Jawaban:

Gempa bumi

19. Apa yang diungkapkan puisi di atas?

Jawaban:

Puisi di atas mengungkapkan berbagai bencana yang membawa kesedihan bagi manusia.

20. Tentukan realitas yang terkandung dalam petikan puisi di atas!

Jawaban:

Realitas alam.

Puisi di atas menggambarkan bencana alam yang sering melanda kehidupan manusia, seperti gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, dan banjir.

Untuk memberikan gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana, untuk membuat lebih hidup dan menarik, dalam puisi penyair juga sering menggunakan gambaran angan. Gambaran angan dalam puisi ini disebut citraan [imagery]

Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji [image]. Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata [indera penglihatan]. Citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran.

Jenis/macam citraan [imaji]

1.   Citraan penglihatan [visual imegery]

Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan [mata]. Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.

Contoh:

Nanar aku gila sasar

Sayang berulang padamu jua

Engkau pelik menarik ingin

Serupa dara dibalik tirai

[Amir Hamzah, Padamu Jua]

2.   Citraan pendengaran [auditory imagery]

Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran [telinga].

Contoh:

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba

Meriak muka air kolam jiwa

Dan dalam dadaku memerdu lagu

Menarik menari seluruh aku

[Chairil Anwar, Sajak Putih]

3.   Citraan perabaan [tactile imagery]

Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba [kulit]. Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.

Contoh:

Kapuk randu, kapuk randu!

Selembut tudung cendawan

Kuncup-kuncup di hatiku

Pada mengembang bermerkahan

[WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja]

4.   Citraan penciuman [olfactory]

Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.

Contoh:

Dua puluh tiga matahari

Bangkit dari pundakmu

Tubuhmu menguapkan bau tanah

[WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima]

5.   Citraan pencecapan [gustatory]

Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.

Contoh:

Dan kini ia lari kerna bini bau melati

Lezat ludahnya air kelapa

[WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima]

6.   Citraan gerak [kinaesthetic imagery]

Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.

Contoh:

Pohon-pohon cemara di kaki gunung

pohon-pohon cemara

menyerbu kampung-kampung

bulan di atasnya

menceburkan dirinya ke kolam

membasuh luka-lukanya

[Abdulhadi, Sarangan]

Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:

1.   Citraan perasaan

Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.

Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.

Contoh:

Alangkah pilu siutan angin menderai

Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih

Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu

Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia

[Toto Sudarto Bachtiar, Wajah]

2.   Citraan intelektual

Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.

Contoh:

Bumi ini perempuan jalang

yang menarik laki-laki jantan dan pertapa

ke rawa-rawa mesum ini

dan membunuhnya pagi hari

[Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati]

Contoh puisi yang banyak mengandung citraan terlihat berikut ini.

DUKA CITA

Yang memucat wajahnya

merenungi kelabu dinding kamar

yang ditinggal mati penghuninya

sedang di luar

anjing terdiam

tak melihat kupu terbang

menjatuhkan madu di lidahnya

yang terasa getir

Angin tidak bekerja

ranting pohonan merunduk

menyesali daun kering yang terlepas

waktu perempuan berkerudung hitam

melangkah di atas daunan

berisik, menyayat hati burung

yang pecah telurnya

Tangan-tangan gadis

yang pucat mukanya

diam-diam meronce melati

sambil mengusap air mata

Di  ujung desa

jenazah sedang di sucikan

[Kuntowijoyo]

sumber : Pengkajian Puisi, Rachmad Djoko Pradopo, UGM Press

Pengertian Puisi Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi dikarenakan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang dipergunakan dalam dalam puisi berbeda dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakan konotatif, yang mengandung banyak penafsiran. Berdasar hal itu, dapatlah dirumuskan ciri-ciri puisi: 1. Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa. 2. Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi. 3. Puisi berisikan ungkapan pikiran ungkapan pikiran, penyair berdasarkan pengalaman imajinatif. 4. Bahasa konotatif 5. Puisi dibentuk struktur fisik [ diksi, pengimajian, kata konkret, majas, ritma/ rima, tipografi] dan unsur [struktur] batin [tema dan amanat, perasaan, nada dan suasana] B. Unsur-unsur/ Struktur Puisi  [Unsur Fisik dan Unsur Batin] 1. Unsur Fisik [bentuk] a. Diksi [pemilihan kata] Penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata. Kata-kata dipertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu dalam konteks atau dalam hubungan dengan kata yang lain, serta kedudukankata dalam keseluruhan puisi. Leh karena itu, di samping memiliki kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan kata dan kekuatan/ daya magis kata-kata. Pemilihan kata-kata dalam puisi hendaknya bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan dan berbeda dengan kata-kata yang biasa kita pakai sehari-hari.

b. Pengimajian Pengimajian/ Citraan dalam Puisi adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji [image]. Adapun gambaran pikiran adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai, yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata [indra penglihatan]. Jika dilihat dari fungsinya, citraan atau pengimajian lebih cenderung berfungsi untuk mengingatkan kembali apa yang telah dirasakan. Dengan demikian, citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran. Kita akan kesulitan menggambarkan objek atau sesuatu yang disampaikan dalam puisi jika kita belum pernah sama sekali mengalami atau mengetahuinya. Oleh karena itu, kita akan mudah memahami puisi jika memiliki simpanan imaji-imaji yang diperoleh dari pengalamannya. Ada beberapa jenis citraan yang dapat ditimbulkan puisi, yakni sebagai berikut. 1]. Citraan Penglihatan dalam puisi Citraan penglihatan ditimbulkan oleh indra penglihatan [mata]. Citraan ini merupakan jenis yang paling sering digunakan penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat. Contoh citraan penglihatan dapat dilihat dari kutipan puisi berikut. Perahu Kertas Waktu masih kanak-kanak Kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. … Karya Sapardi Djoko Damono Sumber: Perahu Kertas, 1991 2]. Citraan Pendengaran dalam Puisi Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran [telinga]. Citraan ini dapat dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, suara mengiang, berdentum-dentum, dan sayup-sayup. Contoh citraan pendengaran dapat dilihat dari kutipan puisi berikut. Penerbangan Terakhir Maka menangislah ruh bayi itu keras-keras Kedua tangan yang alit itu seperti kejang-kejang Kakinya pun menerjang-nerjang Suaranya melengking lalu menghiba-hiba … Karya Taufq Ismail Sumber: Horison Sastra Indonesia 1 :Kitab Puisi 2002 3]. Citraan Perabaan dalam Puisi Citraan perabaan atau citraan tactual adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba [kulit]. Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang menyebabkan kita merasakan rasa nyeri, dingin, atau panas karena perubahan suhu udara. Berikut contoh citraan perabaan dalam puisi. Blues untuk Bonie … sembari jari-jari galak di gitarnya mencakar dan mencakar menggaruki rasa gatal di sukmanya Karya W.S. Rendra Sumber: Horison Sastra Indonesia 1 : Kitab Puisi 2002 4]. Citraan Penciuman dalam puisi Citraan penciuman atau pembauan disebut juga citraan olfactory. Dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium bau sesuatu. Citraan atau pengimajian melalui indra penciuman ini akan memperkuat kesan dan makna sebuah puisi. Perhatikan kutipan puisi berikut yang menggunakan citraan penciuman. Pemandangan Senjakala Senja yang basah meredakan hutan terbakar Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua Bau mesiu di udara, Bau mayat. Bau kotoran kuda. … Karya W.S. Rendra Sumber: Horison Sastra Indonesia 1: Kitab Puisi 2002 5]. Citraan Pencicipan atau Pencecapan dalam puisi Citraan pencicipan disebut juga citraan gustatory, yakni citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam, manis, atau pedas. Berikut contoh larik-larik puisi yang menimbulkan citraan pencicipan atau pencecapan. Pembicaraan Hari mekar dan bercahaya: yang ada hanya sorga. Neraka adalah rasa pahit di mulut waktu bangun pagi Karya Subagio Sastrowardojo 6]. Citraan Gerak dalam puisi Dalam larik-larik puisi, kamu pun dapat menemukan citraan gerak atau kinestetik. Yang dimaksud citraan gerak adalah gerak tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan tersebut. Munculnya citraan gerak membuat gambaran puisi menjadi lebih dinamis. Berikut contoh citraan gerak dalam puisi. Mimpi Pulang … Di sini aku berdiri, berteman angin Daun-daun cokelat berguguran Meninggalkan ranting pohon oak yang meranggas Dingin mulai mengigit telingaku Kuperpanjang langkah kakiku Menyusuri trotoar yang seperti tak berujung Di antara beton-beton tua yang tidak ramah mengawasiku Gelap mulai merayap menyusul langkah kakiku Ah, Gott sei dank! di sana masih ada burung-burung putih itu Aku bagaikan pohon oak Ditemani angin musim gugur yang masih tersisa … Karya Nuning Damayanti Sumber: Bunga yang Terserak, 2003 c. Kata konkret Untuk membangkitkan imaji [daya bayang] pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Fungsinya agar pembaca seolah-olah melihat, mendengar, merasa apa yang dilukiskan penyair. Jika imaji pembaca merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata konkret merupakan sebab terjadinya pengimajian itu. Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Perhatikan cuplikan puisi yang berjudul “Gadis Peminta-Minta” karya Toto Sudarto Bachtiar berikut! Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kecil untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemayaan riang Duniamu yang lebih tinggi dari menara Katedral Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku Untuk melukiskan gadis itu benar-benar seorang pengemis gembel, penyair menggunakan kata-kata “gadis kecil berkaleng kecil”. Lukisan itu lebih konkret daripada dengan menggunakan diksi “gadis peminta-minta” atau “gadis miskin”. Untuk melukiskan tempat tidur pengap di bawah jembatan yang hanya dapat untuk menelentangkan tubuh, penyair menulis “pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok” . Untuk memperkonkret dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair memperkonkret diksi “hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan gembira dari kemayaan riang”. Untuk memperkonkret gambaran tentang martabat gadis itu yang sama halnya memiliki martabat tinggi seperti manusia lainnya, penyair menulis “duniamu yang tinggi dari, menara Katedral”. Contoh lain karya Rendra dalam ”Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo. Ia membuat kata konkret berikut ini. Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang. Kaki kuda yang bersepatu besi disebut penyair /kuku besi/. Kuda itu menapaki jalan tidak beraspal yang disebut /kulit bumi/. Atmo Karpo sebagai perampok yang naik kuda digambarkan sebagai /penunggang perampok yang diburu/. Penggambaran perjalanan Atmo Karpo naik kuda yang meletihkan itu diperkonkret dengan larik /surai bau keringat basah/. Ia siap berperang dan telah menghunus /jenawi / [samurai]. Hal ini diperkonkret dengan larik /jenawi pun telanjang/. d. Secara garis besar, gaya bahasa dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Gaya bahasa perbandingan; 2. Gaya bahasa Perulangan; 3. Gaya bahasa Pertentangan; 4. Gaya bahasa Penegasan.

e. RIma dan irama/ritme

Rima [persajakan] adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh 

huruf atau kata-kata dalam larik dan bait atau persamaan 

bunyi dalam puisi.

Sedangkan irama [ritme] adalah pergantian tinggi rendah, 

panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya 

irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara 

berturut-turut dan bervariasi [misalnya karena adanya rima,

perulangan kata, perulangan bait], tekanan-tekanan kata 

yang bergantian keras lemahnya [karena sifat-sifat konsonan 

dan vokal], atau panjang pendek kata.

Jenis-Jenis Rima :

 1.Rima sempurna: Rima sempurna: yaitu persamaan bunyi pada suku-suku kata terakhir. Contoh rima sempurna:

Mencarimu tak tahu di mana


Semoga tenang kau di sana
[Kemarin,Seventeen]

2.Rima tak sempurna Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir. Contoh rima tak sempurna:

setulus dalamnya rasa cintaku


tak cukup meyakinkan hati orang tuamu
[Bagai Langit Dan Bumi, Via Vallen]

3.Rima mutlak Rima mutlak, yaitu rima yang memperlihatkan adanya persamaan bunyi pada seluruh kata. Contoh : dua-dua Indah-indah Lusa-lusa

4.Rima terbuka Rima terbuka, ialah rima dengan kata-kata yang berirama jatuh pada suku akhir yang bersuku terbuka, yakni berakhir dengan vokal yang sama, misalnya :

• Buka-luka


• Hati-mati

5.Rima tertutup Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup [konsonan]. contoh:

• Hilang-malang 


• Susut-takut

6.Rima aliterasi Rima aliterasi. Aliterasi dalam KBBI memiliki arti: 1]sajak awal untuk mendapatkan efek kesedapan bunyi; 2]pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yg berurutan Maksudnya, adakalanya aliterasi diletakkan di awal masing-masing baris yang tujuannya untuk mendapatkan keindahan bunyi. sementara pengertian kedua menjelaskan bahwa ada deretan kalimat yang menggunakan deretan konsonan yang sama. Contoh:

Kaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu …… [Amir Hamzah]

7.Rima Asonansi Rima Asonansi: pengulangan bunyi vokal pada beberapa kata secara beruntun dalam satu baris. Contoh:

Dalam termangu kumasih menyebut nama-Mu

8.Rima disonansi.

Rima disonansi, yaitu kombinasi bunyi yang dianggap kurang enak didengar. Rima ini memperlihatkan adanya kerangka vokal yang berlawanan. Contoh rima disonansi: Kisah-kasih Pura-paru Pula-palu

Hura-hura huru-hara

2. Unsur Batin Puisi 1. Tema Puisi Tema adalah ide dasar yang mendasari sebuah tulisan, termasuk puisi. Tema puisi menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung bermakna konotatif, tetapi tema puisi salah satunya dapat dirunut dengan menggunakan kata-kata kunci dalam puisi tersebut. Tema puisi akan sangat menentukan penyair dalam memiih kata-kata yang digunakan dalam puisinya. Contoh 1 Aku Ingin Sapardi Djoko Damono Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada Sumber: Hujan Bulan Juni, Kumpulan Puisi karya Sapardi Djoko Damono, 2001 Dalam puisi Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono, tema puisinya adalah tentang cinta. Tema ini dapat dengan mudah ditemukan karena pengulangan kalimat “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana’ sebanyak dua kali. Contoh 2 Sajak Anak Muda W. S. Rendra Kita adalah angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan takabur. Kita kurang pendidikan resmi di dalam hal keadilan, karena tidak diajarkan berpolitik, dan tidak diajar dasar ilmu hukum Kita melihat kabur pribadi orang, karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa. Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, karena tidak diajar filsafat atau logika. Apakah kita tidak dimaksud untuk mengerti itu semua? Apakah kita hanya dipersiapkan untuk menjadi alat saja? inilah gambaran rata-rata pemuda tamatan SLA, pemuda menjelang dewasa. Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan. Bukan pertukaran pikiran. Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan, dan bukan ilmu latihan menguraikan. Dasar keadilan di dalam pergaulan, serta pengetahuan akan kelakuan manusia, sebagai kelompok atau sebagai pribadi, tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji. Kenyataan di dunia menjadi remang-remang. Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, tidak bisa kita hubung-hubungkan. Kita marah pada diri sendiri Kita sebal terhadap masa depan. Lalu akhirnya, menikmati masa bodoh dan santai. Di dalam kegagapan, kita hanya bisa membeli dan memakai tanpa bisa mencipta. Kita tidak bisa memimpin, tetapi hanya bisa berkuasa, persis seperti bapak-bapak kita. Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat. Di sana anak-anak memang disiapkan Untuk menjadi alat dari industri. Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti. Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa? Kita hanya menjadi alat birokrasi! Dan birokrasi menjadi berlebihan tanpa kegunaan - menjadi benalu di dahan. Gelap. Pandanganku gelap. Pendidikan tidak memberi pencerahan. Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan Gelap. Keluh kesahku gelap. Orang yang hidup di dalam pengangguran. Apakah yang terjadi di sekitarku ini? Karena tidak bisa kita tafsirkan, lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja. Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini? Apakah ini? Apakah ini? Ah, di dalam kemabukan, wajah berdarah akan terlihat sebagai bulan. Mengapa harus kita terima hidup begini? Seseorang berhak diberi ijazah dokter, dianggap sebagai orang terpelajar, tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. Dan bila ada ada tirani merajalela, ia diam tidak bicara, kerjanya cuma menyuntik saja. Bagaimana? Apakah kita akan terus diam saja. Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum dianggap sebagi bendera-bendera upacara, sementara hukum dikhianati berulang kali. Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi dianggap bunga plastik, sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi. Kita berada di dalam pusaran tatawarna yang ajaib dan tidak terbaca. Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan. Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. Dan bila luput, kita memukul dan mencakar ke arah udara Kita adalah angkatan gagap. Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar. Daya hidup telah diganti oleh nafsu. Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. Kita adalah angkatan yang berbahaya. Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977 Tema puisi Sajak Anak Muda karya W.S. Rendra adalah pendidikan. Tema ini dapat ditemukan dari penggunaan kata-kata yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan seperti ilmu hukum, filsafat, logika; serta istilah pendidikan seperti pendidikan, pengetahuan, sekolah, dan ujian. 2. Amanat Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca atau pendengar setelah membaca atau mendengar pembacaan puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca atau pendengar. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh terhadap amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca atau pendengar terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca atau pendengar, amanat tidak dapat dilepaskan dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Perhatikan puisi "Doa" [Chairil Anwar] berikut: “Doa” Kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintu-Mu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling [Deru Campur Debu, 1959] Puisi "Doa" karya Chairil Anwar mengandung bermacam-macam amanat, seperti yang terlihat di bawah ini: a.  Manusia sering berbuat dosa dalam hidupnya. Oleh karena itu, hendaknya, manusia bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. b.   Tuhan selalu menerima manusia yang bertobat. c.   Tobat adalah jalan menuju kebaikan dan meminta ampunan kepada Tuhan. d.  Jangan menutup diri terhadap pengampunan Tuhan sebab hanya dengan ampunan-Nya hidup kita dapat menjadi lebih baik. 3. Perasaan [feeling] Puisi merupakan sebuah wujud ekspresi dari seorang penyair. Ekspresi tersebut dapat berupa kerinduan, kegelisahan, penagungan kepada Tuhan, kepada alam, atau kepada kekasih. Feeling juga dapat menjadi ciri latar psikologi, sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan sang penyair. Perasan penyair tersebut nantinya akan mempengaruhi bahasa yang digunakan misalkan tentang alam maka bahasa yang digunakan akan cenderung bermakna keindahan alam. DOA [Chairil Anwar] kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termenung Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di Pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling

Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi ´Doa´ gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Akutak bisa berpaling.





4. Nada dan Suasana

Nada dalam puisi memuat sebuah sikap bagaimana puisi itu dibacakan [bernada] apakah merupakan sebuah nasihat, kritik, sindiran, ejekan, atau cerita. Nada tesebut nantinya akan dirasakan oleh pembaca setelah membaca puisi yakni adanya perubahan suasana tertentu pada pembaca. Nada kritik dapat menimbulkan suasana pemberontakan, nada sindiran mengakibatkan rasa malu, nada ejekan dapat menimbulkan kemarahan dan lain sebagainya.

DOA [Chairil Anwar] kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termenung Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di Pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan [feeling] atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibatpembacaan puisi.

Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi `Doa´tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah pengembaraan di negeri `asing´.

Page 2

Video yang berhubungan